Sore itu di halaman belakang White House Gaying, Gayang, Ojan, Fahmi, Raka, Jarot, Winda dan Aneet sedang berkumpul untuk mempersiapkan kado untuk pernikahan Same. Seperti biasa jika mereka berkumpul akan ada gelak tawa karena mereka adalah orang – orang yang sangat humoris, bahkan suara ketawa mereka terdengar hingga pintu masuk rumah.
“Jangan dong, kalau bentuk dan kata – katanya seperti itu terkesan tua banget. Sama sekali tidak mencerminkan jika Aneet yang masih muda membara ini.” Aneet sambil berdiri protes saat dibuatkan kartu ucapan yang tidak sesuai.“Terus mau yang bagaimana?” tanya Winda yang menampakkan wajah menyerah“Ehm...” sejenak Aneet berpikir. “A.. Ha, Aneet maunya yang simpel saja, kata – katanya yang singkat tapi penuh dengan arti,” pintanya sambil melipat kedua tangannya di depan.Kedatangan Annan dan Linda tidak dasari oleh mereka, karena mereka sedang sibuk dengan urusaHampir dua jam Aneet, Gaying dan Gayang menyelesaikan urusan keamanan, baik dengan orang – orang wilayah dua, intel anak buah Pramono, maupun agen intelijen internasional yang berlambang bunga Lilly.“Akhirnya selesai juga,” Ungkap kelegaan Aneet.“Balik yuk!” ajak Gayang.“Keburu yang lain tidak kepegang nanti,” kata GayingDari tempatnya sekarang menuju gedung pernikahan lumayan cukup jauh. Mereka berjalan setapak demi setapak sembari melihat – lihat lampu toko yang bergemerlap seakan – akan mengundang para pejalan kaki untuk singgah di tokonya.Tak jauh dari gedung mereka bertiga berhenti sejenak untuk membeli sebuah somay.“Pak bungkusi tiga ya, yang satu tidak pedas dan yang dua pedas sekali,” pinta Gaying sambil menunjukkan jari berjumlah tiga.Sembari menunggu somay siap mereka duduk di kursi plastik yang di sediakan oleh penjual.“Ini mas, semuanya tiga puluh ribu,
Waktu sudah menunjukkan tengah malam ketika Aneet dan Annan sampai di depan rumah Linda untuk mengantarkannya pulang.“Kita berdua pamit dulu ya. Maaf sudah terlalu malam mengantarkannya. Besuk jika ada waktu datang kamu bisa chat aku,” ucap Annan sambil merangkul pundak Aneet.“Iya tidak apa – apa kok, senang sekali bisa gabung dengan kalian. Eh... Besuk pasti aku kabari sebelum jam tiga sore,” kata Linda menganggapi ucapan Annan.“Bu Linda, terima kasih banyak tadi sore Aneet sudah dibantu. Untuk tiga hari ke depan Bu Linda bisa tenang karena tidak ada Aneet dikelas. Aneet dan Ayah pamit pulang dulu,” ucap pamit Aneet yang masih bisa sambil bergurau.“Tidak lah mulai sekarang jika tidak ada kamu di sekolah pasti ibu akan rindu,” balas sambil memegang pipi Aneet dengan tangan kanannya. “Maafi ibu ya, selama ini sikap ibu ke kamu sudah sangat menyebalkan dan membuatmu tidak nyaman,” lanjut li
“Terima kasih sudah menjadi anak hebat ayah.” Annan memeluk Aneet setelah pada anggota wilayah dua pergi.Jarot lalu berlari dari arah pelaminan, berlari menuju ke arah Aneet kemudian memeluknya dengan sangat erat tepat di hadapan Annan. Tentu saja hal tersebut dilakukan dengan setelah Annan melepaskan pelukannya.“Terima kasih sayang, terima kasih sudah membela dan menyelamatkan paman,” ucap Jarot yang sambil berkali – kali mencium pipi sang keponakan.Pesta kemudian berlanjut selepas kejadian tadi, mereka kembali untuk menikmati perjamuan makan dan lain – lain hingga selesai.***Saat ini malam terasa mencekam bagi Cokky, di kepalanya selalu terngiang – ngiang tentang ucapan Pramono saat di pesta pernikahan Samuel dan Rika.“Aaahhh!” teriak Cokky yang tidak mampu membendung rasa khawatirnya.Suara Cokky tersebut membuat Dayat dan Santoso yang berada satu mobil bersama dirinya terkejut.
