Home / Romansa / Meet With Mr. Mafia / Bab [07] Party and Kiss

Share

Bab [07] Party and Kiss

Author: Eeeellllaaaaa
last update Last Updated: 2024-06-22 20:10:37

Saat malam tiba, Rheanne sudah menyiapkan dirinya. Menatap wajahnya di cermin dengan malas. Wajahnya sudah terlihat cantik dengan riasan tipis, dan gaun pesta yang sudah serasi dengan ukuran tubuhnya.

Sebenarnya, ini bukan kemauan Rheanne mamakai gaun seperti ini. Lihat saja, bagaiman model gaun ini yang terlihat seperti kekurangan bahan. Namun, karena ini paksaan dari ibunya maka dari itu Rheanne terpaksa memakainya.

Iya, semua ini adalah hasil dari ibunya. Mulai dari riasan, gaun bahkan sepatu dan gaya rambut. Ibunya dengan antusias mendandani anak gadisnya dengan senang. Bagaimana tidak senang, Nyonya Austin akhirnya bisa melihat putri semata wayangnya pergi ke acara seperti ini. Ini kali pertama karena Rheanne itu orang yang malas. Bahkan acara keluarga pun dia tidak pernah datang. Maka dari itu Nyonya Austin merasa senang melihat putrinya yang tiba-tiba mengatakan akan menghadiri sebuah pesta. Dengan antusias wanita paruh baya itu membantu Rheanne untuk bersiap.

“Ibu, aku ingin ganti baju. Ini terlihat tidak cocok,” seru Rheanne menatap melas ibunya.

Dengan cepat Nyonya Austin menggeleng.

“No, no. Gaun ini sudah sangat cocok untukmu, jadi jangan ganti!”

Rheanne mendengus pelan. Dengan kesal dia berpamitan pada ibunya. Rheanne berjalan dengan meraih ponselnya. Dia akan menghubungi Alissa agar menjemputnya di sini, supaya Rheanne tidak merasa malu saat hadir di sana karena ada Alissa bersamanya. Namun, saat sudah berada di halaman rumahnya. Rheanne berhenti memainkan ponselnya. Niatnya untuk menghubungi Alissa terurung. Netra gadis itu menatap terdiam pada mobil yang sudah terparkir apik di depan halaman rumahnya.

Saat kaca jendela belakang mobil itu terbuka, saat itulah keterkejutan Rheanne semakin menjadi. Kedua matanya melotot lebar melihat siapa orang yang berada di dalam mobil mewah ini.

“Sir?!” Reaksi Rheanne antara terkejut dan tidak percaya.

Tanpa menoleh, Justin berucap. “Masuk!”

Mendengar nada suara Justin yang seperti itu membuat Rheanne segera masuk ke dalam mobil. Dia mengambil tempat di sebelah Justin. Seketika rasa gugup kembali menjalar kedalam tubuhnya.

“Sir?”

Justin melirik jam tangannya. “Kau terlambat dua menit,” sela Justin. Lagi-lagi pria itu memotong ucapan Rheanne.

Kening Rheanne mengernyit tidak mengerti. “Apa?”

“Aku bilang tepat pukul tujuh, tidak kurang dan lebih,” seru Justin tanpa menoleh. Seketika kedua mata Rheanne membulat sempurna. Gadis itu terkejut dan tidak percaya. Jadi, maksudnya ini?

“Sir, tidak seharusnya kau melakukan ini. Aku bisa meminta Alissa untuk-“

“Jalankan mobilnya!” titah Justin pada Felix- mengabaikan ucapan dari gadis itu. Hingga membuat Rheanne mengatupkan kembali bibirnya. Menelan kata yang akan ia ucapkan tadi.

Pria di balik supir kemudi itu mengangguk menurut. Saat itu juga keadaan mobil menjadi hening dan sepi. Tidak ada yang bersuara termasuk Rheanne. Gadis itu bahkan tidak berani mengangkat wajahnya. Berada di samping Justin membuat Rheanne dilanda keresahan. Dia bahkan tidak berani bergerak sedikitpun. Hingga kemudian mereka tiba di acara pesta itu. Rheanne bernapas lega karena sebentar lagi dia akan pergi dari situasi ini.

Kedatangan Justin disambut hangat oleh Tuan Damien. Pria berusia 40 tahun itu tersenyum melihat kehadiran Justin di pestanya.

