"Anda sudah bertemu Nona Alena, Tuan?"
Harry melempar wajahnya ke kanan. Pertanyaan Lukas membingungkan lelaki yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.
"Apa maksudmu?" tanya lelaki itu. Membuat Lukas langsung membungkuk sangat dalam.
"Maaf, Tuan, penjaga di rumah mengatakan, Nona Alena keluar dari satu jam yang lalu. Nona meminta diantar ke sini."
"Lalu, di mana dia? Apa kau sudah sangat pikun, Lukas? Kenapa tidak segera mencarinya di bawah?" cecar Harry. Kemudian dia berpikir sejenak.
Kenapa Alena datang? Bukannya gadis itu sangat marah dan tidak mau mempercayainya? Atau mungkin Alena sudah membuka hatinya, dan berniar berdamai dengan Harry? Hatinya menghangat segera. Harry bangkit dari kursi kebanggaannya tanpa berpikir panjang.
"Biar aku yang mencarinya ke bawah."
Namun, baru saja Harry tiba di dekat pintu, Lukas kembali berkata, "Tapi, Tuan, Nona tidak ada di bawah. Aku sudah mencarinya dan bertanya di meja resepsio
"A-apa?"Harry tergugup. Dia bertumpuh pada kedua lututnya untuk berjalan di atas ranjang. Seperti robot dia mendekati istrinya yang masih memamerkan perut di depan sana."Alen, kau ... kau hamil?" Matanya berbinar menanyakan itu.Alena mengangguk dua kali sambil melebarkan senyumnya. Sungguh sangat sulit dipercayai Harry, anggukan itu membulatkan matanya. Tangan kekar Harry lantas dilingkarkan ke pinggang Alena dan membawanya mendekat."Kau serius, Alen? Kau tidak sedang menggodaku, bukan?" Harry duduk di sisi ranjang dengan Alena masih di dalam pelukannya. "Kau hamil sungguhan?""Tentu saja. Aku sudah periksa ke dokter."Lantas Harry berdiri dan mengangkat tubuh Alena ke atas. Gadis itu sangat ramping dan mungil, gampang bagi Harry mengangkat Alena dan memutarkannya di udara. Keduanya tertawa bahagia oleh kabar yang sangat menggembirakan ini."Alenaku hami! Istriku hamil!" serunya girang. Bukan hanya Alena yang diputarnya di di
"Maksudnya, Mam- Nyonya?" Alena meralat panggilannya, saat menyadari tak ada Harry di sana.Lantas, Amanda memangku tangan di depan dada. Bibirnya mencibir tak senang, mendengar Alena hampir saja memanggilnya mama."Bagaimana kau berpikir aku akan memberitahumu? Tak ada orang yang memberi tahu rencana pada musuhnya," jawab Amanda sinis.Apa pun rencana itu pasti lah sesuatu yang akan membuat Alena menyingkir dari Harry. Seharusnya Alena tidak perlu mempertanyakan pada Amanda. Dia menjadi malu pada dirinya sendiri."Nyonya, apakah aku sangat tak pantas menjadi menantu Anda? Meski aku miskin, aku akan berusaha menjadi menantu yang patuh."Mata Amanda melotot. "Jangan bermimpi menganggap dirimu menantuku!" sahutnya cepat. "Sadar diri lah, kau hanya pengemis yang menumpang hidup pada putraku. Kau tau benalu? Itu lah kau! Tidak puas hanya menikmati uang Harry, dan kau masih ingin mencekiknya dengan kehamilanmu."Alena sudah tahu jawab
Di saat Alena sangat terpojok oleh ucapan para undangan itu, Feli memasang wajah sedih pada mereka. Dia kemudian mendekati Alena dan memeluk pundak gadis itu."Ah, kalian berlebihan, Nyonya. Bagaimana bisa kalian menuduh saudaraku sekeji itu? Kami sangat dekat, meski hanya saudara tiri. Aku tak yakin Alena melakukan hal seburuk itu untuk menjatuhkanku. Tolong jangan menghinanya."Bukannya mengindahkan perkataan Felisha, justru semuanya semakin ramai. Mereka mengatakan Felisha adalah gadis yang baik dan pantas menjadi menantu keluarga Raves."Keluarga Raves pasti sangat beruntung mendapatkan menantu sepertimu. Ibumu pasti sangat baik mengajarkanmu.""Betul. Aku juga berpikir demikian. Tidak seperti saudara tirinya, yakinlah Nyonya Borisson akan sangat menyesal memiliki menantu seperti dia."Lagi, Feli mengambil kesempatan itu untuk menyerang Alena secara telak."Mamaku selalu mengajarkan kami saling menyayangi, tapi Alena memang tidak pernah menden
