Roy melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Hatinya resah, ia takut Marissa akan berpikir macam-macam. Roy tak henti-hentinya mengutuk Talitha atas ucapannya.Talitha berpegangan erat pada jaket Roy. Ia takut dengan cara Roy membawa motor. Tubuh Talitha sampai bergetar dan jantungnya berdetak tak karuan.Tiba-tiba, Roy mengerem mendadak. Talitha sampai memeluk Roy agar tak jatuh terjungkal. Di depan mereka, ada banyak motor yang berhenti untuk menghalangi Roy.Roy memukul motornya. Belum selesai masalahnya dengan Talitha, kini ia harus berhadapan dengan Samuel."Untung kita ketemu disini. Gue lagi butuh pelampiasan." Samuel berkata sambil turun dari motor. "Wih, cewek baru, ya? Yang kemarin dikemanain? Astaga, Roy. Dari dulu lo gak berubah, ya. Lo tetep brengsek. Hahahaha.""Lo mau tau siapa yang gue boncengin?" Roy bertanya sambil tersenyum miring. Sedangkan Talitha terpaku di atas motor karena kaget dengan apa yang ia lihat."Sebenarnya gak perlu, sih. Gue cuma cukup tau aja kal
"Permisi, Pak Landu," sapa John sambil mengetuk pintu rumah Landu.Pintu pun dibuka dari dalam. "Eh, John. Silahkan masuk!"John pun masuk ke dalam rumah diikuti Talitha. Mereka lalu duduk di ruang tamu. Sedari tadi, Talitha salah fokus pada makanan dan dupa di lantai beralaskan karpet yang berada tepat di sisi ruang tamu. "Saya sudah tahu maksud kedatangan kalian kemari," ujar Landu.John tersenyum. "Persyaratannya apa saja, Pak?""Sebenarnya persyaratannya mudah. Tapi ada satu hal yang harus kamu ketahui. Lawan kalian bukan orang biasa.""Maksudnya Marissa?" tanya Talitha."Benar sekali. Dia bukan orang sembarangan. Penjaganya banyak, ia bisa membunuh makhluk gaib, bisa melihat makhluk gaib dan berinteraksi dengan mereka," ujar Landu.Talitha tentunya terkejut mendengar penjelasan Landu. Ia tak menyangka bahwa Marissa adalah manusia yang se-spesial itu. John pun ikut terkejut mendengarnya."Lalu bagaimana agar dia bisa dikalahkan?" tanya Talitha."Sejauh ini saya belum bisa menemuk
Marissa sudah menunggu Roy menjemputnya untuk berangkat sekolah. Marissa sudah selesai sarapan sepuluh menit yang lalu. Ia sekarang menunggu di teras sambil gigit jari.Tumben Roy telat menjemputnya. Biasanya malah dia selalu menjemput pagi-pagi bahkan saat Marissa belum sarapan. Marissa berulang kali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.Kurang sepuluh menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi. Akhirnya Marissa nekat menggunakan motornya sendiri. Ia pun mengambil motornya di garasi lalu melesat meninggalkan rumah.Tujuh menit kemudian, ia sampai di sekolah. Kurang tiga menit lagi bel masuk berbunyi. Hampir saja ia terlambat.Namun Marissa malah berhenti dan terpaku saat ia melihat Taliha merangkul Roy dengan mesra. Mereka berdua bercanda dan tertawa bersama tanpa beban. Para siswa siswi pun melirik mereka dan Marissa karena bingung dengan apa yang mereka lihat.Marissa terus diam sampai Talitha melihat keberadaannya. Talitha menyunggingkan senyum miring sa
