Roy menggunakan mata batinnya untuk mencari keberadaan arwah Banu. Ia lalu mendapat gambaran dimana arwah Banu berada. Rupanya arwah Banu dikurung di alam gaib.Mulanya ada yang menjaga arwah Banu yang merupakan dua sosok hantu perempuan. Namun kedua hantu tersebut telah pergi saat Marissa mengusir semua energi negatif di rumah Landu. Roy pun mencari pintu gerbang menuju alam gaib.Setelah sekian lama mencari, akhirnya Roy menemukan portal menuju alam gaib. Portal tersebut berada di sebuah ruangan tempat Landu melakukan ritual, tempat para makhluk halus tinggal, dan menyimpan benda-benda pusaka. Roy pun perlahan memasuki portal tersebut.Setelah memasuki portal tersebut, Roy berada di sebuah gua."Tolong! Tolong!" Terdengar suara orang minta tolong yang Roy yakini itu adalah suara arwah Banu.Roy pun mencari sumber suara tersebut. Beberapa menit kemudian, ia sampai di depan sebuah kurungan besar yang mengurung arwah Banu. Banu terlihat sangat senang dan terkejut melihat kedatangan Roy
Setelah makan, Marissa, Roy, dan Kinan berkumpul di ruang tamu. Mereka membahas tentang apa yang terjadi kepada Roy karena ulah Talitha."Bunda sangat tidak menyangka Talitha akan berbuat seperti itu," ujar Kinan."Roy juga tidak menyangka," timpal Roy."Tadi Bunda lihat Ayah dan Ayah bilang kalau Bunda harus membawa kalian ke hubungan yang lebih serius. Tidak langsung menikah, tapi bertunangan," tutur Kinan.Marissa dan Roy saling pandang. Mereka agak terkejut mendengar penuturan Kinan."Roy tidak boleh bertunangan dengan wanita selain aku," sambar Talitha sambil memasuki rumah Roy.Sontak semua menoleh ke arah Talitha yang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah marah. "Roy, jangan mau bertunangan dengan wanita itu. Aku tadi liat Marissa jalan sama cowok lain," celetuknya."Maksudmu apa? Aku aja dari tadi pagi sama Roy terus," sahut Marissa tak terima."Ini buktinya." Talitha menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan foto Farissa dan Sky.Marissa tertawa. "Itu bukan aku. Itu ad
Marissa sampai di rumah bersamaan dengan Farissa. Marissa diantar Roy sedangkan Farissa diantar Sky. Setelah berpamitan, Roy dan Sky pun pergi.Marissa mengernyit ketika melihat tubuh Farissa banyak bercak merahnya. "Tubuh kamu kenapa, Far?" tanya Marissa."Tadi aku kesiram coklat panasnya Talitha pas di kafe. Menurutku dia sengaja ngelakuin itu," jawab Farissa."Kalian tadi ketemu?" Mereka berbincang sambil berjalan memasuki rumah."Iya. Sial banget aku ketemu dia.""Kakak tadi juga ketemu dia di rumah Roy.""Kakak sial juga gak saat ketemu dia?""Iya. Tadi Kakak, Roy, dan Bunda sedang membicarakan tentang rencana pertunanganku dengan Roy, terus Talitha datang marah-marah dan gak terima kalau Kakak akan bertunangan dengan Roy," ujar Marissa.Farissa terkejut. "Kakak serius mau bertunangan dengan Kak Roy? Wah, kenapa cepet banget, Kak?""Itu baru rencana aja, sih. Gak tau jadi apa enggak.""Anak-anak Mama yang cantik ini sedang ngobrol apa?" Aurin tersenyum menatap kedua putrinya.Mar
