“Nancy, begitu sadar Andika nggak sehebat yang kamu kira, kamu mau peras aku sebelum meninggalkannya? Kamu kira dia atau kamu layak? Aku punya kemampuan untuk ambil kembali semua yang kuberi. Jadi, aku tentu saja juga mampu selidiki alasan kamu putus dengan Andika.”“Dapat beasiswa kuliah di luar negeri? Waktu itu, kamu sebenarnya cuma dapat pacar orang kaya. Tapi, kamu akhirnya malah dicampakkannya. Tanpa perlu kuminta, ada banyak orang yang mau kasih aku bukti dari apa yang kamu lakukan selama di luar negeri.”“Kalau kamu masih berani ganggu aku, jangan salahkan aku cetak dan sebarkan foto-foto itu. Ini peringatan terakhirku padamu,” ujarku.“Cathy!” Tiba-tiba terdengar seruan gembira seseorang dari pintu. Kemudian, Andika berlari ke hadapanku sambil memegang buket bunga lili dan berkata, “Lihat, kamu bilang kamu paling suka sama lili. Aku sudah sadari kesalahanku. Berilah aku sebuah kesempatan lagi. Semua yang terjadi kali ini cuma kesalahan. Sebelumnya, aku cuma asal bicara karena
Sementara itu, aku melihat tampangku yang masih muda dalam video itu. Aku makin merasa bahwa aku benar-benar sudah kehilangan akal sehatku pada saat itu.Dulu, Nancy mendapat pacar kaya dan ingin langsung mengikuti pacarnya itu ke luar negeri. Namun, pada saat itu, Andika sudah terjerumus terlalu dalam karena ajaran sesat Nancy. Begitu Nancy mengucapkan alasan itu, Andika pasti tidak sanggup menahan pukulan itu.Aku tidak tega melihat Andika menerima pukulan sebesar itu. Jadi, aku mencari Nancy dan menggunakan 6 miliar untuk membuatnya berbohong pada Andika.“Uang ini untuk beli ucapanmu sebelum pergi. Suruhlah Andika belajar yang baik dan jangan lanjut terjerumus di jalan sesat.”Berhubung bisa mendapatkan 6 miliar secara cuma-cuma, Nancy pun menyetujuinya. Dengan ucapannya itu, keadaan Andika benar-benar membaik. Pada saat itu, aku merasa diriku tidak rugi dengan menghabiskan 6 miliar itu. Sekarang, aku justru merasa aku rugi besar. Aku mengumpulkan dan menyortir semua bukti mengena
“Bukan cuma begitu!” Nancy menatapku sambil tertawa, lalu melanjutkan, “Dulu, kami semua sudah sepakat cuma mau nakut-nakuti kamu. Tak disangka, ada orang yang benar-benar berniat jahat. Karena kamu hampir dilecehkan, Andika merasa kamu sudah kotor. Apanya yang khawatir dirinya nggak layak mendampingimu atau waktunya belum tepat. Dia cuma merasa kamu kotor!”Andika menerjang ke arah Nancy dan berseru, “Diam! Diam! Diam! Aku suruh kamu diam!”Melihat Nancy yang hampir dicekik mati oleh Andika, aku buru-buru mencegahnya. “Cukup! Andika, sebaiknya kamu menyerah dan jangan lanjut berbuat salah lagi!”Andika melepaskan Nancy, lalu menggeleng dan berkata, “Nggak. Cathy, kita masih bisa mulai lagi dari awal. Setelah habisi dia, aku akan bawa kamu pergi dari tempat ini. Benar! Kita putuskan begini saja!”Sebelum aku sempat berbicara, Andika sudah membawa aku dan Nancy ke tebing di samping pantai. Tebing ini sangat curam dan bagian bawahnya dipenuhi dengan bebatuan. Ombak besar dari laut juga t
Air mata yang menetes di punggung tanganku tiba-tiba menarikku kembali ke dunia nyata. Aku menatap kamera yang kupegang. Ini seharusnya adalah momen paling bahagia dalam hidupku, tetapi momen ini malah menjadi sebuah ironi.Aku membuka pintu kamar. Begitu melihatku, Andika langsung terlihat panik. “Cathy, kok kamu ada di sini? Kenapa kamu nangis? Ka ... kamu terlalu gembira karena akan segera menikahiku?”Saat menyadari Andika sedang menguji dan curiga padaku, aku benar-benar merasa muak.“Andika, aku cuma mau tanya, kamu benar-benar tulus mau menikahiku?”Andika tertegun sejenak, lalu menunjukkan ekspresi kesal yang familier.“Pernikahan kita sudah mau dimulai. Buat apa kamu tanya pertanyaan seperti ini lagi? Cathy, bisa nggak kamu ubah sifat manja ala anak orang kayamu? Kalau kamu masih lanjut buat onar, batalkan saja pernikahan ini.”Kata-katanya itu sangat menusuk hatiku. Aku pun tertawa. Lihatlah, bahkan sampai hari ini, dia sama sekali tidak bersedia bersikap baik terhadapku. Ap
