Home / Romansa / Meet With Mr. Mafia / Bab [06] Undangan Pesta

Share

Bab [06] Undangan Pesta

Author: Eeeellllaaaaa
last update Last Updated: 2024-06-21 22:16:57

Di dalam ruangannya, Rheanne menatap kartu undangan itu dengan tatapan yang lesu. Malam ini tepatnya, rekan kerja Justin mengadakan sebuah pesta dan semua orang kantor mendapatkan undangannya termasuk Rheanne sendiri.

Namun, sejak tadi Rheanne terus menatap kartu undangan miliknya dengan tidak semangat. Ayolah, itu pesta. Artinya akan ada banyak orang di sana yang hadir. Sedangkan Rheanne, dia termasuk ke dalam orang yang tidak menyukai pesta. Dibanding itu, dia lebih memilih menonton film di rumah dengan ditemani cemilan. Dari pada harus hadir dalam pesta seperti ini.

“Astaga! Aku harus bagaimana?” seru Rheanne frustasi. Kepalanya menelungkup di atas meja dengan bahu yang merosot lesu.

Di tengah rasa frustasinya, Rheanne terus berpikir untuk mencari alasan yang tepat agar tidak hadir di pesta itu. Iya, hanya itu. Ayo, Nona Austin, berpikirlah. Hingga kemudian senyum cerah terbit di bibirnya. Rheanne sudah mendapatkan alasan yang tepat.

Oke, hanya katakan jika Rheanne sedang tidak enak badan dan Mr. Melvi pasti akan mengerti. Ya, itu dia. Alasan yang pintar, Rheanne. Batinnya memuji.

Setelah meyakinkan diri, lantas Rheanne pun beranjak pergi untuk menemui Justin di ruangannya. Berdehem sejenak sebelum mengetuk pintu ruangan itu dan masuk kedalam setelah terdengar seruan berat dari dalam sana.

Saat masuk, tiba-tiba atmosfer di sana terasa berbeda. Rheanne meneguk ludahnya gugup, menatap Justin yang terlihat tengah berkutat dengan beberapa tumpukan dokumen di sana. Mengabaikan rasa gugupnya, Rheanne perlahan berjalan mendekat pada Justin yang masih belum menoleh sedikitpun padanya. Sebelum berucap, Rheanne menarik napasnya dalam.

“S-sir?” cicit Rheanne pelan. Hanya menatap wajah Justin saja, dia sudah gugup seperti ini.

Justin hanya bergumam di tempatnya. Pria itu masih berkutat dengan kertas-kertas di atas mejanya. Entah kenapa tiba-tiba lidahnya terasa kelu, Rheanne memilin jarinya gugup. Namun, sekuat tenaga mungkin Rheanne membuka suaranya.

“Em, begini, mengenai pesta …”

“Jika ke sini hanya untuk beralasan, aku tidak terima.” Justin memotong ucapan Rheanne dengan cepat. Pria itu mendongak dan menatap Rheanne dengan serius.

“Apa?” Rheanne terdiam mematung. Dia bahkan belum mengatakan tujuannya ke sini, tapi Justin seolah bisa membaca isi pikirannya. Rheanne semakin meneguk ludahnya gugup.

Pria itu menyimpan berkasnya di atas meja. “Apa alasanmu?” Justin bertanya membuat Rheanne segera tersadar.

Rheanne berdehem singkat. “I-itu, aku … Aku, sedikit kurang sehat. Jadi lebih baik jika aku tidak usah ikut,” jelas Rheanne walau dengan suara yang pelan karena gugup.

Satu alis Justin terangkat, pria itu lalu memperhatikan Rheanne dengan lekat.

“Aku tidak melihat wajahmu pucat,” seru Justin menatap Rheanne dengan wajah yang lebih serius.

Rheanne semakin gelisah di tempatnya. “O-oh itu. Iya, aku hanya masih merasakan gejalanya saja, Sir,” sahut Rheanne beralasan.

