Share

Bab 4

Penulis: Amrita
Di ujung telepon, pria itu sudah memutuskan sambungan.

Wanda kembali masuk ke mobil, menekan pedal gas. Mobilnya keluar dari tempat parkir dan melaju cepat.

Dia tidak menyadari ada sebuah mobil sport hitam yang mengikuti dengan sangat dekat di belakangnya.

....

Pemandangan di kedua sisi jalan berlalu dalam sekejap. Volvo perak itu melesat di atas aspal, bagai kilatan petir.

Mata hitam Wanda menatap lurus ke depan. Sudah lama dia tidak mengendarai mobil secepat ini. Adrenalinnya melambung tinggi seiring jarum pada spidometer yang melesat ke puncaknya.

Dia menyalip tiga mobil sport yang berwarna mencolok, dan orang-orang di dalam mobil-mobil itu berteriak.

"Astaga! Siapa itu?"

Di dalam mobil sport lainnya, seseorang memberi perintah melalui penyuara telinga nirkabel. "Cek nomor plat mobil itu sekarang."

Satu per satu mobil sport modifikasi tertinggal di belakang. Bahkan di tikungan tajam, Wanda tidak mengurangi kecepatannya sedikit pun.

Terdengar lagi suara di penyuara telinga beberapa pemuda kaya.

"Aku sudah dapat! Itu mobil keluarga Jinata!"

Seseorang bertanya dengan bingung, "Keluarga Jinata? Jangan bilang yang mengemudikan mobil itu Nadya?"

"Nadya sehebat itu? Jadi selama ini dia selalu menyembunyikan kemampuannya saat bertanding dengan kita?"

Volvo perak itu melaju di sepanjang jalan pegunungan yang berliku. Hanya satu mobil Ferrari hitam yang masih mengejarnya dari belakang.

Andre tersenyum sinis, sehelai rambut terjatuh di depan alisnya.

Dia pernah melihat Wanda yang penuh semangat.

Wanda adalah seorang jenius muda. Pada usia 14 tahun, dia masuk kelas akselerasi di Institut Teknologi Mandala. Selama tiga tahun berturut-turut, dia meraih medali emas di kompetisi Olimpiade Matematika Internasional. Saat berusia 19 tahun, dia mendapatkan lisensi balap dan berhasil masuk sepuluh besar Kejuaraan Reli Dunia.

Jalan hidupnya sangat cerah, selalu dikelilingi oleh tepuk tangan dan bunga-bunga kemenangan.

Namun, pada tahun ketiganya sebagai mahasiswa doktoral, dia memilih untuk keluar dan sepenuhnya fokus pada kehidupan sebagai ibu rumah tangga, menjadi istri penuh waktu di sebuah keluarga kaya.

Sejak itu, kursi mobilnya diisi dengan kursi anak, dan kecepatan mobilnya tidak pernah melebihi 70 km/jam.

Ban mobil bergesekan dengan aspal, menimbulkan suara mendecit yang tajam. Asap putih mengepul saat mobil Wanda tiba-tiba berhenti.

Ferrari milik Andre melesat melewatinya. Kini, dia hanya bisa melihat Volvo Wanda yang berhenti di tepi jalan melalui kaca spion.

Wanda membuka layar ponselnya. Dari speaker mobil, terdengar suara wali kelas Sasha.

"Mama Jojo, tolong datang ke sekolah secepatnya! Jojo membawa permen karet ke sekolah hari ini dan memberikannya pada teman-temannya. Sekarang beberapa anak yang ikut makan jadi sakit perut!"

Wanda masih belum sepenuhnya tenang setelah balapan liar barusan.

"Bu Sonya, aku bukan mamanya Jojo lagi. Kalau ada apa-apa dengan dia di sekolah, tolong hubungi ayahnya, nggak usah mencari aku lagi."

Wanda mengangkat tangannya untuk menyisir rambut yang jatuh di wajahnya, suaranya terdengar tegas dan pasti.

"Aku nggak akan peduli lagi sama dia."