John dan Talitha saling pandang setelah melihat Paman Pandu masuk ke dalam. Mereka seakan sedang mengirim telepati ke satu sama lain. Mereka sama-sama merasakan panas di dada dan mereka juga sama-sama penasaran dengan suara rintihan tadi."Kok aku kayak kenal suara rintihannya," celetuk John."Sama. Aku juga kayak pernah dengar," timpal Talitha.Sementara di kamar tempat Landu berbaring, Paman Pandu sibuk membacakan doa sambil mengusap kening Landu. Setetes air mata jatuh di pipi Paman Pandu. Ia merasa tidak tega dengan keadaan Landu yang sekarat.Memang sejak ilmu hitamnya dicabut, Landu perlahan-lahan sakit hingga sekarat. Ia susah menemui ajalnya karena walaupun ilmu hitamnya telah dicabut tentunya masih ada sisa dan pengaruh dari ilmu hitamnya.Setelah selesai membaca doa, Paman Pandu pun meniup wajah Landu. Perlahan, mata Landu tertutup dan ia tertidur. Paman Pandu mengecup kening Landu lalu beranjak dan keluar kamar.Saat kembali ke ruang tamu, Paman Pandu melihat John dan Talit
Marissa: Makasih martabaknya, sayang♥Roy tersenyum setelah membaca pesan dari Marissa. Ia pun mengetikkan balasan.Roy: Sama-sama, sayang♥Roy lalu meletakkan ponselnya di atas meja dan melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambutnya yang basah karena ia baru saja selesai mandi dan keramas. Setelah mengeringkan rambut, Roy memakai serum rambut dan skincare pria. Walaupun dia laki-laki, ia rajin merawat wajah dan tubuhnya.Tiba-tiba, terdengar suara bel rumahnya berbunyi. Roy pun bergegas keluar kamar dan turun ke lantai bawah. Ia melihat Kinan yang mengehentikan kegiatan merajutnya untuk membuka pintu rumah."Biar aku aja, Bun," sela Roy.Kinan tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian melanjutkan kegiatan merajutnya.Roy pun membuka pintu dan terkejut melihat kedatangan John. John tersenyum manis ke arah Roy yang refleks Roy balas dengan senyuman pula."Maafkan perlakuan Paman dan keluarga Paman selama ini, ya. Ini ada buah-buahan dan kue untuk kamu. Jangan lupa dimakan," ucap John sambi
Setelah berpelukan, mereka pun masuk ke dalam kelas. Nia yang melihat Marissa pun langsung menghampiri dan memeluknya. "Aku kangen banget sama kamu. Akhirnya kamu berangkat sekolah lagi!"Marissa tertawa. "Aku juga kangen kamu. Eh, nanti Mama aku mau konser sama Carolina band di lapangan pusat kota untuk merayakan ulang tahun wali kota. Nanti kamu ikut nonton sama aku, ya?"Roy menepuk bahu Marissa lalu melepas tas Marissa dan membawanya ke bangkunya. "Tumben Roy jadi peduli lagi ke kamu," cetus Nia sambil menatap Roy sinis yang dibalas senyuman oleh Roy."Gak usah bahas itu lagi," sahut Marissa."Oke, deh. Yey, aku senang banget dengernya. Aku pasti dateng dong ke konsernya Tante Aurin. Nanti aku ke rumahmu dulu ya karena aku mau make up bareng kamu," celetuk Nia."Oke!"Sementara Roy yang baru mendudukkan dirinya di kursi langsung dihampiri oleh Fauzi, Fatah, dan Aldi. "Apa kabar, bro? Sudah sadar sekarang? Gak kena pelet lagi?" Fauzi bertanya dengan nada mengejek."Syukurlah gue su
