Bab 5#Pertarungan.
Fasha memacu motornya mengikuti arus jalan. Angin tak dapat menghentikan langkahnya, keaadaan jalan yang sepi menambah kesan kesunyian. Tak ada yang dilakukan selain mengingat kata-kata yang menyayat hati dan sesekali meratapi dengan tetesan air mata. Semuanya mengalir begitu saja tanpa permisi. Arus kehidupan yang membawa kesedihan lah yang selalu mengikuti Fasha.
Fasha masih teringat-ingat akan perkataan mamanya. Benaknya dipenuhi dengan raut wajah mamanya yang mengatakan benci secara harfiah."Arrggghhhh," teriaknya dalam keadaan menatap ke langit namun tak dilihat dan dinikmatinya.Secara tak sengaja. Fasha tak melihat didepannya ada seekor kucing yang akan menyebrang. Namanya kucing, sudah pasti tidak melihat kiri dan kanan saat menyebrang. Saat Fasha menurunkan kepalanya, ia baru tersadar bahwa ada kucing yang telah berada di pinggir jalan. Fasha yang spontan melihat itu, ia-pun dikejutkan. Keseimbanganya-pun seketika goyah, motor yang semperoyongan ke kanan dan kiri membuat Fasha semakin panik dan tak tau harus berbuat apa.Dari arah berlawanan. Ada seseorang yang mengendarai motor CBR25ORR dengan pilihan warna Mat gunpowder black metallic melintas dengan posisi bersebrangan dengan Fasha. Tettt ... tet ... tet ....Suara ponselnyapun berbunyi. Ia mengambil ponsel miliknya yang berada di saku depan celananya itu. Celana levis yang ia kenakan, tentu saja membuat ia kesusahan untuk mengambil ponsel itu."Susah banget sih!" lirihnya yang mencoba meraba-raba pahanya.Saat ia hendak mengangkat telpon itu, ponselnyapun terjatuh. Namun, kakinya lebih cepat dari pergerakan waktu tersebut. Ponsel itupun tertahan di kakinya. Iapun mengambil ponsel itu lalu menundukan badanya.Motor merekapun semakin dekat, seseorang yang berada bersebrangan dengan Fashapun tak melihat motor Fasha semperoyongan. Dan ....Brruuukkkkk ....Suara tabrakanpun terdengan jelas. Mereka tak dapat menghindar saat menyadarinya dalam jarak hanya beberapa cm. Tentu saja mereka berdua jatuh dari motor masing-masing."Arrrggghhh," desah Fasha yang kesakitan karena kakinya terimpit motor.Orang itupun segera membantu mengangkat motor Fasha. Lalu, membantu Fasha berdiri dan didudukan di pinggir jalan."Assttttt, aghhhh." Rintih Fasha yang berjalan dengan pincang.Orang itu memberikan perhatiannya kepada kaki Fasha yang terluka. Segera, ia mengambil botol minum miliknya, lalu membersihkan luka gores di kaki Fasha. Fasha yang tersentuh akan tingkah orang itu. Ia memperhatikan kepala orang itu yang masih mengenakan helm. Setelah orang itu selesai membersihkan luka Fasha, Fashapun ingin menyampaikan rasa hormat atas perbuatan orang itu."Makasih! lo udah bantuin gue. Dan maaf, kalau gue bikin lo celaka," ucap Fasha.Fashapun membuka helmnya, lalu meletakanya tepat disamping tubuhnya. Tak lama kemudian, orang itupun ikut membuka helmnya di saat Fasha masih sibuk menata posisi helmnya. Dan saat ia menoleh, benar saja ia dikejutkan dengan wajah ini lagi."E-lloo!" ucap Fahsa dengan kaget memperhatikan setiap titik di wajah Rakha."Apa?" ujar Rakha sembari merapikan rambutnya."Ngapain lo disini?" tegas Fasha yang memukul pundak Rakha."Woi ... woi, lo apaan sih! Lo ni gila kali ya? Main mukul-mukul orang aja." Rakha yang terlihat sedikit kesal dengan raut wajah yang mengerut sesekali menatap kasar wajah perempuan cantik di hadapanya itu."Lo ngapain disini?" tanya Fasha yang kesal menatap Rakha. Ntah apa masalahnya hingga Fasha sangat marah melihat wajah itu. Padahal, wajah tampan itu sangat mempesona setiap pasangan mata."Lo yang ngapain! Udah di bantuin ngak bilang terimakasih lagi," tutur Rakha sembari mengelus-elus bekas pukulan Fasha yang sangat