"Iya Ma, sabar. Gak usah gitu juga kali ngetuk pintunya. Pelan juga Mega denger kok." ucapnya setelah membuka pintu kamar."Mama tuh apa-apaan coba, makin kesini makin ngeselin. Pake acara nyuruh bantuin beberes rumah segala. Orang yang biasa beberes itu Mbak Amel juga, bukan aku. Males banget gak sih," monolog Mega sembari sesekali melirik ke arah Mama mertuanya."Ayolah Mega, jangan diem aja. Gak ada yang bantuin Mama ini. Abis ini kita sarapan, perut Mama udah laper.""Iya Ma iya, ini Mega bantu beresin,"Usai hampir setengah jam membereskan rumah yang cukup kotor, Arum kini ingin meminta uang pada Aryo untuk membeli bahan masakan, untuk membuat sarapan pagi ini. Dan sudah jelas, bahan makanan yang akan dibeli oleh Arum akan sangat terlihat bedanya.Dulu saat masih tinggal bersama Amel, mereka sering merasakan makan enak setiap saat. Tetapi sekarang, sudah tidak bisa se leluasa itu."Mama minta uang untuk beli bahan makanan, sekalian stok," ucap Arum sambil menengadahkan tangan."M
Semua orang sudah berkumpul di ruang sidang, Amel tinggal menunggu panggilan sekarang.Setelah menunggu kurang dari lima belas menit akhirnya nama Amel dipanggil oleh Pak Hakim (Ketua Pengadilan)."Selamat pagi, saudari penggugat. Apakah anda hari ini sehat dan siap untuk melaksanakan sidang pertama?" Sapa Pak Hakim."Pagi Pak. Saya sehat, dan siap untuk menjalankan sidang hari ini." Jawab Amel dengan tegas."Apakah anda tetap yakin untuk bercerai? Walaupun sudah ada anak di antara kalian? Sudahkah anda mempertimbangkan nya kembali?" "Saya sudah mempertimbangkan berkali-kali, Pak Hakim. Dan keputusan saya mutlak untuk bercerai dengan suami saya.""Bagaiman dengan Aryo, saudari tergugat?" Tanya Pak Hakim pada Aryo."Maaf yang mulia, saya tidak mau bercerai dari Amel. Saya ingin ia mempertimbangkan kembali atas keputusan ini. Karena bagaimana pun anak kami masih membutuhkan kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya. Istri saya memang keras kepala Pak. Padahal sudah berkali-kali
Pagi harinya"Permisi, apa benar ini kediaman dari Pak Aryo bin Hakim Wahyudi?" Tanya dua orang lelaki yang menggunakan seragam serba hitam."Benar Pak, itu anak saya. Maaf, Bapak siapa dan ada perlu apa kemari?" Tanya Arum, dari hatinya ia menduga bahwa kedua lelaki yang sedang dihadapinya itu berprofesi sebagai polisi."Kami dari pihak kepolisian, ingin menangkap saudari Aryo Wahyudi. Mohon maaf Bu.""Loh, ada apa Pak? Apa salah anak saya hingga mau ditangkap seperti ini?"Belum juga menjawab, salah satu polisi memberi kode untuk memperintah kan temannya masuk ke dalam."Siap Ndan!"Salah satu polisi itu langsung masuk ke dalam rumah dan menggeledah untuk mencari Aryo."Maaf, apa Bapak bernama Aryo?" Tanya polisi ketika sedang melihat Aryo bersantai dengan Risma."Iya, maaf Bapak siapa? Kok berani masuk ke rumah saya seperti ini?"Tanpa berkata lagi, kedua polisi itu langsung memborgol tangan Aryo. Lelaki itu mencoba memberontak karena tak terima. "Heh, apa-apaan ini? Apa salah saya