“Selamat datang Mr. Melvi, suatu kehormatan untukku karena kau datang ke acara pestaku,” sambutnya dengan hangat. Pria itu tertawa dengan suara beratnya.

Justin hanya terkekeh pelan.

“Ini suatu penghormatan, mengingat kau yang jarang hadir di acara seperti ini,” imbuh Tuan Damien bergurau.

“Kau terlalu berlebihan, Tuan Damien.”

Tuan Damien tertawa kecil hingga ekor mata pria itu melirik Rheanne yang sejak tadi hanya diam memperhatikan dua orang itu berbicara.

“Oh, aku baru sadar jika kau membawa pasanganmu?” ujar Tuan Damien melirik Rheanne.

“Seperti tidak asing,”

Justin melirik Rheanne. “Dia sekretarisku.”

“Ah benar. Pantas saja seperti tidak asing. Maklum, penyakit pikunku memang sering kambuh.” Kekeh Tuan Damien.

Justin berdehem singkat. “Jadi, aku boleh masuk?” ucap Justin mengalihkan pembicaraan.

“Ah iya, tentu saja. Silakan, semoga kau menikmati pestanya.” Tuan Damien mempersilahkan Justin untuk masuk kedalam.

Justin mengangguk lalu melangkah masuk diikuti dengan Rheanne di belakangnya. Rheanne menyempatkan diri untuk tersenyum ramah pada Tuan Damien yang juga dibalas hangat oleh pria itu.

“Pasangan yang serasi,” gumam Tuan Damien memperhatikan Justin dan Rheanne. Setelahnya, pria itu kembali beralih untuk menyambut para tamu-tamu yang datang.

Ruangan ini begitu megah dan dihiasi dengan berbagai hiasan yang mewah. Kebanyakan orang berdasi dan wanita sosialita yang datang ke pesta ini. Sepertinya hanya orang-orang penting yang hadir dalam pesta ini. Sejak tadi, Rheanne terus mendampingi Justin yang mengobrol dengan beberapa rekan kerjanya. Gadis itu bahkan sudah merasa bosan, terlebih dirinya seperti seekor nyamuk antara Justin dan rekan kerjanya itu. Saat matanya mengedar, tanpa sengaja Rheanne melihat kehadiran Alissa di sana yang tengah mengobrol dengan rekan kerja lainnya. Rheanne pun hendak untuk berpamitan pada Justin yang untung saja diangguki oleh pria itu. Akhirnya Rheanne bisa terbebas dari sana. Dia tidak perlu menjadi orang ketiga lagi antara Justin dan rekan kerjanya.

“Alissa!” Panggilan Rheanne membuat gadis dengan gaun kuning cerah itu menoleh.

Rheanne menghampiri Alissa dan tersenyum lebar pada gadis itu. Sedangkan Alissa mendengus kasar lalu menatap Rheanne dengan desisan kesalnya.

“Rheanne! Kau tahu, aku menelponmu berkali-kali sejak tadi tapi kau tidak mengangkatnya sama sekali. Aku bahkan datang ke rumahmu untuk menjemputmu, tapi ibumu bilang jika kau sudah pergi. Kau tahu, seberapa kesalnya aku padamu?!” semprot Alissa dengan gemas. Alissa mengomeli Rheanne.

Sementara gadis yang sejak tadi mengobrol dengan Alissa hanya tersenyum canggung. Menyadari situasinya, gadis itu pun pamit pergi.

“Sepertinya aku harus pergi. Lain kali kita bisa lanjut mengobrol. Bye Alissa, Rheanne.”

Kini meninggalkan Rheanne dengan Alissa yang sudah mendengus kesal padanya.

“Maaf, aku tadi berniat untuk menunggumu tapi-“ Rheanne menggantungkan ucapannya kala mengingat kejadian tadi saat di mana justru Justin lah yang datang.

Alissa melipat kedua tangannya, lalu melirik Rheanne dengan kesal. “Tapi apa?”

Rheanne berdehem canggung. Dia masih memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucap. “Em, i-itu. Tiba-tiba saja Mr. Melvi datang dan kami pun pergi bersama. Aku tidak sempat menelponmu karena aku lupa."

Seketika wajah kesal Alissa berubah. Gadis itu menoleh pada Anne dengan melotot lebar disertai wajah terkejutnya. “Apa?! Kau serius?!”