"Hah?!" Wali kelas itu sangat terkejut, tetapi masalah di TK ini tidak bisa diabaikan. Dia harus meminta Wanda bertanggung jawab.

"Jojo bilang, permen karet itu dari Anda. Beberapa anak hampir tersedak memakannya, untung kita cepat menyadari. Kalau nggak, akibatnya bisa sangat fatal!

"Sekarang, para ibu dari anak-anak itu sudah datang. Mama Jojo, tolong segera datang ke sekolah dan jelaskan ini!"

Jojo dan Sasha bersekolah di taman kanak-kanak bilingual bergengsi. Semua muridnya berasal dari keluarga kaya atau berpengaruh.

Saat wali kelas menelepon, Wanda bisa mendengar suara ibu-ibu lain yang marah di belakangnya.

"Apakah sudah menghubungi Mama Jojo? Kenapa dia biarkan anaknya membawa benda seperti itu ke sekolah?"

"Anakku masih kecil, dia nggak tahu permen karet nggak boleh ditelan, tenggorokannya sampai sakit!"

Wanda bertanya, "Bisakah aku bicara dengan putriku, Sasha?"

"Tentu, tunggu sebentar."

"Mama!" Suara kecil Sasha terdengar di telinga Wanda.

Wanda bertanya padanya, "Sasha, apa kamu juga ikut makan permen karet?"

"Jojo bilang aku anak gendut. Dia kasih permennya ke semua teman, kecuali aku."

Wanda agak lega. "Kamu tahu Jojo dapat dari siapa permen itu?"

"Dari Tante Nadya."

Wanda sudah menduga jawaban ini.

Harvey selalu membela Nadya, dan Jojo mengikuti jejaknya.

Begitu Sasha selesai bicara, teriakan marah Jojo terdengar dari ujung telepon.

"Permen karet itu dari Mama! Bukan dari Kak Nadya!"

"Jojo! Kamu bohong!"

"Diam!! Ahhhhhh!!"

Wanda tidak tahu apa yang terjadi di sana. Tak lama kemudian, terdengar suara tangisan Jojo.

Wali kelas berseru, "Sasha! Jangan pukul Jojo!"

Setelah memastikan putrinya tidak disakiti, Wanda menutup telepon dan segera menghubungi nomor Bu Warti.

"Bu Warti, aku baru saja menerima telepon dari wali kelas Jojo. Dia bilang permen karet yang Jojo bawa sangat disukai teman-temannya. Wali kelasnya minta kita mengirimkan lagi permen itu ke sekolah."

"Hah, permen karet apa, ya?"

Bu Warti tampak bingung, tetapi Wanda langsung memutuskan telepon setelah selesai berbicara.

Bu Warti ingat, dia mendengar sopir yang mengantar Jojo ke sekolah berkata bahwa mereka bertemu Nadya di jalan.

Bu Warti langsung bertanya pada sopir dan memastikan bahwa permen karet itu memang pemberian Nadya.

Kemudian Bu Warti menelepon Nadya.

"Nadya, di mana kamu membeli permen karet itu? Teman-teman Jojo sangat suka, dan wali kelasnya memintaku untuk mengirimkan lebih banyak lagi ke sekolah."

Nadya merasa senang, ini adalah kesempatan baginya untuk tampil di depan banyak orang sebagai ibu baru Jojo.

"Biar aku yang belikan permen karetnya. Aku yang akan mengirimkan ke taman kanak-kanak, jadi nggak perlu merepotkan Bu Warti."

Bu Warti langsung setuju, "Baik, kalau begitu terima kasih banyak."

....

Wanda meletakkan satu tangan di setir, jari telunjuknya mengetuk setir dengan lembut.

Tiba-tiba, seseorang mengetuk kaca jendela mobilnya.

Kaca jendela diturunkan, sebuah jari yang lentik dan indah seperti patung porselen, memegang kartu nama dan menyodorkannya ke depan wajahnya.

Pada kartu nama hitam dengan huruf emas itu tertulis, 'Partner Firma Cahaya Hukum, Andre Setiadi'.

"Kalau butuh konsultasi perceraian, kamu bisa menghubungi aku."