Justin tidak menyahut. Membuat Rheanne tidak berkutik. Seketika ruangan menjadi sunyi dan senyap. Mereka sama-sama terdiam. Sedangkan Rheanne terus menunduk gelisah karena tidak mendapat reaksi apapun dari Justin. Pikiran dan hatinya dipenuhi dengan rutukan pada dirinya sendiri. Sekarang Rheanne merasa menyesal karena sudah senekat ini.

Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Justin kembali berucap. Namun, ucapan Justin justru membuat Rheanne semakin lemas di tempat.

“Apapun alasannya, aku tidak menerima penolakan.” Nada suara Justin terkesan tegas dan memerintah.

Rheanne memberanikan dirinya untuk menatap Justin. “T-tapi,”

Lagi, sebelum berucap Justin sudah kembali menyela ucapannya. “Pesta ini atas undangan dari rekan kerjaku. Dan Tuan Damien sudah mengundang semua orang di sini. Jadi, sebagai bentuk penghormatan padanya kita harus menerima undangannya dengan baik. Benar bukan?” jelas Justin panjang-untuk pertama kalinya.

Bahkan Rheanne dibuat tercengang mendengar penuturan panjang itu. Untuk pertama kalinya Rheanne selama bekerja di sini mendengar Justin berbicara panjang seperti ini. Walaupun raut wajahnya masih tetap sama, dingin dan datar.

Rheanne kembali tersadar lalu mengangguk dengan lesu. “Ya, Sir. Benar, aku mengerti. Maafkan aku."

Justin hanya mengangguk tanpa membalas. Setelah itu, Rheanne berpamitan untuk undur diri. Rencananya gagal sudah. Tidak ada film, tidak ada cemilan dan tidak ada santai enak di rumah. Rheanne menghela napas lesu.

“Nona Austin.”

Panggilan Justin membuat Rheanne menghentikan langkahnya. Segera gadis itu membalikkan badannya pada Justin yang memangil.

Justin menatap wajah Rheanne dengan lekat. “Tepat pukul tujuh,” seru Justin sedikit tegas.

Rheanne mengerut bingung, merasa tidak paham apa maksudnya. Rheanne hanya mengangguk saja setelah itu berlalu ke luar ruangan. Selama berjalan bahkan saat dia sudah berada di dalam ruangannya, Rheanne masih memikirkan ucapan dari Justin.

Tepat pukul tujuh, apa maksudnya itu. Otak kecilnya tidak bisa memikirkan hal itu. Tanpa peduli, Rheanne kembali melanjutkan pekerjaannya.

...

Related chapters

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [07] Party and Kiss

    Saat malam tiba, Rheanne sudah menyiapkan dirinya. Menatap wajahnya di cermin dengan malas. Wajahnya sudah terlihat cantik dengan riasan tipis, dan gaun pesta yang sudah serasi dengan ukuran tubuhnya. Sebenarnya, ini bukan kemauan Rheanne mamakai gaun seperti ini. Lihat saja, bagaiman model gaun ini yang terlihat seperti kekurangan bahan. Namun, karena ini paksaan dari ibunya maka dari itu Rheanne terpaksa memakainya. Iya, semua ini adalah hasil dari ibunya. Mulai dari riasan, gaun bahkan sepatu dan gaya rambut. Ibunya dengan antusias mendandani anak gadisnya dengan senang. Bagaimana tidak senang, Nyonya Austin akhirnya bisa melihat putri semata wayangnya pergi ke acara seperti ini. Ini kali pertama karena Rheanne itu orang yang malas. Bahkan acara keluarga pun dia tidak pernah datang. Maka dari itu Nyonya Austin merasa senang melihat putrinya yang tiba-tiba mengatakan akan menghadiri sebuah pesta. Dengan antusias wanita paruh baya itu membantu Rheanne untuk bersiap.“Ibu, aku ingin

    Last Updated : 2024-06-22
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [08] Little Secret