Aku kembali ke rumahku dengan Andika. Di semua sudut rumah ini, terdapat jejak hidup kami. Bingkai foto di dinding, karpet custom, vas bunga yang kami buat bersama ....Rumah ini pernah memberiku kebahagiaan. Setelah sadar sekarang, aku baru menyadari betapa konyolnya diriku. Meskipun semua bingkai itu adalah fotoku dengan Andika, ekspresi Andika di setiap foto sangat dingin. Hanya aku sendiri yang tersenyum gembira.Andika mengatakan dia tidak suka tersenyum. Namun, aku jelas-jelas pernah melihat tampangnya saat menatap Nancy. Begitu melihat Nancy, dia tanpa sadar langsung tersenyum dan merasa gembira dari dalam hati. Tidak seperti saat bersamaku, dia selalu terkesan tidak sabar.Ada banyak barang di rumah ini. Barang milikku, milik Andika, dan milik kami. Setelah melihat semuanya saksama, aku baru menyadari bahwa hampir semua barang ini adalah pilihanku. Selain kebutuhan sehari-harinya, tidak ada satu pun barang yang dipilihnya. Kenapa aku bisa merasa rumah ini merupakan simbol kebah
Luna, sahabatku itu memukul pundakku, lalu berkata menyeka air matanya, “Untung kamu tetap ada kasih kabar ke kami. Kalau nggak, kami benar-benar bisa mati saking khawatirnya.”Tidak ada orang yang bertanya kenapa aku tiba-tiba melarikan diri dari resepsi pernikahan, atau kenapa aku berlibur seorang diri selama sebulan. Mereka semua bersikap seolah-olah semua itu tidak penting.Dalam perjalanan pulang, kakakku berujar, “Cathy, kami itu pendukung terbesarmu. Kamu pasti akan lakukan kesalahan selama hidup, tapi kami akan selalu menoleransi semua kesalahan itu.”Aku menahan air mataku dan tidak berhenti mengangguk....Baru saja aku tiba di gerbang rumah, Paman Andy, pengurus rumah kami buru-buru berjalan keluar dan berbisik, “Tuan, Nyonya, Andika bawa orang datang kemari.”Begitu mendengar ucapan itu, ekspresi Ibu langsung berubah. “Dia masih berani datang? Siapa yang biarkan dia masuk?” Melihat kakakku yang hendak turun dari mobil dan sepertinya ingin menghajar Andika, aku buru-buru me
“Sakit. Sakit banget. Anakku ....”Andika langsung panik dan hendak turun untuk memapahku. Namun, Nancy malah menahannya.“Andika, aku sakit banget ....”Tepat pada saat Andika merasa ragu, kakakku yang sedang berjalan mendekat langsung terkejut dan buru-buru menggendongku.“Cathy, jangan takut. Ada Kakak di sini.” Sebelum pergi, kakakku tidak lupa memelototi Andika dan berseru, “Kalau terjadi sesuatu pada Cathy, aku nggak akan ampuni kalian!”Darah yang tidak berhenti mengalir dan rasa sakit di bagian perutku membuatku mulai kehilangan kesadaran. Aku merasa ada cahaya yang terang, tetapi cahaya itu tiba-tiba menjadi buram. Di bawah seruan khawatir keluargaku, aku akhirnya sepenuhnya kehilangan kesadaran.Aku bermimpi tentang pertemuan pertamaku dengan Andika. Waktu itu, Andika terkenal sebagai mahasiswa paling tampan, tetapi miskin di universitas kami. Saat dia masih kecil, ibunya melarikan diri bersama orang lain, sedangkan ayahnya menelantarkannya setelah menikah lagi. Semua orang