Wanda menerima kartu nama itu. "Pak Andre kan pengacara top di Kota Jinggara, tarifmu terlalu mahal."

Andre memasukkan satu tangan ke dalam saku celananya. Dia mengenakan setelan jas tanpa dasi, kerah kemejanya terbuka, menampilkan jakun yang menawan.

"Aku bisa melakukannya dengan bebas biaya."

Wanda tersenyum. "Selain uang, aku nggak bisa kasih apa-apa lagi."

"Lima tahun lalu, kamu berhenti kuliah doktoral di tengah jalan, dan bilang pada ayahku, kamu mau menikah."

"Kondisi kesehatan ayahku makin buruk belakangan ini, kamu harus datang dan menemani dia. Kalau kamu mau menengoknya, aku akan bantu kamu memenangkan kasusmu tanpa biaya."

Ayah Andre, Tony Setiadi, pernah menjadi dekan Fakultas Matematika di Universitas Jinggara dan juga pembimbing doktoralnya.

Saat dia pertama kali masuk ke Institut Teknologi Mandala, Pak Tony kerap kali terlihat di sekitarnya, mendesaknya untuk segera lulus dan menjadi mahasiswa doktoral beliau.

Setelah masuk ke Universitas Jinggara untuk melanjutkan studi doktoralnya, Tony memanfaatkannya seolah-olah dia adalah kuda pekerja. Tony terus mendorongnya agar segera menyelesaikan tugasnya, karena khawatir jika negara asing menutup akses ke universitas, penelitian mereka akan makin terhambat.

Dia harus bolak-balik antara Universitas Jinggara dan keluarga Ferdian, di mana Bu Wanda juga mendaftarkannya untuk berbagai kelas, seperti memasak, merangkai bunga, dan apresiasi seni. Dia berusaha menjadi istri yang sempurna di kalangan elite, namun terkadang merasa kesulitan menyeimbangkan antara karier dan pendidikannya.

Pada tahun di mana dia mengalami pendarahan di masa kehamilannya, dia mengajukan permohonan untuk berhenti kuliah kepada Tony.

"Aku terlalu malu untuk menemuinya." Tatapan Pak Tony masih jelas dalam ingatannya. Bukan kemarahan ataupun teguran, hanya keheningan yang menusuk. Tanpa sepatah kata, Pak Tony berbalik, seakan tak ingin lagi berurusan dengannya.

Andre meletakkan satu tangan di pintu mobil, sambil menunduk memandang Wanda yang terkurung di dalam mobil sempit.

"Saat muda, mencintai siapa pun bukanlah kesalahan. Tetapi ketika dewasa, melepaskan sesuatu bukanlah hal yang salah. Masih ada orang yang menunggumu, selama kamu punya keberanian untuk memulai dari awal."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 5

    Nadya turun dari motor modifikasi sambil menenteng kantong kertas.Melihat wanita yang mengenakan celana yoga ketat, mata satpam itu langsung terbelalak.Nadya dengan santai mengibaskan rambut panjangnya yang terurai, menyapa satpam itu, lalu masuk ke dalam taman kanak-kanak.Dia sudah mencari tahu sebelumnya kelas tempat Jojo belajar. Begitu melihat wali kelasnya, Nadya tersenyum dan mendekat."Halo, aku bawakan permen karet untuk Jojo. Aku dengar permen yang dia bawa sangat disukai anak-anak lain."Wali kelas itu menatap Nadya. "Jadi, Anda yang menyuruh Jojo membawa permen itu ke sekolah?"Nadya tersenyum lebar. "Ya! permen karet ini buatan temanku, bahan dasarnya berkualitas tinggi ....""Jadi ini ulahmu! Anakku hampir mati tersedak gara-gara permen itu!!"Teriakan keras meledak dari belakang Nadya. Begitu dia berbalik, sebuah tamparan mendarat tepat di wajahnya.Pandangan Nadya langsung berputar, kepalanya pening."Kenapa kamu main tangan?!""Memang kamu pantas ditampar, dasar pemb