    Pagi sekali Rheanne sudah tiba di kantor. Dia sengaja datang pagi sekali dan sarapan di sini. Tidak hanya sendiri, tapi bersama dengan Alissa. Gadis itu kini tengah memakan sarapannya. Berbeda dengan Rheanne yang hanya mengaduk sereal miliknya. Menatap malas dan tanpa minat sekali. “CK, what’s wrong with you? Hanya menatap saja tidak akan membuatmu kenyang," ujar Alissa menyuap satu sendok serealnya. Rheanne melirik pada Alissa dan kembali menatap hampa pada sarapan paginya. Helaan napas terus keluar dari bibirnya. Wajahnya bahkan terlihat sangat lesu. “Aku tidak nafsu,” balas Rheanne pelan. Nada suaranya terdengar lemah.Alissa menatap bingung. “Kenapa?” Rheanne hanya menggeleng lalu kembali merenung. Lagi, gadis itu menghela napasnya panjang. Sudah sejak semalam seperti ini, dia bahkan tidak nyenyak dalam tidurnya. Setelah pulang dari pesta itu seluruh pikiran Rheanne terasa runyam dan ingin sekali meledak. Kepikiran kejadian semalam. Sial, setiap mengingatnya membuat Rheanne i

    Last Updated : 2024-06-23
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [09] He's The Real One

    Suasana dalam ruangan terasa begitu mencekam. Apalagi ketukan langkah kaki yang semakin mendekat membuat atmosfer dalam ruangan itu semakin berubah. Menakutkan bagi siapapun yang berada di sana. Pintu ruangan pun terbuka dengan sosok pria yang berdiri menjulang di sana. Itu Justin. Berdiri angkuh dengan wajah yang datar. Tatapannya tetap sama. Dingin dan tajam, menatap lurus pada seseorang di ujung sana. Perlahan langkahnya mendekat dengan diiringi aura yang mematikan. Semua orang menunduk dalam, mereka tidak berani bahkan untuk mengangkat kepala mereka sedikitpun. Saat suara langkah kaki Justin sudah semakin mendekat. Orang itu mendongak dengan wajah yang sudah berlumuran darah. Kedua tangannya diikat kuat dengan tali tambang, dan satu kakinya dirantai. Walaupun wajahnya meringis sakit, dia tetap menarik sudut bibirnya. Tersenyum sinis pada Justin.“Kau. Aku sudah menduga ini,” ucapnya terkekeh pelan. Justin masih tetap menatap dingin padanya. Posisi mereka yang berbeda, membuat

    Last Updated : 2024-06-26
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [10] Keep Away

    Pagi ini Rheanne tiba di kantor awal waktu. Mulai sekarang dia akan selalu datang tepat waktu. Rheanne berjalan santai menuju ruangannya. Sesekali dia menyapa karyawan lain yang berpapasan dengannya. Akhirnya Rheanne tiba di lantai tujuh- lantai di mana ruangannya berada. Dia bernapas lega dan segera mendudukkan dirinya di kursi kerja. Sejenak Rheanne terdiam seraya mengatur napasnya yang sedikit memburu. Maklum, jarak pintu masuk ke ruangannya cukup menguras tenaga.Namun, saat ekor matanya tanpa sengaja melirik ruangan Justin. Rheanne merenung dengan mengingat kembali kejadian kemarin. Kejadian yang di mana membuat Rheanne tidak bisa tertidur karena terus kepikiran. Lamunan Rheanne buyar saat mendengar suara pintu yang dibuka. Saat Rheanne menoleh, ternyata Justin sudah berada di ruangannya dan duduk angkuh di sana. Seketika Rheanne meneguk ludahnya gusar. Secepat kilat Rheanne memalingkan wajahnya dan menarik napas dalam-dalam. “Oke, lupakan! Hanya fokus saja pada pekerjaanmu,”

    Last Updated : 2024-06-27
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [11] Resignation Letter