Rheanne mengangguk ragu. “I-iya,”

“Kau benar-benar serius?!” tanya Alissa lagi.

“Iya, aku serius.”

Alissa menutup mulutnya dengan tangannya. “Oh my god! Are you kidding me?! Kau datang ke sini bersama Mr. Melvi?!” pekik Alissa nyaring.

Rheanne gelagapan karena suara Alissa hampir seperti berteriak. “Alissa, berhenti berteriak!” tegur Rheanne mendengus sebal.

Kedua mata Alissa menyipit curiga pada Rheanne. “Apa yang terjadi antara kau dan Mr. Melvi?”

Kedua mata Rheanne membulat mendengar pertanyaan aneh dari gadis itu. “Terjadi apa?! Tidak ada apapun antara aku dengannya. Lagipula dia itu Boss kita,” terang Rheanne mengelak.

“Benarkah?” tanya Alissa dengan nada mengejek.

“Iya!”

“Oh, baiklah.”

***

Saat acara inti dalam pesta itu dimulai, tiba-tiba Justin datang menghampiri Rheanne dan membuatnya sontak terkejut. Lebih terkejut lagi saat pria itu menarik tangan Rheanne dan berjalan ke tengah kerumunan.

Rheanne membulat sempurna melihat jika Justin membawanya ke lantai dansa. Sudah ada beberapa pasangan juga yang berdansa di sini, lalu kenapa Justin malah menariknya. Rheanne meneguk ludahnya gugup. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti langkah pria itu. Cekalan pada tangannya juga cukup erat hingga membuat Rheanne kesulitan bergerak.

“Sir? K-kenapa kita di sini?” tanya Rheanne gugup juga bingung.

Namun rasa bingung serta gugupnya hilang seketika saat tiba-tiba saja Justin menarik dan meletakkan kedua tangannya di pinggang Rheanne. Refleks, Rheanne pun meletakkan kedua tangannya di kedua bahu pria itu.

Kedua tubuh mereka bergerak mengikuti irama musik dansa. Jantung Rheanne sudah berdebar kencang sejak tadi. Sekuat mungkin Rheanne berusaha untuk menghilangkan rasa gugupnya, tapi tidak bisa. Perlakuan Justin kali ini benar-benar sukses membuat Rheanne tidak bisa berkutik sama sekali.

“Sir?” cicit Rheanne pelan.

“Aku hanya membutuhkan teman dansa,” ujar Justin pelan. Tatapannya menatap lurus wajah sekretarisnya itu.

Rheanne mendongak dan menahan napas tercekat saat jarak wajahnya dengan Justin begitu dekat. Kedua tangan Rheanne yang berada di bahu Justin semakin mendingin.

Dengan berani Rheanne menatap Justin. “Lalu, kenapa harus aku?”

Justin tidak langsung menjawab. Pria itu menelusuri wajah Rheanne dengan kedua mata tajamnya. “Karena kau sekretarisku,” sahut Justin kemudian.

Rheanne berdehem kaku. “Tapi Sir-“

Ucapan Rheanne terpotong saat Justin mencium bibirnya. Rheanne menatap Justin dengan wajah terkejut dan shock. Kedua matanya semakin melotot lebar mendapat perlakuan itu.

“Sir?”

Justin menyela. “I like your lips. It tastes sweet and soft,” ujar Justin pelan setengah berbisik.

“S-sir, apa yang kau lakukan?” tanya Rheanne gugup. Dia tidak berani untuk menatap wajah Justin lebih lama.

“Menciummu,” balas Justin singkat.

Rheanne berdehem gugup. “K-kenapa kau melakukan itu?”

Justin mengangkat satu alisnya. “Kau tidak suka?”

“Iya-eh, tidak.” Rheanne meralat ucapannya saat melihat Justin yang menatapnya seperti itu.

“M-maksudku, Ini ciuman pertamaku,” ucap Rheanne pelan. Dia merunduk seraya menggigit bibir bawahnya. “Kau mencuri ciuman pertamaku.”

Tanpa sadar Justin tersenyum tipis. Kemudian dengan lancang pria itu mendekatkan wajahnya pada permukaan leher Rheanne. Menghirup aroma wangi pada rambut dan ceruk leher milik Rheanne. Karena hal itu semakin membuat Rheanne tidak bisa mengatur detak jantungnya lagi. Rheanne melotot lebar di tempatnya.

