Kegiatan makan di pagi hari diisi dengan keheningan. Namun ada sesuatu yang berbeda di kegiatan makan ini. Farissa, gadis itu terus menunduk dengan raut wajah masam.Aurin dan Abraham saling pandang. Mereka saling bertanya lewat tatapan mata. Sedangkan Marissa sibuk memandang keluarganya termasuk Farissa.Marissa menduga Farissa seperti itu karena masalah kemarin. Marissa menjadi takut kalau Farissa bisa menemukan alasan dibalik keputusannya untuk bunuh diri. Ia harus membicarakan itu nanti.Setelah selesai makan, Marissa pun pamitan kepada orangtuanya untuk sekolah. Seperti biasa, Marissa berangkat sekolah dijemput Roy.Saat Aurin dan Abraham hendak meninggalkan ruang makan, Farissa mencegah. "Tunggu! Aku ingin menanyakan sesuatu."Aurin dan Abraham pun mengurungkan niatnya untuk meninggalkan ruang makan. "Tanya apa, sayang?" ucap Aurin."Ini soal aku yang jatuh di balkon. Kenapa aku memutuskan untuk bunuh diri saat itu?"Abraham dan Aurin saling pandang. Mereka bingung ingin menjawa
"Halo, Om, Tante," sapa Sky ketika memasuki rumah."Eh, Sky? Syutingnya besok di lapangan, kamu tadi sudah aku kirimi pesan tapi belum kamu baca," ujar Abraham."Maaf, Om. Saya kesini bukan untuk nanya soal syuting. Tapi saya kesini ingin menjemput Farissa," sahut Sky."Menjemput? Untuk apa?""Untuk kencan, Om."Mata Abraham dan Aurin terbelalak. Mereka menatap Sky tak percaya."Kamu pacar Farissa?" Abraham bertanya."Iya, Om.""Kok bisa? Sudah berapa lama?"Pertanyaan itu, pertanyaan yang sangat Sky hindari. Ia berpikir keras untuk menjawab apa. Tak sengaja mata Sky melihat Marissa ada di dekat tangga. Marissa memberi jawaban lewat gerakan mulut."Jawab aja dua bulan." Begitulah kata yang di ucapkan Marissa."Dua bulan, Om," jawab Sky."Kok kamu tidak ngenalin ke Papa Mama?" Abraham bertanya kepada Farissa."Aku lupa kenapa aku gak kasih tahu ke Mama Papa. Aku 'kan amnesia," ceplos Farissa.Abraham dan Aurin terkekeh. "Ya sudah, sana kalian kencan," ucap Abraham.Abraham saling panda
Farissa pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak karuan. Ponselnya ia silent agar tidak dichat terus menerus oleh Sky. Sejak Farissa meninggalkan Sky, cowok itu terus menghubungi Farissa."Aku pulang," ucap Farissa saat memasuki rumah.Rumah terlihat sepi. Itu tandanya Abraham dan Aurin sedang pergi. Farissa teringat, malam ini memang jadwalnya Aurin konser. Pasti Aurin konser ditemani oleh Abraham dan Marissa.Farissa menyalakan ponselnya. Rupanya terdapat banyak pesan dan telepon dari Aurin, Abraham dan Marissa. Farissa membaca salah satu pesan dari Marissa.Marissa: Ikut Mama konser gak?Farissa menghela nafas lelah. Sebenarnya ia ingin ikut menonton konser ibunya. Baiklah, ini adalah kesalahannya karena ponselnya ia silent.Farissa menaiki tangga dengan langkah gontai. Ia lalu memasuki kamarnya. Farissa langsung merebahkan diri di kasur.Farissa menatap langit-langit kamar dengan sendu. Ia merasa haus dan lapar tapi dia sangat malas turun ke lantai bawah untuk mengambil makanan.
