Hidup itu dinamis. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang bahagia, sebentar kemudian kecewa.
Tapi yang Kia rasakan sekarang lebih dari itu. Dia merasakan bahagia dan kecewa diwaktu
“Hei… Hei… Hati-hati…”Seseorang tiba-tiba menarik pergelangan tangan Kia saat dia akan menyeberang jalan masih dengan posisi menunduk.
Teguh menarik tangan istrinya segera keluar dari tempat itu. Merasa istrinya sudah keterlaluan. Membuat mereka jadi pusat perhatian orang-orang. Dalam hati Teguh berdoa semoga tidak ada yang merekam kejadian tadi. Dia tidak bisa membayangkan jika sampai ada yang merekam dan menyebarkannya, Kia pasti hancur menanggung malu. Tidak akan dia biarkan ada orang yang menyakiti Kia.
Jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia ini, jalan hidup yang akan kita alami sudah tertulis dalam sebuah buku. Dan itulah yang dinamakan suratan takdir.Kia percaya pada ak
Setiap tahun waktu kita hidup semakin berkurang. Yang bertambah hanyalah deretan angka yang menuntut kita untuk bertindak lebih dewasa. Hari lahir sepatutnya dirayakan bukan karena bertambahnya usia, namun lebih pada rasa syukur kita atas semua yang sudah kita lewati dan kita dapatkan selama hidup di dunia ini.
“Siang, Bu… Barang dari Surabaya.” Sapa seorang kurir di depan ruangan itu.“Mel, tolong cek barang datang ya. Gue selesaikan ini dulu.” Bia
Beberapa bulan berlalu...Saat ini Kia hanya dibantu oleh Amel, karena belum ada keryawan baru yang masuk menggantikan Rian. Suasana di ruang kerjanya sedikit berubah sejak Rian resign bebe
Hari ini memasuki hari ketiga Kia pindah tugas di depo obat IGD RS Jasmine. Selama tiga bulan ke depan dia akan bertugas disini, menggantikan Chloe yang sedang cuti melahirkan. Sebelumnya Kia bertugas di depo obat khusus pasien rawat jalan. Dan ketika Chloe mengajukan cuti melahirkan, Bu Isti menugaskannya di sini.
Kia menatap kosong ke arah nisan di depannya. Tanahnya yang masih basah, membuat celananya kotor karena dia duduk berlutut, bertumpu pada kedua kakinya. Tidak ada orang di sekitarnya, karena memang wanita ini sengaja mendatangi tempat ini setelah semua orang pulang. Kia mengusap sekali lagi nisan itu, yang bertuliskan nama orang yang dicintainya, yang seberapa kuat dia berusaha menghindar, tetap tidak bisa menghilangkan rasa cintanya. Bahkan ketika lelaki itu menikah dengan orang lain, Kia masih mencintainya dalam diam.
Kia maupun Elang sudah sering menikmati indahnya cuaca dan sejuknya udara pagi yang khas. Namun suasana kali ini terasa berbeda. Saat Kia melangkahkan kakinya dengan perlahan karena menahan rasa nyeri di pangkal pahanya, semilir angin menerpa wajah cantiknya, menerbangkan rambut indahnya yang tergerai. Meskipun mentari sedikit enggan menampakkan sinarnya karena mendung, bagi Kia tetap ini adalah pagi terindah yang pernah dia rasakan. Elang menghampiri Kia lalu memeluknya dari belakang. Menghirup aroma segar dari rambut panjang Kia, membuatnya memejamkan mata.
Telinga Kia samar mendengar adzan subuh berkumandang dari salah satu masjid besar yang berlokasi di dekat hotel yang mereka tempati. Matanya mengerjap perlahan, dan sedetik kemudian tubuhnya menegang saat merasakan hembusan nafas hangat di tengkuknya. Tangan kokoh melingkari pinggangnya, membuat Kia dengan susah payah membalikkan tubuhnya. Sdetik kemudian, Kia tersenyum memandangi wajah suaminya yang masih terlelap. Wajah suaminya saat tidur terlihat begitu damai. Kia ingat, sorot tajam dari kedua bola mata Elang yang terkadang mengintimidasi, seketika lenyap dalam pikiran Kia. Kini saat
Satu bulan setelah lamaran Elang diterima Kia, mereka melangsungkan pernikahan. Ijab kabul diucapkan dengan perlahan namun tegas dan tenang. Suara Elang terdengar mengalun merdu di telinga Kia saat lelaki itu mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu. Mata Kia terpejam, setitik air mata jatuh di sudut matanya. Kia tidak tahu air mata ini karena sedih atau bahagia.
Udara malam menyeruak masuk ke ruang tengah dimana saat ini Elang sedang duduk menyendiri. Dia membiarkan pintu samping yang membatasi antara balkon dan ruang tengah terbuka. Membiarkan angin malam masuk menemaninya sambil mengamati beberapa orang yang sedang berenang di kolam renang.
Elang kini melangkah dengan gagahnya dengan tangan kanan menggendong Kiandra, dan tangan kiri menyeret sebuah koper. Langkahnya tergesa-gesa menuju pintu keberangkatan di bandara. Di sampingnya, Kia mengikuti dengan setengah berlari menjajari langkah kaki Elang yg panjang. Kia tidak membawa koper seperti Elang, dia hanya membawa sebuah handbag kecil dan slingbag tergantung di bahu kirinya. Kia masih mengenakan setelan rapi seperti tadi pagi saat akan berangkat ke kantor. Kemeja biru muda, dipadu dengan rok selutut berwarna abu tua. Kaki indahnya beralaskan highheels setinggi 8 cm. Yang me
"Jadi gimana, hubungan lo sama Elang?" suara lembut milik Rani membuat Kia tersipu meskipun tidak ada yang bisa melihatnya. Karena dia saat ini hanya sendirian, di ruangan nya. Dengan posisi membelakangi meja, menatap jendela.
Pagi ini Kia diantar Elang menuju tempat kerjanya yang baru.Ya, Kia akhirnya memilih resign dari RS Jasmine dan mengelola bisnis peninggalan orang tuanya. Posisi Kia saat i
Menikah adalah nasib, jatuh cinta adalah takdir. Kita bisa berencana akan menikah dengan siapa. Namun kita tidak bisa tau kepada siapa kita akan jatuh cinta. Seperti Elang yang pada kenyataannya telah menyimpan cinta pada Kia bahkan jauh sebelum mereka saling mengenal seperti sekarang. Meskipun untuk sampai pada titik saat ini, jalannya cukup panjang namun tidak ada yang disesali lelaki itu. Terlebih kehadiran putrinya, Kiandra, adalah berkah terbesar yang selalu disyukurinya.
Langkah kaki Kia terasa ringan menapaki lorong rumah sakit, dihirupnya udara pagi dalam-dalam, lalu dihembuskannya perlahan. Hujan tadi malam menyisakan hawa dingin yang menyejukkan, pagi ini. Meskipun mendung sudah hilang, berganti dengan langit biru yang bersih namun kesejukan terasa nikmat bagi Kia pagi ini.