Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya Marissa dan Roy sampai di rumah sederhana milik Paman Pandu. Mereka turun dari motor lalu mengetuk pintu rumah Paman Pandu."Permisi, Paman Pandu," ucap Marissa sambil mengetuk pintu.Tak lama kemudian, Paman Pandu pun membukakan pintu. "Silahkan masuk, Nak."Marissa dan Roy pun memasuki rumah Paman Pandu. Mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu."Paman buatin minum dulu, ya," ucap Paman Pandu seraya beranjak dari duduknya."Iya. Silahkan, Paman."Beberapa menit kemudian, Paman Pandu kembali dengan nampan di kedua tangannya. Diatas nampan itu ada beberapa botol air mineral, sebuah teko berisi teh lemon, dan beberapa gelas kaca. "Silahkan diminum," ucapnya.Marissa pun menuangkan teh lemon ke dalam gelas lalu menyeruputnya. Roy juga melakukan hal yang sama. "Terima kasih banyak sajiannya, Paman Pandu," ujar Marissa."Sama-sama. Ini sudah kewajiban Paman sebagai tuan rumah.""Ada apa kalian kemari?" tanya Paman Pandu."Sebelumnya p
Marissa dan Paman Pandu saling pandang saat nama Landu disebut. Mereka bertatapan cukup lama. Marissa memutus kontak mata yang lalu tertunduk. Paman Pandu paham apa yang dirasakan Marissa. Gadis itu pasti syok dan tertekan. Paman Pandu juga sedikit kaget mendengarnya."Lalu dimana arwah Banu yang asli?" tanya Paman Pandu."Dia dikurung oleh peliharaan Landu yang lain.""Bisa kamu membantu membuat Banu kembali?"Roy menggeleng. "Temuilah Landu jika kalian ingin Banu bebas dan Roy maupun Marissa tidak lagi diganggu.""Baiklah. Bisakah kamu berjanji untuk membantuku ke rumah Landu? Jika kamu berbohong maka kamu akan lenyap menjadi butiran debu," ujar Paman Pandu."Baiklah. Aku janji.""Kalau begitu, keluarlah dari tubuh laki-laki ini!"Kepala Roy tiba-tiba menengadah ke atas dengan mata terbelalak. Setelah arwah yang merasukinya keluar, kepala Roy pun berhenti menengadah. Nafasnya Roy tersengal-sengal."Mari kita berangkat ke rumah Landu. Nanti Paman ceritakan apa yang terjadi padamu, R
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya Paman Pandu, Marissa, dan Roy sampai di depan pagar sebuah rumah mewah. Banyak kendaraan mobil dan motor yang terparkir di garasi.Paman Pandu terdiam. Jika memang ini adalah rumah Landu, kenapa bentuknya sangat mewah. Paman Pandu tahu jika Landu selama ini mempelajari dan menggunakan ilmu hitam sedangkan Paman Pandu mempelajari dan menggunakan ilmu putih. Namun Paman Pandu tidak iri, justru ia malah sedih karena saudara kembarnya telah tersesat terlalu jauh.Mereka pun turun dari mobil dan memencet tombol bel di samping pagar. Marissa dan Roy menggunakan masker sementara Paman Pandu menggunakan sorban untuk menutupi setengah wajahnya.Setelah bel ditekan beberapa kali, akhirnya Landu keluar rumah dan membukakan pintu gerbang. Sebenarnya Landu sudah merasakan aura dan energi yang berbeda muncul di depan rumahnya. Namun Landu berusaha tidak peduli. Ia mengira yang datang adalah kliennya."Silahkan masuk," ujar Landu.Paman Pandu mengangguk la