"Gara-gara Kakak?""Kenapa Kakak membohongiku kalau Sky adalah pacarku padahal bukan?!"Marissa terkejut. "Sky bodoh, harusnya ia tak perlu bilang yang sejujurnya," ucap Marissa dalam hati."Karena Sky itu suka sama kamu tapi dia tidak berani bilang," ujar Marissa.Memang benar, Sky menyukai Farissa namun ia sendiri tidak menyadari perasaannya apalagi mengakui perasaannya. Marissa tahu itu karena ia melihat dari mata batinnya kalau Sky memiliki rasa kepada Farissa."Kakak bohong!""Kakak gak mungkin bohong. Sky juga bilang ke kamu 'kan kalau dia suka kamu?"Farissa terdiam, apa yang diucapkan Marissa benar.Marissa tersenyum menenangkan. Ia mendekati Farissa lalu memeluknya. "Kakak tidak mungkin mempermainkan adik kakak sendiri.""Maafkan aku, Kak, karena sudah berprasangka buruk kepada Kakak." Farissa menyahut."Iya, tidak apa-apa. Kakak bawa bakso. Ayo kita makan bakso!""Oke, Kak."•••Setelah makan bakso, Marissa dan Farissa duduk berdua di balkon sambil menikmati segelas es green
"Hai, Roy dan Marissa," sapa Maya."Maya," ucap Marissa kaget.Maya tersenyum sinis. "Kenapa? Kaget, ya?""Ngapain kamu disini?" Marissa bertanya tak suka."Santai aja, dong. Wajahnya gak usah tertekuk gitu.""Gausah banyak omong. Mau apa kamu?""Aku kesini mau kasih ini." Maya menyodorkan sebuah amplop kepada Roy."Cepetan ambil." Maya memegang tangan Roy lalu menaruh amplop itu di tangan Roy."Bye. Aku mau jalan-jalan sama pacar aku." Seorang laki-laki mendekati Maya lalu Maya memegang tangan laki-laki itu dengan mesra."Steven," ucap Marissa kaget. "Nyari mangsa baru, ya?" Marissa terkekeh sinis."Maksudmu apa?" Steven menyahut."Untung aja Nia udah terlepas dari peletmu itu. Dan kamu Maya, hati-hati kamu nanti diporotin sama dia. Hahahahaha." Marissa tertawa sampai menutup mulutnya."Kurang ajar." Steven ingin menghajar Marissa tapi segera ditahan oleh Maya."Jangan ladenin dia, sayang. Malu nanti dilihat banyak orang," ujar Maya."Masih punya malu ternyata," sahut Marissa."Terse
Sky membawa Farissa jalan-jalan ke danau yang ada di pusat kota. Danau itu sudah menjadi tempat wisata untuk umum. Banyak orang yang pergi kesana untuk berlibur, healing, menghabiskan waktu bersama orang terdekat, dan lain-lain.Sky memarkirkan motor vespanya lalu bergegas mencopot helmnya lalu mencopot helm Farissa. Dengan penuh perhatian, Sky merapikan rambut Farissa yang berterbangan terkena angin.Setelah merapikan rambut Farissa, Sky berucap, "Kalau gini jadi tambah cantik."Farissa tersenyum malu-malu yang membuat Sky gemas. Sky pun mencubit pipi Farissa yang memerah."Sakit, Sky," adu Farissa dengan cemberut."Maaf, sayang. Habisnya kamu lucu banget, jadi gemes.""Udahan gombalnya. Sekarang ayo kita ke danau!" Farissa menyeret tangan Sky untuk memasuki gapura yang menjadi tempat akses memasuki danau.Setelah melewati gapura, mereka disuguhkan dengan pemandangan danau yang sangat indah. Di belakang danau, terdapat gunung-gunung yang menambah keindahan tempat itu. Farissa sampai