“You are beautiful, I like it,” lirih Justin namun dapat didengar jelas oleh Rheanne.

Oke cukup! Rheanne tidak bisa menahan lagi. Jantungnya sudah benar-benar ingin melompat saja!

...

Related chapters

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [08] Little Secret

    Pagi sekali Rheanne sudah tiba di kantor. Dia sengaja datang pagi sekali dan sarapan di sini. Tidak hanya sendiri, tapi bersama dengan Alissa. Gadis itu kini tengah memakan sarapannya. Berbeda dengan Rheanne yang hanya mengaduk sereal miliknya. Menatap malas dan tanpa minat sekali. “CK, what’s wrong with you? Hanya menatap saja tidak akan membuatmu kenyang," ujar Alissa menyuap satu sendok serealnya. Rheanne melirik pada Alissa dan kembali menatap hampa pada sarapan paginya. Helaan napas terus keluar dari bibirnya. Wajahnya bahkan terlihat sangat lesu. “Aku tidak nafsu,” balas Rheanne pelan. Nada suaranya terdengar lemah.Alissa menatap bingung. “Kenapa?” Rheanne hanya menggeleng lalu kembali merenung. Lagi, gadis itu menghela napasnya panjang. Sudah sejak semalam seperti ini, dia bahkan tidak nyenyak dalam tidurnya. Setelah pulang dari pesta itu seluruh pikiran Rheanne terasa runyam dan ingin sekali meledak. Kepikiran kejadian semalam. Sial, setiap mengingatnya membuat Rheanne i

    Last Updated : 2024-06-23
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [09] He's The Real One

    Suasana dalam ruangan terasa begitu mencekam. Apalagi ketukan langkah kaki yang semakin mendekat membuat atmosfer dalam ruangan itu semakin berubah. Menakutkan bagi siapapun yang berada di sana. Pintu ruangan pun terbuka dengan sosok pria yang berdiri menjulang di sana. Itu Justin. Berdiri angkuh dengan wajah yang datar. Tatapannya tetap sama. Dingin dan tajam, menatap lurus pada seseorang di ujung sana. Perlahan langkahnya mendekat dengan diiringi aura yang mematikan. Semua orang menunduk dalam, mereka tidak berani bahkan untuk mengangkat kepala mereka sedikitpun. Saat suara langkah kaki Justin sudah semakin mendekat. Orang itu mendongak dengan wajah yang sudah berlumuran darah. Kedua tangannya diikat kuat dengan tali tambang, dan satu kakinya dirantai. Walaupun wajahnya meringis sakit, dia tetap menarik sudut bibirnya. Tersenyum sinis pada Justin.“Kau. Aku sudah menduga ini,” ucapnya terkekeh pelan. Justin masih tetap menatap dingin padanya. Posisi mereka yang berbeda, membuat

    Last Updated : 2024-06-26
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [10] Keep Away

    Pagi ini Rheanne tiba di kantor awal waktu. Mulai sekarang dia akan selalu datang tepat waktu. Rheanne berjalan santai menuju ruangannya. Sesekali dia menyapa karyawan lain yang berpapasan dengannya. Akhirnya Rheanne tiba di lantai tujuh- lantai di mana ruangannya berada. Dia bernapas lega dan segera mendudukkan dirinya di kursi kerja. Sejenak Rheanne terdiam seraya mengatur napasnya yang sedikit memburu. Maklum, jarak pintu masuk ke ruangannya cukup menguras tenaga.Namun, saat ekor matanya tanpa sengaja melirik ruangan Justin. Rheanne merenung dengan mengingat kembali kejadian kemarin. Kejadian yang di mana membuat Rheanne tidak bisa tertidur karena terus kepikiran. Lamunan Rheanne buyar saat mendengar suara pintu yang dibuka. Saat Rheanne menoleh, ternyata Justin sudah berada di ruangannya dan duduk angkuh di sana. Seketika Rheanne meneguk ludahnya gusar. Secepat kilat Rheanne memalingkan wajahnya dan menarik napas dalam-dalam. “Oke, lupakan! Hanya fokus saja pada pekerjaanmu,”

    Last Updated : 2024-06-27
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [11] Resignation Letter