Waktu makan malam tiba. Aurin membawakan sepiring makanan ke kamar Marissa. Saat Aurin memasuki kamar Marissa, ia melihat Marissa sedang tertidur dengan posisi miring ke kanan. Aurin ingin membangunkan Marissa tapi ia tak tega.Aurin pun menaruh piring berisi makanan di atas nakas. Lalu Aurin mengecup wajah Marissa berkali-kali sambil mengelus-elus lengannya. "Cepat sembuh putri cantiknya Mama. Anak Mama 'kan kuat," ujar Aurin.Aurin mengecup pipi Marissa sekali lagi lalu keluar kamar. Dalam keadaan mata tertutup, air mata Marissa keluar membasahi pipi. "Maaf, Ma. Tapi putrimu ini tidak sekuat yang Mama kira. Putrimu ini lemah, Ma! Bahkan putrimu ini seudah menangis beberapa kali karena seorang laki-laki," ucap Marissa dalam hati.•••Keesokan harinya, Roy datang ke rumah Marissa saat Marissa dan keluarganya sedang sarapan. Marissa sebenarnya masih sakit hati dengan perlakuan Roy, jadinya ia bersikap cuek kepada Roy.Setelah selesai makan, Marissa dan Roy di taman untuk mengobrol."Sa
Setelah puas memakan makanan yang mereka beli, Sky dan Farissa pun memutuskan untuk berenang di kolam renang yang ada air terjun buatan. Mereka berdiri di papan loncat lalu meloncat ke dalam kolam sambil berseru senang.Kolam renang tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama untuk anak umur satu sampai lima tahun, bagian kedua untuk anak umur enam sampai tiga belas tahun, sedangkan bagian ketiga untuk anak umur empat belas tahun sampai dewasa.Dari kolam renang bagian satu, Gadis melihat Sky dengan wajah berbinar-binar. Ia kira mustahil akan bertemu kembali dengan Sky. Rupanya Dewi Fortuner sedang baik kepadanya jadi mempertemukan dirinya dengan Sky.Gadis adalah guru renang untuk anak umur lima sampai lima belas tahun. Ia sering diundang ke banyak kolam renang dimana saja oleh para orang tua yang membutuhkan jasanya. Biasanya setelah mengajar banyak anak-anak renang, Gadis akan tetap berada di kolam renang sampai tutup untuk refreshing."Kamu latihan sendiri, ya? Kamu udah b
Setelah beberapa menit perjalanan, tiba-tiba Sky menghentikan motornya lagi. Ia berhenti di depan sebuah panti asuhan."Kenapa berhenti lagi, Sky?" tanya Farissa."Aku mau ajak kamu mampir kesini sebentar. Gak apa-apa 'kan?"Farissa mengangguk. Setelah Sky memarkirkan motor, Farissa pun mengikuti Sky masuk ke gerbang panti asuhan."Permisi," ucap Sky sambil mengetuk pintu.Setelah beberapa kali panggilan, akhirnya pintu dibuka dari dalam oleh seorang wanita yang bernama Wira."Permisi, Bu Wira. Kenalin ini pacar saya, namanya Farissa. Tujuan kami kesini untuk memberikan bantuan dan bermain bersama anak-anak. Boleh 'kan, Bu?" ujar Sky."Tentu saja. Silahkan masuk!"Sky dan Farissa pun memasuki ruang tamu. Farissa mengedarkan pandangannya sejak memasuki panti asuhan itu. Walaupun tampak sederhana, desain dan interior panti asuhan itu sangat rapi dan aesthetic. Farissa sampai terpesona melihatnya."Ini bantuan dari saya. Mohon diterima, Bu." Sky menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat
Marissa lagi-lagi bermimpi aneh. Ia berada di sebuah tempat serba putih. Ia berjalan dan berlari kesana kemari mencari jalan keluar namun tak kunjung ketemu.Marissa akhirnya pasrah dan memilih duduk diam. Tiba-tiba ia dihampiri oleh seorang laki-laki yang Marissa tidak ketahui namanya siapa. "Kamu siapa? Dan kenapa kita bisa di tempat ini?" tanya Marissa."Perkenalkan, aku Boy. Aku mau minta tolong sesuatu sama kamu.""Minta tolong apa?""Aku dibunuh oleh seseorang yang benci kepadaku. Bantu aku membuat dia tertangkap."Marissa mengernyit. Ia ingat akan sesuatu. "Tunggu-tunggu, bukannya kamu Boy temannya Roy yang meninggal karrna di bunuh Samuel?""Benar sekali. Syukurlah kamu mengetahuinya.""Lalu aku harus apa?""Sarung tangan dan pisau yang digunakan Samuel untuk menusukku ada di belakang rumah Samuel. Kedua benda itu disimpan di sebuah peti. Samuel membunuhku di jalan yang sepi. Saat kami memasuki jalan sepi tersebut, ada sebuah CCTV toko yang merekam kami. Jadi CCTV itu juga mer
"Bangun, Nak. Kamu sekolah tidak?" Aurin mengguncang bahu Marissa yang masih tertidur."Tidak, Bu. Aku masih belum kuat sekolah, ditambah lagi aku nanti mau ke rumah Paman Pandu.""Untuk apa kamu ke rumah Paman Pandu?"Marissa pun menceritakan semua tentang mimpinya semalam. Aurin syok mendengarnya sampai menutup mulutnya kaget. "Ya Tuhan…," lirihnya."Mau Mama temani?""Tidak perlu, Ma. Aku akan kesana sendiri.""Ya sudah, Mama bawakan makanan ke kamar, ya?""Iya, Ma. Terima kasih."Aurin pun keluar dari kamar Marissa. Sedangkan Marissa ke kamar mandi untuk bersih-bersih diri tapi tidak mandi. Marissa lalu duduk di kursi balkon untuk menikmati sejuknya pagi hari.Saat sedang asik melamun sambil melihat ke bawah, di depan pagar muncul Roy yang menaiki motor ninjanya. Roy melambaikan tangan ke arah Marissa tapi Marissa tidak membalasnya. Marissa hanya diam dan menatapnya datar.Roy lalu memasuki gerbang dan memencet tombol bel. Aurin pun membukakan pintu rumah. "Eh, ada Roy. Marissa ti
"Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu
Roy: Aku mau ngelamar kamuMarissa terkejut dan membeku saat membaca pesan dari Roy. "Ya Tuhan, ini beneran?" gumamnya.Marissa: Kamu serius?Roy: Seriuslah. Aku sama Bunda udah nyiapin seserahan. Kami akan kerumahmu nanti sore. Dandan yang cantik ya, sayang.Marissa merasa senang, cemas, bingung pokoknya semua rasanya seperti campur aduk. Ia sampai berjingkrak-jingkrak saking merasa campur aduk. Ia memandangi dirinya di depan cermin sambil berucap, "Serius cewek kayak aku mau dilamar nanti? Acak-acakan gini kayak orang utan kok bisa cepat dapat calon suami, ya.""Tapi aku memang cantik, sih," lanjutnya sambil berpose layaknya model."Aku harus nyiapin pakaian buat nanti." Marissa buru-buru menggeledah lemarinya. Banyak baju yang ia hamburkan hingga menjadi berantakan. "Aduh, aku harus pakai yang mana?" Marissa frustasi. "Oh iya. Lebih baik aku bilang ke Mama Papa sekalian tanya saran pakaian yang cocok dipakai nanti."Marissa pun keluar kamar dan berjalan ke kamar kedua orangtuanya.