“Bukan cuma begitu!” Nancy menatapku sambil tertawa, lalu melanjutkan, “Dulu, kami semua sudah sepakat cuma mau nakut-nakuti kamu. Tak disangka, ada orang yang benar-benar berniat jahat. Karena kamu hampir dilecehkan, Andika merasa kamu sudah kotor. Apanya yang khawatir dirinya nggak layak mendampingimu atau waktunya belum tepat. Dia cuma merasa kamu kotor!”Andika menerjang ke arah Nancy dan berseru, “Diam! Diam! Diam! Aku suruh kamu diam!”Melihat Nancy yang hampir dicekik mati oleh Andika, aku buru-buru mencegahnya. “Cukup! Andika, sebaiknya kamu menyerah dan jangan lanjut berbuat salah lagi!”Andika melepaskan Nancy, lalu menggeleng dan berkata, “Nggak. Cathy, kita masih bisa mulai lagi dari awal. Setelah habisi dia, aku akan bawa kamu pergi dari tempat ini. Benar! Kita putuskan begini saja!”Sebelum aku sempat berbicara, Andika sudah membawa aku dan Nancy ke tebing di samping pantai. Tebing ini sangat curam dan bagian bawahnya dipenuhi dengan bebatuan. Ombak besar dari laut juga t
Sementara itu, aku melihat tampangku yang masih muda dalam video itu. Aku makin merasa bahwa aku benar-benar sudah kehilangan akal sehatku pada saat itu.Dulu, Nancy mendapat pacar kaya dan ingin langsung mengikuti pacarnya itu ke luar negeri. Namun, pada saat itu, Andika sudah terjerumus terlalu dalam karena ajaran sesat Nancy. Begitu Nancy mengucapkan alasan itu, Andika pasti tidak sanggup menahan pukulan itu.Aku tidak tega melihat Andika menerima pukulan sebesar itu. Jadi, aku mencari Nancy dan menggunakan 6 miliar untuk membuatnya berbohong pada Andika.“Uang ini untuk beli ucapanmu sebelum pergi. Suruhlah Andika belajar yang baik dan jangan lanjut terjerumus di jalan sesat.”Berhubung bisa mendapatkan 6 miliar secara cuma-cuma, Nancy pun menyetujuinya. Dengan ucapannya itu, keadaan Andika benar-benar membaik. Pada saat itu, aku merasa diriku tidak rugi dengan menghabiskan 6 miliar itu. Sekarang, aku justru merasa aku rugi besar. Aku mengumpulkan dan menyortir semua bukti mengena
“Nancy, begitu sadar Andika nggak sehebat yang kamu kira, kamu mau peras aku sebelum meninggalkannya? Kamu kira dia atau kamu layak? Aku punya kemampuan untuk ambil kembali semua yang kuberi. Jadi, aku tentu saja juga mampu selidiki alasan kamu putus dengan Andika.”“Dapat beasiswa kuliah di luar negeri? Waktu itu, kamu sebenarnya cuma dapat pacar orang kaya. Tapi, kamu akhirnya malah dicampakkannya. Tanpa perlu kuminta, ada banyak orang yang mau kasih aku bukti dari apa yang kamu lakukan selama di luar negeri.”“Kalau kamu masih berani ganggu aku, jangan salahkan aku cetak dan sebarkan foto-foto itu. Ini peringatan terakhirku padamu,” ujarku.“Cathy!” Tiba-tiba terdengar seruan gembira seseorang dari pintu. Kemudian, Andika berlari ke hadapanku sambil memegang buket bunga lili dan berkata, “Lihat, kamu bilang kamu paling suka sama lili. Aku sudah sadari kesalahanku. Berilah aku sebuah kesempatan lagi. Semua yang terjadi kali ini cuma kesalahan. Sebelumnya, aku cuma asal bicara karena
Kakakku langsung berbalik dengan sedih, sedangkan mata Ayah mulai memerah. Ibu menggenggam tanganku dan menghibur, “Nggak apa-apa. Kelak, kamu masih bisa punya anak. Dokter bilang kandunganmu ini pada dasarnya memang nggak stabil. Ini bukan salahmu.”Aku keguguran? Aku menunduk dan menatap perutku. Di dalam perut yang rata ini, pernah ada sebuah nyawa dan harapan.Air mataku mengalir lagi. Namun, aku menyekanya dan berkata sambil menggeleng, “Bagus juga aku keguguran. Anak ini nggak seharusnya punya ayah seburuk itu. Dia pantas dapatkan orang tua yang lebih baik.”Pintu ruang pasien tiba-tiba dibuka. Begitu mendengar ucapanku, Andika langsung menatapku dengan panik dan berkata, “Cathy, jangan begitu.”Begitu melihat Andika, Kakak langsung meninjunya sehingga dia jatuh ke lantai.“Dasar bajingan! Kamu masih berani muncul di hadapan Cathy? Kalau bukan gara-gara kamu, Cathy nggak mungkin hidup semenderita ini! Kalau tahu akhirnya jadi begini, dulu aku seharusnya bersikap lebih tegas dan p
