Bab 1
Hari ini adalah hari kelulusan bagi seluruh siswa jenjang SMP. Di sekolah SMP Bakti Nusa, tampak semua siswa kegirangan sambil bersorak riang. Mereka terlihat saling berpelukan dan berjabatan tangan sebagai ucapan selamat. Di sekolah, terlihat suasana bahagia dan kegembiraan menyelimuti sekolah tersebut. Fasha dan teman- temanya pun berniat untuk merayakanya dengan menongkrong di cafe.
"Huhh, ngak terasa ya guys. Kita udah tamat aja di sekolah ini." Suara Quensya terdengar oleh mereka dengan jelas lalu diikuti dengan sedikit tawaan kecil tapi imut."Iya, nih. Padahal, rasanya baru kemaren kita ketemu kan." Tambah Reisa sambil tersenyum manis dengan rambut sebahu dan warna bola mata kecoklatan."Hmm, iya juga si. Tapi sekarang kelulusan kita, yaudah nikmatin aja dulu," ucap Fasha dengan senyuman kecil namun sangat mempesona. Bola mata yang bewarna coklat muda dengan rambut panjang yang terurai rapi dengan sedikit gelombang yang menambah kesan kharismatik."Iya, pokonya hari ini kita harus have fun bareng-bareng," tutur Zaskia yang tersenyum lebar dengan mata yang sedikit sipit kulit putih bersih, tinggi semampai, langsing dengan model rambut bob blunt .Tak lama kemudian, terlihat beberapa orang laki- laki, berjalan menuju Fasha dan teman- temanya."Ehh, kalian ngumpul di sini ternyata. Yok ikut bareng kita konvoi. Ntar, nongkrong juga di cafe," ucap salah satu pemuda yang bernama Keivan, dengan tersenyum menampakkan gigi gingsulnya dengan tinggi kurang lebih 173 cm dan bb 63 kg.Keivan, merupakan pacar sedari kelas satu SMP Zaskia. Mereka di sekolah bisa di bilang cukup bucin, hingga tak ada satupun orang yang berani mendekati Zaskia. Apalagi, Keivan merupakan anggota dari salah satu geng motor yang ditakuti sebagian orang."Ehh, sayang. Iya, aku join ya. Kalo gue ikut Keivan aja. Trus, kalian gimana? Mau ikut ngak?" tanya Zaskia kepada yang lainya dengan menaikan sebelah alisnya."Gue juga ikut. Lo, gimana Far?" balas Reisa, lalu berbicara dan menghadap kepada Fasha."Hmm, gimana ya," ucap Fasha dengan ragu sambil memikirkanya dengan meletakan jari telunjuk di dagu yang mulus dan bening itu."Join aja lah, Far. Kapan lagi nih, kita bakalan kumpul- kumpul lagi." Zaskia mencoba meyakinkan Fasha lalu meletakan kedua tanganya di bahu tubuh mungil Fasha itu."Iya, tuh. Ntar, kalau udah pisah kita ngak tau lagi masi bisa ketemuan apa ngak." Keivan mengatakanya dengan mengerutkan keningnya yang di susul dengan melipatkan kedua tanganya di depan dada berbidang itu."Aaaa baby, aku ngak mau pisahh dari kamuu," pinta Zaskia yang langsung berjalan menuju Keivan, lalu bersandar di samping lenganya itu dengan bermanja."Iya baby, kita ngak pisah kok. Aku bakalan ngikutin kamu sekolahnya dimana." Keivan terdengar menjawab ucapan kekasihnya itu dengan manja juga diiringi dengan menjabat tangan Zaskia. Astagaa, bucin bangett."Astagaa, plis deh. Sekali-kali ngak usah bucin, bisa ngak." Reisa yang mengeluarkan suara yang Risih yang di sambut dengan buruk oleh Zaskia dan Keivan dengan cibiran semata.Tentu saja, jiwa para jomblo yang menyaksikan kebucinan pasangan tersebut akan meronta- ronta. Apalagi, Reisa jomblo sejati, karena ia termasuk orang yang sangat selektif dalam memilih-milih pasanganya."Udah, deh. Lo ngak usah iri! Salah siapa lo ngak punya pasangan," cetus Zaskia mengembungkan pipi chubynya lalu mengandeng tangan Keivan.Melihat itu. Keivan hanya menganguk mengiyakan perkataan Zaskia dan dan membalas gandengan Zaskia dengan memeluknya."Yaudah, gue ikut. Ini demi kalian. Tapi gua bareng siapa ni?"ujar Fasha.