    Pagi ini Rheanne memutuskan untuk sarapan di kantor. Dia sarapan bersama Alissa. Seperti biasa, Alissa akan selalu memotret hidangan apapun sebelum mereka makan. Sepertinya kebiasaan Alissa yang ini sulit sekali untuk dihilangkan. Rheanne menatap malas pada Alissa yang terus saja memotret makanan tanpa henti. Jika terus begini, lalu kapan mereka akan mulai sarapan?! Alissa benar-benar sangat menyebalkan.“Alissa, sudah! Kalau kau terus memotretnya kapan kita akan sarapan?! Aku sudah lapar!” seru Rheanne dengan kesal.Alissa menoleh kemudian mencebikkan bibirnya. “Sabar. Aku masih belum mendapatkan hasil yang bagus,” balas Alissa masih terus fokus pada ponselnya.Mendengar itu semakin membuat Rheanne dongkol. Benar-benar tidak ada kerjaan sekali gadis ini. Pikir Rheanne.“Nah selesai. Wow perfect, hasil yang bagus!” Alissa berseru heboh seraya melihat layar ponselnya.Rheanne mendelik malas. Kemudian mulai menyantap sarapan paginya dengan cepat. Rheanne menyuap serealnya dengan sediki

    Last Updated : 2024-07-01
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [12] Kidnap

    Justin tiba di markasnya yang berada di Chester. Benar kata Benny, kini markas itu terlihat sangat kacau dan berantakan. Semua tembok dan kaca jendela berlubang bekas tembakan. Semua data dan senjata yang disimpan sudah lenyap tidak bersisa. Orang itu benar-benar pintar dalam hal ini. Tidak ada jejak yang tertinggal. Mereka menghilang tanpa meninggalkan apapun di sini. Sorot mata Justin mengedar dengan awas dan tajam. Para penjaga yang ada di sini pun sudah tumbang tidak bernyawa. Sebagian dari mereka terluka. Sebagian lagi mati bersimbah darah. Justin berjalan menghampiri salah satu penjaga lalu dia berjongkok. “S-sir, mereka menyusup dan melukai kami semua,” ucap si penjaga dengan terbata. Justin hanya memperhatikan. Dia tidak menyahut sama sekali. Kemudian Justin bangkit dan melangkah ke dalam. Melewati beberapa mayat penjaga yang terkapar di sana dengan darah yang juga berceceran di lantai. Reymond mengikuti langkah Justin. Sementara Benny menyingkirkan para mayat dan membantu

    Last Updated : 2024-07-04
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [13] Help

    ‘Jika kau bukan pecundang, datang ke alamat ini sendiri. Temui aku tanpa membawa anak buahmu.’Justin menatap tajam satu pesan masuk itu. Dia menantangnya? Dan apa orang itu pikir jika Justin takut? Dengan menggeram marah, Justin melempar ponselnya. Kemudian melangkah pergi dengan diliputi oleh amarah dalam hatinya. Reymond yang melihat itu segera bertanya, “Sir, anda mau ke mana?” Namun Justin tidak menyahut. Dengan abai, Justin terus melangkah dan pergi dari mansion dengan menyetir mobilnya seorang diri. Satu yang harus diketahui, Justin tidak akan melepaskan siapapun orang yang sudah berani mengusiknya. Siapapun itu.Selang beberapa menit, Justin sudah tiba di tempat sesuai alamat yang dikirimkan. Dengan langkah tegas pria itu berjalan masuk ke dalam sebuah gedung tua yang sudah kumuh dan tidak terpakai. Suara langkah kakinya begitu menggema dalam ruangan yang sunyi ini. Kedua mata Justin mengedar dengan awas dan waspada. Dia terus melangkah menyusuri seluruh gedung tua ini. Men

    Last Updated : 2024-07-08
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [14] Italian Mafia

