Sepanjang perjalanan, Lea mengikuti Marissa. Ia berada di samping kanan Marissa sedangkan Farissa berada di samping kiri Marissa. Namun hanya Marissa yang dapat melihatnya.Marissa mengernyit bingung ketika melihat raut wajah Lea seperti ketakutan. "Kamu kenapa, Lea?" Marissa bertanya dalam hati."Aku takut dengan penunggu hulu sungai. Dia yang selama ini menahanku di sana. Tapi untungnya aku bisa kabur dan bertemu Alard," jawab Lea.Tentu saja Marissa terkejut mendengarnya. Ia memang belum pernah menerawang masa lalu Lea secara keseluruhan. Dan kini fakta baru ia dapati yang membuatnya terkejut."Penunggunya berbentuk apa?""Wanita setengah ular.""Kenapa kamu takut kepadanya?""Karena dia dulu menjadikanku budaknya dan dia sering menyiksaku. Apa aku tidak perlu kesana? Aku takut jika nanti aku kembali menjadi budaknya," ucap Lea berhenti berjalan dan menunduk.Otomatis, Marissa juga ikut berhenti. Farissa menatap bingung ke arah Marissa yang berhenti dan terlihat seperti sedang berb
Para polisi menduga bahwa tulang belulang yang mereka temukan adalah jasad seorang anak perempuan yang meninggal pada umur tujuh tahun bernama Lea Lauria. Lea adalah anak yang tumbuh di panti asuhan sejak lahir. Ia dilaporkan hilang dua tahun lebih sembilan bulan yang lalu.Untungnya, polisi memiliki sampel rambut Lea yang diberikan oleh pihak panti asuhan untuk mencari Lea. Sampel rambut tersebut dicocokkan oleh DNA tulang belulang yang mereka temukan di sungai. Dan hasilnya DNA tersebut cocok dengan persentase seratus persen.Tulang belulang tersebut juga diperiksa oleh tim forensik dan diketahuilah penyabab Lea meninggal yaitu karena tenggelam. Jasad Lea pun dibersihkan dan dikirimkan ke panti asuhan untuk diproses pemakamannya. Marissa dan Farissa yang sudah dimintai keterangan pun diperbolehkan untuk pulang.Namun mereka tidak langsung pulang, melainkan ke panti asuhan untuk menghadiri acara pemakaman Lea.Bunda Mahira, pemilik dan pengurus panti asuhan menyambut Marissa dan Fari
Setelah momen mengharukan itu, Alard pamit pergi untuk menenangkan diri sejenak. Karena cuaca panas, Marissa dan Farissa memutuskan untuk tetap di rumah Paman Pandu sampai cuaca tidak terlalu panas."Paman Pandu, bisa ceritakan tentang Landu saudara kembar Paman?" pinta Marissa.Paman Pandu menarik nafas sebentar lalu mengangguk. "Sejak kami kecil, kami belajar pencak silat dan ilmu putih di sebuah peguruan yang kini sudah tidak ada lagi. Namun sayangnya, saat usia kami dua puluh tahun, Landu malah tertarik dengan ilmu hitam dan mempelajarinya. Hingga ia berani membuat perjanjian dengan manusia setengah iblis yaitu Azalah. Akhirnya ia diusir oleh warga dan guru sekaligus murid di tempat perguruan kami. Sejak saat itu, aku tidak pernah bertemu lagi dengannya.""Mama pernah cerita, Mama dapat kitab anak iblis dari seorang dukun yang sedang bertapa di gunung Lauzalah. Waktu itu, Mama lagi mendaki gunung sama Papa. Dan dukun itu tahu kalau Mama sama Papa lagi berjuang keras untuk mendapat