Marissa dan Roy menemui wali kota yang bernama Pak Robert. Mereka memberikan sebuah kotak kado kepada Pak Robert. "Selamat ulang tahun, Pak Robert. Ini hadiah dari kami," ucap Marissa."Semoga Pak Robert sehat dan bahagia selalu," timpal Roy."Terima kasih banyak. Aku senang melihat kalian yang terlihat seperti pasangan serasi. Semoga doa baik kalian kembali kepada kalian," sahut Pak Robert sambil menerima kado."Sama-sama, Pak Robert. Berhubung acaranya mau dimulai, kami izin pergi ke kursi penonton dulu, Pak.""Oh iya, silahkan. Nikmatilah acara ini!"Marissa dan Roy pun melangkah ke kursi penonton. Di sana sudah ada Nia yang duduk. Kursi penonton hanya untuk penonton VIP, sedangkan penonton biasa menonton acara sambil berdiri di belakang tempat duduk penonton VIP.Para penonton bersorak senang ketika melihat Aurin naik ke atas panggung. Musik pun dimainkan dan Aurin mulai bernyanyi. Semuanya ikut bernyanyi sehingga acara terlihat sangat meriah.Pak Robert tentunya tersenyum bahagia
Marissa yang baru saja tiba di rumah dan langsung memasuki kamarnya. Ia sungguh sangat capek dan mengantuk. Ia ingin cepat-cepat tidur.Marissa pun berganti pakaian lalu ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Tanpa ia tahu, ponseknya berdering. Saat kembali dari kamar mandi, ia baru menyadari ponselnya berdering.Ia pun mengambil ponselnya dan mendapati telepon masuk dari Paman Pandu. Marissa pun segera mengangkatnya. "Iya halo, Paman. Ada apa?""Marissa, ada hal penting yang harus kita selesaikan. Ini tentang Landu.""Ada apa dengan Paman Landu?""Dia sekarat dan harus segera dipertemukan dengan ajalnya karena jika terlalu lama dia akan terus kesakitan. Satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa sakitnya hanya dengan mempercepat kematiannya," jelas Paman Pandu."Lalu aku harus apa, Paman?""Kamu harus mencari kertas perjanjian Landu dan Azalah di kerajaan Lauzalah. Lalu setelah kamu menemukannya, kamu harus serahkan kepada Paman malam ini juga."Marissa yang awalnya mengantuk
"Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu
Roy: Aku mau ngelamar kamuMarissa terkejut dan membeku saat membaca pesan dari Roy. "Ya Tuhan, ini beneran?" gumamnya.Marissa: Kamu serius?Roy: Seriuslah. Aku sama Bunda udah nyiapin seserahan. Kami akan kerumahmu nanti sore. Dandan yang cantik ya, sayang.Marissa merasa senang, cemas, bingung pokoknya semua rasanya seperti campur aduk. Ia sampai berjingkrak-jingkrak saking merasa campur aduk. Ia memandangi dirinya di depan cermin sambil berucap, "Serius cewek kayak aku mau dilamar nanti? Acak-acakan gini kayak orang utan kok bisa cepat dapat calon suami, ya.""Tapi aku memang cantik, sih," lanjutnya sambil berpose layaknya model."Aku harus nyiapin pakaian buat nanti." Marissa buru-buru menggeledah lemarinya. Banyak baju yang ia hamburkan hingga menjadi berantakan. "Aduh, aku harus pakai yang mana?" Marissa frustasi. "Oh iya. Lebih baik aku bilang ke Mama Papa sekalian tanya saran pakaian yang cocok dipakai nanti."Marissa pun keluar kamar dan berjalan ke kamar kedua orangtuanya.