    Pagi ini Rheanne memutuskan untuk sarapan di kantor. Dia sarapan bersama Alissa. Seperti biasa, Alissa akan selalu memotret hidangan apapun sebelum mereka makan. Sepertinya kebiasaan Alissa yang ini sulit sekali untuk dihilangkan. Rheanne menatap malas pada Alissa yang terus saja memotret makanan tanpa henti. Jika terus begini, lalu kapan mereka akan mulai sarapan?! Alissa benar-benar sangat menyebalkan.“Alissa, sudah! Kalau kau terus memotretnya kapan kita akan sarapan?! Aku sudah lapar!” seru Rheanne dengan kesal.Alissa menoleh kemudian mencebikkan bibirnya. “Sabar. Aku masih belum mendapatkan hasil yang bagus,” balas Alissa masih terus fokus pada ponselnya.Mendengar itu semakin membuat Rheanne dongkol. Benar-benar tidak ada kerjaan sekali gadis ini. Pikir Rheanne.“Nah selesai. Wow perfect, hasil yang bagus!” Alissa berseru heboh seraya melihat layar ponselnya.Rheanne mendelik malas. Kemudian mulai menyantap sarapan paginya dengan cepat. Rheanne menyuap serealnya dengan sediki

    Last Updated : 2024-07-01
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [12] Kidnap

    Justin tiba di markasnya yang berada di Chester. Benar kata Benny, kini markas itu terlihat sangat kacau dan berantakan. Semua tembok dan kaca jendela berlubang bekas tembakan. Semua data dan senjata yang disimpan sudah lenyap tidak bersisa. Orang itu benar-benar pintar dalam hal ini. Tidak ada jejak yang tertinggal. Mereka menghilang tanpa meninggalkan apapun di sini. Sorot mata Justin mengedar dengan awas dan tajam. Para penjaga yang ada di sini pun sudah tumbang tidak bernyawa. Sebagian dari mereka terluka. Sebagian lagi mati bersimbah darah. Justin berjalan menghampiri salah satu penjaga lalu dia berjongkok. “S-sir, mereka menyusup dan melukai kami semua,” ucap si penjaga dengan terbata. Justin hanya memperhatikan. Dia tidak menyahut sama sekali. Kemudian Justin bangkit dan melangkah ke dalam. Melewati beberapa mayat penjaga yang terkapar di sana dengan darah yang juga berceceran di lantai. Reymond mengikuti langkah Justin. Sementara Benny menyingkirkan para mayat dan membantu

    Last Updated : 2024-07-04
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [13] Help

    ‘Jika kau bukan pecundang, datang ke alamat ini sendiri. Temui aku tanpa membawa anak buahmu.’Justin menatap tajam satu pesan masuk itu. Dia menantangnya? Dan apa orang itu pikir jika Justin takut? Dengan menggeram marah, Justin melempar ponselnya. Kemudian melangkah pergi dengan diliputi oleh amarah dalam hatinya. Reymond yang melihat itu segera bertanya, “Sir, anda mau ke mana?” Namun Justin tidak menyahut. Dengan abai, Justin terus melangkah dan pergi dari mansion dengan menyetir mobilnya seorang diri. Satu yang harus diketahui, Justin tidak akan melepaskan siapapun orang yang sudah berani mengusiknya. Siapapun itu.Selang beberapa menit, Justin sudah tiba di tempat sesuai alamat yang dikirimkan. Dengan langkah tegas pria itu berjalan masuk ke dalam sebuah gedung tua yang sudah kumuh dan tidak terpakai. Suara langkah kakinya begitu menggema dalam ruangan yang sunyi ini. Kedua mata Justin mengedar dengan awas dan waspada. Dia terus melangkah menyusuri seluruh gedung tua ini. Men