"Halo, anak Bunda." Kinan menyapa saat melakukan video call bersama Roy dan Marissa."Halo juga, Bunda," sahut Marissa."Besok datang ke rumah Bunda, ya! Bunda bakal masakin kamu makanan yang enak-enak.""Siap, Bunda!""Coba lihat restorannya," pinta Kinan.Roy pun mengarahkan ponselnya ke sekelilingnya agar Kinan bisa melihat lebih detail restoran tempat mereka merayakan anniversary."Indah banget restorannya. Ada danaunya juga. Tumbsn Roy romantis," celetuk Kinan."Nggak, dong. Aku emang selalu romantis," sahut Roy tidak terima."Yang bener?" Kinan suka menggoda Roy."Mama, jangan jatuhkan harga diriku di depan calon istriku," ujar Roy."Hahaha, ya sudah. Tutup saja teleponnya. Mama sudah ngantuk. Pintu rumah nanti Mama kunci. Kamu bawa kunci cadangan 'kan?""Bawa kok, Ma.""Ya udah. Bye bye!""Bye juga, Ma."Dua jam kemudian, Marissa dan Roy memutuskan untuk pulang. Selama perjalanan, Marissa tidur di dalam mobil. Setelah melewati perjalanan selama setengah jam, mereka pun sampai d
Setelah sekolah, Marissa dan Roy memiliki jadwal ekstrakulikuler yang sama yaitu bermain basket. Saat ini sedang waktunya istirahat. Marissa dan Roy duduk di tribun lapangan untuk beristirahat.Bulir-bulir keringat membasahi wajah Marissa dan Roy. Saat Marissa sedang meneguk air mineral, Roy dengan penuh perhatian mengelap wajah Marissa menggunakan handuk kecil. Marissa tersenyum melihat Roy yang selalu perhatian kepadanya.Tapi adegan indah itu tidak berlangsung lama ketika Roy malah menutup mata dan tersenyum-senyum tanpa alasan."Roy…." Marissa memanggil pelan. Beberapa detik kemudian, ia melebarkan matanya. Ia sadar bahwa Roy sedang kerasukan.Marissa lalu menggenggam tangan kiri Roy dan membawanya naik ke lantai tiga alias rooftop. Marissa mendudukkan Roy di kursi panjang diikuti dirinya."Katakan siapa kamu," seru Marissa.Namun Roy malah senyum-senyum terus."Katakan siapa kamu." Marissa mengulang perkataannya."Aku … Arabella ….""Ada urusan apa kamu hingga merasuki tubuh Roy?
Marissa bermimpi berada di sebuah tempat yang ia kira adalah hutan. Ia melihat Alard sedang bermain di hutan tersebut bersama seorang anak perempuan. Marissa menduga bahwa anak perempuan tersebut adalah sahabatnya Alard yang bernama Siti.Saat Marissa berusaha melihat lebih jelas, ternyata memang benar bahwa anak perempuan itu adalah Siti. Lalu tiba-tiba Marissa seperti tertarik oleh sesuatu dan kembali muncul di tempat yang sama namun dengan waktu yang berbeda.Waktu sekarang Marissa berada adalah saat banyak orang Belanda maupun pribumi yang dibantai oleh tentara Jepang termasuk Alard. Cuplikan memori saat Alard dibunuh kembali Marissa lihat. Namun Marissa tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa diam dan melihat.Lalu Marissa kembali merasa seperti tertarik oleh sesuatu. Kini ia berada di tempat yang sama dengan waktu sekarang Marissa hidup alias waktu saat ini berlangsung. Tentu saja terlihat sangat berbeda namun hutan di belakang rumah Alard masih hampir sama dengan yang dulu.