"Dari hasil pemeriksaan, pasien dinyatakan hamil." Ucapan dokter membuat tubuh Anggun membeku."A-apa? Aku hamil?" Anggun berucap tak percaya."Iya. Usia kandungannya baru dua minggu. Tolong dijaga baik-baik kandungannya. Saya akan beri vitamin dan surat kontrol. Nanti bisa kontrol ditemani suaminya.""Suami? Apakah dunia sedang bercanda?" ujar Anggun dalam hati.Marissa menatap Anggun dengan tatapan kasihan. Dia ingin menyadarkan Anggun melalui kata-kata tapi ia tak tega melihat wajah Anggun yang pias. Setelah keluar dari ruangan dokter, Anggun menangis sejadi-jadinya."Maafkan aku, Mar. Mungkin ini karma karena aku berniat mencelakaimu. Tolong bantu aku… aku harus bagaimana?""Aku sudah memaafkanmu. Kamu harus sabar dan ikhlas menerima anak di rahimmu. Bagaimanapun dia bayi tak berdosa. Jangan kamu sakiti apalagi menggugurkannya. Kamu tidak mau 'kan terjadi hal buruk lagi? Maka jaga kandunganmu.""Lalu bagaimana dengan kuliahku?""Kamu bisa menggunakan pakaian oversize ketika ke kamp
Marissa tidak berangkat sekolah karena ia masih merasa lemas dan tak bertenaga. Kini dia hanya duduk bersandar ke headboard sambil menonton film. Tiba-tiba terdengar suara motor Roy yang sangat Marissa hafal.Marissa pun berhenti memutar film lalu beranjak dan turun ke lantai bawah dan menghampiri Roy. "Aku gak berangkat kuliah. Maaf gak ngabarin kamu karena aku lupa."Roy menyerahkan beberapa batang coklat kepada Marissa. "Cepat sembuh, sayang."Marissa menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Roy." Ia mengecup pipi Roy.Roy melotot kaget. Ia memegangi tangan Marissa lalu meremasnya. "Aaa aku salting berat. Kamu harus tanggung jawab."Marissa mengecup pipi Roy lagi. "Aku sudah tanggung jawab.""Itu malah bikin aku tambah salting, Mar.""Memang tujuan aku begitu. Aku suka lihat wajah kamu pas salting.""Kalau begitu aku juga mau cium kamu." Roy turun dari motornya.Namun Marissa segera berlari memasuki rumah sambil tertawa. Roy menatap Marissa dengan tatapan yang dibuat seolah-o
Cesy mencekik Excel sampai Excel tersedak dan sesak nafas. Excel memegangi tangan Cesy yang terasa sangat dingin. Cesy menatap Excel sangat tajam."Puas kamu merusak seluruh hidupku? Kamu memang pria brengsek. Kamu seharusnya gak pantas hidup. Kamu adalah manusia paling bejat yang pernah aku kenal," ucap Cesy berapi-api."Aku minta maaf." Excel melirih."Apakah kata maaf bisa mengembalikan semuanya yang sudah hancur tak tersisa? Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih meninggikan ego dan sikapmu yang temperamental dari pada menahannya dan berusaha bersikap lembut kepadaku? Tidak perlu lembut, tapi bersikaplah dengan normal kepadaku. Apa itu sangat susah?""Iya aku tahu aku salah. Aku juga tidak ingin mempunyai gangguan mental dan sikap temperamental. Ini semua bukan pilihanku.""Menjadi korban kebejatanmu juga bukan keinginanku." Cesy berteriak. Ia melepaskan cekikkannya dengan kasar.Excel buru-buru mengatur nafas lalu turun dari kasur dan bersujud kepada Cesy. "Tolong jangan ganggu aku la