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 6

    Pikiran Wanda kosong seketika, seakan ada gelombang besar datang menghantamnya, merobek tubuhnya, membangkitkan kemarahan dan rasa terhina dalam dirinya.Dengan ekspresi datar, dia mengulurkan tangan, mengambil kalung itu.Mata Nadya tiba-tiba berbinar, kilatan sinis menari di dalamnya.Harvey bersandar di sofa, mengalihkan pandangannya. Wanda tidak ubahnya seperti seekor anjing, baru saja diabaikan, tetapi begitu dipanggil dengan satu gerakan jari, dia langsung mengibas-ngibaskan ekornya.Dengan menggunakan satu jarinya, Wanda menarik kalung dari leher Nadya.Dia meletakkan kedua kalung itu berdampingan."Nadya, kalung di lehermu ini, kualitas kerang mutiaranya lebih baik. Aku tukar denganmu, ya. Gimana menurutmu?"Jika dia langsung menunjuk bahwa ini adalah barang palsu, Nadya pasti bisa menciptakan banyak alasan untuk menghindari tanggung jawab.Dia ingin membuat Nadya menelan kekalahan tanpa sadar.Kalung tipis itu menjerat tengkuk Nadya.Nadya jelas terkejut. Awalnya, dia justru m

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 7

    Wanda menyodorkan pulpen pada Harvey untuk tanda tangan.Nadya membuka matanya lebar-lebar, tak bisa menyembunyikan harapannya.Melihat Harvey menandatangani surat cerai itu, Nadya diam-diam merasa senang."Kak Wanda, kamu terlalu berlebihan! Kalau aku punya suami seperti Harvey, mungkin tiap malam aku akan tertawa dalam mimpi."Wanda menatapnya sambil tersenyum sinis. "Lihat tuh mukamu, kayaknya sudah nggak sabar banget."Harvey melemparkan surat cerai yang sudah ditandatanganinya ke Wanda."Boleh saja ribut, tapi kenapa kamu malah menyerang Nadya?"Dia tidak ingin meladeni Wanda lebih lanjut. Suaranya melembut saat dia berkata pada Sasha, "Kalau kamu mau pulang, kapan saja bisa telepon Papa."Sasha menoleh ke arah Harvey tanpa berkata apa-apa, hanya menggenggam tangan Wanda dengan erat.Pandangan pria itu dingin dan tidak peduli saat melihat Wanda."Sasha adalah anakku, dia bisa pulang kapan saja, tapi kalau kamu yang ingin kembali ... nggak akan semudah itu!"Harvey duduk seperti de

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 8

    Kata-kata Nadya sangat menggoda, Jojo pun merasa bingung."Tapi, kalau cuma buat kerajinan yang sederhana kayak begini, aku nggak mungkin dapat bunga merah kecil.""Aku akan belikan banyak sekali bunga merah kecil di internet, dan aku kirim buat kamu! Jadi nanti kamu punya banyak bunga merah kecil!"Jojo menatapnya seperti melihat orang bodoh."Kak Nadya, kamu biasa keluar pakai barang palsu, ya?"Nadya langsung membantah, "Aku nggak pernah pakai barang palsu!"Jojo menaikkan volume suaranya. "Kamu mau aku bawa bunga merah kecil yang kamu beli itu ke sekolah, terus bikin aku diejek sama teman-teman? Bunga merah yang asli itu cuma yang dikasih sama Bu Guru!""Kamu pernah dengar cerita tentang 'Pakaian Baru Sang Raja'?"Jojo mendengus kesal. "Menipu diri sendiri!"Ditegur oleh seorang anak berumur lima tahun, wajah Nadya jadi merah padam menahan malu."Oke, oke, aku bantu kamu bikin benteng luar angkasa itu."Jika Wanda bisa membangun benteng luar angkasa dengan sedotan plastik, kenapa d

