Roy ikut Marissa ke rumah sakit untuk menjenguk Farissa. Mereka berdua membawa bunga lavender kesukaan Farissa."Halo, semuanya," sapa Marissa dan Roy secara bersamaan saat memasuki ruangan."Eh, ada Nak Roy. Sini masuk, Nak," sahut Abraham.Roy menyalami Abraham dan Aurin. Lalu Roy dan Marissa menghampiri Farissa."Halo, Farissa. Bagaimana keadaanmu?" ujar Roy."Aku lebih mendingan. Kamu siapa?""Aku Roy, pacar Marissa.""Oh. Semoga kalian terus bersama, ya," tutur Farissa.Roy dan Marissa saling tatap. Entah mereka harus senang atau sedih mendengar penuturan Farissa. Mereka sedih karena Farissa harus hilang ingatan dan mereka bahagia karena Farissa sudah berubah."Aku membawakan bunga kesukaanmu." Marissa berujar seraya menyerahkan sebuket bunga lavender untuk Farissa.Farissa menerimanya dengan perasaan senang. "Terima kasih. Apakah dulu aku menyukai bunga lavender?""Kamu selalu merawat bunga lavender di pekarangan rumah," sahut Marissa.Farissa mengangguk. Berusaha tidak perlu me
Marissa bingung ketika melihat tempat ia berada. Ia sedang berdiri di depan cermin.Ia terpaku melihat penampilannya. Ia memakai gaun putih yang cukup besar di badannya.Beberapa detik kemudian, muncul dua dayang. Mereka membungkuk hormat kepada Marissa."Mari, Ratu. Semuanya sudah menunggu Ratu di ruang singgasana." Salah satu dayang berkata.Anehnya, Marissa mengikuti arahan dayang tersebut. Ia seperti tidak bisa menolak seruan dayang tersebut. Marissa pun berjalan keluar ruangan diikuti kedua dayang tersebut.Saat Marissa berjalan ke singgasana, ada dua orang prajurit yang meniup terompet sebagai penyambutan kedatangan Marissa."Selamat datang, Ratu." Para prajurit, dayang, dan yang lainnya berucap bersamaan seraya membungkuk hormat.Marissa membungkuk sebentar sebagai balasan. Marissa lalu berdiri di depan singgasana raja."Semuanya yang hadir di sini. Mari beri salam untuk Ratu kita yang baru." Seorang hakim berkata."Salam hormat, Ratu." Semuanya berkata serempak.Seorang dayang
Setelah melihat istana milik Kanjeng Ratu Aurora, Marissa pun kembali ke daratan. Ia melihat Farissa yang menangis histeris. Marissa pun bergegas menghampiri Farissa."Kamu kenapa, Farissa?" Marissa bertanya cemas.Farissa langsung memeluk Marissa. "Kak Marissa! Syukurlah, Kak Marissa baik-baik aja. Dari tadi Kak Marissa gak balik-balik. Aku sangat khawatir terjadi apa-apa sama Kak Marissa."Marissa mengelus punggung Farissa untuk menenangkannya. "Jangan khawatir, Farissa. Kakak jago berenang.""Beneran? Ajarin aku, Kak. Aku juga ingin jago berenang."Marissa terkekeh. "Oke. Ayo kita latihan sekarang juga."Farissa tampak ragu. "Di pantai ini? Tapi aku takut, Kak.""Gak perlu takut. Percaya sama Kakak.""Baiklah, Kak. Ayo latihan sekarang!"•••Setelah Marissa mengajari Farissa berenang, mereka mampir di kafe dekat pantai. "Kamu mau pesan apa?" Marissa bertanya sambil melihat buku menu.Farissa memilin tangannya, bingung. "Em… aku dulu sukanya makan apa?"Marissa terkekeh. "Kamu suka
