Marissa: Makasih martabaknya, sayang♥Roy tersenyum setelah membaca pesan dari Marissa. Ia pun mengetikkan balasan.Roy: Sama-sama, sayang♥Roy lalu meletakkan ponselnya di atas meja dan melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambutnya yang basah karena ia baru saja selesai mandi dan keramas. Setelah mengeringkan rambut, Roy memakai serum rambut dan skincare pria. Walaupun dia laki-laki, ia rajin merawat wajah dan tubuhnya.Tiba-tiba, terdengar suara bel rumahnya berbunyi. Roy pun bergegas keluar kamar dan turun ke lantai bawah. Ia melihat Kinan yang mengehentikan kegiatan merajutnya untuk membuka pintu rumah."Biar aku aja, Bun," sela Roy.Kinan tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian melanjutkan kegiatan merajutnya.Roy pun membuka pintu dan terkejut melihat kedatangan John. John tersenyum manis ke arah Roy yang refleks Roy balas dengan senyuman pula."Maafkan perlakuan Paman dan keluarga Paman selama ini, ya. Ini ada buah-buahan dan kue untuk kamu. Jangan lupa dimakan," ucap John sambi
Setelah berpelukan, mereka pun masuk ke dalam kelas. Nia yang melihat Marissa pun langsung menghampiri dan memeluknya. "Aku kangen banget sama kamu. Akhirnya kamu berangkat sekolah lagi!"Marissa tertawa. "Aku juga kangen kamu. Eh, nanti Mama aku mau konser sama Carolina band di lapangan pusat kota untuk merayakan ulang tahun wali kota. Nanti kamu ikut nonton sama aku, ya?"Roy menepuk bahu Marissa lalu melepas tas Marissa dan membawanya ke bangkunya. "Tumben Roy jadi peduli lagi ke kamu," cetus Nia sambil menatap Roy sinis yang dibalas senyuman oleh Roy."Gak usah bahas itu lagi," sahut Marissa."Oke, deh. Yey, aku senang banget dengernya. Aku pasti dateng dong ke konsernya Tante Aurin. Nanti aku ke rumahmu dulu ya karena aku mau make up bareng kamu," celetuk Nia."Oke!"Sementara Roy yang baru mendudukkan dirinya di kursi langsung dihampiri oleh Fauzi, Fatah, dan Aldi. "Apa kabar, bro? Sudah sadar sekarang? Gak kena pelet lagi?" Fauzi bertanya dengan nada mengejek."Syukurlah gue su
Marissa dan Roy menemui wali kota yang bernama Pak Robert. Mereka memberikan sebuah kotak kado kepada Pak Robert. "Selamat ulang tahun, Pak Robert. Ini hadiah dari kami," ucap Marissa."Semoga Pak Robert sehat dan bahagia selalu," timpal Roy."Terima kasih banyak. Aku senang melihat kalian yang terlihat seperti pasangan serasi. Semoga doa baik kalian kembali kepada kalian," sahut Pak Robert sambil menerima kado."Sama-sama, Pak Robert. Berhubung acaranya mau dimulai, kami izin pergi ke kursi penonton dulu, Pak.""Oh iya, silahkan. Nikmatilah acara ini!"Marissa dan Roy pun melangkah ke kursi penonton. Di sana sudah ada Nia yang duduk. Kursi penonton hanya untuk penonton VIP, sedangkan penonton biasa menonton acara sambil berdiri di belakang tempat duduk penonton VIP.Para penonton bersorak senang ketika melihat Aurin naik ke atas panggung. Musik pun dimainkan dan Aurin mulai bernyanyi. Semuanya ikut bernyanyi sehingga acara terlihat sangat meriah.Pak Robert tentunya tersenyum bahagia