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 9

    Sasha tidak terima dan berkata, "Benteng luar angkasa itu dibuat sama Mama yang bergadang semalaman untukmu!""Benteng luar angkasa buatan Mama itu cuma sampah, sudah hancur! Kak Nadya buatkan aku yang baru, itu yang terbaik!"Jojo tampak bangga, sementara Sasha mengepalkan tinjunya dengan erat.Mereka berdua sudah pernah melihat, Mama yang bergadang membantu mereka mengerjakan tugas. Kenapa Jojo harus memperlakukan usaha Mama seperti itu?Sebenarnya, Wanda juga tidak ingin dirinya harus begitu menderita.Dia membayar dan meminta pembantu untuk bekerja lembur membantu Jojo dan Sasha mengerjakan tugas, namun malah dilaporkan ke ibu mertuanya."Menikahi gadis genius dari Institut Teknologi Mandala, bukankah tujuannya agar kamu bisa membimbing pewaris keluarga Ferdian dengan sepenuh hati?""Wanda, masa depan Jojo adalah karier seumur hidupmu. Bagaimana bisa kamu menyerahkan tugas Jojo pada pembantu?"Pembantu sudah waktunya pulang, tapi sebagai ibu, dia harus terus bekerja lembur untuk me

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 10

    Orang yang membuatkan benteng luar angkasa untuk Nadya sudah memberitahunya.Benteng luar angkasa yang besar itu bisa dengan mudah hancur saat kotaknya dibuka. Orang itu berpesan agar Nadya berhati-hati dalam menangani kotak ini. Jika rusak, risikonya harus ditanggung sendiri.Jojo mengangguk, dia sangat memercayai Nadya.Bu Sonya berkata dengan tegas, "Nona Nadya, kamu nggak bisa begitu! Hasil karya Jojo belum melalui pemilihan, tapi sudah mendapatkan kesempatan tampil di atas panggung, ini nggak adil bagi anak-anak lain!"Nadya tersenyum tanpa peduli. "Tahu nggak kalau Ibu Mitha Ferdian adalah anggota dewan sekolah di taman kanak-kanak ini? Tahu nggak kalau ayah Jojo akan datang ke aula hari ini untuk mendengarkan pidato Jojo?"Mata Jojo langsung bersinar. "Ayahku akan datang ke sini?"Sasha duduk di tempatnya, mendengar perkataan Jojo. Jantungnya berdetak kencang, matanya pun bersinar."Papa yang sibuk itu, kenapa bisa datang ke sekolah?" tanya Jojo tidak percaya.Nadya menjawab den

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 11

    Wanda menatap Harvey, pandangannya terpaku.Sepertinya matahari terbit dari barat. Dulu dia sudah beberapa kali mencoba meminta Harvey datang ke sekolah untuk ikut kegiatan orang tua dan anak.Harvey selalu bilang tidak ada waktu.Mertuanya juga sempat menegurnya, katanya jangan merepotkan Harvey hanya untuk acara-acara seperti itu.Mendidik anak dan menangani semua urusan anak adalah tanggung jawab Wanda sebagai istri Harvey.Seketika, Nadya dan Harvey sampai di depan Wanda."Kak Wanda, aku bawa Harvey datang."Melihat Wanda yang menatapnya dengan pandangan kosong, pria itu merasa geli.Bagaimana mungkin Wanda tidak mencintainya?Tatapan matanya jelas masih penuh dengan cinta!Harvey duduk di samping Wanda, sementara Nadya duduk di sisi lain Harvey.Para wanita kaya yang hadir langsung melirik ke arah mereka, dan beberapa bahkan sudah bersiap menikmati drama yang sedang berlangsung."Tunggu sebentar, Jojo akan menunjukkan hasil karya kerajinan tangannya, pasti akan mengejutkanmu!"Nad