    “Aku akan kembali.” Nyatanya setelah mengatakan itu, Justin tidak lagi terlihat. Pria itu hilang bagai ditelan bumi. Tidak ada kabar atau apapun itu. Lenyap dan hilang begitu saja. Dua hari. Sekiranya itu hitungan Rheanne. Dua hari dia sudah berada di mansion ini. Dikurung dan tidak diizinkan untuk keluar barang sebentar pun. Rheanne benar-benar kesal. Dia terlihat seperti seorang tawanan yang disekap saja.Tiada hari yang dilakukan wanita itu untuk mendumel dan terus merutuki Justin. Walaupun di sini dia tidak kekurangan apapun, tapi tetap saja Rheanne merindukan rumahnya, merindukan ayah dan ibunya. Dia sangat sekali ingin pulang, tapi akses pintu keluar tidak bisa ia dapatkan. Rheanne berdiri lalu mengintip sedikit celah dari jendela. “Sial!” Seketika umpatan keluar dari bibir Rheanne saat netranya melihat begitu banyak penjaga di luar mansion. Jika seperti ini bagaimana Rheanne bisa keluar dan pergi dari tempat terkutuk yang sialnya indah ini. Jari telunjuknya terus mengetuk p

    Last Updated : 2024-07-08
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [15] Tertangkap

    Setelah berhasil terbebas dari kejaran para penjaga Justin, akhirnya Rheanne pun bisa bernapas lega setelah tidak lagi mendapati Miguel dan Benny yang mengejarnya. Dengan bertumpu pada lututnya, Rheanne mencoba untuk menetralkan deru napasnya yang tidak beraturan. Sepanjang jalan yang ia lakukan hanya berlari, dan sekarang tubuhnya benar-benar lemas dan lelah. Saat melihat sebuah halte, tungkainya melangkah ke sana lalu mendudukkan dirinya di salah satu kursi halte itu. Rheanne mendongak menatap langit yang ternyata sudah gelap. Keadaan di sini juga terlihat sepi dan tidak ada siapapun. Walaupun begitu, Rheanne tetap bertekad untuk menunggu taksi di sini. Mengabaikan keadaan jalanan yang sepi dan sunyi. Udara yang dingin semakin menusuk tulang-tulangnya. Rheanne memeluk dirinya untuk tetap hangat. Satu jam, dua jam, tetap tidak ada taksi atau kendaraan apapun yang lewat. Rheanne mulai merasa jenuh karena sejak tadi terus menunggu. Hari sudah semakin gelap, dan udara malam mulai sema

    Last Updated : 2024-07-09

Latest chapter

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [25] Fight

    Seorang pria baru saja menutup pintu kamar dengan helaan napas panjang. Kakinya melangkah pergi melewati lorong panjang ini dengan senyuman yang mengembang. Dia bersiul penuh riang seraya merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan. Suasana yang hening berubah berisik saat langkahnya menginjak lantai bawah. Suara musik disko yang menggema dengan aroma alkohol yang menyengat adalah hal pertama yang ia tangkap. Namun begitu, pria itu yang tak lain adalah Veer begitu senang dan menikmatinya. Kemudian netra tajam dari matanya menangkap sosok anak buahnya yang justru tengah bermesraan dengan wanita asing di sana. “Bos,” cicitnya pelan ketika melihat sosok pria itu berdiri menjulang dengan wajah datar. “Aku menyuruhmu ke sini bukan berarti kau bermesraan dengan jalang ini!” serunya kasar.Pria itu menunduk dalam dan segera mendorong kasar wanita yang berada di pangkuannya. “Maaf Bos.”Veer mendengus kasar. Dengan berkacak pinggang dia menatap datar anak buahnya. “Siapkan mobil!” titah

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [24] Hi, Mother In Law

    Setelah penyerangan yang terjadi semalam, Justin semakin memperketat penjagaan dengan menambah lagi beberapa soldier. Semua itu ia lakukan untuk antisipasi dari serangan yang mungkin terjadi lagi. Rheanne melirik beberapa mobil hitam yang mengikuti mobilnya dan Justin. Rasanya terlihat sangat berlebihan, tapi juga ini dilakukan untuk keamanan mereka. Terlebih penyerangan yang terjadi di hotel semalam membuat Rheannemengamalami sedikit trauma. Ya, bagaimana tidak trauma? Tiba-tiba saja sebuah peluru asing menyasar ke kamar hotel mereka. Hingga tak berselang lama mobil mereka tiba di bandara. Tampak sebuah jet pribadi sudah terparkir apik di bandara yang luas itu. Walaupun Rheanne sudah pernah merasakannya, tapi tetap saja dia masih terkagum dengan bagaimana mewahnya pesawat ini. Sedikit kening Rheanne mengernyit saat cairan berwarna merah itu masuk dan mengalir melewati kerongkongannya. Rheanne menatap minuman itu di tangannya kemudian menyimpan lagi di atas meja kecil di depan