Di samping itu, kini Aryo sedang dimintai keterangan oleh penyidik. Ia dilaporkan atas dasar kasus perzinahan. Bahkan Amel juga malaporkan kasus saat Mega mendorong Aisha hingga terluka.Namun petugas kepolisian sengaja tak membicarakannya terlebih dulu, karena dilarang oleh Zain dan Lia.Andai saja, ia dan keluarganya tak terus-terusan mengganggu Amel, pasti kejadiaannya tak akan fatal seperti ini."Apa benar kamu melakukan zina ketika masih berstatus kan suami dari saudari Amel?" Tanya polisi."Gak Pak. Semua ini salah paham, tolong bebaskan saya. Saya gak tau menahu soal ini. Mungkin Amel hanya bergurau saja Pak, gak mungkin dia tega melaporkan saya, karena saat ini saya masih sah berstatus kan sebagai suami Amel.""Saya hanya menjalankan tugas, dan saya gak bisa jika harus membebaskan anda, terkecuali Bu Amel datang kemari dan menyabut tuntutannya." Tegas polisi.Aryo terdiam, hanya bisa mendengkus kesal dan meratapi nasib. Ia tak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini."Samp
"Saya ingin Aryo di bebaskan, tolong. Ibu gak bisa jika selalu semena-mena terhadap kami.""Semena-mena anda bilang? Apakah menurut kalian, bahwa perilaku kami terhadap kalian ini tak pantas?" Lia berjalan mendekati Arum, tepat di sebelah kolam ikan yang menghiasi halaman rumahnya."Iya, memang anda tak pantas jika berperilaku seperti itu pada anak saya Bu. Apalagi Aryo itu ayahnya Aisha. Jika anak Bu Lia memang mau menggugat anak saya tolong kalian bersikap yang adil.""Adil apa yang anda maksud? Apakah selama ini anda berlaku adil kepada putri saya saat pertama kali ia sah menjadi menantu anda? Apakah anda memperlakukan Amel dengan baik dengan mengingat bagaimana cara Ibu mertuaharus bersikap kepada menantunya?" Lia mencerca Arum, ia mulai geram.Karena Lia paham dengan karakter besannya itu. Pasti Arum takkan terima jika putra sulungnya mendekam dalam tahanan. Arum sesaat hening tak bergeming di hadapan Lia."Bagaimana pun Aryo, ia tetap Ayah biologis dari Aisha Bu. Ibu gak boleh
Arum langsung memutuskan teleponnya dengan Mega, ia dibuat kaget dengan kehadiran Lia yang berbisik tepat di telinganya. "Bu Arum, apa anda mendengar ucapan saya?" "Iya, saya dengar.""Baik, semuanya sudah jelas. Anda bisa pergi dari sini secepatnya,""Bu, lantas bagaimana dengan Aryo? Kapan ia bisa bebas? Tolong, kasihanilah anak saya." Pinta Arum sedikit memelas."Maaf, yang lebih berhak untuk memutuskan anak Ibu bisa keluar dari tahanan bukan saya, tapi Amel. Dia lah yang mempunyai hak, kapan bisa mencabut tuntutan itu. Karena, yang bersangkutan disini sebagai korban ialah putri saya." "Tapi, apakah Ibu gak bisa untuk membujuk Amel? Di penjara sana tempat orang-orang krim!nal Bu, saya takut Aryo kenapa-napa.""Tadi sudah saya jelaskan ya Bu Arum, yang bisa mengeluarkan Aryo dari sana bukan saya, tapi Amel.""Sekarang Amel ada dimana, Bu? Tolong sebelum saya pergi. Saya ingin tau keberadaan Amel.""Anak saya lagi kerja Bu, gak bisa diganggu di jam-jam sekarang.""Baik, kalau begi
"Aku harus segera membawa suamiku ke klinik, agar ia cepat sembuh dan bisa bekerja lagi. Benar-benar kacau, jika sampai tak ada yang menafkahi keluarga ini. Secara, mau makan pakai apa? Sedangkan Aryo juga belum bebas, Daniel pun tak selalu bisa di andalkan. Aku memang mempunyai uang tabungan. Tapi sayang sekali jika harus merogoh tabungan hanya untuk makan sehari-hari. Apa gunanya aku mempunyai anak dan suami jika harus memakai uang tabungan?" ujar Arum sembari melirik ke arah jalan dari kaca mobil yang tertutup. Sekarang, ia dan Hakim sedang dalam perjalanan menuju klinik. "Ma, rasanya gak kuat. Kepala Ayah kaya di putar-putar, rasanya juga mual." Hakim terus memegangi kepala, sambil menahan mual yang kini terasa mengkocok isi perutnya."Ayah, ini juga kita lagi di jalan, bentar lagi juga sampe. Biar enak nanti sampe sana gak usah ngantri lama, karena hari sudah mulai siang."Mobil yang di tumpangi Arum dan Hakim kini sudah berhenti di parkiran sebelah kanan klinik, mereka segera m