"Nahh, gitu dongg. Baru Fasha yang gue kenal." Reisa yang terlihat senang dengan perkataan Fasha diiringi dengan pelukan hangat dan nyaman."Lo, sama gue aja, Far." Terdengar suara yang berasal dari sisi kanan Keivan, yang ternyata adalah Rafif, teman Keivan. Rafif bisa dibilang cute dengan potongan rambut french crop dan tangan yang kekar berbidang dengan bola mata berwarna hitam pekat dan kulit putih.
Rafif merupakan salah satu teman satu geng Keivan. Dia, memang sudah lama mencintai Fasha. Namun, bagi Fasha, Rafif bukanlah tipenya. Ntah bagaimana lagi tipe Fasha, apa harus malaikat yang berwujud manusia? Walaupun sudah seringkali Rafif menyatakan perasaanya, sesering kali itu pula Fasha menolak dengan mentah.'Astaga, kenapa gue harus sama dia sih? Emang ngak ada yang lain apa?" batin Fasha mengerutu seperti tidak dapat menerima ia harus berboncengan dengan Rafif.'"Iya, Far. Lo sama si Rafif aja," ucap Reisa dengan cekikikan kecil yang melihat wajah Fasha yang seketika berubah menjadi tak sedap dan seperti orang yang tidak nyaman."Yaudah deh. Gue sama Rafif, tapi lo janji! Jangan bahas hal pribadi, termasuk menyangkut perasaan lo," tegas Fasha kepada Rafif dengan menunjukan telunjuknya ke hadapan Rafif diiringi dengan kening yang mengerut."Iya, Far. Gue janji, ngak bakalan bahas lagi. Lagian gue udh bisa move on dari lo. Gue lakuin Ini semua hanya sebatas hubungan teman kepada teman," Balas Rafif dengan santai lalu menurunkan telunjuk Fasha yang sedari tadi tak mau turun."Ciee, udah ngak gamon lagi nih." Suara Keivan terdengar mengejek Rafif dengan sedikit tawaan kecil lalu menepuk bahu pemuda tersebut yang disampingnya terdengar tawaan kecil dari Zaskia."Apaansi, Van. Udah deh, ngak usah mulai. Lo juga, Zas. Ngak usah ngetawain gue deh." Fasha mulai mengomel ke Keivan dan Zaskia, pasangan bucin itu memang selalu kompak untuk mengejek orang lain."Ehh, kalian semua udah ada temen. Truss, gue sama siapa?" tanya Reisa yang menghadap ke semua lalu menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya dan mata yang berkeliaran melihat orang di depanya satu persatu."Tuh, Farel ngangur. Lo sama dia aja! Rell, nih Reisa bareng lo ya." Keivan mengucapkanya lalu menghadap ke sebelah Rafif dengan bungkuk dan menaikan satu alis nya."Sip, tenang aja. Lo bareng gua ya, Sa," ujar Farel tersenyum manis ke Reisa yang seketika dibalas dengan wajah datar oleh Raisa."Ooo, oke," balas Reisa dengan malas.
