“Halo, Bibi, selamat siang.”
Alena dikejutkan tangan kecil milik seorang gadis yang baru saja menyapanya. Lucia, gadis yang menjadi sahabat putrinya itu menyentuh pundak Alena dari belakang, membuatnya sedikit tersentak. Wanita yang masih cantik itu lantas berbalik untuk melihat Lucia, dan membuat matanya sedikit menjereng.
“Luci, kau ingin membuat bibimu mati jantungan?” Alena berpura marah dengan bibir yang ditahan untuk tersenyum.
“Oh, lihat lah bibiku yang masih cantik dan muda ini, apakah mungkin kematian akan bisa menjemputnya? Paman akan membunuh si serangan jantung lebih dulu,” canda Lucia, yang lantas membuat Alena terkikik tak tertahan. Dia menggamik kecil pipi Lucia dan mengajaknya duduk.
“Sudah lama tak terlihat, apa kegiatanmu sekarang?” tanya Alena, begitu mereka duduk di sofa besar yang ada di ruang pribadi milik Alena.
“Itu ... hehehe. Aku masih seperti biasa, Bi, sebab itu ibuku
“Harry! Harry!”Alena memasuki ruang kerja Harry dan memanggil nama lelaki yang sudah dua puluh dua tahun menjadi suaminya. Matanya menemukan meja kosong tanpa keberadaan Harry. Bahkan asisten pribadi yang biasanya selalu berada di ruangan itu pun tak dia temukan di sana. Segera dia berlari meninggalkan ruangan itu, menuju ruangan besar yang tidak jauh dari tempatnya.Pikiran Alena sudah tak bisa dikendalikan lagi. Dia bahkan tidak peduli jika suaminya mungkin tengah menerima tamu penting di dalam sana. Yang ada di pikiran wanita itu adalah, Harry harus segera tahu tentang Zoe agar bisa mencarinya. Bukankah justru Harry akan marah padanya nanti, jika Alena menunda memberitahu tentang putri mereka? Tanpa berpikir panjang, dia dorong pintu besar di depannya dan berpasang-pasang matamu teralih pada Alena.Di depan sana, di bundaran meja besar yang hanya berjarak beberapa langkah dari pintu, bisa Alena lihat beberapa orang yang tengah duduk melingk
“Kenapa? Kau tidak senang dengan ucapanku? Terserah kau terima atau tidak, tapi kau harus menikahiku segera setelah pelayaran ini selesai!”Zoe mengalihkan matanya pada gadis yang kini berjalan menuju Dixon, tampak jelas raut tak senang di wajah cantik Zoe, tak suka melihat si gadis yang sekarang sudah berdiri di samping Dixon. Lihat saja gadis itu memasang senyumnya, membuat Zoe semakin muak ketika Dixon justru membalas tatapnnya. Apakah mereka tidak paham dengan ucapan Zoe barusan? Sebenarnya Dixon ini orang seperti apa, sih? Kenapa dia sangat tidak peka?“Maaf, Tuan Stewart, sepertinya Anda memiliki masalah pribadi, apakah kita harus menunda pekerjaan ini?” Si gadis berkata dengan bibir mengulum senyum, menyebabkan mual perasaan Zoe.Tapi ... tunggu. Apakah dia tadi memanggil Dixon dengan sebutan ‘Tuan’? Lalu kemudian dia berkata pekerjaan? Apakah mungkin ... mata Zoe segera membulat dan tangannya ditangkupkan di depan mulu
Ciuman itu terus berlanjut untuk beberapa detik ke depan. Gigi Zoe yang tadinya mengatup pun kini terbuka memberikan akses bagi lidah Dixon masuk ke dalam sana. Zoe bisa merasakan tubuhnya seakan melayang, ketika lidah basah Dixon mengabsen setiap benda yang ada di dalam rongga mulut Zoe. Ini kah yang disebut sebagai ciuman basah? Sempat dia berpikir, tapi kembali terhanyut akan perlakuan Dixon yang memilin habis lidahnya. Ketika akhirnya mereka sudah tak bisa menahan napas lebih lama lagi, ciuman itu pun terpaksa dilepaskan. Zoe merasa seakan sebagian dari dirinya ikut menghilang bersamaan dengan ciuman yang berakhir.Dua anak manusia itu terdiam kemudian. Dixon menempelkan kening mereka dan mempertemukan dua pucuk hidung mancung yang saling beradu. Bisa mereka rasakan deruan napas memburu yang keluar dari mulut masing-masing, seperti embusan angin laut menerpa wajah mereka.Kemudian Dixon membuka matanya. Bisa dia lihat Zoe yang masih terpej