Marissa yang baru saja tiba di rumah dan langsung memasuki kamarnya. Ia sungguh sangat capek dan mengantuk. Ia ingin cepat-cepat tidur.Marissa pun berganti pakaian lalu ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Tanpa ia tahu, ponseknya berdering. Saat kembali dari kamar mandi, ia baru menyadari ponselnya berdering.Ia pun mengambil ponselnya dan mendapati telepon masuk dari Paman Pandu. Marissa pun segera mengangkatnya. "Iya halo, Paman. Ada apa?""Marissa, ada hal penting yang harus kita selesaikan. Ini tentang Landu.""Ada apa dengan Paman Landu?""Dia sekarat dan harus segera dipertemukan dengan ajalnya karena jika terlalu lama dia akan terus kesakitan. Satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa sakitnya hanya dengan mempercepat kematiannya," jelas Paman Pandu."Lalu aku harus apa, Paman?""Kamu harus mencari kertas perjanjian Landu dan Azalah di kerajaan Lauzalah. Lalu setelah kamu menemukannya, kamu harus serahkan kepada Paman malam ini juga."Marissa yang awalnya mengantuk
Landu meninggal dalam keadaan badan kaku, mulut terbuka, dan mata yang terbelalak. Paman Pandu menangis tersedu-sedu saat melihat keadaannya. Ia berkali-kali mengusap tangan Landu yang kaku."Maafkan Kakak yang tidak bisa jadi Kakak yang baik untukmu. Maafkan Kakak yang tidak bisa melindungi dan membimbingmu agar terlindungi dari keburukan. Maafkan Kakak…."Paman Pandu dan Marissa bisa melihat arwah Landu yang telah keluar dari tubuhnya. Arwahnya kini melayang di udara. Paman Pandu merasakan usapan lembut yang ternyata berasal dari arwah Landu."Aku pamit pergi, Kak. Terima kasih atas bantuanmu selama ini. Justru aku lah yang harusnya meminta maaf. Aku belum bisa jadi adik yang baik untukmu. Maafkan aku, Kak…." Landu berujar lirih.Arwah Landu lalu menghilang ditelan cahaya. Tangisan Paman Pandu semakin kuat. Marissa tidak kuat melihatnya, maka ia pun mengusap bahu Paman Pandu untuk menenangkannya.Marissa merasa kasihan dengan Paman Pandu. Paman Pandu harus berpisah dengan saudara ke
Di alam mimpi, Marissa bertemu dengan neneknya Samuel yang bernama Nek Jati."Salam kenal, Nek Jati. Saya Marissa," ucap Marissa memperkenalkan diri.Tidak ada raut wajah ramah di wajah Nek Jati. Keriput di wajahnya membuat wajahnya terlihat semakin tidak ramah. Ia membalas, "Ada apa kamu menemuiku?""Apakah Nenek sudah tahu kalau Samuel pernah membunuh Boy?""Ya, aku tahu. Memangnya kenapa?" Nek Jati berucap dengan nada menantang."Kenapa Nenek seakan melindungi Samuel setelah kejahatan yang ia lakukan? Seharusnya Samuel mendapatkan balasannya," tutur Marissa."Siapa kamu berani ikut campur masalah cucuku? Tahu apa kamu?" Kilatan marah terlihat di mata Nek Jati."Aku adalah ratu kerajaan Lauzalah. Aku bukan manusia biasa. Aku tahu semuanya tentang Nenek dan Samuel. Aku telah didatangi arwah Boy yang meminta bantuanku. Aku bertemu Nenek dengan baik-baik, jadi berilah balasan yang baik pula," ujar Marissa.Nek Jati terdiam. Ia memandangi Marissa dalam-dalam. "Apakah kamu punya bukti ji