Istana besar itu heboh oleh kabar yang berasal dari nyonya besar. Sebagai kepala dari semua pelayan dan orang yang bekerja pada Harry, Lukas yang terlihat sangat terkejut dan berusaha keras membujuk sang nyonya. Ini masih terlalu pagi, bahkan di luar saja masih terlihat gelap."Nyonya Besar, bukannya Anda bilang akan tinggal di sini beberapa bulan? Kenapa Anda sangat buru-buru ingin kembali?" tanya Lukas, menunduk sangat sopan di depan nyonya besar itu.Sebenarnya, Amanda sudah biasa datang dan kembali hanya dalam satu hari. Yang membuat para pelayan ketakutan adalah, sebab tadi malam ada masalah di tengah pesta. Belum lagi sikap Amanda yang terlihat aneh, hanya diam menyusun sendiri pakaiannya ke dalam koper."Jika ada yang membuat Anda tidak senang, bukankah lebih baik dibicarakan dulu, Nyonya?" ucap Lukas lagi, mengharap nyonya besarnya itu buka suara.Tapi Amanda hanya diam menyusun pakaiannya tanpa membiarkan pelayan mendekat."Tu
Harry membalas tatapan Alena. Sudut bibirnya bergerak memaksa senyum di sana. Sorot mata yang penuh iba itu seperti seorang anak yang meminta kasih sayang pada mamanya."Harry ..." panggil Alena, tak tega melihat ekspresi suaminya."Menurutmu, apa aku seperti seseorang yang pernah beristri?"Dari sifat keras dan kekanakannya tentu saja tidak menunjukkan sifat seorang lelaki yang pernah menikah. Tapi jika mengingat usia Harry, tampangnya yang tampan, status sosial yang mendekati langit, tak heran mungkin dia pernah menikah. Para gadis akan berlomba-lomba meminta dia nikahi, walau hanya menjadi istri satu malam. Bukankah menjadi mantan istrinya saja sudah bisa jadi bahan membanggakan diri? Jangan lupa, salah satu sifat manusia adalah pamer dan diakui."Entah lah. Tapi apa pun itu, kau harus bercerita padaku." Meski sedih menyadari mungkin Alena adalah istri keduanya, Alena tetap ingin mendengar pengakuan Harry.Kemudian Harry tersenyum s
"Harry, gendong aku.""Baik, Sayang ....""Harry, turunkan aku.""Ya, Sayang ....""Pelan-pelan. Kau ingin membuatku jatuh? Karena perutku sudah gendut lantas kau sudah tak cinta padaku? Kau ingin mencari gadis lain untuk kau pacari? Kau jahat, Harry!""Tidak, Sayang, tidak. Bagaimana bisa aku berbuat keji seperti itu? Meski sekarang tubuhmu mirip berudu, aku tetap mencintai-mu." Suaranya terputus-putus kala melihat mata Alena melotot. Harry menyadari sudah membuat kesalahan besar, pasti akan mendapat kemarahan besar pula.Lelaki itu menyatukan kedua tangan saat Alena berkacak pinggang di depannya."Maaf, Sayang. Aku tidak bermaksud berkata kau mirip berudu." Wajahnya sudah sangat takut."Tapi kau sudah mengatakannya dua kali, Harry ...!"'Ya, Tuhan ... ini lah ajal bagi suami yang tak bisa menjaga bicaranya.' Tangan Harry menepuk sendiri mulutnya. "Maafkan aku, Sayang. Aku khilaf.""
Halo, Kak, terima kasih aku ucapkan untuk kakak semua yang sudah mengikuti cerita ini. Karena kesetiaan pembaca lah aku punya semangat mengetik setiap hari untuk menyajikan bacaan yang kakak sukai. 🙏 Seperti janjiku sebelumnya, season 1 akan tamat di bab 70an, sebab kontrak awal hanya 100k kata. Tapi setelah kupikir-pikir, masih ada konflik yang belum kelar. Ezra, Feli, Rona, juga pernikahan Harry dan Alena yang belum resmi di mata keluarga, jadi kuputuskan menyambung season 2. Kakak semua pasti nggak puas dong tokoh-tokoh jahat itu masih bisa hidup enak.Yuhuy ... setelah berunding dengan editor, aku akan lanjutkan season 2 di buku yang sama, alias lanjut di buku ini. Kakak semua tak perlu menunggu lama lagi, tak perlu cari-cari di mana buku barunya untuk lanjut baca. Kakak bisa lanjut scrool ke bawah, untuk mengikuti kisahnya, ya. Aku akan tetap update setiap hari seperti biasa.Oh, ya. Jangan lupa baca juga ceritaku yang lain judulnya "Jerat Tua
"Ughm ... Harry ...."Alena mendesah oleh ciuman panas yang Harry berikan pagi ini. Duduknya sudah tidak tenang di atas nakas, tempat di mana Harry menaikkannya tadi. Kedua kaki melingkar di pinggang suaminya untuk merapatkan tubuh mereka lebih erat.Harry melucuti pakaian Alena satu per satu hingga meninggalkan hanya dalaman saja yang tersisa di tubuhnya. Pergumulan itu terasa semakin panas kala Harry menjalarkan bibirnya di leher jenjang Alena.Pernikahan mereka sudah berjalan tiga tahun, tapi Harry masih menggilai tubuh Alena seperti dulu. Seperti saat pertama kalinya dia menyentuh gadis lugu yang terpengaruh obat perangsang atas jebakannya. Harry tak pernah bisa menahan diri untuk tidak menggauli Alena setiap hari. Bahkan di pagi seperti ini, ketika dia seharusnya sudah bersiap-siap menuju kantor, Harry masih menyempatkan diri untuk mencuri start dengan Alena.Kedua gundukan dada Alena sudah terpampang di depan wajahnya. Dengan sigap Harry memag