Farissa pergi duluan menaiki taksi. Ia pergi ke tempat syuting Abraham dan Sky. Sedangkan Roy dan Marissa tetap berada di sana hanya saja bukan di hutan tapi di danau.Mereka menikmati momen berduaan saja. Ralat, hanya mereka yang manusia, selebihnya adalah para arwah yang sejak dulu menghuni tempat itu.Marissa mengecek perbekalan yang tersedia. Ada roti panggang, zuppa soup, dan satu tumbler berisi es coklat. Roy juga membawa tumbler sendiri berisi kopi hangat dan berbagai macam snack.Wajah Marissa sembab dan memerah karena habis menangisi kepergian Alard. Walaupun ia tidak benar-benar berpisah dengan Alard, tetap saja Marissa merasa sangat kehilangan. Ia kini tidak bisa bertemu Alard sesering dulu.Ketika ia sedang sedih, obat paling ampuh adalah makanan. Marissa duduk sambil makan snack dengan pandangan lurus ke depan tapi kosong. Roy tersenyum tipis melihat Marissa.Roy sengaja ikut diam untuk memberi waktu kepada Marissa agar belajar merelakan. Tidak ada yang abadi di dunia ini
"Ya Tuhan … itu sudah tindak pidana. Bisa dipenjarakan, Roy," ucap Marissa."Maka dari itu. Tapi itu Samuel ngelakuinnya pas kita masih SMP."Flashback onSamuel menghampiri Talitha yang menangis tersedu-sedu di taman belakang sekolah. Laki-laki itu tak tahan melihat wanita yang disukainya menangis karena laki-laki lain. Samuel duduk di samping Talitha lalu mengelus punggungnya untuk menenangkannya."Kenapa lagi?" Samuel bertanya lembut."Boy lebih milih boncengin Clara ketimbang aku. Ia lebih milih nganterin Clara ke toko buku daripada nganterin aku les piano. Hati aku sakit, Samuel," ujar Talitha menggebu-gebu.Samuel mengepalkan tangannya. "Kurang ajar," umpatnya dalam hati."Kamu tenang aja. Biar aku hajar si Boy itu," ujar Samuel dan beranjak untuk menemui Boy.Talitha menahan tangan Samuel. "Jangan, gak usah, El. Plise, aku minta jangan apa-apain Boy."Akhirnya, Samuel luluh karena permohonan Talitha. "Oke. Tapi kalau sampai kamu nangis gara-gara dia lagi maka jangan halangi aku
"Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu
Roy: Aku mau ngelamar kamuMarissa terkejut dan membeku saat membaca pesan dari Roy. "Ya Tuhan, ini beneran?" gumamnya.Marissa: Kamu serius?Roy: Seriuslah. Aku sama Bunda udah nyiapin seserahan. Kami akan kerumahmu nanti sore. Dandan yang cantik ya, sayang.Marissa merasa senang, cemas, bingung pokoknya semua rasanya seperti campur aduk. Ia sampai berjingkrak-jingkrak saking merasa campur aduk. Ia memandangi dirinya di depan cermin sambil berucap, "Serius cewek kayak aku mau dilamar nanti? Acak-acakan gini kayak orang utan kok bisa cepat dapat calon suami, ya.""Tapi aku memang cantik, sih," lanjutnya sambil berpose layaknya model."Aku harus nyiapin pakaian buat nanti." Marissa buru-buru menggeledah lemarinya. Banyak baju yang ia hamburkan hingga menjadi berantakan. "Aduh, aku harus pakai yang mana?" Marissa frustasi. "Oh iya. Lebih baik aku bilang ke Mama Papa sekalian tanya saran pakaian yang cocok dipakai nanti."Marissa pun keluar kamar dan berjalan ke kamar kedua orangtuanya.