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [23] Attack

    Sejak awal pesta bahkan di penghujung pesta sekalipun, Rheanne masih bersikap ketus pada Justin. Selama di mobil pun setiap Justin mengajak bicara hanya dibalas kebungkaman oleh Rheanne.Astaga! Wanita dengan segala sifat rumitnya."Rheanne ..." panggil Justin seraya menggapai tangan Rheanne dan hendak untuk menciumnya, namun segera Rheanne tepis dengan delikan sinis yang ia berikan. "Don't touch me!" seru Rheanne melipat kedua tangannya dan berpaling ke arah jendela. Justin mendengus kasar. Pria itu tampak sudah mulai geram sekaligus kesal dengan sikap kekanakan dari wanita itu. Walau begitu Justin sebisa mungkin menahan kesabarannya. Sungguh, Justin lebih memilih menghadapi ribuan musuh dari pada harus menghadapi satu wanita dengan sikap rumitnya. Netra Rheanne terus bergulir dan memperhatikan seluruh hotel ini dengan sedikit termenung. Jadi, bangunan besar ini adalah hotel milik Justin? Rheanne tidak tau harus berkata apalagi saat satu-persatu aset-aset milik Justin mulai terun

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [22] Bussines Trip

    Rheanne memandang dirinya di depan cermin. Mendengus kesal saat melihat begitu banyak bercak merah di sekitaran leher dan area dadanya. Ulah siapa lagi jika bukan Justin. Sejak lima belas menit yang lalu mereka baru menyelesaikan mandi mereka dan sejak itu Rheanne terus saja mendumel serta menggerutu pada Justin. Kedua tangan Rheanne perlahan mulai memasangkan sebuah syal rajut berwarna coklat pada lehernya. Hal itu tentu saja untuk menutupi hasil dari perbuatan Justin. Akan malu rasanya jika semua orang melihatnya. Ekor mata Rheanne melirik Justin melalui cermin. Lihat, wajah tidak berdosanya itu membuat Rheanne semakin jengkel. Dengan santai Justin memasang dasi dan bertelepon dengan seseorang. “Cantik,” puji Justin berjalan menghampiri Rheanne setelah selesai dengan teleponnya. Justin tersenyum samar lalu mencuri ciuman di bibir pink Rheanne. Menyesap dan sedikit menekannya. Ciuman itu semakin dalam dan hanyut sebelum Rheanne memberikan pukulan pada bahu keras milik Justin. Men

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [21] Anger

    Nick berjalan dengan bersenandung kecil. Dia menghirup jarinya yang masih tercium aroma tubuh Rheanne di sana. “Hah … Harum sekali,” gumam Nick. Tiba-tiba pikiran liarnya keluar saat menghirup wangi wanita itu. Nick berjalan keluar dari mansion besar milik Justin. Hingga saat Nick hendak menggapai pintu mobil tiba-tiba dia merasakan pandangannya menggelap. Sesuatu menutup kepalanya hingga membuat Nick sesak napas. **“Lepaskan aku! Siapa kalian?!” teriak Nick memberontak. Apalagi saat dua orang itu menyeret dan membawa dirinya entah ke mana. Nick menghirup oksigen sebanyak-banyaknya saat kain yang menutupi wajahnya dibuka. Dia mengedarkan pandangan di tempat asing ini. Nick tidak tahu sekarang dia ada di mana. Terlebih tempat ini begitu aneh. Tidak ada pencahayaan di sini. Hingga netra Nick menangkap seseorang yang duduk membelakangi dengan kepulan asap dari bibirnya. “SHIT! Siapa kalian dan apa urusannya denganku?!” seru Nick marah. Nick melihat seseorang itu membuang batang r

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [20] Dokter Gila

    Rheanne masih bergeming mendengar pengakuan dari Justin. Otaknya masih mencerna setiap kata yang Justin lontarkan. Rheanne menatap mata Justin. Kini mereka saling menatap satu sama lain. Setelah tatapan mereka terkunci untuk beberapa saat, Rheanne memilih untuk memutuskan pandangannya. Rheanne memalingkan wajahnya. “Omong kosong!” cibir Rheanne mencebik bibirnya. Justin menautkan alisnya mendengar jawaban dari Rheanne. “Kau tidak percaya?” “Tidak.”Percaya pada Justin? Itu sama saja menyesatkan diri. Lagipula ini masih terlalu cepat dari pertama kali mereka bertemu, dan Justin tiba-tiba mengatakan suka padanya. Ck, sangat sulit untuk dipercayai. “Tidak peduli. Aku tetap menyukaimu,” ujar Justin tegas. Dia meraih dagu Rheanne dan mencium rakus bibir wanita itu. Rheanne memukul keras dada Justin saat merasakan pasokan oksigen yang menipis. Namun Justin seolah tidak peduli. Pria itu terus memperdalam ciumannya dan enggan untuk melepaskan. Rheanne berhasil mendorong Justin dengan ti

