Kia menatap kosong ke arah nisan di depannya. Tanahnya yang masih basah, membuat celananya kotor karena dia duduk berlutut, bertumpu pada kedua kakinya. Tidak ada orang di sekitarnya, karena memang wanita ini sengaja mendatangi tempat ini setelah semua orang pulang. Kia mengusap sekali lagi nisan itu, yang bertuliskan nama orang yang dicintainya, yang seberapa kuat dia berusaha menghindar, tetap tidak bisa menghilangkan rasa cintanya. Bahkan ketika lelaki itu menikah dengan orang lain, Kia masih mencintainya dalam diam.
Tiga hari setelah kepergian Teguh untuk selamanya, Bunda Suci datang, dan terkejut melihat kondisi Kia yang berantakan. Kia tidak masuk kerja selama tiga hari ini, dia mengambil cuti tahunannya untuk menenangkan diri. Dia merasa tidak akan mampu bekerja dengan benar dalam kondisi seperti ini.
Sinar mentari menerobos masuk melalui jendela, membuat dahi Kia mengernyit. Kepalanya masih pusing, jadi dia memutuskan untuk menarik selimut menutupi kepalanya untuk melanjutkan tidur. Namun saat selimut itu menutupi wajahnya, indera penciuman Kia menghirup wangi yang tidak biasa. Ini bukan wangi selimutnya. Segera saja dia membuka matanya, lalu melihat sekelilingnya. Tidak, ini bukan kamarnya. Kia sangat mengenal ruangan ini. Salah satu ruang perawatan di mana dia bekerja, RS Jasmine. Jadi...
Beberapa saat yang lalu…
Pikiran Elang melayang menembus waktu, menuju beberapa tahun yang lalu. Saat dia masih bersama istrinya, Ziha. Rumah tangga mereka berjalan lancar dan penuh kebahagiaan, apalagi ketika beberapa bulan kemudian istrinya dinyatakan hamil. Kebahagiaan mereka kian lengkap. Elang sangat menyayangi istrinya, dan selalu berusaha membuatnya bahagia. Kehadiran putri mereka, Kiandra, tidak hanya memberikan kebahagiaan bagi keluarga kecil Elang, tapi juga keluarga besarnya. Karena Elang merupakan anak pertama dan Kiandra adalah cucu pertama di keluarganya.
Sore itu, Kia pulang dijemput oleh Fahri, karena Elang yang masih sibuk setelah menjemput orang tua dan putrinya ke bandara. Kia yang tadinya akan memesan taksi online mengurungkan niatnya saat melihat pesan masuk.
Air mata menetes di pipi Kia ketika melihat pesawat yang membawa Rani dan keluarganya pulang. Nafasnya berhembus perlahan, kepalanya menunduk dalam. Akan seperti apa dia menjalani hari-harinya setelah ini?
Langkah kaki Kia terasa ringan menapaki lorong rumah sakit, dihirupnya udara pagi dalam-dalam, lalu dihembuskannya perlahan. Hujan tadi malam menyisakan hawa dingin yang menyejukkan, pagi ini. Meskipun mendung sudah hilang, berganti dengan langit biru yang bersih namun kesejukan terasa nikmat bagi Kia pagi ini.
Menikah adalah nasib, jatuh cinta adalah takdir. Kita bisa berencana akan menikah dengan siapa. Namun kita tidak bisa tau kepada siapa kita akan jatuh cinta. Seperti Elang yang pada kenyataannya telah menyimpan cinta pada Kia bahkan jauh sebelum mereka saling mengenal seperti sekarang. Meskipun untuk sampai pada titik saat ini, jalannya cukup panjang namun tidak ada yang disesali lelaki itu. Terlebih kehadiran putrinya, Kiandra, adalah berkah terbesar yang selalu disyukurinya.