berdamage itu. Tangan kecil yang mulus itu, ntah bagaimana bisa memukul seperti pukulan fighter itu. Hahaha, namanya juga cewe."Wekk ... bodo amat!!" kata Fasha yang mencibirkan Rakha diikuti dengan iringan langkah kaki. Tetapi, kakinya yang luka tak mendukung niatnya itu. Ia malah mengeluarkan suara desahannya "Arrgghhh," ujarnya yang berdiri dengan tumpuan kaki sebelah."Kenapa? Lo butuh bantuan?" ujar Rakha yang berada di belakangnya."Ngak!! Gue bisa sendiri!" cetusnya kasar terhadap Rakha diiringi raut wajah masam.Fashapun melanjutkan berjalannya dengan menyeret kakinya yang luka itu. Sesampainya ia didekat motornya, tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang."Ehh ... ini helm lo, lo tinggal?" kata Rakha sambil mengangkat helmnya ke atas.'Astagaa ... kenapa sih harus tinggal, kan gue jadi susah bolak-balik' ucap batinya."Ii-yaa, lo bawa kesini, cepett!!" cetus Fasha yang menadahkan tanganya di hadapan Rakha."Lo mau minta tolong tu yang baik-baik kek. Ini ngak ngegasss mulu!!" ujar Rakha yang tertawa licik.Fashapun menghela nafas panjang "Huhh." Iapun terpaksa mengucapkan kata-kata manis untuk merayu Rakha agar mau mengantarkan helmnya ke-dia. Karena, ia tidak mungkin untuk kembali berjalan kebelakang lagi "Guee minta tolong siniin helm gue, bisa?" ucap Fasha sambil tersenyum paksa."Hmm ... gimana ya? gue liat-liat kayaknya lo kurang ikhlas deh," jawabnya yang santai sambil berpikir dan nenumpukan tanganya di atas helm Fasha. "Ehh ... Lo jangan macem-macem ya sama gue! siniin cepet helmnya," ujar Fasha sambil menjangkau-jangkau helmnya dari kejauhan. Fasha yang tak bisa menjaga keseimbanganpun oleng dan BRUKKK badanyapun terjatuh. Langsung saja setelah ia jatuh, ia menatap wajah Rakha tanpa penyesalan tidak membantunya tadi."Lo ngak nolongin gue?" tanya Fasha dengan wajah terheran-heran"Jadi lo ngarep gue tolongin? Biar kek di drakor-drakor itu?" balas Rakha dengan judes yang menunduk sedikit untuk memandangi wajah Fasha. Lalu, iapun berdiri dan membelakangi Fasha.Fashapun mencoba berdiri sendiri dengan berpegangan kepada motornya. Setelah ia bisa berdiri walaupun tidak sempurna, iapun mengeluarkan unek-unek di hatinya karena mendengar perkataan Rakha itu."Dasar ya lo, ngak ada hati. Siapa juga yang mau minta bantuan lo, dih geer lo!" ujar Fasha yang mencoba duduk di atas motornya. Iapun mulai menyalakan motornya. Rakha yang melihat itu, di buat terkejut oleh Fasha yang bisa menahan beban motor itu. Padahal, motor itu kan berat.Rakha masih tercengang melihat Fasha. Iapun membulatkan matanya dengan tangan yang dilipat di dada. Ia masih di buat kaget oleh perempuan strong ini. Melihat reaksi Rakha, Fasha hanya tersenyum miris menikmati itu."Kenapa? Lo pikir gue selemah itu? Cuman jatuh di aspal kali!! Dan luka gores doang juga. Haha, gimana drama gue? Udah kayak drakor-drakor itu belum?" tanya Fasha dengan senyuman mautnya."Jadi lo nipu gue? Ooo, berani lo ya!" Rakha yang protes karena Fasha telah menipunya.Fashapun kembali turun dari motornya. Iapun berjalan menuju Rakha yang masih memandanginya dengan heran. Setelah berpapasan dengan Rakha, Fashapun menatap balik pandangan Rakha tersebut. Rakha yang tadinya di buat terheran-heran, namun kini ia dibuat salting oleh wajah Fasha yang mengemaskan itu."Apa lo? Kalau ngak suka, trus mau lo apa?" tanya Fasha kepada Rakha yang kembali mendekapkan wajahnya ke hadapan Rakha.'Astaga ... ni cewe gemoy banget anjrr, baru kali ini gue liat wajah cewe gemoy sedekat ini. Boleh cubit ngak ya?' ujar batin Rakha."Woi ... lo ngak dengar ucapan gue?" tanya Fasha kepada Rakha yang seketika termenung dengan wajah kemerahan."A-aa, iyya gue ngak suka! Jadi gue nantangin