Roy menggunakan mata batinnya untuk mencari keberadaan arwah Banu. Ia lalu mendapat gambaran dimana arwah Banu berada. Rupanya arwah Banu dikurung di alam gaib.Mulanya ada yang menjaga arwah Banu yang merupakan dua sosok hantu perempuan. Namun kedua hantu tersebut telah pergi saat Marissa mengusir semua energi negatif di rumah Landu. Roy pun mencari pintu gerbang menuju alam gaib.Setelah sekian lama mencari, akhirnya Roy menemukan portal menuju alam gaib. Portal tersebut berada di sebuah ruangan tempat Landu melakukan ritual, tempat para makhluk halus tinggal, dan menyimpan benda-benda pusaka. Roy pun perlahan memasuki portal tersebut.Setelah memasuki portal tersebut, Roy berada di sebuah gua."Tolong! Tolong!" Terdengar suara orang minta tolong yang Roy yakini itu adalah suara arwah Banu.Roy pun mencari sumber suara tersebut. Beberapa menit kemudian, ia sampai di depan sebuah kurungan besar yang mengurung arwah Banu. Banu terlihat sangat senang dan terkejut melihat kedatangan Roy
Setelah makan, Marissa, Roy, dan Kinan berkumpul di ruang tamu. Mereka membahas tentang apa yang terjadi kepada Roy karena ulah Talitha."Bunda sangat tidak menyangka Talitha akan berbuat seperti itu," ujar Kinan."Roy juga tidak menyangka," timpal Roy."Tadi Bunda lihat Ayah dan Ayah bilang kalau Bunda harus membawa kalian ke hubungan yang lebih serius. Tidak langsung menikah, tapi bertunangan," tutur Kinan.Marissa dan Roy saling pandang. Mereka agak terkejut mendengar penuturan Kinan."Roy tidak boleh bertunangan dengan wanita selain aku," sambar Talitha sambil memasuki rumah Roy.Sontak semua menoleh ke arah Talitha yang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah marah. "Roy, jangan mau bertunangan dengan wanita itu. Aku tadi liat Marissa jalan sama cowok lain," celetuknya."Maksudmu apa? Aku aja dari tadi pagi sama Roy terus," sahut Marissa tak terima."Ini buktinya." Talitha menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan foto Farissa dan Sky.Marissa tertawa. "Itu bukan aku. Itu ad
Marissa sampai di rumah bersamaan dengan Farissa. Marissa diantar Roy sedangkan Farissa diantar Sky. Setelah berpamitan, Roy dan Sky pun pergi.Marissa mengernyit ketika melihat tubuh Farissa banyak bercak merahnya. "Tubuh kamu kenapa, Far?" tanya Marissa."Tadi aku kesiram coklat panasnya Talitha pas di kafe. Menurutku dia sengaja ngelakuin itu," jawab Farissa."Kalian tadi ketemu?" Mereka berbincang sambil berjalan memasuki rumah."Iya. Sial banget aku ketemu dia.""Kakak tadi juga ketemu dia di rumah Roy.""Kakak sial juga gak saat ketemu dia?""Iya. Tadi Kakak, Roy, dan Bunda sedang membicarakan tentang rencana pertunanganku dengan Roy, terus Talitha datang marah-marah dan gak terima kalau Kakak akan bertunangan dengan Roy," ujar Marissa.Farissa terkejut. "Kakak serius mau bertunangan dengan Kak Roy? Wah, kenapa cepet banget, Kak?""Itu baru rencana aja, sih. Gak tau jadi apa enggak.""Anak-anak Mama yang cantik ini sedang ngobrol apa?" Aurin tersenyum menatap kedua putrinya.Mar