"Dari hasil pemeriksaan, pasien dinyatakan hamil." Ucapan dokter membuat tubuh Anggun membeku."A-apa? Aku hamil?" Anggun berucap tak percaya."Iya. Usia kandungannya baru dua minggu. Tolong dijaga baik-baik kandungannya. Saya akan beri vitamin dan surat kontrol. Nanti bisa kontrol ditemani suaminya.""Suami? Apakah dunia sedang bercanda?" ujar Anggun dalam hati.Marissa menatap Anggun dengan tatapan kasihan. Dia ingin menyadarkan Anggun melalui kata-kata tapi ia tak tega melihat wajah Anggun yang pias. Setelah keluar dari ruangan dokter, Anggun menangis sejadi-jadinya."Maafkan aku, Mar. Mungkin ini karma karena aku berniat mencelakaimu. Tolong bantu aku… aku harus bagaimana?""Aku sudah memaafkanmu. Kamu harus sabar dan ikhlas menerima anak di rahimmu. Bagaimanapun dia bayi tak berdosa. Jangan kamu sakiti apalagi menggugurkannya. Kamu tidak mau 'kan terjadi hal buruk lagi? Maka jaga kandunganmu.""Lalu bagaimana dengan kuliahku?""Kamu bisa menggunakan pakaian oversize ketika ke kamp
Marissa tidak berangkat sekolah karena ia masih merasa lemas dan tak bertenaga. Kini dia hanya duduk bersandar ke headboard sambil menonton film. Tiba-tiba terdengar suara motor Roy yang sangat Marissa hafal.Marissa pun berhenti memutar film lalu beranjak dan turun ke lantai bawah dan menghampiri Roy. "Aku gak berangkat kuliah. Maaf gak ngabarin kamu karena aku lupa."Roy menyerahkan beberapa batang coklat kepada Marissa. "Cepat sembuh, sayang."Marissa menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Roy." Ia mengecup pipi Roy.Roy melotot kaget. Ia memegangi tangan Marissa lalu meremasnya. "Aaa aku salting berat. Kamu harus tanggung jawab."Marissa mengecup pipi Roy lagi. "Aku sudah tanggung jawab.""Itu malah bikin aku tambah salting, Mar.""Memang tujuan aku begitu. Aku suka lihat wajah kamu pas salting.""Kalau begitu aku juga mau cium kamu." Roy turun dari motornya.Namun Marissa segera berlari memasuki rumah sambil tertawa. Roy menatap Marissa dengan tatapan yang dibuat seolah-o
Cesy mencekik Excel sampai Excel tersedak dan sesak nafas. Excel memegangi tangan Cesy yang terasa sangat dingin. Cesy menatap Excel sangat tajam."Puas kamu merusak seluruh hidupku? Kamu memang pria brengsek. Kamu seharusnya gak pantas hidup. Kamu adalah manusia paling bejat yang pernah aku kenal," ucap Cesy berapi-api."Aku minta maaf." Excel melirih."Apakah kata maaf bisa mengembalikan semuanya yang sudah hancur tak tersisa? Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih meninggikan ego dan sikapmu yang temperamental dari pada menahannya dan berusaha bersikap lembut kepadaku? Tidak perlu lembut, tapi bersikaplah dengan normal kepadaku. Apa itu sangat susah?""Iya aku tahu aku salah. Aku juga tidak ingin mempunyai gangguan mental dan sikap temperamental. Ini semua bukan pilihanku.""Menjadi korban kebejatanmu juga bukan keinginanku." Cesy berteriak. Ia melepaskan cekikkannya dengan kasar.Excel buru-buru mengatur nafas lalu turun dari kasur dan bersujud kepada Cesy. "Tolong jangan ganggu aku la