lo balapan, gimana?" tutur Rakha yang masih grogi."Hah? Balapan? Lo yakin, ngak takut kalah ntar? Trus untungnya buat gue apa?" balas Fasha yang menaikan satu alisnya menantang tawaran Rakha tersebut."Kalau lo menang, gue bakalan kasih lo 2 permintaan," ujar Rakha."Trus kalau gue kalah, gimana?" tanya Fasha diikuti dengan melipat kedua tanganya mengikuti tingkah Rakha."Dan, kalau lo yang kalah, lo harus mau ngikutin perintah gue! Ngak banyak kok, cuman 1 doang!" ujar Rakha meyakinkan Fasha agar menerima tantanganya itu."Oke, deal ya!" jawab Fasha."Ok, deal," balas Rakha.___"Mi, Umi kok kayak gitu tadi sama Fasha? Kasian dong Fashanya kalau mamah bersikap kayak tadi!" ucap Abi yang mencoba menenangkan istrinya yang masih kebawa tempramen itu."Fashanya aja begitu, Bi! Gimana Umi ngak marah coba!" tegas Umi yang masih kesal."Mi, istigfar Mi, istigfar ... Umi udah kepancing sama godaan syaiton, Mi," "Astagfirullahallazim," ucap Umi mencoba meredakan emosinya."Nah, sekarang Umi udah ngak emosi lagi 'kan!" ujar Abi yang tersenyum melihat istrinya sudah bisa menahan emosinya."Iya, Bi," balas Umi."Gini, Mi. Kalau kita kerasin didikin Fasha, yang ada dia makin jauh dari kita. Abi ngak mau kalau Fasha terus-terusan ngangep kita ngak ada. Abi maunya kita ngertiin Fasha juga, Mi," jelas Abi kepada Umi dengan pelan dan lemah lembut, agar istrinya itu lebih mengerti."Bi, tapi kalau kita ikutin kemaunya Fasha, yang ada kita ngak bisa mantau Fasha, nanti kalau Fasha ngak di awasin ntar dia makin salah jalan bi," ujar Ami yang menggunakan nada datar."Tenang, Mi. Nanti kita bakalan sewa orang buat ngawasin dan mantau perkembangan Fasha dan nanti diakan bisa laporan sama kita," balas Abi yang kembali meyakinkan istrinya itu."Hmm, yaudah deh, seterah Abi aja. Umi pusing mikirin masalah Fasha terus," ucap Umi mengakhiri pembicaraan.___Mereka berduapun telah bersiap-siap untuk memulai pertandingan ini.Bab 1 Hari ini adalah hari kelulusan bagi seluruh siswa jenjang SMP. Di sekolah SMP Bakti Nusa, tampak semua siswa kegirangan sambil bersorak riang. Mereka terlihat saling berpelukan dan berjabatan tangan sebagai ucapan selamat. Di sekolah, terlihat suasana bahagia dan kegembiraan menyelimuti sekolah tersebut. Fasha dan teman- temanya pun berniat untuk merayakanya dengan menongkrong di cafe. "Huhh, ngak terasa ya guys. Kita udah tamat aja di sekolah ini." Suara Quensya terdengar oleh mereka dengan jelas lalu diikuti dengan sedikit tawaan kecil tapi imut. "Iya, nih. Padahal, rasanya baru kemaren kita ketemu kan." Tambah Reisa sambil tersenyum manis dengan rambut sebahu dan warna bola mata kecoklatan. "Hmm, iya juga si. Tapi sekarang kelulusan kita, yaudah nikmatin aja dulu," ucap Fasha dengan senyuman kecil namun sangat mempesona. Bola mata yang bewarna coklat muda dengan rambut panjang yang terurai rapi dengan sedikit gel
Bab 2 "Udah siap semuanya?" tanya Rakha yang membuka pembicaraan dengan dingin. "Udah, Bos. Yok, berangkatt," sorak Azka kegirangan lalu mengangkat jaket yang berada di sampingnya dan meletakannya di atas bahunya itu. Merekapun hendak berangkat. Tapi ... Rakha menyadari bahwa anggotanya ada yang jarang kelihatan selama ini. Rakha yang kebinggunganpun langsung menanyakanya kepada salah satu anggotanya. "Ehh, si Reza kemana? Kok gue jarang liat dia lagi?" tutur Rakha kepada pemuda yang berada di tengah kerumunan anggota Warlocks. "Reza sama Gue 2 hari yang lalu diserang sama anak Altos. Dan sekarang dia lagi di rumah sakit, tapi keadaanya udah membaik," tegasnya lalu tertunduk dengan wajah kemerahan setelah berbicara dengan Rakha karena tak berani menatap wajah dingin Rakha itu. "Kok gue ngak tau? Lo kenapa ngak bilangg!" cetus Rakha yang kelihatanya marah karena ia tidak di beritahukan soal ini. "Sory