"Semudah inikah Mama bisa mengucapkan kata maaf? Apa Mama gak ingat, bagaimana perlakuan Mama ke Amel waktu dulu? Dan bayangkan, berapa lama Amel menahan sabar atas sikap Mama yang zolim?""Mama menyesal Mel, gak ada yang bisa membantu Mama saat ini kecuali kamu. Karena kamu lah yang berkuasa untuk mencabut tuntutan itu," ujar Arum berusaha untuk terus memohon. Karena satu-satunya orang yang bisa membebaskan Aryo dari penjara adalah Amel.Sebenarnya, Aryo bisa keluar penjara dengan cepat, asal ia membayar denda sesuai dengan jumlah yang di tentukan. Namun, jangankan membayar denda, untuk kebutuhan sehari-hari saja sekarang keadaan keluarga mereka sangatlah sulit. Berbeda dengan yang dulu, uang mereka selalu utuh karena banyak bergantung dengan Amel."Iya, Mama menyesal karena baru tau kan kalau ternyata Amel gak seburuk dan semiskin yang Mama kira? Andai dari awal Mama mengetahui semua harta yang Amel punya, pasti Mama tak akan bersikap seperti itu, yang ada Mama bakal menjunjung ting
"Lo denger gak apa kata bos gue? Apa mau gue sumpelin langsung ke mul ut lo?" Tanya salah satu napi yang lainnya."I-iya, Bang. Saya denger.""Gitu dong!" ujarnya sambil melemparkan bungkus yang berisi nasi bekas."Apes banget hidup disini, gak ada perasaan, udah mirip sama bina tang. Aku harus segera menghubungi Mama, agar mempercepat untuk bertemu dengan Amel dan segera membebaskan aku," batinnya sambil terus memandangi nasi bekas, Aryo merasa risih jika harus memakan nasi itu.Namun tak ada pilihan lagi selain menghabiskan nasi bekas itu, karena para napi yang lainnya juga memperhatikan gerak-gerik Aryo. Dengan terpaksa, lelaki itu memakannya, walau dalam hati sebenarnya ingin muntah.___Arum kini sudah tiba di klinik bersama Risma, ia langsung dilarikan ke UGD karena pendara-ha nya semakin hebat.Tubuhnya lemas terkulai hingga nyaris membuat Risma tak sadarkan diri. Dokter segera mengecek kondisinya, karena gumpalan da rah mulai keluar dari area sensi tifnya.Sementara dengan Aru
"Terus, langkah apa yang akan Mama ambil untuk sekarang? Apa Mama akan tetap mewakili Mas Aryo untuk mempersulit proses perceraian. Atau Mama memilih mengalah dan pasrah jika Mas Aryo dan Mbak Amel benar-benar sah bercerai?" Tanya Mega. Ia turut merasakan tegang bercampur resah, nyalinya untuk menghadapi Amel sudah tak se bar-bar dulu.Ia khawatir jika nantinya malah ikut terseret, karena dulu Mega pernah melakukan kekerasan terhadap Aisha hingga terluka. Bahkan, sampai sekarang Amel pun masih menyimpan bukti visum atas itu.Mega tak menyangka, Amel akan melakukan hal senekad ini. Ia benar-benar menjebloskan lelaki yang dulu pernah membuatnya mabuk kepayang tanpa rasa belas kasihan."Mbak Amel ke Mas Aryo aja bisa setega itu, padahal Mas Aryo adalah lelaki yang dulu pernah sangat ia cintai. Apalagi ke aku? Bisa habis aku dibuatnya," batinnya dengan dada yang berkembang kempis. Wajah wanita itu seketika nampak pias. Ia tak mau jika bernasib sama seperti Aryo."Yah, mau gak mau Mama har