    Last Updated : 2024-07-08
  • Meet With Mr. Mafia   Bab [14] Italian Mafia

    “Aku akan kembali.” Nyatanya setelah mengatakan itu, Justin tidak lagi terlihat. Pria itu hilang bagai ditelan bumi. Tidak ada kabar atau apapun itu. Lenyap dan hilang begitu saja. Dua hari. Sekiranya itu hitungan Rheanne. Dua hari dia sudah berada di mansion ini. Dikurung dan tidak diizinkan untuk keluar barang sebentar pun. Rheanne benar-benar kesal. Dia terlihat seperti seorang tawanan yang disekap saja.Tiada hari yang dilakukan wanita itu untuk mendumel dan terus merutuki Justin. Walaupun di sini dia tidak kekurangan apapun, tapi tetap saja Rheanne merindukan rumahnya, merindukan ayah dan ibunya. Dia sangat sekali ingin pulang, tapi akses pintu keluar tidak bisa ia dapatkan. Rheanne berdiri lalu mengintip sedikit celah dari jendela. “Sial!” Seketika umpatan keluar dari bibir Rheanne saat netranya melihat begitu banyak penjaga di luar mansion. Jika seperti ini bagaimana Rheanne bisa keluar dan pergi dari tempat terkutuk yang sialnya indah ini. Jari telunjuknya terus mengetuk p

    Last Updated : 2024-07-08

Latest chapter

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [25] Fight

    Seorang pria baru saja menutup pintu kamar dengan helaan napas panjang. Kakinya melangkah pergi melewati lorong panjang ini dengan senyuman yang mengembang. Dia bersiul penuh riang seraya merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan. Suasana yang hening berubah berisik saat langkahnya menginjak lantai bawah. Suara musik disko yang menggema dengan aroma alkohol yang menyengat adalah hal pertama yang ia tangkap. Namun begitu, pria itu yang tak lain adalah Veer begitu senang dan menikmatinya. Kemudian netra tajam dari matanya menangkap sosok anak buahnya yang justru tengah bermesraan dengan wanita asing di sana. “Bos,” cicitnya pelan ketika melihat sosok pria itu berdiri menjulang dengan wajah datar. “Aku menyuruhmu ke sini bukan berarti kau bermesraan dengan jalang ini!” serunya kasar.Pria itu menunduk dalam dan segera mendorong kasar wanita yang berada di pangkuannya. “Maaf Bos.”Veer mendengus kasar. Dengan berkacak pinggang dia menatap datar anak buahnya. “Siapkan mobil!” titah

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [24] Hi, Mother In Law

    Setelah penyerangan yang terjadi semalam, Justin semakin memperketat penjagaan dengan menambah lagi beberapa soldier. Semua itu ia lakukan untuk antisipasi dari serangan yang mungkin terjadi lagi. Rheanne melirik beberapa mobil hitam yang mengikuti mobilnya dan Justin. Rasanya terlihat sangat berlebihan, tapi juga ini dilakukan untuk keamanan mereka. Terlebih penyerangan yang terjadi di hotel semalam membuat Rheannemengamalami sedikit trauma. Ya, bagaimana tidak trauma? Tiba-tiba saja sebuah peluru asing menyasar ke kamar hotel mereka. Hingga tak berselang lama mobil mereka tiba di bandara. Tampak sebuah jet pribadi sudah terparkir apik di bandara yang luas itu. Walaupun Rheanne sudah pernah merasakannya, tapi tetap saja dia masih terkagum dengan bagaimana mewahnya pesawat ini. Sedikit kening Rheanne mengernyit saat cairan berwarna merah itu masuk dan mengalir melewati kerongkongannya. Rheanne menatap minuman itu di tangannya kemudian menyimpan lagi di atas meja kecil di depan

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [23] Attack

    Sejak awal pesta bahkan di penghujung pesta sekalipun, Rheanne masih bersikap ketus pada Justin. Selama di mobil pun setiap Justin mengajak bicara hanya dibalas kebungkaman oleh Rheanne.Astaga! Wanita dengan segala sifat rumitnya."Rheanne ..." panggil Justin seraya menggapai tangan Rheanne dan hendak untuk menciumnya, namun segera Rheanne tepis dengan delikan sinis yang ia berikan. "Don't touch me!" seru Rheanne melipat kedua tangannya dan berpaling ke arah jendela. Justin mendengus kasar. Pria itu tampak sudah mulai geram sekaligus kesal dengan sikap kekanakan dari wanita itu. Walau begitu Justin sebisa mungkin menahan kesabarannya. Sungguh, Justin lebih memilih menghadapi ribuan musuh dari pada harus menghadapi satu wanita dengan sikap rumitnya. Netra Rheanne terus bergulir dan memperhatikan seluruh hotel ini dengan sedikit termenung. Jadi, bangunan besar ini adalah hotel milik Justin? Rheanne tidak tau harus berkata apalagi saat satu-persatu aset-aset milik Justin mulai terun