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 12

    "Jojo, cepat keluarkan benteng luar angkasa itu!"Nadya mengulurkan tangannya, tetapi Jojo segera menutup kotak kardus itu. Dia gelisah dan menggelengkan kepala ke arah Nadya."Nggak boleh! Jangan dikeluarkan.""Keluarkan sekarang!" Nadya berkata dengan pelan tapi tajam. "Aku sudah susah payah membuatkanmu benteng luar angkasa ini, jangan disembunyikan begitu, dong. Memalukan, tahu!"Jojo bahkan menekan tubuhnya di atas kotak itu, tidak membiarkan Nadya membuka kotak tersebut.Nadya mencoba menarik Jojo, tapi Jojo berpegangan erat pada kotak kardus.Tiba-tiba, kotak kardus terbalik.Semua sedotan plastik di dalamnya berhamburan keluar.Bersamaan dengan sedotan itu, ada juga selembar kertas catatan berwarna merah muda yang terjatuh.Tulisan di kertas catatan itu terekam di kamera dan ditayangkan di layar besar.Isi tulisan itu: [Bayar cuma 600 ribu, mau orang lain bergadang buat bikin benteng luar angkasa? Mimpi saja!]Jojo terduduk lemas di lantai, menatap satu per satu sedotan plastik

Bab terbaru

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 50

    "Andre, kamu!" Nadya yang ada di sana berseru tidak percaya.Matanya berputar, lalu dia tersenyum dan bertanya, "Kamu tertarik pada kakakku sebagai pribadi, atau tertarik karena dia adalah istri Harvey?""Kak Wanda dan Kak Harvey masih dalam proses bercerai. Apa kamu pikir ini kesempatanmu untuk menikmati hubungan gelap tanpa takut banyak disalahkan?"Nadya tampak seolah-olah sudah melihat isi hati Andre.Saat itu, seluruh ruang rawat seperti ruang pendingin. Tekanan dari tubuh Harvey membuat Jojo sampai gemetar.Mata Andre yang seperti lukisan tinta tipis, diselimuti hawa dingin."Kamu habis dari pameran lukisan ya? Soalnya wajahmu penuh warna banget."Nadya, "Aku ....""Luar biasa, masih ada yang berani mengeluarkan isi hatinya dengan jujur."Wajah Nadya memucat. Dia membalas dengan malu, "Kamu bicarakan dirimu sendiri, ya!""Kamu paling paham, ya?" Andre tersenyum memandang Harvey. "Kamu terus bersama perempuan seperti ini, nggak heran kalau Wanda mau cerai sama kamu."Andre berkata

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 49

    Sasha terpaku di tempat, seluruh dirinya bingung. Jiwanya yang kecil terguncang hebat.Apakah dia yang salah?Kalau saja dia menurut dan ikut Ayah kembali ke keluarga Ferdian, Om Andre pasti tidak akan terluka.Tetapi, orang yang menembakkan anak panah ke arahnya adalah Jojo, yang memiliki darah yang sama dengannya.Padahal mereka dulu sangat akrab.Lambat laun, karena perbedaan fisik, sikap Jojo padanya makin buruk.Dia menyadari, di keluarga Ferdian, hanya Mama yang memperlakukan dia dan Jojo dengan adil. Papa pun lebih memihak Jojo."Jojo! Meskipun kamu minta maaf, aku tetap nggak akan maafkan kamu!" Sasha berteriak.Dia bertanya pada Harvey, "Papa, boleh nggak ... aku berhenti jadi anak Papa? Gimana caranya supaya aku bisa nggak kembali ke keluarga Ferdian selamanya?"Dia ingin melepaskan diri dari belenggu, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana.Wajah Harvey seolah-olah dibekukan oleh es setebal 90 cm."Sasha Ferdian! Nama belakangmu Ferdian! Kamu selamanya tetap anakku! Bagian da

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 48

    Jojo ketakutan sampai matanya berkaca-kaca karena aura mengerikan dari Harvey.Nadya buru-buru menenangkan. "Jojo, kamu dan Sasha itu kakak-adik kandung, Sasha pasti akan maafkan kamu!"Nadya menoleh ke arah Harvey, nadanya santai sambil menggoda. "Aku selalu merasa Andre itu mukanya ramah, tapi kepribadiannya lebih dingin dari kamu. Dia sampai rela berkorban demi orang lain, langka banget ya ...."Nadya memperpanjang nada akhirnya, lalu berkata lagi, "Tadi aku lihat Kak Wanda turun dari mobilnya Andre. Sejak kapan mereka sedekat itu?""Eh! Harvey, tunggu aku!"Nadya melihat Harvey berbalik pergi, jelas-jelas tidak mendengarkan omongannya.Dia buru-buru mengejar pria itu.....Di rumah sakit, Andre dibawa masuk ke ruang operasi.Dia menelungkup di atas meja operasi, lalu berkata pada dokter bedah utama, "Tambahkan dua nol di tagihan operasiku, biar nanti aku tagih ke Harvey si kulit kerang!"Dokter bedah itu kenal baik dengannya. Sambil membuka pakaiannya dengan pisau bedah, dia menggo