"Tolong berhentilah mengganggu Excel. Dia sudah mendapatkan ganjarannya. Kamu sudah menang, Cesy," ucap Marissa.Raut wajah Cesy berubah sedih. "Aku masih dendam padanya.""Untuk apa kamu dendam? Jika kamu berhenti mengganggunya dan dia dinyatakan pulih dari gangguan jiwanya maka ia akan dipenjara. Bukannya itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini kepadamu?"Cesy diam, tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberinya pelajaran satu kali lagi lalu aku akan berhenti mengganggunya."Marissa hanya geleng-geleng kepala. Memang kalau orang sudah dendam pasti akan melampiaskan dendamnya sampai ia puas termasuk Cesy. Ia bahkan masih ingin memberi pelajaran kepada Excel.Tiba-tiba perasaan Marissa menjadi tidak enak. Tapi ini menyangkut Roy.•••Saat sedang bersantai di balkon, tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Saat Marissa mengeceknya, rupanya ada telepon dari Roy. Marissa pun segera mengangkatnya."Halo, Roy?""Halo, Mar. Kamu kesini
"Cesy yang beberapa hari kemarin datang ke rumah saya?" tanya Yuni."Benar, Kak. Dia sudah meninggal bunuh diri." Ucapan Marissa membuat Yuni kaget sampai melotot."Bu-bunuh diri?""Iya. Dia bunuh diri dalam keadaan hamil.""Kok bisa?"Marissa pun menceritakan tentang cerita sebenarnya tentang Cesy. Ia juga menceritakan tentang ia yang dimimpikan Cesy. Marissa tidak peduli Yuni percaya atau tidak."Ya Tuhan, kasihan sekali Cesy. Aku tidak menyangka hidupnya setragis itu. Kemarin saat Cesy kesini saya sempat merekam perbincangan kami," ujar Yuni."Boleh saya dengar rekamannya?" pinta Marissa."Boleh-boleh." Yuni pun menghidupkan ponselnya dan memutar rekaman pembicaraannya dengan Cesy."Kak Yuni, perkenalkan aku Cesy. Aku kesini ingin berbagi cerita," ucap Cesy."Silahkan. Saya akan menjadi pendengar yang baik.""Jadi, saya punya mantan pacar yang toxic. Dia selalu melakukan kekerasan kepada saya. Saya sangat tertekan dan trauma. Apa yang harus saya lakukan?""Di a melakukan kekerasan
Terlihat di CCTV ada wanita memakai sweater ungu yang tak lain adalah Anggun memasukkan kecoa di dalam gelas yang dibawa oleh pelayan. Semuanya langsung menengok ke sekitar mencari Anggun. Anggun pun ketahuan dan digeret oleh para pengunjung ke tengah-tengah mereka.Marissa seperti mengenali Anggun. Ia melepas masker Anggun dan seketika matanya membulat. "Anggun?!"Roy pun tak kalah terkejut. "Apa salahku, Nggun?" tanya Roy.Anggun merampas maskernya dari tangan Marissa lalu memakainya kembali. Ia lalu berucap, "Salahmu adalah membangun kafe ini! Kafemu membuat kafe ayahku tidak laris. Kamu merebut pelanggan kafe ayahku!""Ya Tuhan … kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Rezeki sudah diatur," sahut Marissa."Halah, kalian jangan sok suci. Sekarang aku minta uang ganti rugi karena kalian menyaingi kafe ayahku.""Untuk apa kami ganti rugi? Apa yang kami lakukan sudah benar menurut kami." Marissa berucap. "Semuanya, apakah yang kami lakukan salah?"Para pengunjung menggeleng. "Tidak."
TringTiba-tiba notifikasi ponsel Marissa berbunyi. Marissa pun duduk di anakan tangga mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari grub kampus.Grub kampus: Kabar duka datang dari seorang mahasiswi baru bernama Cesy. Ia ditemukan meninggal di kamarnya karena gantung diri. Mari kita panjatkan doa supaya Cesy tenang di alam sana. Terima kasih atas perhatiannya.Marissa membeku. Tangannya sampai bergetar hingga ia menjatuhkan ponselnya. Ia kaget dan hampir berteriak ketika ada yang menepuk bahunya. Saat Marissa menoleh, rupanya itu adalah Anggun. "Kamu tadi jadi bahan pembicaraan orang-orang di perpustakaan karena kamu ngomong sendiri seolah-olah ada orang disampingmu. Kamu tadi ngomong sama siapa?" ujar Anggun.Marissa menjadi bertambah terkejut. Ia semakin terkejut ketika melihat di seberang jalan ada Cesy yang melambaikan tangan kepadanya sambil menggendong seorang bayi yang tidak memakai pakaian sedikitpun seperti baru lahir.Anggun menepuk bahu Marissa. "Kamu kenapa melotot gitu?"