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [22] Bussines Trip

    Rheanne memandang dirinya di depan cermin. Mendengus kesal saat melihat begitu banyak bercak merah di sekitaran leher dan area dadanya. Ulah siapa lagi jika bukan Justin. Sejak lima belas menit yang lalu mereka baru menyelesaikan mandi mereka dan sejak itu Rheanne terus saja mendumel serta menggerutu pada Justin. Kedua tangan Rheanne perlahan mulai memasangkan sebuah syal rajut berwarna coklat pada lehernya. Hal itu tentu saja untuk menutupi hasil dari perbuatan Justin. Akan malu rasanya jika semua orang melihatnya. Ekor mata Rheanne melirik Justin melalui cermin. Lihat, wajah tidak berdosanya itu membuat Rheanne semakin jengkel. Dengan santai Justin memasang dasi dan bertelepon dengan seseorang. “Cantik,” puji Justin berjalan menghampiri Rheanne setelah selesai dengan teleponnya. Justin tersenyum samar lalu mencuri ciuman di bibir pink Rheanne. Menyesap dan sedikit menekannya. Ciuman itu semakin dalam dan hanyut sebelum Rheanne memberikan pukulan pada bahu keras milik Justin. Men

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [21] Anger

    Nick berjalan dengan bersenandung kecil. Dia menghirup jarinya yang masih tercium aroma tubuh Rheanne di sana. “Hah … Harum sekali,” gumam Nick. Tiba-tiba pikiran liarnya keluar saat menghirup wangi wanita itu. Nick berjalan keluar dari mansion besar milik Justin. Hingga saat Nick hendak menggapai pintu mobil tiba-tiba dia merasakan pandangannya menggelap. Sesuatu menutup kepalanya hingga membuat Nick sesak napas. **“Lepaskan aku! Siapa kalian?!” teriak Nick memberontak. Apalagi saat dua orang itu menyeret dan membawa dirinya entah ke mana. Nick menghirup oksigen sebanyak-banyaknya saat kain yang menutupi wajahnya dibuka. Dia mengedarkan pandangan di tempat asing ini. Nick tidak tahu sekarang dia ada di mana. Terlebih tempat ini begitu aneh. Tidak ada pencahayaan di sini. Hingga netra Nick menangkap seseorang yang duduk membelakangi dengan kepulan asap dari bibirnya. “SHIT! Siapa kalian dan apa urusannya denganku?!” seru Nick marah. Nick melihat seseorang itu membuang batang r

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [20] Dokter Gila

    Rheanne masih bergeming mendengar pengakuan dari Justin. Otaknya masih mencerna setiap kata yang Justin lontarkan. Rheanne menatap mata Justin. Kini mereka saling menatap satu sama lain. Setelah tatapan mereka terkunci untuk beberapa saat, Rheanne memilih untuk memutuskan pandangannya. Rheanne memalingkan wajahnya. “Omong kosong!” cibir Rheanne mencebik bibirnya. Justin menautkan alisnya mendengar jawaban dari Rheanne. “Kau tidak percaya?” “Tidak.”Percaya pada Justin? Itu sama saja menyesatkan diri. Lagipula ini masih terlalu cepat dari pertama kali mereka bertemu, dan Justin tiba-tiba mengatakan suka padanya. Ck, sangat sulit untuk dipercayai. “Tidak peduli. Aku tetap menyukaimu,” ujar Justin tegas. Dia meraih dagu Rheanne dan mencium rakus bibir wanita itu. Rheanne memukul keras dada Justin saat merasakan pasokan oksigen yang menipis. Namun Justin seolah tidak peduli. Pria itu terus memperdalam ciumannya dan enggan untuk melepaskan. Rheanne berhasil mendorong Justin dengan ti