"Nah, kan udah dapet gebetan masing-masing. Trus, kapan nih kita jalannya?" tanya Zaskia dengan antusias melirikan matanya ke seluruh orang yang berada di sekitarnya dengan tersenyum kecil."Kita pulang dulu lah baby. Kamu mandi dan ganti baju, trus dandan yang cute." Keivan mengeluarkan suara lembut kepada Zaskia, diikuti dengan tanganya yang mencubit pipi chuby Zaskia."Babyy. Aku dandan ngak dandan kan tetap cute. Mangkanya kamu tertarik dan suka sama aku kan?" balas Zaskia dengan manja dan memegang rahang pemuda tersebut dengan lembut."Udah-udah, sekarang semuanya balik dulu ke rumah masing-masing. Ntar kita kumpul di markas Altos jam 5 sore," tegas Rafif yang kemudian mencoba membubarkan kerumunan.Mendengarkan perkataan Rafif. Mereka semuapun menjawab dengan menganguk. Semua menyepakati keputusan yang telah di buat. Saat mereka hendak berpisah, tiba- tiba datang seorang wanita berhijab, menghampiri mereka semua. Lalu, wanita itupun berjalan perlahan dan berhenti tepat di hadapan Fasha.
"Assalamualaikum," ujar wanita tersebut dengan menundukan sedikit wajahnya dan sedikit membungkuk."W-walaikumsallam." Mereka mengucapkan jawaban salam itu dengan serentak. Dan seketika wajahnya berubah seperti orang yang tak senang dengan kehadiran wanita tersebut. Zaskia terlihat mencermati pakaian yang dikenakan wanita tersebut mulai dari kaki hingga kepalanya."Fasha, kamu mau kemana? Kamu ngak boleh pergi tanpa izin umi sama abi." Wanita tersebut tampak memberikan peringatan dengan suara lemah lembut dan menatap wajah Fasha.Ternyata, wanita berhijab yang menghampiri Fahsa adalah Rasha, Saudari kembar Fasha. Mereka berdua memang memiliki sifat yang berlawanan. Ibaratkan yang satu positif, dan yang satu negatif. Teman-teman Fasha pun tampak risih dengan kehadiran wanita tersebut dan tak menginginkan kehadiran wanita tersebut.
"Hmm, Far. Kita duluan ya. Lo jangan sampai lupa ya, kumpul di markas." Suara Rafif yang semakin kecil karena ia berbicara sambil berjalan, karena ia tak mau menggangu dua saudari kembar tersebut."Iya, Sa. Gue duluan ya .... Ayok, Baby." Zaskiapun ikut pergi meninggalkan mereka berdua, lalu menarik tangan Keivan agar mengikutinya, dan kemudian di susul dengan Reisa dan Farel yang juga pergi meninggalkan mereka berdua.Mereka semuapun pergi meninggalkan Fasha. Kini, hanya tersisa Rasha dan Fasha. Fasha tak senang bila Rasha selalu ada di dekatnya. Walaupun mereka berdua saudari kembar, namun, Fasha tampak membenci kakaknya ini."Dekk, kamu mau kemana? Kamu jangan lakuin hal-hal yang dapat buat kamu celaka, dek. Kakak ngak mau hal buruk terjadi lagi sama kamu," ucapnya yang berbicara dengan kening yg berkerut namun tak menghilangkan kecantikanya. Kulit putih bola mata kecoklatan dan mengenakan handsock berwarna abu-abu tua di kedua tanganya.
"Lo apaansi. Gue ngak butuh lo nasehatin gue. Lo sadar ngak sih? Gue tu benci sama lo. Gue risih kalau lo deket-deket sama gue. Gue ngak butuh lo sebagai saudari gue." Suara Fasha yang terdengar keras dan seperti membentak kakaknya dengan kasar."Dekk, kok kamu ngomong gitu si? Kakak kesini buat ngelarang kamu pergi sama mereka! Mereka itu anak nakal. Liat, saat kamu deket-deket sama mereka, kamu selalu ngelawan sama abi dan umi, dekk," tegas wanita itu tanpa membalas bentakan Fasha, ia masih tenang menghadapi adiknya itu."Aaa, udahla. Lo, ngak usah nilai gimana temen gue. Gue tau temen gue kayak apa. Jadi, lo ngak usah kasi tau gue, mereka kayak apa. Gue ngak butuh," balas Fasha dengan bentakan yang semakin kasar. Fasha tak sesikitpun memikirkan bagaimana perasaan kakaknya itu.Fasha lebih memilih meninggalkan Rasha sendiri, dari pada melanjutkan perdebatan itu. Rasha seketika terdiam menyaksikan Fasha pergi meninggalkannya. Sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Rasha untuk menerima sikap keras kepala adiknya itu.