Marissa berada di sebuah jalan besar dekat perempatan. Di sisi kiri jalan besar itu, ada sebuah counter yang sangat besar dan ramai. Marissa sadar ia ada di dalam mimpi.Marissa melebarkan pandangannya. Tiba-tiba ia syok melihat ada seorang mahluk besar berwarna hitam, berbulu lebat, dan bermata merah menyala. Mahluk tersebut berada di tengah-tengah jalan. Disaat itu, Marissa tak sengaja melihat Roy sedang menaiki motor ninjanya dari counter.Saat Roy melajukan motornya, mahluk besar itu menutup pandangan Roy dan menggunakan energinya untuk membuat motor Roy oleng. Alhasil, Roy terjatuh yang dalam penglihatan manusia biasa itu adalah kecelakaan tunggal yang terjadi karena murni kecelakaan atau kecerobohan pengendara. Tapi tidak untuk manusia yang memiliki kelebihan seperti Marissa.Marissa dengan jelas melihat Roy yang dibuat celaka oleh mahluk halus. Marissa seketika syok dan merasa marah. Tapi sayangnya ia tak bisa berbuat apa-apa. Saat ia ingin menyentuh Roy, tangannya tembus.Mari
Siang hari, Marissa pulang dari rumah sakit. Ia berencana berbuat sesuatu yang sudah ia rencanakan sedari tadi.Ia duduk bersila di lantai kamarnya. Di samping Marissa duduk Alard, Risa, dan Ria. Tapi ada satu makhluk yang kedatangannya tidak diundang Makhluk itu adalah Nek Kyati. Ia berdiri di pojok kamar seraya memandangi Marissa dan teman-teman hantunya. Marissa menatap Nek Kyati. "Kenapa kamu berdiri di pojok? Mau ikut bantu aku?"Nek Kyati mengangguk lalu dalam sekejap ia berpindah tempat menjadi duduk di samping Ria."Kalian tolong bantu aku. Ria, kamu jaga ragaku disini. Sedangkan kalian bantu aku melawan makhluk besar yang sudah menyelakai Roy," ujar Marissa.Keempat hantu di samping Marissa mengangguk. Marissa lalu menutup mata dan membayangkan tempat Roy kecelakaan. Jiwanya pun berpindah ke tempat yang Marissa tuju.Ria langsung mengisi raga Marissa yang kosong. Alard, Risa, dan Nek Kyati lalu menyusul Marissa. Marissa, Alard, Risa, dan Nek Kyati berdiri berjejer memenuhi
Marissa mengunjungi counter milik Roby. Ia datang memakai masker dan topi untuk menutupi wajahnya. Ia datang bersama teman-teman hantunya."Permisi," ucap Marissa.Roby, pemilik counter yang sedang tiduran itu lantas terbangun. "Iya, silahkan," sahutnya.Saat mereka berdua bersitatap, mata tajam Marissa menghunus mata Roby. Roby tiba-tiba terdiam seperti patung dengan pandangan yang kosong. Marissa lalu menyalurkan eneginya lewat tatapan mata.Energi itu masuk ke mata Roby. Energi tersebut mengunci mata batin Roby. Enegi itu juga sebagai pelindung agar Roby tidak berurusan lagi dengan makhluk halus sehingga dia tidak bisa lagi mencelakai siapapun dengan kekuatan gaib.Marissa pun tersenyum dan pergi meninggalkan Roby yang masih mematung. Beberapa menit kemudian, Roby tersadar. Namun ia tidak bisa lagi mengingat tentang semua hal mistis yang telah ia lalui.•••Seminggu kemudian, Roy masih koma. Tidak ada tanda-tanda ia akan siuman. Itu membebankan pikiran Kinan dan Marissa.Kinan samp