"Tolong berhentilah mengganggu Excel. Dia sudah mendapatkan ganjarannya. Kamu sudah menang, Cesy," ucap Marissa.Raut wajah Cesy berubah sedih. "Aku masih dendam padanya.""Untuk apa kamu dendam? Jika kamu berhenti mengganggunya dan dia dinyatakan pulih dari gangguan jiwanya maka ia akan dipenjara. Bukannya itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini kepadamu?"Cesy diam, tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberinya pelajaran satu kali lagi lalu aku akan berhenti mengganggunya."Marissa hanya geleng-geleng kepala. Memang kalau orang sudah dendam pasti akan melampiaskan dendamnya sampai ia puas termasuk Cesy. Ia bahkan masih ingin memberi pelajaran kepada Excel.Tiba-tiba perasaan Marissa menjadi tidak enak. Tapi ini menyangkut Roy.•••Saat sedang bersantai di balkon, tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Saat Marissa mengeceknya, rupanya ada telepon dari Roy. Marissa pun segera mengangkatnya."Halo, Roy?""Halo, Mar. Kamu kesini
"Cesy yang beberapa hari kemarin datang ke rumah saya?" tanya Yuni."Benar, Kak. Dia sudah meninggal bunuh diri." Ucapan Marissa membuat Yuni kaget sampai melotot."Bu-bunuh diri?""Iya. Dia bunuh diri dalam keadaan hamil.""Kok bisa?"Marissa pun menceritakan tentang cerita sebenarnya tentang Cesy. Ia juga menceritakan tentang ia yang dimimpikan Cesy. Marissa tidak peduli Yuni percaya atau tidak."Ya Tuhan, kasihan sekali Cesy. Aku tidak menyangka hidupnya setragis itu. Kemarin saat Cesy kesini saya sempat merekam perbincangan kami," ujar Yuni."Boleh saya dengar rekamannya?" pinta Marissa."Boleh-boleh." Yuni pun menghidupkan ponselnya dan memutar rekaman pembicaraannya dengan Cesy."Kak Yuni, perkenalkan aku Cesy. Aku kesini ingin berbagi cerita," ucap Cesy."Silahkan. Saya akan menjadi pendengar yang baik.""Jadi, saya punya mantan pacar yang toxic. Dia selalu melakukan kekerasan kepada saya. Saya sangat tertekan dan trauma. Apa yang harus saya lakukan?""Di a melakukan kekerasan
Terlihat di CCTV ada wanita memakai sweater ungu yang tak lain adalah Anggun memasukkan kecoa di dalam gelas yang dibawa oleh pelayan. Semuanya langsung menengok ke sekitar mencari Anggun. Anggun pun ketahuan dan digeret oleh para pengunjung ke tengah-tengah mereka.Marissa seperti mengenali Anggun. Ia melepas masker Anggun dan seketika matanya membulat. "Anggun?!"Roy pun tak kalah terkejut. "Apa salahku, Nggun?" tanya Roy.Anggun merampas maskernya dari tangan Marissa lalu memakainya kembali. Ia lalu berucap, "Salahmu adalah membangun kafe ini! Kafemu membuat kafe ayahku tidak laris. Kamu merebut pelanggan kafe ayahku!""Ya Tuhan … kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Rezeki sudah diatur," sahut Marissa."Halah, kalian jangan sok suci. Sekarang aku minta uang ganti rugi karena kalian menyaingi kafe ayahku.""Untuk apa kami ganti rugi? Apa yang kami lakukan sudah benar menurut kami." Marissa berucap. "Semuanya, apakah yang kami lakukan salah?"Para pengunjung menggeleng. "Tidak."
TringTiba-tiba notifikasi ponsel Marissa berbunyi. Marissa pun duduk di anakan tangga mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari grub kampus.Grub kampus: Kabar duka datang dari seorang mahasiswi baru bernama Cesy. Ia ditemukan meninggal di kamarnya karena gantung diri. Mari kita panjatkan doa supaya Cesy tenang di alam sana. Terima kasih atas perhatiannya.Marissa membeku. Tangannya sampai bergetar hingga ia menjatuhkan ponselnya. Ia kaget dan hampir berteriak ketika ada yang menepuk bahunya. Saat Marissa menoleh, rupanya itu adalah Anggun. "Kamu tadi jadi bahan pembicaraan orang-orang di perpustakaan karena kamu ngomong sendiri seolah-olah ada orang disampingmu. Kamu tadi ngomong sama siapa?" ujar Anggun.Marissa menjadi bertambah terkejut. Ia semakin terkejut ketika melihat di seberang jalan ada Cesy yang melambaikan tangan kepadanya sambil menggendong seorang bayi yang tidak memakai pakaian sedikitpun seperti baru lahir.Anggun menepuk bahu Marissa. "Kamu kenapa melotot gitu?"