Kini Fasha telah sampai di rumah. Ia langsung menuju kamarnya untuk mengganti baju. Dan juga memasukan beberapa make up miliknya, kedalam tas. Setelah itu, ia langsung saja bergegas keluar rumah. Namun, ia di halangi oleh Rasha. Perdebatanpun dimulai lagi."Fasha, sebentar. Kamu jangan pergi, pliss. Kakak mohon sama kamu," pintanya yang menahan adiknya dengan memegang kedua tanganya.
"Mangg, bukak pagarnya.," ucap Fasha kepada Satpam yang berada di dekat pagar.Fasha yg sudah muak dengan kakaknya itu, malah mengabaikan kakanya, dan menghempaskan tangan Rasha, serta langsung pergi tanpa memberikan jawaban sepatah katapun. Rasha mencoba menghentikan adiknya. Namun, Fasha berhasil kabur dan langsung saja ia memberhentikan taksi yang kebetulan lewat. Rasha tak tau lagi harus berbuat apa. Ia tak tau harus bagaimana membicarakan hal ini dengan abi dan umi.
Rasha hanya bisa terdiam paku menyaksikan Fasha yang sudah pergi."Non, apa perlu saya susul?" Mang satpam yang sepertinya mengerti keadaan, ingin menawarkan diri untuk membantu. Namun bantuanya tidak dibutuhkan Rasha."Udah .... Udah, ngak usah mang. Lagian dia udah jauh," balas Rasha."Baik, Non,"Jawab mang sopir.Lalu, Rashapun pergi masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan mang sopir yang masi menatap kepergian taksi itu, namun sudah tak nampak lagi."Lama banget sih lo, Far." Sambut Zaskia dengan sedikit mengerutu yang sudah berada di atas motor sport milik Keivan sambil memeluk tubuh Keivan."Udah, ahh. Gue ngak mau bahas, pasti kalian juga udah tau," ujar Fasha yang kemudian laangsung saja ia menaiki motor sport milik Rafif yang berjejer di samping motor Keivan."Yaudahh. Yokk ... Berangkatt," ucap Rafif lalu menghidupkan mesin motornya. Seketikapun suara knalpot akrapovic membisingi basecamp itu."Let's goo." ucap mereka serentak lalu memacu kendaraanya.Mereka sangat senang berada di situasi ini. Sepertinya, tak ada sedikitpun raut wajah kesedihan. Di jalan, mereka sesekali berteriak. Tentu saja, suara motor yang berisik serta menghabiskan banyak bagian jalan. Membuat sebagian pengendara lebih milih mengalah, dari pada menantang jiwa muda yang sedang berkobar-kobar itu. Mereka bahagia, gembira, tertawa bersama. Ntah la. Hanya ini yang selalu di imba- imbakan Fasha. Karena, ia tak pernah sebahagia ini, sesenang ini, segembira ini dengan keluarganya. Begitu juga dengan SMP Angkasa. Suasana haru bercampur bahagia membanjiri sekolah tersebut. Semua tampak saling berpelukan begitu membaca hasil akhir di mading. Sedangkan, Rakha, Ervanda, Driano, Riki, Agil, Dan Azka mereka tak terlalu haru seperti yang lainya. Mungkin, mereka menganggap itu semua bukan hal penting. Mereka hanya duduk manis di taman, dengan suasana nyaman, asri, segar dapat membuat fres otak setelah bertempur kemaren."Wooo. Kita lulus semua broo. Jadi, kemana nih kita jalan?" Ervandapun membuka percakapan dengan pertanyaan singkat.Dia adalah, Ervanda. Manis, cuek, jago berantem, hitam manis, dan juga menawan."Udah la. Ngumpul di markas aja udah," ujar Driano membalas pertanyaan Ervanda dengan sesikit malas.Dan dia adalah, Driano. Dia adalah tipe kebanyakan cewe. Sikapnya yang baik hati, pemalu terhadap cewe, irit bicara, dan sopan terhadap orang tua, dan tentunya ganteng."Aghh, jangan di markas mulu. Sesekali nongkrong di Cafe kek," tambah Riki yang lalu bangkit dari duduknya dan merentangkan tanganya dengan menantang.Ini