Setelah dari rumah Roy, Marissa mampir sebentar di sebuah kafe. Ia membeli dua avocado latte untuk dirinya dan Farissa. Setelah selesai membeli minuman, Marissa pun segera pulang ke rumahnya.Pagar rumah Marissa otomatis setelah sensor memindai mobil Marissa. Setelah memarkirkan mobilnya, Marissa pun masuk ke dalam rumah. Rumah terlihat sepi karena Abraham dan Aurin ada pekerjaan.Setelah menaruh barang-barangnya di kamar, Marissa lalu mendatangi kamar Farissa. Setelah Marissa mengetuk pintu, Farissa pun membuka pintu. Dengan cengirannya, Marissa menunjukkan kantong kresek di tangannya yang terdapat avocado latte didalamnya.Sontak mata Farissa berbinar-binar. "Yey, terima kasih, Kak.""Sama-sama."Mereka pun masuk ke kamar Farissa lalu Farissa menutup pintu. Mereka berjalan ke arah balkon. Terdapat banyak buku dan kertas di atas meja.*Kok berantakan gini?" tanya Marissa."Maklum, lagi ngerjain tugas dari guru aku," jawab Farissa."Mau aku bantuin?""Mau mau mau!"Marissa terkekeh lal
Kegiatan makan di pagi hari diisi dengan keheningan. Namun ada sesuatu yang berbeda di kegiatan makan ini. Farissa, gadis itu terus menunduk dengan raut wajah masam.Aurin dan Abraham saling pandang. Mereka saling bertanya lewat tatapan mata. Sedangkan Marissa sibuk memandang keluarganya termasuk Farissa.Marissa menduga Farissa seperti itu karena masalah kemarin. Marissa menjadi takut kalau Farissa bisa menemukan alasan dibalik keputusannya untuk bunuh diri. Ia harus membicarakan itu nanti.Setelah selesai makan, Marissa pun pamitan kepada orangtuanya untuk sekolah. Seperti biasa, Marissa berangkat sekolah dijemput Roy.Saat Aurin dan Abraham hendak meninggalkan ruang makan, Farissa mencegah. "Tunggu! Aku ingin menanyakan sesuatu."Aurin dan Abraham pun mengurungkan niatnya untuk meninggalkan ruang makan. "Tanya apa, sayang?" ucap Aurin."Ini soal aku yang jatuh di balkon. Kenapa aku memutuskan untuk bunuh diri saat itu?"Abraham dan Aurin saling pandang. Mereka bingung ingin menjawa
"Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu
Roy: Aku mau ngelamar kamuMarissa terkejut dan membeku saat membaca pesan dari Roy. "Ya Tuhan, ini beneran?" gumamnya.Marissa: Kamu serius?Roy: Seriuslah. Aku sama Bunda udah nyiapin seserahan. Kami akan kerumahmu nanti sore. Dandan yang cantik ya, sayang.Marissa merasa senang, cemas, bingung pokoknya semua rasanya seperti campur aduk. Ia sampai berjingkrak-jingkrak saking merasa campur aduk. Ia memandangi dirinya di depan cermin sambil berucap, "Serius cewek kayak aku mau dilamar nanti? Acak-acakan gini kayak orang utan kok bisa cepat dapat calon suami, ya.""Tapi aku memang cantik, sih," lanjutnya sambil berpose layaknya model."Aku harus nyiapin pakaian buat nanti." Marissa buru-buru menggeledah lemarinya. Banyak baju yang ia hamburkan hingga menjadi berantakan. "Aduh, aku harus pakai yang mana?" Marissa frustasi. "Oh iya. Lebih baik aku bilang ke Mama Papa sekalian tanya saran pakaian yang cocok dipakai nanti."Marissa pun keluar kamar dan berjalan ke kamar kedua orangtuanya.