"Dari hasil pemeriksaan, pasien dinyatakan hamil." Ucapan dokter membuat tubuh Anggun membeku."A-apa? Aku hamil?" Anggun berucap tak percaya."Iya. Usia kandungannya baru dua minggu. Tolong dijaga baik-baik kandungannya. Saya akan beri vitamin dan surat kontrol. Nanti bisa kontrol ditemani suaminya.""Suami? Apakah dunia sedang bercanda?" ujar Anggun dalam hati.Marissa menatap Anggun dengan tatapan kasihan. Dia ingin menyadarkan Anggun melalui kata-kata tapi ia tak tega melihat wajah Anggun yang pias. Setelah keluar dari ruangan dokter, Anggun menangis sejadi-jadinya."Maafkan aku, Mar. Mungkin ini karma karena aku berniat mencelakaimu. Tolong bantu aku… aku harus bagaimana?""Aku sudah memaafkanmu. Kamu harus sabar dan ikhlas menerima anak di rahimmu. Bagaimanapun dia bayi tak berdosa. Jangan kamu sakiti apalagi menggugurkannya. Kamu tidak mau 'kan terjadi hal buruk lagi? Maka jaga kandunganmu.""Lalu bagaimana dengan kuliahku?""Kamu bisa menggunakan pakaian oversize ketika ke kamp
Marissa tidak berangkat sekolah karena ia masih merasa lemas dan tak bertenaga. Kini dia hanya duduk bersandar ke headboard sambil menonton film. Tiba-tiba terdengar suara motor Roy yang sangat Marissa hafal.Marissa pun berhenti memutar film lalu beranjak dan turun ke lantai bawah dan menghampiri Roy. "Aku gak berangkat kuliah. Maaf gak ngabarin kamu karena aku lupa."Roy menyerahkan beberapa batang coklat kepada Marissa. "Cepat sembuh, sayang."Marissa menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Roy." Ia mengecup pipi Roy.Roy melotot kaget. Ia memegangi tangan Marissa lalu meremasnya. "Aaa aku salting berat. Kamu harus tanggung jawab."Marissa mengecup pipi Roy lagi. "Aku sudah tanggung jawab.""Itu malah bikin aku tambah salting, Mar.""Memang tujuan aku begitu. Aku suka lihat wajah kamu pas salting.""Kalau begitu aku juga mau cium kamu." Roy turun dari motornya.Namun Marissa segera berlari memasuki rumah sambil tertawa. Roy menatap Marissa dengan tatapan yang dibuat seolah-o
Cesy mencekik Excel sampai Excel tersedak dan sesak nafas. Excel memegangi tangan Cesy yang terasa sangat dingin. Cesy menatap Excel sangat tajam."Puas kamu merusak seluruh hidupku? Kamu memang pria brengsek. Kamu seharusnya gak pantas hidup. Kamu adalah manusia paling bejat yang pernah aku kenal," ucap Cesy berapi-api."Aku minta maaf." Excel melirih."Apakah kata maaf bisa mengembalikan semuanya yang sudah hancur tak tersisa? Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih meninggikan ego dan sikapmu yang temperamental dari pada menahannya dan berusaha bersikap lembut kepadaku? Tidak perlu lembut, tapi bersikaplah dengan normal kepadaku. Apa itu sangat susah?""Iya aku tahu aku salah. Aku juga tidak ingin mempunyai gangguan mental dan sikap temperamental. Ini semua bukan pilihanku.""Menjadi korban kebejatanmu juga bukan keinginanku." Cesy berteriak. Ia melepaskan cekikkannya dengan kasar.Excel buru-buru mengatur nafas lalu turun dari kasur dan bersujud kepada Cesy. "Tolong jangan ganggu aku la