"Semudah inikah Mama bisa mengucapkan kata maaf? Apa Mama gak ingat, bagaimana perlakuan Mama ke Amel waktu dulu? Dan bayangkan, berapa lama Amel menahan sabar atas sikap Mama yang zolim?""Mama menyesal Mel, gak ada yang bisa membantu Mama saat ini kecuali kamu. Karena kamu lah yang berkuasa untuk mencabut tuntutan itu," ujar Arum berusaha untuk terus memohon. Karena satu-satunya orang yang bisa membebaskan Aryo dari penjara adalah Amel.Sebenarnya, Aryo bisa keluar penjara dengan cepat, asal ia membayar denda sesuai dengan jumlah yang di tentukan. Namun, jangankan membayar denda, untuk kebutuhan sehari-hari saja sekarang keadaan keluarga mereka sangatlah sulit. Berbeda dengan yang dulu, uang mereka selalu utuh karena banyak bergantung dengan Amel."Iya, Mama menyesal karena baru tau kan kalau ternyata Amel gak seburuk dan semiskin yang Mama kira? Andai dari awal Mama mengetahui semua harta yang Amel punya, pasti Mama tak akan bersikap seperti itu, yang ada Mama bakal menjunjung ting
"Aku harus segera membawa suamiku ke klinik, agar ia cepat sembuh dan bisa bekerja lagi. Benar-benar kacau, jika sampai tak ada yang menafkahi keluarga ini. Secara, mau makan pakai apa? Sedangkan Aryo juga belum bebas, Daniel pun tak selalu bisa di andalkan. Aku memang mempunyai uang tabungan. Tapi sayang sekali jika harus merogoh tabungan hanya untuk makan sehari-hari. Apa gunanya aku mempunyai anak dan suami jika harus memakai uang tabungan?" ujar Arum sembari melirik ke arah jalan dari kaca mobil yang tertutup. Sekarang, ia dan Hakim sedang dalam perjalanan menuju klinik. "Ma, rasanya gak kuat. Kepala Ayah kaya di putar-putar, rasanya juga mual." Hakim terus memegangi kepala, sambil menahan mual yang kini terasa mengkocok isi perutnya."Ayah, ini juga kita lagi di jalan, bentar lagi juga sampe. Biar enak nanti sampe sana gak usah ngantri lama, karena hari sudah mulai siang."Mobil yang di tumpangi Arum dan Hakim kini sudah berhenti di parkiran sebelah kanan klinik, mereka segera m
Arum langsung memutuskan teleponnya dengan Mega, ia dibuat kaget dengan kehadiran Lia yang berbisik tepat di telinganya. "Bu Arum, apa anda mendengar ucapan saya?" "Iya, saya dengar.""Baik, semuanya sudah jelas. Anda bisa pergi dari sini secepatnya,""Bu, lantas bagaimana dengan Aryo? Kapan ia bisa bebas? Tolong, kasihanilah anak saya." Pinta Arum sedikit memelas."Maaf, yang lebih berhak untuk memutuskan anak Ibu bisa keluar dari tahanan bukan saya, tapi Amel. Dia lah yang mempunyai hak, kapan bisa mencabut tuntutan itu. Karena, yang bersangkutan disini sebagai korban ialah putri saya." "Tapi, apakah Ibu gak bisa untuk membujuk Amel? Di penjara sana tempat orang-orang krim!nal Bu, saya takut Aryo kenapa-napa.""Tadi sudah saya jelaskan ya Bu Arum, yang bisa mengeluarkan Aryo dari sana bukan saya, tapi Amel.""Sekarang Amel ada dimana, Bu? Tolong sebelum saya pergi. Saya ingin tau keberadaan Amel.""Anak saya lagi kerja Bu, gak bisa diganggu di jam-jam sekarang.""Baik, kalau begi
"Saya ingin Aryo di bebaskan, tolong. Ibu gak bisa jika selalu semena-mena terhadap kami.""Semena-mena anda bilang? Apakah menurut kalian, bahwa perilaku kami terhadap kalian ini tak pantas?" Lia berjalan mendekati Arum, tepat di sebelah kolam ikan yang menghiasi halaman rumahnya."Iya, memang anda tak pantas jika berperilaku seperti itu pada anak saya Bu. Apalagi Aryo itu ayahnya Aisha. Jika anak Bu Lia memang mau menggugat anak saya tolong kalian bersikap yang adil.""Adil apa yang anda maksud? Apakah selama ini anda berlaku adil kepada putri saya saat pertama kali ia sah menjadi menantu anda? Apakah anda memperlakukan Amel dengan baik dengan mengingat bagaimana cara Ibu mertuaharus bersikap kepada menantunya?" Lia mencerca Arum, ia mulai geram.Karena Lia paham dengan karakter besannya itu. Pasti Arum takkan terima jika putra sulungnya mendekam dalam tahanan. Arum sesaat hening tak bergeming di hadapan Lia."Bagaimana pun Aryo, ia tetap Ayah biologis dari Aisha Bu. Ibu gak boleh