"Dari hasil pemeriksaan, pasien dinyatakan hamil." Ucapan dokter membuat tubuh Anggun membeku."A-apa? Aku hamil?" Anggun berucap tak percaya."Iya. Usia kandungannya baru dua minggu. Tolong dijaga baik-baik kandungannya. Saya akan beri vitamin dan surat kontrol. Nanti bisa kontrol ditemani suaminya.""Suami? Apakah dunia sedang bercanda?" ujar Anggun dalam hati.Marissa menatap Anggun dengan tatapan kasihan. Dia ingin menyadarkan Anggun melalui kata-kata tapi ia tak tega melihat wajah Anggun yang pias. Setelah keluar dari ruangan dokter, Anggun menangis sejadi-jadinya."Maafkan aku, Mar. Mungkin ini karma karena aku berniat mencelakaimu. Tolong bantu aku… aku harus bagaimana?""Aku sudah memaafkanmu. Kamu harus sabar dan ikhlas menerima anak di rahimmu. Bagaimanapun dia bayi tak berdosa. Jangan kamu sakiti apalagi menggugurkannya. Kamu tidak mau 'kan terjadi hal buruk lagi? Maka jaga kandunganmu.""Lalu bagaimana dengan kuliahku?""Kamu bisa menggunakan pakaian oversize ketika ke kamp
Marissa tidak berangkat sekolah karena ia masih merasa lemas dan tak bertenaga. Kini dia hanya duduk bersandar ke headboard sambil menonton film. Tiba-tiba terdengar suara motor Roy yang sangat Marissa hafal.Marissa pun berhenti memutar film lalu beranjak dan turun ke lantai bawah dan menghampiri Roy. "Aku gak berangkat kuliah. Maaf gak ngabarin kamu karena aku lupa."Roy menyerahkan beberapa batang coklat kepada Marissa. "Cepat sembuh, sayang."Marissa menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Roy." Ia mengecup pipi Roy.Roy melotot kaget. Ia memegangi tangan Marissa lalu meremasnya. "Aaa aku salting berat. Kamu harus tanggung jawab."Marissa mengecup pipi Roy lagi. "Aku sudah tanggung jawab.""Itu malah bikin aku tambah salting, Mar.""Memang tujuan aku begitu. Aku suka lihat wajah kamu pas salting.""Kalau begitu aku juga mau cium kamu." Roy turun dari motornya.Namun Marissa segera berlari memasuki rumah sambil tertawa. Roy menatap Marissa dengan tatapan yang dibuat seolah-o
Cesy mencekik Excel sampai Excel tersedak dan sesak nafas. Excel memegangi tangan Cesy yang terasa sangat dingin. Cesy menatap Excel sangat tajam."Puas kamu merusak seluruh hidupku? Kamu memang pria brengsek. Kamu seharusnya gak pantas hidup. Kamu adalah manusia paling bejat yang pernah aku kenal," ucap Cesy berapi-api."Aku minta maaf." Excel melirih."Apakah kata maaf bisa mengembalikan semuanya yang sudah hancur tak tersisa? Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih meninggikan ego dan sikapmu yang temperamental dari pada menahannya dan berusaha bersikap lembut kepadaku? Tidak perlu lembut, tapi bersikaplah dengan normal kepadaku. Apa itu sangat susah?""Iya aku tahu aku salah. Aku juga tidak ingin mempunyai gangguan mental dan sikap temperamental. Ini semua bukan pilihanku.""Menjadi korban kebejatanmu juga bukan keinginanku." Cesy berteriak. Ia melepaskan cekikkannya dengan kasar.Excel buru-buru mengatur nafas lalu turun dari kasur dan bersujud kepada Cesy. "Tolong jangan ganggu aku la