Winda juga dengan senang hati langsung mengambilkan mereka minum.“Memang ayah tidak pamit sama kamu mau mana Net?” tanya Winda sambil meletakkan botol – botol minuman teh dingin.“Pamit Bi, katanya kau ada urusan sama teratai,” jawab Aneet yang masih memejamkan matanya menikmati pijatan dari Jarot.“Ya, kita pikir kak Annan ke sini Kak Win,” jawab Gayang.Gaying dan Gayang juga sedang menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan menikmati pijatan dari anggota teratai yang lain.“Bibi Winda tahu di mana Ayah?” tanya Aneet“Tidak, bibi tidak tahu di mana ayah,” jawab Winda sedikit gugup.Winda yang sebenarnya melihat Annan dan Linda memilih untuk diam. Karena jika dia bicara apa yang dia lihat akan menyakiti hati Aneet karena dibohongi oleh Ayahnya.“Sudah enakkan?” tanya Jarot.“Iya paman, terima kasih,” jawab Aneet dengan senyum tipis di bibir mungi
Waktu belum terlalu larut malam ini tapi suasana basecamps gangs teratai sudah sepi. Apa lagi setelah ke pulangan Aneet dan dua pamannya dan tak selang beberapa lama Same dan Rika juga pamit pulang. Anggota gangs yang biasanya tidur di basecamp hari ini baru ada acara.Tinggallah mereka berlima yang tersisa Ojan, Fahmi, Raka, Jarot dan Winda. Karena hari ini adalah hari yang sangat melelahkan, mereka berlima lalu bersiap – siap untuk istirahat.Jarot yang berbaring di sebelah Winda terlihat gelisah. Dia selalu bergerak dan tidak bisa tenang, Winda yang akan tidur merasa terganggu dengan hal tersebut.“Kenapa sih yang? Kelihatannya kamu kok gelisah sekali?” tanya Winda.“Kepikiran Kak Annan yang. Ke mana ya dia? Sampai – sampai pesan dari Aneet saja tidak dibalas,” Jawab sambil melihat ke langit – langit rumah.“Alah tidak usah dipikirlah paling juga lagi senang – senang. Dasar laki – laki!” Wi
“Paman! Pelurunya yang 4.5 atau yang 5.5?” tanya Aneet sembari jongkok dan memegang dadanya yang sedang berdetak begitu cepat.“5.5 Sayang, minta tolong ya!” teriak Gayang, Sedang fokus untuk menembak“Oke!” Aneet mengambil peluru yang di maksud lalu berdiri dan berlalu ke arah yang.Annan yang masih berciuman dengan Linda memperhatikan setiap gerakan yang di lakukan Aneet.‘Sial! Aneet pakai lihat aku ciuman dengan Linda tadi. Brengsek! Ayah macam apa aku, tega – teganya menyakiti hati anaknya!’ umpat Annan dalam hati pada dirinya sendiri.Linda yang mulai menyadari ciumannya tidak ada perlawanan dari Annan sehingga dia menghentikan ciumannya.“Ada apa kak? Kakak kurang suka ya?” tanya Linda.“Tidak kok Lin,” jawab Annan sambil menyibakkan rambut Linda. “kita mandi yuk sudah siang,” ajak Annan mengalihkan perhatian.Setelah selesai mandi Annan menc
“Lin, maaf atas kejadian tidak mengenakkan hari ini,” ucap Annan yang sekaligus memecah keheningan. Annan mengambil barang – barang milik Linda yang ada di kamarnya, dia lantas memberikannya kepada Linda. “Sebentar lagi akan ada taksi yang akan mengantar kamu pulang, sekali lagi aku minta maaf atas kejadian ini,” kata Annan.Brak!Annan masuk ke dalam kamar dengan membanting pintunya. Dia membanting badannya di atas tempat tidur.“Aaakkhhh!!!” teriak Annan dengan begitu kerasnya. “Apa yang kamu lakukan Annan, Bodoh! Berengsek! Mau ditaruh mana wajahmu nanti di depan Ayya,” umpat Annan pada dirinya sendiri.Gaying dan Gayang lalu mengantar Linda setelah sebuah taksi terlihat berhenti di depan pagar rumah.“Nanti jika Aneet sudah kembali aku minta tolong dikabari ya,” pinta Linda yang sudah berada di dalam mobil.“Siap Bu guru! Nanti saya kabari,” ucap Gaying sambil bersik