John dan Talitha saling pandang setelah melihat Paman Pandu masuk ke dalam. Mereka seakan sedang mengirim telepati ke satu sama lain. Mereka sama-sama merasakan panas di dada dan mereka juga sama-sama penasaran dengan suara rintihan tadi."Kok aku kayak kenal suara rintihannya," celetuk John."Sama. Aku juga kayak pernah dengar," timpal Talitha.Sementara di kamar tempat Landu berbaring, Paman Pandu sibuk membacakan doa sambil mengusap kening Landu. Setetes air mata jatuh di pipi Paman Pandu. Ia merasa tidak tega dengan keadaan Landu yang sekarat.Memang sejak ilmu hitamnya dicabut, Landu perlahan-lahan sakit hingga sekarat. Ia susah menemui ajalnya karena walaupun ilmu hitamnya telah dicabut tentunya masih ada sisa dan pengaruh dari ilmu hitamnya.Setelah selesai membaca doa, Paman Pandu pun meniup wajah Landu. Perlahan, mata Landu tertutup dan ia tertidur. Paman Pandu mengecup kening Landu lalu beranjak dan keluar kamar.Saat kembali ke ruang tamu, Paman Pandu melihat John dan Talit
Marissa: Makasih martabaknya, sayang♥Roy tersenyum setelah membaca pesan dari Marissa. Ia pun mengetikkan balasan.Roy: Sama-sama, sayang♥Roy lalu meletakkan ponselnya di atas meja dan melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambutnya yang basah karena ia baru saja selesai mandi dan keramas. Setelah mengeringkan rambut, Roy memakai serum rambut dan skincare pria. Walaupun dia laki-laki, ia rajin merawat wajah dan tubuhnya.Tiba-tiba, terdengar suara bel rumahnya berbunyi. Roy pun bergegas keluar kamar dan turun ke lantai bawah. Ia melihat Kinan yang mengehentikan kegiatan merajutnya untuk membuka pintu rumah."Biar aku aja, Bun," sela Roy.Kinan tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian melanjutkan kegiatan merajutnya.Roy pun membuka pintu dan terkejut melihat kedatangan John. John tersenyum manis ke arah Roy yang refleks Roy balas dengan senyuman pula."Maafkan perlakuan Paman dan keluarga Paman selama ini, ya. Ini ada buah-buahan dan kue untuk kamu. Jangan lupa dimakan," ucap John sambi
"Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu
Roy: Aku mau ngelamar kamuMarissa terkejut dan membeku saat membaca pesan dari Roy. "Ya Tuhan, ini beneran?" gumamnya.Marissa: Kamu serius?Roy: Seriuslah. Aku sama Bunda udah nyiapin seserahan. Kami akan kerumahmu nanti sore. Dandan yang cantik ya, sayang.Marissa merasa senang, cemas, bingung pokoknya semua rasanya seperti campur aduk. Ia sampai berjingkrak-jingkrak saking merasa campur aduk. Ia memandangi dirinya di depan cermin sambil berucap, "Serius cewek kayak aku mau dilamar nanti? Acak-acakan gini kayak orang utan kok bisa cepat dapat calon suami, ya.""Tapi aku memang cantik, sih," lanjutnya sambil berpose layaknya model."Aku harus nyiapin pakaian buat nanti." Marissa buru-buru menggeledah lemarinya. Banyak baju yang ia hamburkan hingga menjadi berantakan. "Aduh, aku harus pakai yang mana?" Marissa frustasi. "Oh iya. Lebih baik aku bilang ke Mama Papa sekalian tanya saran pakaian yang cocok dipakai nanti."Marissa pun keluar kamar dan berjalan ke kamar kedua orangtuanya.