Di samping itu, kini Aryo sedang dimintai keterangan oleh penyidik. Ia dilaporkan atas dasar kasus perzinahan. Bahkan Amel juga malaporkan kasus saat Mega mendorong Aisha hingga terluka.Namun petugas kepolisian sengaja tak membicarakannya terlebih dulu, karena dilarang oleh Zain dan Lia.Andai saja, ia dan keluarganya tak terus-terusan mengganggu Amel, pasti kejadiaannya tak akan fatal seperti ini."Apa benar kamu melakukan zina ketika masih berstatus kan suami dari saudari Amel?" Tanya polisi."Gak Pak. Semua ini salah paham, tolong bebaskan saya. Saya gak tau menahu soal ini. Mungkin Amel hanya bergurau saja Pak, gak mungkin dia tega melaporkan saya, karena saat ini saya masih sah berstatus kan sebagai suami Amel.""Saya hanya menjalankan tugas, dan saya gak bisa jika harus membebaskan anda, terkecuali Bu Amel datang kemari dan menyabut tuntutannya." Tegas polisi.Aryo terdiam, hanya bisa mendengkus kesal dan meratapi nasib. Ia tak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini."Samp
Pagi harinya"Permisi, apa benar ini kediaman dari Pak Aryo bin Hakim Wahyudi?" Tanya dua orang lelaki yang menggunakan seragam serba hitam."Benar Pak, itu anak saya. Maaf, Bapak siapa dan ada perlu apa kemari?" Tanya Arum, dari hatinya ia menduga bahwa kedua lelaki yang sedang dihadapinya itu berprofesi sebagai polisi."Kami dari pihak kepolisian, ingin menangkap saudari Aryo Wahyudi. Mohon maaf Bu.""Loh, ada apa Pak? Apa salah anak saya hingga mau ditangkap seperti ini?"Belum juga menjawab, salah satu polisi memberi kode untuk memperintah kan temannya masuk ke dalam."Siap Ndan!"Salah satu polisi itu langsung masuk ke dalam rumah dan menggeledah untuk mencari Aryo."Maaf, apa Bapak bernama Aryo?" Tanya polisi ketika sedang melihat Aryo bersantai dengan Risma."Iya, maaf Bapak siapa? Kok berani masuk ke rumah saya seperti ini?"Tanpa berkata lagi, kedua polisi itu langsung memborgol tangan Aryo. Lelaki itu mencoba memberontak karena tak terima. "Heh, apa-apaan ini? Apa salah saya
Semua orang sudah berkumpul di ruang sidang, Amel tinggal menunggu panggilan sekarang.Setelah menunggu kurang dari lima belas menit akhirnya nama Amel dipanggil oleh Pak Hakim (Ketua Pengadilan)."Selamat pagi, saudari penggugat. Apakah anda hari ini sehat dan siap untuk melaksanakan sidang pertama?" Sapa Pak Hakim."Pagi Pak. Saya sehat, dan siap untuk menjalankan sidang hari ini." Jawab Amel dengan tegas."Apakah anda tetap yakin untuk bercerai? Walaupun sudah ada anak di antara kalian? Sudahkah anda mempertimbangkan nya kembali?" "Saya sudah mempertimbangkan berkali-kali, Pak Hakim. Dan keputusan saya mutlak untuk bercerai dengan suami saya.""Bagaiman dengan Aryo, saudari tergugat?" Tanya Pak Hakim pada Aryo."Maaf yang mulia, saya tidak mau bercerai dari Amel. Saya ingin ia mempertimbangkan kembali atas keputusan ini. Karena bagaimana pun anak kami masih membutuhkan kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya. Istri saya memang keras kepala Pak. Padahal sudah berkali-kali