adalah, Riki. Orangnya murah senyum, ganteng (tentunya), dan lemah lembut kepada cewe. Dan juga, Riki adalah wakil ketua geng."Iya tuh. Bener kata, Riki. Sesekali kita keluar lah man." Agilpun ikut membenarkan pendapat Riki yanh lalu juga ikut berdiri merangkul bahu Riki.Dan ini adalah, Agil. Dia di cap playboy di sekolah, manis, ganteng, orangnya gagabah, dan ngak suka basa-basi. "Iyaa tuh, brot. Sekalian cuci mata liat cewe-cewe cantik yakan," tambah Azka yang yang kemudian meletakkan ponsel yang tadi ia pegang.Dan yang ini adalah, Azka. Orangnya sih baik, ramah, and suka ngelawak. Mungkin di geng ini, Azka bisa di bilang, badut."Jadi, gimana nih, Ka?" Agilpun mengulaingi peetanyaanya lagi sambil memandangi Rakha yang sedang fokus kedepan sembari menghela nafas panjang."Hmmm, yaudah, sebagai perayaan kelulusan kita, kita nongkrong di cafe! Gue yang bayarin kalian semua." Rakhapun berdiri lalu mengucapkanya. Sontak, yang tadinya Azka, Driano, Ervanda yang masih duduk. Kini mereka ikut berdiri, lalu saling merangkul satu sama lain.Dan yang terakhir adalah, Rakha. Dia ketua dari geng motor Warlocks. Sikapnya yang dingin, cuek, kurang peka, tapi cool. Membuat cewe- cewe di sekolah itu terpesona akan dirinya. Di tambah dengan wajah dan body yang menawan, membuat ia semakin mendekati kata sempurna. Mungkin, tuhan menciptakan dia pas lagi seneng, mangkanya hasilnya goodloking.
Bab 2 "Udah siap semuanya?" tanya Rakha yang membuka pembicaraan dengan dingin. "Udah, Bos. Yok, berangkatt," sorak Azka kegirangan lalu mengangkat jaket yang berada di sampingnya dan meletakannya di atas bahunya itu. Merekapun hendak berangkat. Tapi ... Rakha menyadari bahwa anggotanya ada yang jarang kelihatan selama ini. Rakha yang kebinggunganpun langsung menanyakanya kepada salah satu anggotanya. "Ehh, si Reza kemana? Kok gue jarang liat dia lagi?" tutur Rakha kepada pemuda yang berada di tengah kerumunan anggota Warlocks. "Reza sama Gue 2 hari yang lalu diserang sama anak Altos. Dan sekarang dia lagi di rumah sakit, tapi keadaanya udah membaik," tegasnya lalu tertunduk dengan wajah kemerahan setelah berbicara dengan Rakha karena tak berani menatap wajah dingin Rakha itu. "Kok gue ngak tau? Lo kenapa ngak bilangg!" cetus Rakha yang kelihatanya marah karena ia tidak di beritahukan soal ini. "Sory
Bab 3Fasha yang mengetahui minuman itu tumpah. Iapun terkejut dan melihat celana pemuda itu yang basah. Fasha tampak panik sesegera mungkin ia menggambil tisu lalu memberikanya kepada pemuda itu. Lalu ia menghadap ke wajah pemuda itu tanpa mengatakan sepatah katapun, ia malah terpaku menatap wajah Rakha. Zaskia yang tadinya berada di belakang Keivan, langsung menghampiri Fasha dan menariknya ke depan toilet."Far, ikut gue," katanya sambil pergi dengan membungkukan sedikit badan kepada semua orang, sedangkan Fasha masih melongo karena belum paham dengan semuanya."Kok rame banget di depan? Altos rekrut anak baru?" tanya Fasha yang keningnya sedikit mengerut. Lalu sesekali melihat ke kumpulan anak Warlocks."Far, lo tau ngak sih dia itu siapa? Lo kok bisa ceroboh gitu si!" Nada Zaskia terdengar sedikit marah, dengan sesekali mengeram kesal dan menahanya dengan rahang giginya."Emang siapa si? Kok kayak or