"Dari hasil pemeriksaan, pasien dinyatakan hamil." Ucapan dokter membuat tubuh Anggun membeku."A-apa? Aku hamil?" Anggun berucap tak percaya."Iya. Usia kandungannya baru dua minggu. Tolong dijaga baik-baik kandungannya. Saya akan beri vitamin dan surat kontrol. Nanti bisa kontrol ditemani suaminya.""Suami? Apakah dunia sedang bercanda?" ujar Anggun dalam hati.Marissa menatap Anggun dengan tatapan kasihan. Dia ingin menyadarkan Anggun melalui kata-kata tapi ia tak tega melihat wajah Anggun yang pias. Setelah keluar dari ruangan dokter, Anggun menangis sejadi-jadinya."Maafkan aku, Mar. Mungkin ini karma karena aku berniat mencelakaimu. Tolong bantu aku… aku harus bagaimana?""Aku sudah memaafkanmu. Kamu harus sabar dan ikhlas menerima anak di rahimmu. Bagaimanapun dia bayi tak berdosa. Jangan kamu sakiti apalagi menggugurkannya. Kamu tidak mau 'kan terjadi hal buruk lagi? Maka jaga kandunganmu.""Lalu bagaimana dengan kuliahku?""Kamu bisa menggunakan pakaian oversize ketika ke kamp
Marissa tidak berangkat sekolah karena ia masih merasa lemas dan tak bertenaga. Kini dia hanya duduk bersandar ke headboard sambil menonton film. Tiba-tiba terdengar suara motor Roy yang sangat Marissa hafal.Marissa pun berhenti memutar film lalu beranjak dan turun ke lantai bawah dan menghampiri Roy. "Aku gak berangkat kuliah. Maaf gak ngabarin kamu karena aku lupa."Roy menyerahkan beberapa batang coklat kepada Marissa. "Cepat sembuh, sayang."Marissa menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Roy." Ia mengecup pipi Roy.Roy melotot kaget. Ia memegangi tangan Marissa lalu meremasnya. "Aaa aku salting berat. Kamu harus tanggung jawab."Marissa mengecup pipi Roy lagi. "Aku sudah tanggung jawab.""Itu malah bikin aku tambah salting, Mar.""Memang tujuan aku begitu. Aku suka lihat wajah kamu pas salting.""Kalau begitu aku juga mau cium kamu." Roy turun dari motornya.Namun Marissa segera berlari memasuki rumah sambil tertawa. Roy menatap Marissa dengan tatapan yang dibuat seolah-o
Cesy mencekik Excel sampai Excel tersedak dan sesak nafas. Excel memegangi tangan Cesy yang terasa sangat dingin. Cesy menatap Excel sangat tajam."Puas kamu merusak seluruh hidupku? Kamu memang pria brengsek. Kamu seharusnya gak pantas hidup. Kamu adalah manusia paling bejat yang pernah aku kenal," ucap Cesy berapi-api."Aku minta maaf." Excel melirih."Apakah kata maaf bisa mengembalikan semuanya yang sudah hancur tak tersisa? Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih meninggikan ego dan sikapmu yang temperamental dari pada menahannya dan berusaha bersikap lembut kepadaku? Tidak perlu lembut, tapi bersikaplah dengan normal kepadaku. Apa itu sangat susah?""Iya aku tahu aku salah. Aku juga tidak ingin mempunyai gangguan mental dan sikap temperamental. Ini semua bukan pilihanku.""Menjadi korban kebejatanmu juga bukan keinginanku." Cesy berteriak. Ia melepaskan cekikkannya dengan kasar.Excel buru-buru mengatur nafas lalu turun dari kasur dan bersujud kepada Cesy. "Tolong jangan ganggu aku la