“Sakit. Sakit banget. Anakku ....”Andika langsung panik dan hendak turun untuk memapahku. Namun, Nancy malah menahannya.“Andika, aku sakit banget ....”Tepat pada saat Andika merasa ragu, kakakku yang sedang berjalan mendekat langsung terkejut dan buru-buru menggendongku.“Cathy, jangan takut. Ada Kakak di sini.” Sebelum pergi, kakakku tidak lupa memelototi Andika dan berseru, “Kalau terjadi sesuatu pada Cathy, aku nggak akan ampuni kalian!”Darah yang tidak berhenti mengalir dan rasa sakit di bagian perutku membuatku mulai kehilangan kesadaran. Aku merasa ada cahaya yang terang, tetapi cahaya itu tiba-tiba menjadi buram. Di bawah seruan khawatir keluargaku, aku akhirnya sepenuhnya kehilangan kesadaran.Aku bermimpi tentang pertemuan pertamaku dengan Andika. Waktu itu, Andika terkenal sebagai mahasiswa paling tampan, tetapi miskin di universitas kami. Saat dia masih kecil, ibunya melarikan diri bersama orang lain, sedangkan ayahnya menelantarkannya setelah menikah lagi. Semua orang
Luna, sahabatku itu memukul pundakku, lalu berkata menyeka air matanya, “Untung kamu tetap ada kasih kabar ke kami. Kalau nggak, kami benar-benar bisa mati saking khawatirnya.”Tidak ada orang yang bertanya kenapa aku tiba-tiba melarikan diri dari resepsi pernikahan, atau kenapa aku berlibur seorang diri selama sebulan. Mereka semua bersikap seolah-olah semua itu tidak penting.Dalam perjalanan pulang, kakakku berujar, “Cathy, kami itu pendukung terbesarmu. Kamu pasti akan lakukan kesalahan selama hidup, tapi kami akan selalu menoleransi semua kesalahan itu.”Aku menahan air mataku dan tidak berhenti mengangguk....Baru saja aku tiba di gerbang rumah, Paman Andy, pengurus rumah kami buru-buru berjalan keluar dan berbisik, “Tuan, Nyonya, Andika bawa orang datang kemari.”Begitu mendengar ucapan itu, ekspresi Ibu langsung berubah. “Dia masih berani datang? Siapa yang biarkan dia masuk?” Melihat kakakku yang hendak turun dari mobil dan sepertinya ingin menghajar Andika, aku buru-buru me
Aku kembali ke rumahku dengan Andika. Di semua sudut rumah ini, terdapat jejak hidup kami. Bingkai foto di dinding, karpet custom, vas bunga yang kami buat bersama ....Rumah ini pernah memberiku kebahagiaan. Setelah sadar sekarang, aku baru menyadari betapa konyolnya diriku. Meskipun semua bingkai itu adalah fotoku dengan Andika, ekspresi Andika di setiap foto sangat dingin. Hanya aku sendiri yang tersenyum gembira.Andika mengatakan dia tidak suka tersenyum. Namun, aku jelas-jelas pernah melihat tampangnya saat menatap Nancy. Begitu melihat Nancy, dia tanpa sadar langsung tersenyum dan merasa gembira dari dalam hati. Tidak seperti saat bersamaku, dia selalu terkesan tidak sabar.Ada banyak barang di rumah ini. Barang milikku, milik Andika, dan milik kami. Setelah melihat semuanya saksama, aku baru menyadari bahwa hampir semua barang ini adalah pilihanku. Selain kebutuhan sehari-harinya, tidak ada satu pun barang yang dipilihnya. Kenapa aku bisa merasa rumah ini merupakan simbol kebah
Air mata yang menetes di punggung tanganku tiba-tiba menarikku kembali ke dunia nyata. Aku menatap kamera yang kupegang. Ini seharusnya adalah momen paling bahagia dalam hidupku, tetapi momen ini malah menjadi sebuah ironi.Aku membuka pintu kamar. Begitu melihatku, Andika langsung terlihat panik. “Cathy, kok kamu ada di sini? Kenapa kamu nangis? Ka ... kamu terlalu gembira karena akan segera menikahiku?”Saat menyadari Andika sedang menguji dan curiga padaku, aku benar-benar merasa muak.“Andika, aku cuma mau tanya, kamu benar-benar tulus mau menikahiku?”Andika tertegun sejenak, lalu menunjukkan ekspresi kesal yang familier.“Pernikahan kita sudah mau dimulai. Buat apa kamu tanya pertanyaan seperti ini lagi? Cathy, bisa nggak kamu ubah sifat manja ala anak orang kayamu? Kalau kamu masih lanjut buat onar, batalkan saja pernikahan ini.”Kata-katanya itu sangat menusuk hatiku. Aku pun tertawa. Lihatlah, bahkan sampai hari ini, dia sama sekali tidak bersedia bersikap baik terhadapku. Ap