Bab 4Rakha terus berusaha menghilangkan bayangan Fasha di benaknya. Apalagi, saat ia melihat dengan jelas wajah Fasha yang bagaikan narkoba, yang membuat setiap orang yang melihatnya akan candu."Woii ... Rakhaa, sadar! Lo kok bisa-bisanya sih mikirin dia, lo aja ngak tau dia siapa," bentaknya pada dirinya yang sembari mengapitkan kepalanya dengan kasar dan sesekali memukul kepalanya.Saat Rakha sedang frustasi di kamarnya, dari luar terdengar suara seseorang mengucapkan salam "Assalamualaikum," ucapnya yang terdengar diiringi dengan suara ketukan."Waalaikumusallam. Ehh, den Rafha sudah pulang," ucap bibi yang menyambutnya dengan senyuman hangat."Rakha udah pulang bii?" tanyanya sembari berjalan masuk dan menbawa sebuah kitab suci Al-Qur'an."Udah, den. Den Rakha teh ada di kamarnya.""Ooo ... yaudah, Bii. Ehh, mama papa katanya lagi sama-sama dinas di luar ya, Bii?"
Bab 5#Pertarungan. Fasha memacu motornya mengikuti arus jalan. Angin tak dapat menghentikan langkahnya, keaadaan jalan yang sepi menambah kesan kesunyian. Tak ada yang dilakukan selain mengingat kata-kata yang menyayat hati dan sesekali meratapi dengan tetesan air mata. Semuanya mengalir begitu saja tanpa permisi. Arus kehidupan yang membawa kesedihan lah yang selalu mengikuti Fasha. Fasha masih teringat-ingat akan perkataan mamanya. Benaknya dipenuhi dengan raut wajah mamanya yang mengatakan benci secara harfiah. "Arrggghhhh," teriaknya dalam keadaan menatap ke langit namun tak dilihat dan dinikmatinya. Secara tak sengaja. Fasha tak melihat didepannya ada seekor kucing yang akan menyebrang. Namanya kucing, sudah pasti tidak melihat kiri dan kanan saat menyebrang. Saat Fasha menurunkan kepalanya, ia baru tersadar bahwa ada kucing yang telah berada di pinggir jalan. Fasha yang spontan melihat itu, ia-pun dikejutk
Bab 5#Pertarungan. Fasha memacu motornya mengikuti arus jalan. Angin tak dapat menghentikan langkahnya, keaadaan jalan yang sepi menambah kesan kesunyian. Tak ada yang dilakukan selain mengingat kata-kata yang menyayat hati dan sesekali meratapi dengan tetesan air mata. Semuanya mengalir begitu saja tanpa permisi. Arus kehidupan yang membawa kesedihan lah yang selalu mengikuti Fasha. Fasha masih teringat-ingat akan perkataan mamanya. Benaknya dipenuhi dengan raut wajah mamanya yang mengatakan benci secara harfiah. "Arrggghhhh," teriaknya dalam keadaan menatap ke langit namun tak dilihat dan dinikmatinya. Secara tak sengaja. Fasha tak melihat didepannya ada seekor kucing yang akan menyebrang. Namanya kucing, sudah pasti tidak melihat kiri dan kanan saat menyebrang. Saat Fasha menurunkan kepalanya, ia baru tersadar bahwa ada kucing yang telah berada di pinggir jalan. Fasha yang spontan melihat itu, ia-pun dikejutk
Bab 4Rakha terus berusaha menghilangkan bayangan Fasha di benaknya. Apalagi, saat ia melihat dengan jelas wajah Fasha yang bagaikan narkoba, yang membuat setiap orang yang melihatnya akan candu."Woii ... Rakhaa, sadar! Lo kok bisa-bisanya sih mikirin dia, lo aja ngak tau dia siapa," bentaknya pada dirinya yang sembari mengapitkan kepalanya dengan kasar dan sesekali memukul kepalanya.Saat Rakha sedang frustasi di kamarnya, dari luar terdengar suara seseorang mengucapkan salam "Assalamualaikum," ucapnya yang terdengar diiringi dengan suara ketukan."Waalaikumusallam. Ehh, den Rafha sudah pulang," ucap bibi yang menyambutnya dengan senyuman hangat."Rakha udah pulang bii?" tanyanya sembari berjalan masuk dan menbawa sebuah kitab suci Al-Qur'an."Udah, den. Den Rakha teh ada di kamarnya.""Ooo ... yaudah, Bii. Ehh, mama papa katanya lagi sama-sama dinas di luar ya, Bii?"