Bab 3Fasha yang mengetahui minuman itu tumpah. Iapun terkejut dan melihat celana pemuda itu yang basah. Fasha tampak panik sesegera mungkin ia menggambil tisu lalu memberikanya kepada pemuda itu. Lalu ia menghadap ke wajah pemuda itu tanpa mengatakan sepatah katapun, ia malah terpaku menatap wajah Rakha. Zaskia yang tadinya berada di belakang Keivan, langsung menghampiri Fasha dan menariknya ke depan toilet."Far, ikut gue," katanya sambil pergi dengan membungkukan sedikit badan kepada semua orang, sedangkan Fasha masih melongo karena belum paham dengan semuanya."Kok rame banget di depan? Altos rekrut anak baru?" tanya Fasha yang keningnya sedikit mengerut. Lalu sesekali melihat ke kumpulan anak Warlocks."Far, lo tau ngak sih dia itu siapa? Lo kok bisa ceroboh gitu si!" Nada Zaskia terdengar sedikit marah, dengan sesekali mengeram kesal dan menahanya dengan rahang giginya."Emang siapa si? Kok kayak or
Bab 4Rakha terus berusaha menghilangkan bayangan Fasha di benaknya. Apalagi, saat ia melihat dengan jelas wajah Fasha yang bagaikan narkoba, yang membuat setiap orang yang melihatnya akan candu."Woii ... Rakhaa, sadar! Lo kok bisa-bisanya sih mikirin dia, lo aja ngak tau dia siapa," bentaknya pada dirinya yang sembari mengapitkan kepalanya dengan kasar dan sesekali memukul kepalanya.Saat Rakha sedang frustasi di kamarnya, dari luar terdengar suara seseorang mengucapkan salam "Assalamualaikum," ucapnya yang terdengar diiringi dengan suara ketukan."Waalaikumusallam. Ehh, den Rafha sudah pulang," ucap bibi yang menyambutnya dengan senyuman hangat."Rakha udah pulang bii?" tanyanya sembari berjalan masuk dan menbawa sebuah kitab suci Al-Qur'an."Udah, den. Den Rakha teh ada di kamarnya.""Ooo ... yaudah, Bii. Ehh, mama papa katanya lagi sama-sama dinas di luar ya, Bii?"
Bab 5#Pertarungan. Fasha memacu motornya mengikuti arus jalan. Angin tak dapat menghentikan langkahnya, keaadaan jalan yang sepi menambah kesan kesunyian. Tak ada yang dilakukan selain mengingat kata-kata yang menyayat hati dan sesekali meratapi dengan tetesan air mata. Semuanya mengalir begitu saja tanpa permisi. Arus kehidupan yang membawa kesedihan lah yang selalu mengikuti Fasha. Fasha masih teringat-ingat akan perkataan mamanya. Benaknya dipenuhi dengan raut wajah mamanya yang mengatakan benci secara harfiah. "Arrggghhhh," teriaknya dalam keadaan menatap ke langit namun tak dilihat dan dinikmatinya. Secara tak sengaja. Fasha tak melihat didepannya ada seekor kucing yang akan menyebrang. Namanya kucing, sudah pasti tidak melihat kiri dan kanan saat menyebrang. Saat Fasha menurunkan kepalanya, ia baru tersadar bahwa ada kucing yang telah berada di pinggir jalan. Fasha yang spontan melihat itu, ia-pun dikejutk
Bab 4Rakha terus berusaha menghilangkan bayangan Fasha di benaknya. Apalagi, saat ia melihat dengan jelas wajah Fasha yang bagaikan narkoba, yang membuat setiap orang yang melihatnya akan candu."Woii ... Rakhaa, sadar! Lo kok bisa-bisanya sih mikirin dia, lo aja ngak tau dia siapa," bentaknya pada dirinya yang sembari mengapitkan kepalanya dengan kasar dan sesekali memukul kepalanya.Saat Rakha sedang frustasi di kamarnya, dari luar terdengar suara seseorang mengucapkan salam "Assalamualaikum," ucapnya yang terdengar diiringi dengan suara ketukan."Waalaikumusallam. Ehh, den Rafha sudah pulang," ucap bibi yang menyambutnya dengan senyuman hangat."Rakha udah pulang bii?" tanyanya sembari berjalan masuk dan menbawa sebuah kitab suci Al-Qur'an."Udah, den. Den Rakha teh ada di kamarnya.""Ooo ... yaudah, Bii. Ehh, mama papa katanya lagi sama-sama dinas di luar ya, Bii?"