"Tanggung jawab atau mati.""Pergi!" Samuel melempar bantal ke arwah Boy."Tanggung jawab atau mati.""Aku bilang pergi!""Tanggung jawab atau mati." Arwah Boy berjalan perlahan mendekari Samuel.Samuel mundur hingga ke pojok kasurnya."Tanggung jawab atau mati.""Pergi, dasar setan sialan! Lo udah mati! Jangan ganggu gue lagi."Boy melayang dan mendekatkan wajahnya tepat di hadapan wajah Samuel. "Tanggung jawab … atau mati?""Gue gak mau!"Boy tersenyum lebar sampai bibirnya sobek hingga ke telinga. "Kamu memilih mati? Baiklah." Boy mengangkat pisau tinggi-tinggi lalu ia hantamkan ke wajah Samuel.Samuel spontan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Akhirnya tangannya tertusuk pisau. Samuel menjerit keras."Sekarang pilih lagi. Tanggung jawab … atau mati?""Oke. Gue akan tanggung jawab," teriak Samuel."Bagus. Aku tunggu sampai besok. Kalau tidak … maka kamu akan mati."Arwah Boy menghilang. Lita, ibu Samuel membuka pintu kamar Samuel dengan perasaan khawatir. "Ada apa, Nak?" tan
Bulan demi bulan berlalu. Hari ini adalah hari terakhir para siswa SMA Reksa bersekolah. Hari ini adalah hari spesial bagi mereka.Para siswa yang masih menyimpan rasa suka kepada crush mereka di sekolah pun menyatakan perasaan mereka. Banyak juga siswa siswi yang menangisi momen hari terakhir di sekolah bersama sahabatnya termasuk Marissa dan Nia.Kemarin, Marissa dan Nia sepakat untuk bertukar kado sebagai kenang-kenangan masa SMA mereka. Kini mereka berdua duduk di taman sekolah untuk bertukar kado. Marissa membawa paper bag sedangkan Nia membawa sekotak kado berukuran lumayan besar dengan panjang sisi dua puluh senti meter.Marissa menyerahkan kadonya kepada Nia begitupun sebaliknya. "1, 2, 3." Mereka berhitung lalu sama-sama membuka kado di tangan mereka."Waw." Rupanya kotak kado dari Nia berisi high heels. Marissa amat senang saat memegang high heels tersebut."Anting? Aaa, thank you so much." Nia dan Marissa berpelukan."Aku harap persahabatan kita bakal terus terjalin meski k
"Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu
Roy: Aku mau ngelamar kamuMarissa terkejut dan membeku saat membaca pesan dari Roy. "Ya Tuhan, ini beneran?" gumamnya.Marissa: Kamu serius?Roy: Seriuslah. Aku sama Bunda udah nyiapin seserahan. Kami akan kerumahmu nanti sore. Dandan yang cantik ya, sayang.Marissa merasa senang, cemas, bingung pokoknya semua rasanya seperti campur aduk. Ia sampai berjingkrak-jingkrak saking merasa campur aduk. Ia memandangi dirinya di depan cermin sambil berucap, "Serius cewek kayak aku mau dilamar nanti? Acak-acakan gini kayak orang utan kok bisa cepat dapat calon suami, ya.""Tapi aku memang cantik, sih," lanjutnya sambil berpose layaknya model."Aku harus nyiapin pakaian buat nanti." Marissa buru-buru menggeledah lemarinya. Banyak baju yang ia hamburkan hingga menjadi berantakan. "Aduh, aku harus pakai yang mana?" Marissa frustasi. "Oh iya. Lebih baik aku bilang ke Mama Papa sekalian tanya saran pakaian yang cocok dipakai nanti."Marissa pun keluar kamar dan berjalan ke kamar kedua orangtuanya.