Bab 3Fasha yang mengetahui minuman itu tumpah. Iapun terkejut dan melihat celana pemuda itu yang basah. Fasha tampak panik sesegera mungkin ia menggambil tisu lalu memberikanya kepada pemuda itu. Lalu ia menghadap ke wajah pemuda itu tanpa mengatakan sepatah katapun, ia malah terpaku menatap wajah Rakha. Zaskia yang tadinya berada di belakang Keivan, langsung menghampiri Fasha dan menariknya ke depan toilet."Far, ikut gue," katanya sambil pergi dengan membungkukan sedikit badan kepada semua orang, sedangkan Fasha masih melongo karena belum paham dengan semuanya."Kok rame banget di depan? Altos rekrut anak baru?" tanya Fasha yang keningnya sedikit mengerut. Lalu sesekali melihat ke kumpulan anak Warlocks."Far, lo tau ngak sih dia itu siapa? Lo kok bisa ceroboh gitu si!" Nada Zaskia terdengar sedikit marah, dengan sesekali mengeram kesal dan menahanya dengan rahang giginya."Emang siapa si? Kok kayak or
Bab 2 "Udah siap semuanya?" tanya Rakha yang membuka pembicaraan dengan dingin. "Udah, Bos. Yok, berangkatt," sorak Azka kegirangan lalu mengangkat jaket yang berada di sampingnya dan meletakannya di atas bahunya itu. Merekapun hendak berangkat. Tapi ... Rakha menyadari bahwa anggotanya ada yang jarang kelihatan selama ini. Rakha yang kebinggunganpun langsung menanyakanya kepada salah satu anggotanya. "Ehh, si Reza kemana? Kok gue jarang liat dia lagi?" tutur Rakha kepada pemuda yang berada di tengah kerumunan anggota Warlocks. "Reza sama Gue 2 hari yang lalu diserang sama anak Altos. Dan sekarang dia lagi di rumah sakit, tapi keadaanya udah membaik," tegasnya lalu tertunduk dengan wajah kemerahan setelah berbicara dengan Rakha karena tak berani menatap wajah dingin Rakha itu. "Kok gue ngak tau? Lo kenapa ngak bilangg!" cetus Rakha yang kelihatanya marah karena ia tidak di beritahukan soal ini. "Sory
Bab 1 Hari ini adalah hari kelulusan bagi seluruh siswa jenjang SMP. Di sekolah SMP Bakti Nusa, tampak semua siswa kegirangan sambil bersorak riang. Mereka terlihat saling berpelukan dan berjabatan tangan sebagai ucapan selamat. Di sekolah, terlihat suasana bahagia dan kegembiraan menyelimuti sekolah tersebut. Fasha dan teman- temanya pun berniat untuk merayakanya dengan menongkrong di cafe. "Huhh, ngak terasa ya guys. Kita udah tamat aja di sekolah ini." Suara Quensya terdengar oleh mereka dengan jelas lalu diikuti dengan sedikit tawaan kecil tapi imut. "Iya, nih. Padahal, rasanya baru kemaren kita ketemu kan." Tambah Reisa sambil tersenyum manis dengan rambut sebahu dan warna bola mata kecoklatan. "Hmm, iya juga si. Tapi sekarang kelulusan kita, yaudah nikmatin aja dulu," ucap Fasha dengan senyuman kecil namun sangat mempesona. Bola mata yang bewarna coklat muda dengan rambut panjang yang terurai rapi dengan sedikit gel