“Sayang, kau sudah siap? Kapalnya akan berlabu sore ini. Cepat lah, kita harus segera menemukan Zoe.”Alena sedang membenarkan riasannya di depan cermin, ketika Harry terus memburu wanita itu untuk lebih cepat. Wanita itu mengembuskan napas pelan dan meletakkan alat make up kembali ke tempatnya.“Bahkan penerbangan masih satu jam lagi, dia sudah seperti orang gila,” gerutu Alena, bangkit dari kursi riasnya.Sejak mereka mendapat kabar Zoe tidak memiliki kabin, Harry sangat berusaha menemukan informasi pelayaran kapal pesiar itu. Hanya satu hari Harry sudah mendapatkan rute kapal yang katanya akan berlayar tanpa tujuan. Ya, dia bisa mendapat informasi bahwan kapal akan bersandar di Taiwan sore ini.“Ayo, Sayang, jangan berlama-lama,” kata Harry, menarik pinggang istrinya lebih dekat padanya. Pasangan menikah itu bergegas turun menuju halaman rumah.“Mom ...” Eldrick yang sedang bermain bola di ha
“Bagaimana? Kau ingin kita mengulangnya siang ini? Dengan senang hati aku akan melakukannya.” Dixon berbicara sekali lagi, melepaskan tangannya yang mencapit bibir Zoe. Zoe sangat terpengaruh oleh ajakan lelaki itu. Pesona Dixon seakan memiliki daya tarik sendiri yang bisa membuat Zoe merasa terhipnotis. Dia harus menggelengkan kepalanya, untuk bisa lepas dari jerat lelaki tampan yang sangat menggoda iman. “A-apa? Itu ... aku tidak tahu,” sahut Zoe, dan dia sangat malu oleh jawaban yang baru saja dia ucapkan. ‘Zoe, kenapa otakmu menjadi sangat lamban berpikir?’ Dia merutuk di pikirannya, merasa sudah sangat bodoh tidak mampu menolak dengan tegas. “Baik lah, aku akan menunda itu sampai kita selesai menikah. Tapi siap dirimu untuk melayani suamimu ini, heh?” Dixon melepaskan tangannya dari tubuh gadis bermata hazel itu, dan membalik membelakangi Zoe. Untuk beberapa detik Zoe harus menetralkan perasaan aneh yang menjalari dirinya. Dia biarkan Dix
Mata lelaki itu masih tetap tertuju pada Zoe. Wajah cantik di depan sana bisa membuat dirinya tidak mampu berpaling barang sedetik pun. Dixon terlihat seperti dia bukanndirinya, tersihir oleh tingkah Zoe yang terus membuatnya tersenyum. Apalagi saat Zoe mengangkat kedua tangannya ke atas seperti tengah berolah raga dia menggerakkan tubuhnya ke kiri dan kanan, memperjelas dua bukit di dadanya, dan melayangkan lamunan Dixon menjadi liar. Lihat lah senyum yang merekah di wajah Zoe, membuat Dixon tidak sadar sudah bergerak maju menuju gadis itu. Gerakan Zoe yang biasa saja sungguh seperti sebuah godaan di mata Dixon, seperti sengaja meminta dirinya datang lebih dekat lagi.Merasa ada yang mendekatinya, Zoe memutar badan dan menemukan lelaki itu sudah berdiri tepat di sebelahnya.“Ada apa kau tersenyum?” tanya Zoe, bingung akan tingkah aneh yang tidak biasa Dixon tunjukkan.Masih belum sadar dari keterpakuannya akan kecantikan wajah Zoe, Dixon
Dua jam sebelumnya. Pesawat yang membawa Harry dan Alena sudah mendarat di penerbangan internasional Taiwan. Tidak menunggu lama, sebuah helikopter langsung membawa mereka menuju pelabuhan di mana kapal pesiar yang membawa putri mereka, tengah bersandar. Harry juga membawa beberapa pengawal yang akan membantunya mencari keberadaan Zoe. Bisik-bisik para penumpang yang memilih tetap di dalam kapal pun tak bisa dihindarkan. “Tuan Harry Borisson sama sekali tak berubah meski dia sudah tua.” “Benar, dia tetap lah menjadi pemegang kuasa, bahkan bisa menggeleda kapal pesiar milik keluarga terkenal di Australi.” “Tapi sebenarnya, apa yang membuatnya seperti ini? Apakah keluarga Stewart mencari masalah pada singa jantan itu?” “Ah ... dia selalu bisa membuat orang-orang kagum akan wibawa yang dibawanya di wajah. Entah bagaimana nasib keluarga Stewart ke depan nanti.” “Menurut kalian, bukankah keluarga Stewart sudah sangat berani m
Di Macau.“Mereka sudah memasuki hotel sejak hampir satu jam yang lalu.” Harry menatap jam di pergelangan. Kakinya melangkah cepat, secepat dentuman jantung yang menggila di dalam sana.Ketika mereka tiba di meja resepsionis, Harry segera berkata, “Bawa kami ke kamar yang dipesan oleh Dixon Stewart.”Dua wanita yang sedang berjaga di sana pun mengerutkan kening. Siapa orang ini? Kenapa dia ingin mendatangi kamar seseorang dengan wajah penuh amarah seperti itu? Mungkin itu lah yang ada di dalam benak mereka.“Maaf, Tuan, demi kenyamanan tamu, kami tidak bisa melakukannya,” sahut salah satu dari wanita itu.Apakah mereka sedang memancing emosi Harry? Matanya tajam menyorot langsung pada inti mata si wanita resepsionis.“Aku Harry Borisson. Hubungi Manegermu, dan sebutkan nama Harry Borisson padanya!” kata Harry, pelan dan tegas.Sementara di salah satu kamar ternyaman di dalam hotel