"Tolong berhentilah mengganggu Excel. Dia sudah mendapatkan ganjarannya. Kamu sudah menang, Cesy," ucap Marissa.Raut wajah Cesy berubah sedih. "Aku masih dendam padanya.""Untuk apa kamu dendam? Jika kamu berhenti mengganggunya dan dia dinyatakan pulih dari gangguan jiwanya maka ia akan dipenjara. Bukannya itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini kepadamu?"Cesy diam, tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberinya pelajaran satu kali lagi lalu aku akan berhenti mengganggunya."Marissa hanya geleng-geleng kepala. Memang kalau orang sudah dendam pasti akan melampiaskan dendamnya sampai ia puas termasuk Cesy. Ia bahkan masih ingin memberi pelajaran kepada Excel.Tiba-tiba perasaan Marissa menjadi tidak enak. Tapi ini menyangkut Roy.•••Saat sedang bersantai di balkon, tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Saat Marissa mengeceknya, rupanya ada telepon dari Roy. Marissa pun segera mengangkatnya."Halo, Roy?""Halo, Mar. Kamu kesini
"Cesy yang beberapa hari kemarin datang ke rumah saya?" tanya Yuni."Benar, Kak. Dia sudah meninggal bunuh diri." Ucapan Marissa membuat Yuni kaget sampai melotot."Bu-bunuh diri?""Iya. Dia bunuh diri dalam keadaan hamil.""Kok bisa?"Marissa pun menceritakan tentang cerita sebenarnya tentang Cesy. Ia juga menceritakan tentang ia yang dimimpikan Cesy. Marissa tidak peduli Yuni percaya atau tidak."Ya Tuhan, kasihan sekali Cesy. Aku tidak menyangka hidupnya setragis itu. Kemarin saat Cesy kesini saya sempat merekam perbincangan kami," ujar Yuni."Boleh saya dengar rekamannya?" pinta Marissa."Boleh-boleh." Yuni pun menghidupkan ponselnya dan memutar rekaman pembicaraannya dengan Cesy."Kak Yuni, perkenalkan aku Cesy. Aku kesini ingin berbagi cerita," ucap Cesy."Silahkan. Saya akan menjadi pendengar yang baik.""Jadi, saya punya mantan pacar yang toxic. Dia selalu melakukan kekerasan kepada saya. Saya sangat tertekan dan trauma. Apa yang harus saya lakukan?""Di a melakukan kekerasan
Terlihat di CCTV ada wanita memakai sweater ungu yang tak lain adalah Anggun memasukkan kecoa di dalam gelas yang dibawa oleh pelayan. Semuanya langsung menengok ke sekitar mencari Anggun. Anggun pun ketahuan dan digeret oleh para pengunjung ke tengah-tengah mereka.Marissa seperti mengenali Anggun. Ia melepas masker Anggun dan seketika matanya membulat. "Anggun?!"Roy pun tak kalah terkejut. "Apa salahku, Nggun?" tanya Roy.Anggun merampas maskernya dari tangan Marissa lalu memakainya kembali. Ia lalu berucap, "Salahmu adalah membangun kafe ini! Kafemu membuat kafe ayahku tidak laris. Kamu merebut pelanggan kafe ayahku!""Ya Tuhan … kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Rezeki sudah diatur," sahut Marissa."Halah, kalian jangan sok suci. Sekarang aku minta uang ganti rugi karena kalian menyaingi kafe ayahku.""Untuk apa kami ganti rugi? Apa yang kami lakukan sudah benar menurut kami." Marissa berucap. "Semuanya, apakah yang kami lakukan salah?"Para pengunjung menggeleng. "Tidak."
TringTiba-tiba notifikasi ponsel Marissa berbunyi. Marissa pun duduk di anakan tangga mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari grub kampus.Grub kampus: Kabar duka datang dari seorang mahasiswi baru bernama Cesy. Ia ditemukan meninggal di kamarnya karena gantung diri. Mari kita panjatkan doa supaya Cesy tenang di alam sana. Terima kasih atas perhatiannya.Marissa membeku. Tangannya sampai bergetar hingga ia menjatuhkan ponselnya. Ia kaget dan hampir berteriak ketika ada yang menepuk bahunya. Saat Marissa menoleh, rupanya itu adalah Anggun. "Kamu tadi jadi bahan pembicaraan orang-orang di perpustakaan karena kamu ngomong sendiri seolah-olah ada orang disampingmu. Kamu tadi ngomong sama siapa?" ujar Anggun.Marissa menjadi bertambah terkejut. Ia semakin terkejut ketika melihat di seberang jalan ada Cesy yang melambaikan tangan kepadanya sambil menggendong seorang bayi yang tidak memakai pakaian sedikitpun seperti baru lahir.Anggun menepuk bahu Marissa. "Kamu kenapa melotot gitu?"