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 47

    Andre mengeluh, "Kalau harus tunggu ambulans, darahku bisa habis duluan. Pak Harvey, kamu mau lihat aku mati, ya!"Situasi Andre gawat, Wanda tidak mau lagi berdebat dengan Nadya."Turun! Jangan banyak omong, nggak usah cerewet!""Kalau sampai kecelakaan ...."Kalimat Nadya belum selesai, tiba-tiba dia merasa ada tekanan tak kasatmata menyelimuti seluruh tubuhnya. Saat tatapannya bertemu dengan Wanda, bulu kuduknya langsung berdiri. Duduk di atas motor, dia nyaris tidak bisa berdiri tegak.Nadya belum pernah merasakan aura semengerikan itu dari Wanda.Hatinya terasa waswas."Kak Wanda, aku sarankan kamu jangan nekat.""Cengeng banget. Itu bukan gaya kamu, Nadya!"Nadya manyun. Kalau Wanda mau cari mati, dia tidak melarang. Semoga sekalian jatuh menelungkup, hidung dan gigi remuk semua!Nadya turun dari motor.Wanda mengulurkan tangan padanya, "Kasih aku kunci motornya."Nadya melempar kunci begitu saja, Wanda menangkapnya dengan mantap.Wanda berkata pada Fabian, "Kak, tolong antar Sas

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 46

    "Andre!!" Wanda berseru kaget.Sasha yang dipeluk Andre belum menyadari apa yang baru saja terjadi.Andre bertanya dengan cemas, "Sasha, kamu terluka nggak?"Sasha menatap Andre dengan mata bulat bening, lalu menggeleng pelan.Dia bangkit dari tanah, dan baru sadar ada anak panah logam di punggung Andre.Mata Sasha membelalak, dia menarik napas dingin.Dia menoleh dan melihat Jojo di kejauhan yang secara refleks menyembunyikan busur mekanik di belakang tubuhnya.Sasha mengenali anak panah itu. Itu yang diberikan Nadya pada Jojo!Harvey juga tidak menyangka Jojo akan melakukan hal seperti itu. Wajahnya seolah-olah membeku oleh hawa dingin.Dibandingkan fakta bahwa putranya melukai orang, dia lebih terguncang oleh tindakan nekat Andre yang melindungi Sasha.Kedua tangan Harvey mengepal kuat."Jojo, ke sini kamu!"Jojo langsung gemetar. Dia ketakutan. "Aku cuma mau bantu Papa. Sasha nggak mau nurut!"Sasha menatap Jojo. Bahunya bergetar. Jojo sekarang terasa begitu asing baginya.Harvey m

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 45

    Di depan pintu kelas, belasan pengawal mengepung Fabian. Harvey berdiri di bawah tangga, auranya kuat dan menekan. Dia menatap Fabian seakan-akan dewa yang tinggi di langit sedang memandang semut di kakinya."Sasha, ke sini, ikut Papa pulang!"Nada suara Harvey penuh paksaan. Saat Sasha melangkah ke arah Fabian, dia sudah kehilangan kesabaran terhadap putrinya.Sasha menggeleng pada Harvey, "Aku mau pulang sama Om Fabian."Harvey tertawa dingin. "Dia bisa bawa kamu ke mana? Apa dia punya rumah? Sasha, kalau kamu ikut dia, kamu cuma akan tidur di jalan!""Sasha!" suara Wanda terdengar.Sasha melihat Wanda dan melambaikan tangan dengan gembira.Dia dan Fabian masih dikepung pengawal yang dibawa Harvey, jadi dia belum bisa menghampiri Wanda."Mama!"Wanda merasa sedih sekaligus bersalah. "Maaf ya, Mama ada urusan mendesak. Sasha, Mama janji, mulai sekarang Mama nggak akan pernah biarkan kamu menunggu di TK sendirian lagi."Sasha mengerti. "Aku tahu, Mama punya urusan penting. Urusan itu b