Farissa menatap rumah didepannya lalu bergantian menatap kertas di tangannya. Kertas tersebut adalah kertas yang menampilkan denah sebuah rumah psikolog yang diberikan oleh psikolog beberapa hari yang lalu di restoran. Farissa membaca papan yang tertempel di dinding rumah itu yang bertuliskan 'Jasa Konsultasi Psikolog Berbagi Luka, gratis hari Sabtu dan Minggu pukul 10.00 sampai 15.00 WIB.'Farissa pun memasuki teras rumah tersebut. Ia memencet bel di dinding sambil berucap, "Permisi."Setelah beberapa kali mengetuk pintu, munculah wanita yang sama dengan wanita yang memberikan buket bunga dan amplop kepada Farissa beberapa hari yang lalu di restoran."Dengan Kak Yuni?" tanya Farissa."Iya, saya Yuni. Saya ingat kamu, kamu orang yang aku kasih buket bunga dan amplop di restoran waktu itu 'kan?""Benar, Kak.""Oh, mari masuk!"Farissa mengangguk lalu memasuki rumah Yuni. Farissa duduk di sof setelah dipersilahkan oleh Yuni."Saya ambilkan minum dulu, ya," ucap Yuni."Tidak perlu repot
Sepulang sekolah, Marissa berlatih bernyanyi dengan Carolina band di rumah Roy. Mereka latihan di ruangan khusus bersantai, bermain musik, dan gym. Saat ini Marissa sedang mengabari Aurin."Ma, aku mau latihan sama Carolina band. Mereka ajak aku buat jadi vokalis di acara ulang tahun salah satu stasiun televisi minggu depan. Boleh 'kan, Ma?" ucap Marissa.Di sebrang telepon, Aurin tersenyum bahagia. "Wah, tentu boleh, dong. Rupanya bakat Mama turun ke kamu. Sana latihan yang benar. Besok-besok latihannya di rumah kita aja. Mama bakal beli banyak camilan." Marissa memencet tombol speaker agar semuanya mendengar. Alhasil, para anggota Carolina band kegirangan."Oke, Ma. Aku latihan dulu, ya.""Iya, sayang."•••Setelah selesai latihan, Marissa beristirahat dengan duduk di sofa bersebelahan dengan Roy. Saat Marissa mau mengambil sekaleng soda, Roy menahan tangan Marissa. "Kamu udah minum tiga kaleng soda," ujar Roy.Marissa menyengir. "Satu kali lagi, boleh?"Roy menggelengkan kepalanya
"Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu
Roy: Aku mau ngelamar kamuMarissa terkejut dan membeku saat membaca pesan dari Roy. "Ya Tuhan, ini beneran?" gumamnya.Marissa: Kamu serius?Roy: Seriuslah. Aku sama Bunda udah nyiapin seserahan. Kami akan kerumahmu nanti sore. Dandan yang cantik ya, sayang.Marissa merasa senang, cemas, bingung pokoknya semua rasanya seperti campur aduk. Ia sampai berjingkrak-jingkrak saking merasa campur aduk. Ia memandangi dirinya di depan cermin sambil berucap, "Serius cewek kayak aku mau dilamar nanti? Acak-acakan gini kayak orang utan kok bisa cepat dapat calon suami, ya.""Tapi aku memang cantik, sih," lanjutnya sambil berpose layaknya model."Aku harus nyiapin pakaian buat nanti." Marissa buru-buru menggeledah lemarinya. Banyak baju yang ia hamburkan hingga menjadi berantakan. "Aduh, aku harus pakai yang mana?" Marissa frustasi. "Oh iya. Lebih baik aku bilang ke Mama Papa sekalian tanya saran pakaian yang cocok dipakai nanti."Marissa pun keluar kamar dan berjalan ke kamar kedua orangtuanya.