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [19] Dangerous

    Lagi-lagi Justin meninggalkan Rheanne begitu saja. Bahkan di saat Rheanne belum membuka matanya pun pria itu sudah menghilang. Seperti saat ini, Rheanne menoleh ke sampingnya dan tidak menemukan sosok Justin di sana. Padahal semalam pria itu masih ada di sini bersamanya. Iya, semalam mereka memang tidur bersama. Hanya tidur saja, tidak melakukan apapun. “Ssh …” Rheanne meringis tatkala merasakan sakit di bahunya. Dia lupa jika bahunya masih dalam keadaan luka. Rheanne melirik bahunya yang sudah berganti dengan perban yang baru. Karena perdebatan dengan Justin kemarin membuat bahu Rheanne kembali terluka. Oleh karena itu dia harus mengganti perbannya lagi. Kepala Rheanne menoleh saat mendengar suara pintu yang dibuka. Terlihat sosok Bella yang berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan mendorong sebuah troli. Bella menghampiri Rheanne dan tersenyum hangat. “Selamat pagi, Nyonya. Waktunya untuk sarapan,” seru Bella membuka penutup di atas troli itu. Mata Rheanne melirik dan menang

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [18] Worried

    Rheanne terbangun dengan segala rasa ngilu di sekujur tubuhnya. Badan mungilnya tertutupi selimut tebal sampai sebatas lehernya. Hingga kemudian Rheanne tersentak dan seketika tersadar dengan apa yang sudah terjadi. Mata Rheanne bergulir ke bawah lantai dan saat itu juga dia menggeram kesal. Rheanne memukul kepalanya dengan kesal. Dasar bodoh! Rutuknya sendiri. Bisa-bisanya Rheanne terbuai dengan sentuhan pria itu hingga mereka kembali melakukannya lagi. Dalam hati Rheanne tidak berhenti mengumpati Justin. Kilasan kejadian semalam berputar kembali dalam kepala Rheanne. Wanita itu mendengus kasar mengingatnya. Rasanya dia seperti wanita murahan. Hilang sudah harga dirinya di depan Justin. Suara pintu yang dibuka berhasil membuyarkan lamunan Rheanne. Kepalanya menoleh dan saat itu juga tatapannya berubah tajam begitu melihat siapa seseorang itu. “Sudah bangun, Sweetheart?” Seseorang itu tersenyum seolah tidak terjadi apapun. Dia melangkah mendekat pada Anne. “Justin! Brengsek kau!

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [17] No Escape

    Sinar pagi menembus celah-celah jendela kamar. Hal itu membuat sang gadis — eh, maksudnya sang wanita terbangun dari tidurnya. Dia — Rheanne, terbangun dengan keadaan kepala yang sedikit pusing. Butuh beberapa waktu ia harus mengembalikan kesadarannya. Rheanne mengerjapkan matanya yang terasa buram. Namun, saat kedua matanya sukses terbuka lebar. Seketika keningnya mengerut bingung. Netra matanya semakin mengedar ke setiap penjuru dalam ruangan ini. Asing. Begitulah yang Rheanne rasakan. Damn! Ini bukan kamarku! Kamarku tidak gelap dan suram begini! Hah?! Aku di mana?! Begitulah kiranya batin Rheanne yang terus berteriak frustasi. Dengan satu kali hentakan kasar Rheanne bangkit dari tidurnya. Namun, lagi-lagi dia meringis. Kali ini sedikit keras. Ada yang aneh. K-kenapa di bawah sana terasa sakit? Tubuhnya juga terasa sangat dingin. Rheanne meneguk ludahnya. Dengan ragu dia merundukkan kepalanya dan sedikit mengintip ke dalam selimut. Hanya untuk memastikan jika prasangkanya t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status