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [19] Dangerous

    Lagi-lagi Justin meninggalkan Rheanne begitu saja. Bahkan di saat Rheanne belum membuka matanya pun pria itu sudah menghilang. Seperti saat ini, Rheanne menoleh ke sampingnya dan tidak menemukan sosok Justin di sana. Padahal semalam pria itu masih ada di sini bersamanya. Iya, semalam mereka memang tidur bersama. Hanya tidur saja, tidak melakukan apapun. “Ssh …” Rheanne meringis tatkala merasakan sakit di bahunya. Dia lupa jika bahunya masih dalam keadaan luka. Rheanne melirik bahunya yang sudah berganti dengan perban yang baru. Karena perdebatan dengan Justin kemarin membuat bahu Rheanne kembali terluka. Oleh karena itu dia harus mengganti perbannya lagi. Kepala Rheanne menoleh saat mendengar suara pintu yang dibuka. Terlihat sosok Bella yang berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan mendorong sebuah troli. Bella menghampiri Rheanne dan tersenyum hangat. “Selamat pagi, Nyonya. Waktunya untuk sarapan,” seru Bella membuka penutup di atas troli itu. Mata Rheanne melirik dan menang

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [18] Worried

    Rheanne terbangun dengan segala rasa ngilu di sekujur tubuhnya. Badan mungilnya tertutupi selimut tebal sampai sebatas lehernya. Hingga kemudian Rheanne tersentak dan seketika tersadar dengan apa yang sudah terjadi. Mata Rheanne bergulir ke bawah lantai dan saat itu juga dia menggeram kesal. Rheanne memukul kepalanya dengan kesal. Dasar bodoh! Rutuknya sendiri. Bisa-bisanya Rheanne terbuai dengan sentuhan pria itu hingga mereka kembali melakukannya lagi. Dalam hati Rheanne tidak berhenti mengumpati Justin. Kilasan kejadian semalam berputar kembali dalam kepala Rheanne. Wanita itu mendengus kasar mengingatnya. Rasanya dia seperti wanita murahan. Hilang sudah harga dirinya di depan Justin. Suara pintu yang dibuka berhasil membuyarkan lamunan Rheanne. Kepalanya menoleh dan saat itu juga tatapannya berubah tajam begitu melihat siapa seseorang itu. “Sudah bangun, Sweetheart?” Seseorang itu tersenyum seolah tidak terjadi apapun. Dia melangkah mendekat pada Anne. “Justin! Brengsek kau!

  • Meet With Mr. Mafia   Bab [17] No Escape

    Sinar pagi menembus celah-celah jendela kamar. Hal itu membuat sang gadis — eh, maksudnya sang wanita terbangun dari tidurnya. Dia — Rheanne, terbangun dengan keadaan kepala yang sedikit pusing. Butuh beberapa waktu ia harus mengembalikan kesadarannya. Rheanne mengerjapkan matanya yang terasa buram. Namun, saat kedua matanya sukses terbuka lebar. Seketika keningnya mengerut bingung. Netra matanya semakin mengedar ke setiap penjuru dalam ruangan ini. Asing. Begitulah yang Rheanne rasakan. Damn! Ini bukan kamarku! Kamarku tidak gelap dan suram begini! Hah?! Aku di mana?! Begitulah kiranya batin Rheanne yang terus berteriak frustasi. Dengan satu kali hentakan kasar Rheanne bangkit dari tidurnya. Namun, lagi-lagi dia meringis. Kali ini sedikit keras. Ada yang aneh. K-kenapa di bawah sana terasa sakit? Tubuhnya juga terasa sangat dingin. Rheanne meneguk ludahnya. Dengan ragu dia merundukkan kepalanya dan sedikit mengintip ke dalam selimut. Hanya untuk memastikan jika prasangkanya t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status