Annan yang tanpa mengganti baju, dirinya berjalan ke parkiran. Dia lalu menjalankan mobilnya dengan laju yang cepat. Annan juga menyempatkan melihat ponsel tapi hasilnya tetap nihil karena Aneet masih memblokir nomornya.Jarak antara white house tidak terlalu jauh sehingga dengan cepat Annan sampai di sana. Di basecamp suasana agak sedikit rame karena mereka sedang berkoordinasi untuk menyusun acara kesuksesan Jarot dalam kompetisi wilayah kenanga.“Aneet ada di sini?” tanya Annan saat pertama kali dirinya masuk.“Jam segini harusnya masih di sekolah,” jawab Jarot sambil melihat jam tangannya.“Hari ini Aneet tidak datang ke sekolah, tadi pagi dia sedikit berantem sama aku. Terus pamit beli sereal dan sampai siang ini belum kembali,” Jelas Annan yang di dengar oleh semua Anggota teratai.“Ying dan Yang bersama Aneet? Terus berantem kenapa?” tanya Jarot kembali“Ying dan Yang ada di rumah, merek
Tubuh Tomo tersentak bersamaan tiga buah peluru yang bersarang di dadanya. Mata Tomo membuka dengan begitu lebar, bahkan manik matanya sempat melirik ke arah Cokky.“Ka-kamu,” ucap Tomo dengan jari telunjuk yang mengarah ke Cokky.Tidak lama setelah itu, tubuh Tomo terpelanting ke lantai dengan matanya yang masih terbelalak.Waktu seakan berhenti, situasi begitu hening. Semua pasang mata langsung menatap Cokky dengan penuh kecurigaan.“Annan, kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku.” Cokky bertutur memecah suasana hening. “Kenapa kalian semua dia, tidak usah terkesan karena ini adalah kewajibanku membela wilayah angka.”“Saudara-saudaraku di wilayah angka, kalian semua saksinya jika telah terjadi pembunuhan di sini... Bagaimanapun negara ini adalah negara hukum, jadi pasti kejadian ini akan diusut oleh polisi.” Lambang menunjuk dengan tangan sambil memegang cerutu.“Tunggu! Tunggu!&rdqu
“Merunduk!” halau Aneet sembari menarik tangan Gaying dan Gayang.Dor!Aneet melepaskan tembakan dari pistol yang dia ambil di samping kiri pinggang Gayang. Tembakan itu tepat mengenai pistol yang dibawa oleh Tomo dan terpental turun ke bawah.Dengan senyum yang dingin Aneet bangkit. Mengarahkan lurus pistol yang dia bawa ke tengah kepala Tomo.“Apa mau kamu?” tanya Tomo yang mulai ketakutan dengan kepala yang celingukan.“Aku ingin nyawamu,” jawab Aneet dengan nada lambat.“Aku tidak punya urusan sama kamu, jadi jangan ikut campur dengan urusanku,” ujar Tomo.Tawa kemenangan keluar dari bibir mungil Aneet. Senyum kepuasan menghiasi wajahnya sembari terus berjalan mendekati Tomo. Sementara Gaying dan Gayang melihat dengan heran apa yang sedang keponakannya tersebut lakukan.“Cuih!” Aneet meludah ketika posisinya dengan Tomo hanya berjarak beberapa meter. “Siapa b