"Dari hasil pemeriksaan, pasien dinyatakan hamil." Ucapan dokter membuat tubuh Anggun membeku."A-apa? Aku hamil?" Anggun berucap tak percaya."Iya. Usia kandungannya baru dua minggu. Tolong dijaga baik-baik kandungannya. Saya akan beri vitamin dan surat kontrol. Nanti bisa kontrol ditemani suaminya.""Suami? Apakah dunia sedang bercanda?" ujar Anggun dalam hati.Marissa menatap Anggun dengan tatapan kasihan. Dia ingin menyadarkan Anggun melalui kata-kata tapi ia tak tega melihat wajah Anggun yang pias. Setelah keluar dari ruangan dokter, Anggun menangis sejadi-jadinya."Maafkan aku, Mar. Mungkin ini karma karena aku berniat mencelakaimu. Tolong bantu aku… aku harus bagaimana?""Aku sudah memaafkanmu. Kamu harus sabar dan ikhlas menerima anak di rahimmu. Bagaimanapun dia bayi tak berdosa. Jangan kamu sakiti apalagi menggugurkannya. Kamu tidak mau 'kan terjadi hal buruk lagi? Maka jaga kandunganmu.""Lalu bagaimana dengan kuliahku?""Kamu bisa menggunakan pakaian oversize ketika ke kamp
Marissa tidak berangkat sekolah karena ia masih merasa lemas dan tak bertenaga. Kini dia hanya duduk bersandar ke headboard sambil menonton film. Tiba-tiba terdengar suara motor Roy yang sangat Marissa hafal.Marissa pun berhenti memutar film lalu beranjak dan turun ke lantai bawah dan menghampiri Roy. "Aku gak berangkat kuliah. Maaf gak ngabarin kamu karena aku lupa."Roy menyerahkan beberapa batang coklat kepada Marissa. "Cepat sembuh, sayang."Marissa menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Roy." Ia mengecup pipi Roy.Roy melotot kaget. Ia memegangi tangan Marissa lalu meremasnya. "Aaa aku salting berat. Kamu harus tanggung jawab."Marissa mengecup pipi Roy lagi. "Aku sudah tanggung jawab.""Itu malah bikin aku tambah salting, Mar.""Memang tujuan aku begitu. Aku suka lihat wajah kamu pas salting.""Kalau begitu aku juga mau cium kamu." Roy turun dari motornya.Namun Marissa segera berlari memasuki rumah sambil tertawa. Roy menatap Marissa dengan tatapan yang dibuat seolah-o
Cesy mencekik Excel sampai Excel tersedak dan sesak nafas. Excel memegangi tangan Cesy yang terasa sangat dingin. Cesy menatap Excel sangat tajam."Puas kamu merusak seluruh hidupku? Kamu memang pria brengsek. Kamu seharusnya gak pantas hidup. Kamu adalah manusia paling bejat yang pernah aku kenal," ucap Cesy berapi-api."Aku minta maaf." Excel melirih."Apakah kata maaf bisa mengembalikan semuanya yang sudah hancur tak tersisa? Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih meninggikan ego dan sikapmu yang temperamental dari pada menahannya dan berusaha bersikap lembut kepadaku? Tidak perlu lembut, tapi bersikaplah dengan normal kepadaku. Apa itu sangat susah?""Iya aku tahu aku salah. Aku juga tidak ingin mempunyai gangguan mental dan sikap temperamental. Ini semua bukan pilihanku.""Menjadi korban kebejatanmu juga bukan keinginanku." Cesy berteriak. Ia melepaskan cekikkannya dengan kasar.Excel buru-buru mengatur nafas lalu turun dari kasur dan bersujud kepada Cesy. "Tolong jangan ganggu aku la