"Tolong berhentilah mengganggu Excel. Dia sudah mendapatkan ganjarannya. Kamu sudah menang, Cesy," ucap Marissa.Raut wajah Cesy berubah sedih. "Aku masih dendam padanya.""Untuk apa kamu dendam? Jika kamu berhenti mengganggunya dan dia dinyatakan pulih dari gangguan jiwanya maka ia akan dipenjara. Bukannya itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini kepadamu?"Cesy diam, tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberinya pelajaran satu kali lagi lalu aku akan berhenti mengganggunya."Marissa hanya geleng-geleng kepala. Memang kalau orang sudah dendam pasti akan melampiaskan dendamnya sampai ia puas termasuk Cesy. Ia bahkan masih ingin memberi pelajaran kepada Excel.Tiba-tiba perasaan Marissa menjadi tidak enak. Tapi ini menyangkut Roy.•••Saat sedang bersantai di balkon, tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Saat Marissa mengeceknya, rupanya ada telepon dari Roy. Marissa pun segera mengangkatnya."Halo, Roy?""Halo, Mar. Kamu kesini
"Cesy yang beberapa hari kemarin datang ke rumah saya?" tanya Yuni."Benar, Kak. Dia sudah meninggal bunuh diri." Ucapan Marissa membuat Yuni kaget sampai melotot."Bu-bunuh diri?""Iya. Dia bunuh diri dalam keadaan hamil.""Kok bisa?"Marissa pun menceritakan tentang cerita sebenarnya tentang Cesy. Ia juga menceritakan tentang ia yang dimimpikan Cesy. Marissa tidak peduli Yuni percaya atau tidak."Ya Tuhan, kasihan sekali Cesy. Aku tidak menyangka hidupnya setragis itu. Kemarin saat Cesy kesini saya sempat merekam perbincangan kami," ujar Yuni."Boleh saya dengar rekamannya?" pinta Marissa."Boleh-boleh." Yuni pun menghidupkan ponselnya dan memutar rekaman pembicaraannya dengan Cesy."Kak Yuni, perkenalkan aku Cesy. Aku kesini ingin berbagi cerita," ucap Cesy."Silahkan. Saya akan menjadi pendengar yang baik.""Jadi, saya punya mantan pacar yang toxic. Dia selalu melakukan kekerasan kepada saya. Saya sangat tertekan dan trauma. Apa yang harus saya lakukan?""Di a melakukan kekerasan
Terlihat di CCTV ada wanita memakai sweater ungu yang tak lain adalah Anggun memasukkan kecoa di dalam gelas yang dibawa oleh pelayan. Semuanya langsung menengok ke sekitar mencari Anggun. Anggun pun ketahuan dan digeret oleh para pengunjung ke tengah-tengah mereka.Marissa seperti mengenali Anggun. Ia melepas masker Anggun dan seketika matanya membulat. "Anggun?!"Roy pun tak kalah terkejut. "Apa salahku, Nggun?" tanya Roy.Anggun merampas maskernya dari tangan Marissa lalu memakainya kembali. Ia lalu berucap, "Salahmu adalah membangun kafe ini! Kafemu membuat kafe ayahku tidak laris. Kamu merebut pelanggan kafe ayahku!""Ya Tuhan … kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Rezeki sudah diatur," sahut Marissa."Halah, kalian jangan sok suci. Sekarang aku minta uang ganti rugi karena kalian menyaingi kafe ayahku.""Untuk apa kami ganti rugi? Apa yang kami lakukan sudah benar menurut kami." Marissa berucap. "Semuanya, apakah yang kami lakukan salah?"Para pengunjung menggeleng. "Tidak."
TringTiba-tiba notifikasi ponsel Marissa berbunyi. Marissa pun duduk di anakan tangga mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari grub kampus.Grub kampus: Kabar duka datang dari seorang mahasiswi baru bernama Cesy. Ia ditemukan meninggal di kamarnya karena gantung diri. Mari kita panjatkan doa supaya Cesy tenang di alam sana. Terima kasih atas perhatiannya.Marissa membeku. Tangannya sampai bergetar hingga ia menjatuhkan ponselnya. Ia kaget dan hampir berteriak ketika ada yang menepuk bahunya. Saat Marissa menoleh, rupanya itu adalah Anggun. "Kamu tadi jadi bahan pembicaraan orang-orang di perpustakaan karena kamu ngomong sendiri seolah-olah ada orang disampingmu. Kamu tadi ngomong sama siapa?" ujar Anggun.Marissa menjadi bertambah terkejut. Ia semakin terkejut ketika melihat di seberang jalan ada Cesy yang melambaikan tangan kepadanya sambil menggendong seorang bayi yang tidak memakai pakaian sedikitpun seperti baru lahir.Anggun menepuk bahu Marissa. "Kamu kenapa melotot gitu?"