Bab 3Fasha yang mengetahui minuman itu tumpah. Iapun terkejut dan melihat celana pemuda itu yang basah. Fasha tampak panik sesegera mungkin ia menggambil tisu lalu memberikanya kepada pemuda itu. Lalu ia menghadap ke wajah pemuda itu tanpa mengatakan sepatah katapun, ia malah terpaku menatap wajah Rakha. Zaskia yang tadinya berada di belakang Keivan, langsung menghampiri Fasha dan menariknya ke depan toilet."Far, ikut gue," katanya sambil pergi dengan membungkukan sedikit badan kepada semua orang, sedangkan Fasha masih melongo karena belum paham dengan semuanya."Kok rame banget di depan? Altos rekrut anak baru?" tanya Fasha yang keningnya sedikit mengerut. Lalu sesekali melihat ke kumpulan anak Warlocks."Far, lo tau ngak sih dia itu siapa? Lo kok bisa ceroboh gitu si!" Nada Zaskia terdengar sedikit marah, dengan sesekali mengeram kesal dan menahanya dengan rahang giginya."Emang siapa si? Kok kayak or
Bab 2 "Udah siap semuanya?" tanya Rakha yang membuka pembicaraan dengan dingin. "Udah, Bos. Yok, berangkatt," sorak Azka kegirangan lalu mengangkat jaket yang berada di sampingnya dan meletakannya di atas bahunya itu. Merekapun hendak berangkat. Tapi ... Rakha menyadari bahwa anggotanya ada yang jarang kelihatan selama ini. Rakha yang kebinggunganpun langsung menanyakanya kepada salah satu anggotanya. "Ehh, si Reza kemana? Kok gue jarang liat dia lagi?" tutur Rakha kepada pemuda yang berada di tengah kerumunan anggota Warlocks. "Reza sama Gue 2 hari yang lalu diserang sama anak Altos. Dan sekarang dia lagi di rumah sakit, tapi keadaanya udah membaik," tegasnya lalu tertunduk dengan wajah kemerahan setelah berbicara dengan Rakha karena tak berani menatap wajah dingin Rakha itu. "Kok gue ngak tau? Lo kenapa ngak bilangg!" cetus Rakha yang kelihatanya marah karena ia tidak di beritahukan soal ini. "Sory
Bab 1 Hari ini adalah hari kelulusan bagi seluruh siswa jenjang SMP. Di sekolah SMP Bakti Nusa, tampak semua siswa kegirangan sambil bersorak riang. Mereka terlihat saling berpelukan dan berjabatan tangan sebagai ucapan selamat. Di sekolah, terlihat suasana bahagia dan kegembiraan menyelimuti sekolah tersebut. Fasha dan teman- temanya pun berniat untuk merayakanya dengan menongkrong di cafe. "Huhh, ngak terasa ya guys. Kita udah tamat aja di sekolah ini." Suara Quensya terdengar oleh mereka dengan jelas lalu diikuti dengan sedikit tawaan kecil tapi imut. "Iya, nih. Padahal, rasanya baru kemaren kita ketemu kan." Tambah Reisa sambil tersenyum manis dengan rambut sebahu dan warna bola mata kecoklatan. "Hmm, iya juga si. Tapi sekarang kelulusan kita, yaudah nikmatin aja dulu," ucap Fasha dengan senyuman kecil namun sangat mempesona. Bola mata yang bewarna coklat muda dengan rambut panjang yang terurai rapi dengan sedikit gel