“Semua pasukan, segera menempati posisi yang telah di tentukan!” Asisten Pramono memerintah setelah beberapa detik mengakhiri pembicaraannya dengan Gayang.“Siap, Pak!” jawab mereka serentak dengan begitu tegas.Pasukan khusus itu melangkah dengan senyap. Mereka mengepung gedeng tersebut pada setiap titik untuk mengantisipasi buronan kabur.“Mereka di mana?” Pramono bertanya.“Mungkin sudah di dalam pak, karena mereka menjawab dengan suara yang pelan,” jawab asisten.“Terlalu gegabah, mana ada petugas keamanan yang ikut pertemuan antar gangster. Apalagi mereka bertiga itu petugas khusus kepolisian,” protes Pramono.“Bukannya itu sudah menjadi pekerjaan mereka pak?” tanya Asisten dengan ragu.Pramono hanya melirik sang Asisten saja, dia kemudian masuk ke dalam mobil yang dipenuhi dengan perlengkapan IT yang begitu canggih. Tidak lama setelah memastikan semua pasukan sudah berada
Beberapa orang yang membawa pemukul bola pada olahraga kasti keluar dari mobil yang berukuran lebih besar itu.Bruk! Bruk! Bruk!Prang!“Aahhh!” Yuli berteriak ketika dia terkejut setelah jendela kaca di sebelahnya mendapatkan pukulan dari pria-pria yang sengaja mengikuti mobil mereka.“Kak Willy, apa yang harus kita lakukan?” tanya Dayat dengan wajahnya yang ketakutan.“Bagaimana ini Wil?” Sarah yang mulai cemas juga bertanya pada orang tertua di wilayah lima tersebut.“Kalau kita keluar melawan mereka, kita semua hanya akan mati konyol,” ujar Willy sembari celingukan untuk mengetahui kekuatan lawan. “Telepon Annan, kita cari bantuan.” Willy memerintah Sarah.“Tidak akan sempat, mobilku tidak akan mampu menahan pukulan terlalu lama,” sanggah Sarah.“Ada mobil mendekat ke sini!” seru Brian.Harapan seketika muncul di benak mereka setelah melihat Gayi
“Jarot! Ayo kita ke gedung pemilihan,” ajak Annan sambil memakai jam tangan yang hampir sama dengan Jarot, cuma berbeda warna saja.“Mari kak,” sahut Jarot, lalu berjalan beriringan dengan Annan. “Kak Annan menunggu di sini apa ikut ambil mobil?” tanya Jarot saat berada di teras depan.“Ikut saja!” jawab Annan singkat.Mobil milik Annan yang akan mereka gunakan terparkir satu sisi dengan Aneet yang sedang merendam kakinya di kolam renang.Ketika Jarot hendak membuka pintu dia tak sengaja melihat Aneet. “Kak Annan! Sebentar ya.”Jarot lalu menutup kembali pintu mobilnya lalu melangkah mendekati Aneet.“Sayang! Kamu sedang apa di situ?” tanya Jarot. Aneet menaikkan kakinya dari dalam kolam dan berdiri menyambut Jarot yang datang ke arahnya.“Mau berenang Paman.” Aneet menjawab dengan alibi apa yang terlintas di otaknya.“Paman berangkat dulu ya. Doakan pama
“Halo kantor polisi.... Pak ini dengan rumah sakit kepolisian. Pak telah terjadi pembunuhan di sini, korban atas nama Sultan yang merupakan tersangka titipan dari kepolisian kota.” Seorang perawat berbicara.Setelah beberapa saat telah terdiam mendengarkan lawan bicaranya merespons diujung telepon perawat tersebut menutup teleponnya.Polisi yang sedang bertugas dan menerima laporan tersebut. Meneruskan laporannya kepada Pramono sebagai penanggung jawab wilayah. Pramono ditemani oleh asistennya bergerak ke rumah sakit setelah mendapatkan laporan tersebut.“Silakan Pak!” seorang polisi yang sudah datang terlebih dahulu mempersilahkan Pramono masukDengan pelan Pramono membuka bantal yang menutupi wajah sultan. Dahi Pramono berkerut dan sedikit membuang wajahnya, ketika dia melihat ekspresi wajah ekstrim sultan.“Kuburkan dia dengan layak!” perintah Pramono, “Yang paling penting cari pelakunya sampai dapat,” titah