"Dari hasil pemeriksaan, pasien dinyatakan hamil." Ucapan dokter membuat tubuh Anggun membeku."A-apa? Aku hamil?" Anggun berucap tak percaya."Iya. Usia kandungannya baru dua minggu. Tolong dijaga baik-baik kandungannya. Saya akan beri vitamin dan surat kontrol. Nanti bisa kontrol ditemani suaminya.""Suami? Apakah dunia sedang bercanda?" ujar Anggun dalam hati.Marissa menatap Anggun dengan tatapan kasihan. Dia ingin menyadarkan Anggun melalui kata-kata tapi ia tak tega melihat wajah Anggun yang pias. Setelah keluar dari ruangan dokter, Anggun menangis sejadi-jadinya."Maafkan aku, Mar. Mungkin ini karma karena aku berniat mencelakaimu. Tolong bantu aku… aku harus bagaimana?""Aku sudah memaafkanmu. Kamu harus sabar dan ikhlas menerima anak di rahimmu. Bagaimanapun dia bayi tak berdosa. Jangan kamu sakiti apalagi menggugurkannya. Kamu tidak mau 'kan terjadi hal buruk lagi? Maka jaga kandunganmu.""Lalu bagaimana dengan kuliahku?""Kamu bisa menggunakan pakaian oversize ketika ke kamp
Marissa tidak berangkat sekolah karena ia masih merasa lemas dan tak bertenaga. Kini dia hanya duduk bersandar ke headboard sambil menonton film. Tiba-tiba terdengar suara motor Roy yang sangat Marissa hafal.Marissa pun berhenti memutar film lalu beranjak dan turun ke lantai bawah dan menghampiri Roy. "Aku gak berangkat kuliah. Maaf gak ngabarin kamu karena aku lupa."Roy menyerahkan beberapa batang coklat kepada Marissa. "Cepat sembuh, sayang."Marissa menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Roy." Ia mengecup pipi Roy.Roy melotot kaget. Ia memegangi tangan Marissa lalu meremasnya. "Aaa aku salting berat. Kamu harus tanggung jawab."Marissa mengecup pipi Roy lagi. "Aku sudah tanggung jawab.""Itu malah bikin aku tambah salting, Mar.""Memang tujuan aku begitu. Aku suka lihat wajah kamu pas salting.""Kalau begitu aku juga mau cium kamu." Roy turun dari motornya.Namun Marissa segera berlari memasuki rumah sambil tertawa. Roy menatap Marissa dengan tatapan yang dibuat seolah-o
Cesy mencekik Excel sampai Excel tersedak dan sesak nafas. Excel memegangi tangan Cesy yang terasa sangat dingin. Cesy menatap Excel sangat tajam."Puas kamu merusak seluruh hidupku? Kamu memang pria brengsek. Kamu seharusnya gak pantas hidup. Kamu adalah manusia paling bejat yang pernah aku kenal," ucap Cesy berapi-api."Aku minta maaf." Excel melirih."Apakah kata maaf bisa mengembalikan semuanya yang sudah hancur tak tersisa? Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih meninggikan ego dan sikapmu yang temperamental dari pada menahannya dan berusaha bersikap lembut kepadaku? Tidak perlu lembut, tapi bersikaplah dengan normal kepadaku. Apa itu sangat susah?""Iya aku tahu aku salah. Aku juga tidak ingin mempunyai gangguan mental dan sikap temperamental. Ini semua bukan pilihanku.""Menjadi korban kebejatanmu juga bukan keinginanku." Cesy berteriak. Ia melepaskan cekikkannya dengan kasar.Excel buru-buru mengatur nafas lalu turun dari kasur dan bersujud kepada Cesy. "Tolong jangan ganggu aku la