"Tolong berhentilah mengganggu Excel. Dia sudah mendapatkan ganjarannya. Kamu sudah menang, Cesy," ucap Marissa.Raut wajah Cesy berubah sedih. "Aku masih dendam padanya.""Untuk apa kamu dendam? Jika kamu berhenti mengganggunya dan dia dinyatakan pulih dari gangguan jiwanya maka ia akan dipenjara. Bukannya itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini kepadamu?"Cesy diam, tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberinya pelajaran satu kali lagi lalu aku akan berhenti mengganggunya."Marissa hanya geleng-geleng kepala. Memang kalau orang sudah dendam pasti akan melampiaskan dendamnya sampai ia puas termasuk Cesy. Ia bahkan masih ingin memberi pelajaran kepada Excel.Tiba-tiba perasaan Marissa menjadi tidak enak. Tapi ini menyangkut Roy.•••Saat sedang bersantai di balkon, tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Saat Marissa mengeceknya, rupanya ada telepon dari Roy. Marissa pun segera mengangkatnya."Halo, Roy?""Halo, Mar. Kamu kesini
"Cesy yang beberapa hari kemarin datang ke rumah saya?" tanya Yuni."Benar, Kak. Dia sudah meninggal bunuh diri." Ucapan Marissa membuat Yuni kaget sampai melotot."Bu-bunuh diri?""Iya. Dia bunuh diri dalam keadaan hamil.""Kok bisa?"Marissa pun menceritakan tentang cerita sebenarnya tentang Cesy. Ia juga menceritakan tentang ia yang dimimpikan Cesy. Marissa tidak peduli Yuni percaya atau tidak."Ya Tuhan, kasihan sekali Cesy. Aku tidak menyangka hidupnya setragis itu. Kemarin saat Cesy kesini saya sempat merekam perbincangan kami," ujar Yuni."Boleh saya dengar rekamannya?" pinta Marissa."Boleh-boleh." Yuni pun menghidupkan ponselnya dan memutar rekaman pembicaraannya dengan Cesy."Kak Yuni, perkenalkan aku Cesy. Aku kesini ingin berbagi cerita," ucap Cesy."Silahkan. Saya akan menjadi pendengar yang baik.""Jadi, saya punya mantan pacar yang toxic. Dia selalu melakukan kekerasan kepada saya. Saya sangat tertekan dan trauma. Apa yang harus saya lakukan?""Di a melakukan kekerasan
Terlihat di CCTV ada wanita memakai sweater ungu yang tak lain adalah Anggun memasukkan kecoa di dalam gelas yang dibawa oleh pelayan. Semuanya langsung menengok ke sekitar mencari Anggun. Anggun pun ketahuan dan digeret oleh para pengunjung ke tengah-tengah mereka.Marissa seperti mengenali Anggun. Ia melepas masker Anggun dan seketika matanya membulat. "Anggun?!"Roy pun tak kalah terkejut. "Apa salahku, Nggun?" tanya Roy.Anggun merampas maskernya dari tangan Marissa lalu memakainya kembali. Ia lalu berucap, "Salahmu adalah membangun kafe ini! Kafemu membuat kafe ayahku tidak laris. Kamu merebut pelanggan kafe ayahku!""Ya Tuhan … kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Rezeki sudah diatur," sahut Marissa."Halah, kalian jangan sok suci. Sekarang aku minta uang ganti rugi karena kalian menyaingi kafe ayahku.""Untuk apa kami ganti rugi? Apa yang kami lakukan sudah benar menurut kami." Marissa berucap. "Semuanya, apakah yang kami lakukan salah?"Para pengunjung menggeleng. "Tidak."
TringTiba-tiba notifikasi ponsel Marissa berbunyi. Marissa pun duduk di anakan tangga mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari grub kampus.Grub kampus: Kabar duka datang dari seorang mahasiswi baru bernama Cesy. Ia ditemukan meninggal di kamarnya karena gantung diri. Mari kita panjatkan doa supaya Cesy tenang di alam sana. Terima kasih atas perhatiannya.Marissa membeku. Tangannya sampai bergetar hingga ia menjatuhkan ponselnya. Ia kaget dan hampir berteriak ketika ada yang menepuk bahunya. Saat Marissa menoleh, rupanya itu adalah Anggun. "Kamu tadi jadi bahan pembicaraan orang-orang di perpustakaan karena kamu ngomong sendiri seolah-olah ada orang disampingmu. Kamu tadi ngomong sama siapa?" ujar Anggun.Marissa menjadi bertambah terkejut. Ia semakin terkejut ketika melihat di seberang jalan ada Cesy yang melambaikan tangan kepadanya sambil menggendong seorang bayi yang tidak memakai pakaian sedikitpun seperti baru lahir.Anggun menepuk bahu Marissa. "Kamu kenapa melotot gitu?"