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 44

    Setelah tujuh tahun berlalu, Wanda kembali duduk di kursi pengemudi Corona.Seolah-olah jutaan sel dalam tubuhnya hidup kembali, bangkit seiring deru mesin yang menggelegar.Tubuh Wanda bergetar halus. Dia bisa mendengar detak jantungnya yang mengentak hebat. Dia merasa seperti hidup kembali!Andre duduk di kursi penumpang, menikmati entakan cepat dan kuat saat mobil melaju kencang.Hari ini, Corona berbeda dari biasanya. Di tangan Wanda, mobil itu kembali hidup."Mau ngebut sepuasnya juga nggak apa-apa. Kalau kena tilang, biar aku yang bayar."Wanda menekan gejolak dalam hatinya. "Nggak perlu, kalau ditilang karena ngebut, SIM-ku yang bakal kena poin."Corona melesat di jalan raya, suara raungannya membuat para pejalan kaki menoleh."Barusan itu apa yang lewat?""Burung walet ya? Sekejap saja langsung lewat di depan mukaku.""Musim begini mana ada burung walet! Menurutku, itu setan!"Para pejalan kaki di sisi jalan mulai ramai berdiskusi.Di jalan, Wanda kembali berpapasan dengan seke

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 43

    Jojo tidak tahan untuk mengeluh."Jojo!"Suara Nadya terdengar, dan Jojo langsung melesat pergi."Kak Nadya! Kok kamu telat!""Karena aku pergi belikan ini buat kamu!"Nadya mengeluarkan sebuah busur panah mekanik dari belakang punggungnya."Wah!" Mata Jojo langsung berbinar melihat busur panah mekanik berwarna hitam pekat itu.Nadya sangat puas. Dia tahu Jojo menyukai benda-benda seperti ini, sementara Wanda bahkan tidak mengizinkan Jojo menyentuh busur panah mekanik."Dengan busur mekanik ini, kamu pasti terlihat gagah, 'kan!"Jojo tidak sabar mengambil busur itu, lalu bergaya memanah dengan keren."Kak Nadya, anak panahnya mana! Kasih aku anak panahnya!"Nadya memberinya satu ember anak panah logam yang runcing dan indah.Jojo begitu menyukai anak panah logam yang dingin itu, tidak bisa melepaskannya dari tangan. "Akhirnya bukan panah plastik lagi! Kak Nadya, aku benar-benar suka banget sama kamu!""Anak laki-laki memang harus bermain dengan busur dan anak panah asli yang punya daya

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 42

    Wanda duduk di kursi penumpang depan. Tubuhnya terasa canggung dan tidak tahu harus bersikap seperti apa."Mobil ini ....""Tujuh tahun lalu, aku membelinya di lelang Christie's. Demi mendapatkan mobil ini, aku langsung 'menyalakan lentera langit.'"Yang dimaksud 'menyalakan lentera langit' adalah istilah dalam dunia lelang, artinya tidak peduli berapa pun harga yang ditawar orang lain, si penyalanya akan selalu menawar lebih tinggi.Menyalakan lentera langit berarti si pembeli sangat berambisi untuk mendapatkan barang lelang tersebut.Mobil balap "Corona" ini, pada lelang tujuh tahun lalu, mencetak rekor harga yang mengguncang dunia.Wanda tersenyum. "Ternyata kamu orang yang membelinya."Dia mengulurkan tangan, menyentuh bodi mobil itu dengan penuh nostalgia."Kamu tahu mobil ini dulunya adalah ...."Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Andre langsung menyambung,"Aku tahu, kamu pemilik pertama Corona."Dia bukan hanya tahu, dia juga pernah menyaksikan sendiri Wanda mengendarai

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status