"Tolong berhentilah mengganggu Excel. Dia sudah mendapatkan ganjarannya. Kamu sudah menang, Cesy," ucap Marissa.Raut wajah Cesy berubah sedih. "Aku masih dendam padanya.""Untuk apa kamu dendam? Jika kamu berhenti mengganggunya dan dia dinyatakan pulih dari gangguan jiwanya maka ia akan dipenjara. Bukannya itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini kepadamu?"Cesy diam, tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberinya pelajaran satu kali lagi lalu aku akan berhenti mengganggunya."Marissa hanya geleng-geleng kepala. Memang kalau orang sudah dendam pasti akan melampiaskan dendamnya sampai ia puas termasuk Cesy. Ia bahkan masih ingin memberi pelajaran kepada Excel.Tiba-tiba perasaan Marissa menjadi tidak enak. Tapi ini menyangkut Roy.•••Saat sedang bersantai di balkon, tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Saat Marissa mengeceknya, rupanya ada telepon dari Roy. Marissa pun segera mengangkatnya."Halo, Roy?""Halo, Mar. Kamu kesini
"Cesy yang beberapa hari kemarin datang ke rumah saya?" tanya Yuni."Benar, Kak. Dia sudah meninggal bunuh diri." Ucapan Marissa membuat Yuni kaget sampai melotot."Bu-bunuh diri?""Iya. Dia bunuh diri dalam keadaan hamil.""Kok bisa?"Marissa pun menceritakan tentang cerita sebenarnya tentang Cesy. Ia juga menceritakan tentang ia yang dimimpikan Cesy. Marissa tidak peduli Yuni percaya atau tidak."Ya Tuhan, kasihan sekali Cesy. Aku tidak menyangka hidupnya setragis itu. Kemarin saat Cesy kesini saya sempat merekam perbincangan kami," ujar Yuni."Boleh saya dengar rekamannya?" pinta Marissa."Boleh-boleh." Yuni pun menghidupkan ponselnya dan memutar rekaman pembicaraannya dengan Cesy."Kak Yuni, perkenalkan aku Cesy. Aku kesini ingin berbagi cerita," ucap Cesy."Silahkan. Saya akan menjadi pendengar yang baik.""Jadi, saya punya mantan pacar yang toxic. Dia selalu melakukan kekerasan kepada saya. Saya sangat tertekan dan trauma. Apa yang harus saya lakukan?""Di a melakukan kekerasan
Terlihat di CCTV ada wanita memakai sweater ungu yang tak lain adalah Anggun memasukkan kecoa di dalam gelas yang dibawa oleh pelayan. Semuanya langsung menengok ke sekitar mencari Anggun. Anggun pun ketahuan dan digeret oleh para pengunjung ke tengah-tengah mereka.Marissa seperti mengenali Anggun. Ia melepas masker Anggun dan seketika matanya membulat. "Anggun?!"Roy pun tak kalah terkejut. "Apa salahku, Nggun?" tanya Roy.Anggun merampas maskernya dari tangan Marissa lalu memakainya kembali. Ia lalu berucap, "Salahmu adalah membangun kafe ini! Kafemu membuat kafe ayahku tidak laris. Kamu merebut pelanggan kafe ayahku!""Ya Tuhan … kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Rezeki sudah diatur," sahut Marissa."Halah, kalian jangan sok suci. Sekarang aku minta uang ganti rugi karena kalian menyaingi kafe ayahku.""Untuk apa kami ganti rugi? Apa yang kami lakukan sudah benar menurut kami." Marissa berucap. "Semuanya, apakah yang kami lakukan salah?"Para pengunjung menggeleng. "Tidak."
TringTiba-tiba notifikasi ponsel Marissa berbunyi. Marissa pun duduk di anakan tangga mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari grub kampus.Grub kampus: Kabar duka datang dari seorang mahasiswi baru bernama Cesy. Ia ditemukan meninggal di kamarnya karena gantung diri. Mari kita panjatkan doa supaya Cesy tenang di alam sana. Terima kasih atas perhatiannya.Marissa membeku. Tangannya sampai bergetar hingga ia menjatuhkan ponselnya. Ia kaget dan hampir berteriak ketika ada yang menepuk bahunya. Saat Marissa menoleh, rupanya itu adalah Anggun. "Kamu tadi jadi bahan pembicaraan orang-orang di perpustakaan karena kamu ngomong sendiri seolah-olah ada orang disampingmu. Kamu tadi ngomong sama siapa?" ujar Anggun.Marissa menjadi bertambah terkejut. Ia semakin terkejut ketika melihat di seberang jalan ada Cesy yang melambaikan tangan kepadanya sambil menggendong seorang bayi yang tidak memakai pakaian sedikitpun seperti baru lahir.Anggun menepuk bahu Marissa. "Kamu kenapa melotot gitu?"