Di tempat persembunyiannya, Tomo yang masih merasakan sakit ditangannya karena luka tembak yang dihadiahkan oleh Aneet. Terpaksa tetap mengadakan koordinasi dengan seluruh pimpinan gangs wilayah dua. Dia lalu menyuruh Cokky untuk segera menghubungi para pimpinan gangs di bawah naungannya.“Bagaimana kak Tomo kondisinya?” tanya Hendra“Ya... Seperti yang kamu lihat.” Tomo menunjukkan tangan kanannya yang terbalut perban dengan sedikit bercak merah. “Brengsek! Gadis kecil anaknya Annan itu, berani – beraninya menyarangku!” lanjutnya mengumpat Aneet dengan geram dan salah satu tangannya mengepal.“Ini aku bawa obat pereda rasa sakit, semoga bisa membantu.” Hendra meletakkan sebuah kantung plastik transparan di meja yang berisi beberapa jenis obat.“Terima kasih, Hend!” ucap Tomo.Mengisi waktu sambil menunggu yang lain berkumpul, Tomo menyempatkan terlebih dahulu untuk meminum obat ya
“Tapi Yah!” Aneet masih sangat ingin membuat orang yang berada di dalam mobil itu berhenti, untuk mengetahui dalang di balik peristiwa ini.“Sayang! Mereka sudah jauh, kalau dipaksa bisa membahayakan pengguna jalan yang lain... Kita urus yang sudah tertangkap dulu, kita cari informasi dari mereka,” ucap Annan membujuk sang putri dengan memegang tangan Aneet yang saat ini memegang pistol.Annan mengajak sang putri untuk pergi dari jalan agar tidak mengganggu pengguna jalan lain. Dengan lembut Annan menggandeng tangan Aneet untuk melangkah.Kelima orang bertopeng itu diamankan oleh Gaying, Gayang dan Jarot di sudut toko. Empat orang dengan tangan terikat sabuk dan satu orang di sampingnya terkapar dengan luka tembak tapi dia tidak membuatnya meregang nyawa karena Annan sengaja menembak pada bagian tangan yang memegang pistol.Bak! Bak! Bak!Kaki Jarot menendang ke arah empat orang dengan tangan terikat, dia masih terbakar emosi dengan t
Pramono yang penasaran dengan terburu – buru mengambil berkas tersebut.“Bangsat! Ternyata dia orangnya!” umpat Pramono setelah melihat dan pelajari dokumen yang Aneet berikan.“Bapak pasti tidak menyangkakan?” celetuk Aneet. “Jika dalam setahun ini operasi yang bapak lakukan selalu gagal karena orang ini telah memberi informasi kepada target bapak.” Aneet melanjutkan pembicaraannya dengan pandangan yang serius.“Terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini,” tutur Pramono sembari menjabat tangan Aneet. “Oh ya, sampaikan salam dan terima kasihku kepada Ying dan Yang,” sambung Pramono yang membalas pandangan Aneet juga dengan serius.“Dengan senang hati pak,” balas Aneet dengan senyum.Pramono berpamitan untuk kembali ke kantor polisi dan berjanji kepada Aneet untuk menyelesaikan masalah ini dengan segera.Aneet yang masih memegang pergelangan tangan Anees, meng