Kia maupun Elang sudah sering menikmati indahnya cuaca dan sejuknya udara pagi yang khas. Namun suasana kali ini terasa berbeda. Saat Kia melangkahkan kakinya dengan perlahan karena menahan rasa nyeri di pangkal pahanya, semilir angin menerpa wajah cantiknya, menerbangkan rambut indahnya yang tergerai. Meskipun mentari sedikit enggan menampakkan sinarnya karena mendung, bagi Kia tetap ini adalah pagi terindah yang pernah dia rasakan. Elang menghampiri Kia lalu memeluknya dari belakang. Menghirup aroma segar dari rambut panjang Kia, membuatnya memejamkan mata.
Telinga Kia samar mendengar adzan subuh berkumandang dari salah satu masjid besar yang berlokasi di dekat hotel yang mereka tempati. Matanya mengerjap perlahan, dan sedetik kemudian tubuhnya menegang saat merasakan hembusan nafas hangat di tengkuknya. Tangan kokoh melingkari pinggangnya, membuat Kia dengan susah payah membalikkan tubuhnya. Sdetik kemudian, Kia tersenyum memandangi wajah suaminya yang masih terlelap. Wajah suaminya saat tidur terlihat begitu damai. Kia ingat, sorot tajam dari kedua bola mata Elang yang terkadang mengintimidasi, seketika lenyap dalam pikiran Kia. Kini saat
Satu bulan setelah lamaran Elang diterima Kia, mereka melangsungkan pernikahan. Ijab kabul diucapkan dengan perlahan namun tegas dan tenang. Suara Elang terdengar mengalun merdu di telinga Kia saat lelaki itu mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu. Mata Kia terpejam, setitik air mata jatuh di sudut matanya. Kia tidak tahu air mata ini karena sedih atau bahagia.
Udara malam menyeruak masuk ke ruang tengah dimana saat ini Elang sedang duduk menyendiri. Dia membiarkan pintu samping yang membatasi antara balkon dan ruang tengah terbuka. Membiarkan angin malam masuk menemaninya sambil mengamati beberapa orang yang sedang berenang di kolam renang.
Elang kini melangkah dengan gagahnya dengan tangan kanan menggendong Kiandra, dan tangan kiri menyeret sebuah koper. Langkahnya tergesa-gesa menuju pintu keberangkatan di bandara. Di sampingnya, Kia mengikuti dengan setengah berlari menjajari langkah kaki Elang yg panjang. Kia tidak membawa koper seperti Elang, dia hanya membawa sebuah handbag kecil dan slingbag tergantung di bahu kirinya. Kia masih mengenakan setelan rapi seperti tadi pagi saat akan berangkat ke kantor. Kemeja biru muda, dipadu dengan rok selutut berwarna abu tua. Kaki indahnya beralaskan highheels setinggi 8 cm. Yang me
"Jadi gimana, hubungan lo sama Elang?" suara lembut milik Rani membuat Kia tersipu meskipun tidak ada yang bisa melihatnya. Karena dia saat ini hanya sendirian, di ruangan nya. Dengan posisi membelakangi meja, menatap jendela.
Pagi ini Kia diantar Elang menuju tempat kerjanya yang baru.Ya, Kia akhirnya memilih resign dari RS Jasmine dan mengelola bisnis peninggalan orang tuanya. Posisi Kia saat i
Menikah adalah nasib, jatuh cinta adalah takdir. Kita bisa berencana akan menikah dengan siapa. Namun kita tidak bisa tau kepada siapa kita akan jatuh cinta. Seperti Elang yang pada kenyataannya telah menyimpan cinta pada Kia bahkan jauh sebelum mereka saling mengenal seperti sekarang. Meskipun untuk sampai pada titik saat ini, jalannya cukup panjang namun tidak ada yang disesali lelaki itu. Terlebih kehadiran putrinya, Kiandra, adalah berkah terbesar yang selalu disyukurinya.
Langkah kaki Kia terasa ringan menapaki lorong rumah sakit, dihirupnya udara pagi dalam-dalam, lalu dihembuskannya perlahan. Hujan tadi malam menyisakan hawa dingin yang menyejukkan, pagi ini. Meskipun mendung sudah hilang, berganti dengan langit biru yang bersih namun kesejukan terasa nikmat bagi Kia pagi ini.