"Tolong berhentilah mengganggu Excel. Dia sudah mendapatkan ganjarannya. Kamu sudah menang, Cesy," ucap Marissa.Raut wajah Cesy berubah sedih. "Aku masih dendam padanya.""Untuk apa kamu dendam? Jika kamu berhenti mengganggunya dan dia dinyatakan pulih dari gangguan jiwanya maka ia akan dipenjara. Bukannya itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini kepadamu?"Cesy diam, tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberinya pelajaran satu kali lagi lalu aku akan berhenti mengganggunya."Marissa hanya geleng-geleng kepala. Memang kalau orang sudah dendam pasti akan melampiaskan dendamnya sampai ia puas termasuk Cesy. Ia bahkan masih ingin memberi pelajaran kepada Excel.Tiba-tiba perasaan Marissa menjadi tidak enak. Tapi ini menyangkut Roy.•••Saat sedang bersantai di balkon, tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Saat Marissa mengeceknya, rupanya ada telepon dari Roy. Marissa pun segera mengangkatnya."Halo, Roy?""Halo, Mar. Kamu kesini
"Cesy yang beberapa hari kemarin datang ke rumah saya?" tanya Yuni."Benar, Kak. Dia sudah meninggal bunuh diri." Ucapan Marissa membuat Yuni kaget sampai melotot."Bu-bunuh diri?""Iya. Dia bunuh diri dalam keadaan hamil.""Kok bisa?"Marissa pun menceritakan tentang cerita sebenarnya tentang Cesy. Ia juga menceritakan tentang ia yang dimimpikan Cesy. Marissa tidak peduli Yuni percaya atau tidak."Ya Tuhan, kasihan sekali Cesy. Aku tidak menyangka hidupnya setragis itu. Kemarin saat Cesy kesini saya sempat merekam perbincangan kami," ujar Yuni."Boleh saya dengar rekamannya?" pinta Marissa."Boleh-boleh." Yuni pun menghidupkan ponselnya dan memutar rekaman pembicaraannya dengan Cesy."Kak Yuni, perkenalkan aku Cesy. Aku kesini ingin berbagi cerita," ucap Cesy."Silahkan. Saya akan menjadi pendengar yang baik.""Jadi, saya punya mantan pacar yang toxic. Dia selalu melakukan kekerasan kepada saya. Saya sangat tertekan dan trauma. Apa yang harus saya lakukan?""Di a melakukan kekerasan
Terlihat di CCTV ada wanita memakai sweater ungu yang tak lain adalah Anggun memasukkan kecoa di dalam gelas yang dibawa oleh pelayan. Semuanya langsung menengok ke sekitar mencari Anggun. Anggun pun ketahuan dan digeret oleh para pengunjung ke tengah-tengah mereka.Marissa seperti mengenali Anggun. Ia melepas masker Anggun dan seketika matanya membulat. "Anggun?!"Roy pun tak kalah terkejut. "Apa salahku, Nggun?" tanya Roy.Anggun merampas maskernya dari tangan Marissa lalu memakainya kembali. Ia lalu berucap, "Salahmu adalah membangun kafe ini! Kafemu membuat kafe ayahku tidak laris. Kamu merebut pelanggan kafe ayahku!""Ya Tuhan … kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Rezeki sudah diatur," sahut Marissa."Halah, kalian jangan sok suci. Sekarang aku minta uang ganti rugi karena kalian menyaingi kafe ayahku.""Untuk apa kami ganti rugi? Apa yang kami lakukan sudah benar menurut kami." Marissa berucap. "Semuanya, apakah yang kami lakukan salah?"Para pengunjung menggeleng. "Tidak."
TringTiba-tiba notifikasi ponsel Marissa berbunyi. Marissa pun duduk di anakan tangga mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari grub kampus.Grub kampus: Kabar duka datang dari seorang mahasiswi baru bernama Cesy. Ia ditemukan meninggal di kamarnya karena gantung diri. Mari kita panjatkan doa supaya Cesy tenang di alam sana. Terima kasih atas perhatiannya.Marissa membeku. Tangannya sampai bergetar hingga ia menjatuhkan ponselnya. Ia kaget dan hampir berteriak ketika ada yang menepuk bahunya. Saat Marissa menoleh, rupanya itu adalah Anggun. "Kamu tadi jadi bahan pembicaraan orang-orang di perpustakaan karena kamu ngomong sendiri seolah-olah ada orang disampingmu. Kamu tadi ngomong sama siapa?" ujar Anggun.Marissa menjadi bertambah terkejut. Ia semakin terkejut ketika melihat di seberang jalan ada Cesy yang melambaikan tangan kepadanya sambil menggendong seorang bayi yang tidak memakai pakaian sedikitpun seperti baru lahir.Anggun menepuk bahu Marissa. "Kamu kenapa melotot gitu?"