"Kalian hanya akan pergi berdua saja? Apa GG mengizinkannya?" tanya mama Juana saat Belinda dan Felipe telah siap berangkat ke toko buku untuk mencari buku yang Felipe inginkan. "GG sedang tidak ada di rumah. GG sedang pergi dengan Henry untuk mengurus izin pernikahan kami," jawab Belinda dengan santai. Mendengar Belinda mengucapkan pesta pernikahannya dengan Henry sesantai itu, mama Juana kembali meyakinkan putrinya itu, "Apa kamu yakin Belle, kamu akan menikah dengan pria yang sama sekali tidak kamu cintai itu?" "Kenapa tidak? Toh Henry telah bersikap baik padaku, dan juga pada Felipe." "Itu saja tidak akan cukup untuk memulai hidup baru kamu dengannya, Belle. Jangan sampai nanti kamu menyesal karena kamu mau menerima pernikahan ini dengan begitu mudahnya, kamu tidak berani untuk menolak keinginan GG kamu itu." "Kenapa aku harus menolaknya, Má? Sementara Henry adalah tunanganku. Katakan, kenapa aku harus menolaknya?" Belinda sengaja memancing kejujuran mama Juana. Apakah akan
"Kalian mau ke mana?" tanya Duke William saat berpapasan dengan Belinda dan Felipe di pintu masuk Mansionnya. "Felipe mau membeli buku yang hanya ada di toko X, GG. Aku akan menemaninya ke sana," jawab Belinda. "Tidak bisa! Sudah berapa kali GG tegaskan, kalian berdua tidak diperkenankan keluar dari Mansion ini setidaknya sampai kamu menikah dengan Henry, Belle!" "Apa hubungannya kepergian kami dengan pernikahan aku dan Henry, GG? Apa dengan perginya kami sekarang akan mengubah pernikahan aku dengan Henry?" Belinda masih mencoba menutupi kenyataan kalau ingatannya telah kembali. Ia belum mau mengatakan kebenaran itu pada Duke William. "Sudah berkali-kali GG tegaskan untuk jangan keluar rumah sebelum kamu menikah! Turuti saja perintah GG itu dan jangan banyak tanya lagi, Belle!" tegas Duke William. Belinda dapat merasakan remasan erat tangan Felipe pada tangannya, dan ia pun mengerti apa yang sedang putranya itu rasakan saat ini. Ketidaknyamanan, atau sedang menahan amarahnya sen
"Apa pria yang bekerjasama dengan GG dalam hal membohongi aku mengenai pertunangan kami itu bisa disebut dengan pria baik? Kalau memang Henry sebaik yang GG ucapkan itu, Henry pasti tidak akan mau terlibat ke dalam sebuah kebohongan yang cepat atau lambat aku pasti akan mengetahuinya juga, GG!" sangkal Belinda. "Belle ... " "Kalau awalnya saja pria itu sudah berani berbohong, bagaimana dengan kehidupan kami kedepannya? Sebuah kebohongan, mau apapun alasan yang melatarbelakanginya, itu tetaplah bukan sebuah kebaikan yang harus dilakukan, GG. Terutama pada wanita yang menurut pria itu ia cintai!" "GG yang memaksanya untuk menuruti keinginan GG untuk berpura-pura menjadi tunangan kamu, Belle. Memang awalnya Henry menolak, tapi cintanya yang begitu besar padamu membuat pria itu pada akhirnya menyetujuinya juga. Karena GG mengancamnya akan menjauhkanmu darinya untuk selama-lamanya. Jadi, jangan salahkan Henry dalam hal ini," jelas Duke William. "Termasuk juga cerita khayalan tentang hub
"Apa kau berniat bunuh diri, Belle?" tanyanya. "Mungkin ya, apalagi yang harus aku lakukan saat aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku dengan seorang pria pembohong yang sama sekali tidak aku cintai itu? Aku tidak akan dapat melewatinya dengan baik, GG. Bahkan hanya sekedar membayangkannya saja aku tidak bisa," jawab Belinda dengan santai. Seolah membahas masalah hidup matinya seringan membahas cuaca hari itu. Ia tidak peduli lagi dengan hidupnya sendiri. Yang ia tahu, Duke William pun tidak akan berumur panjang lagi. Yang pastinya Victorino akan segera mengambil Felipe dan membawamya pulang ke Madrid, tempat yang sangat putra mereka itu cintai. Dan jika Felipe sudah berada di tangan Victorino, Belinda baru akan bisa tenang di alam kuburnya nanti. "Bahkan malaikat pencabut nyawa pun tidak akan dapat mengambil nyawamu tanpa seizin GG!" ucap Duke William dengan penuh percaya diri. "Apa kamu akan bertindak sebagai Tuhan GG? Hebat sekali dirimu. Kalau begitu lebih baik aku menyemb
Sambil menuntun Felipe, Belinda memasuki toko buku yang ingin putranya itu datangi, toko buku yang tidak jauh berbeda dengan toko buku lainnya. Hanya saja toko buku ini lebih banyak bersisi buku-buku import dengan bermacam bahasa. Buku yang mampu memancing rasa ingin tahu Felipe. Belinda tahu, ada beberapa pengawal yang ditempatkan Duke William di toko itu untuk memantau kegiatan Belinda dan juga Felipe. Ia telah menyadarinya sejak mobil yang ia, Felipe dan juga Cecil naiki keluar dari Mansion Duke William. Mungkin GGnya itu takut kalau mereka bertemu dengan Victorino dan akan membuat Belinda mengingkari janjinya untuk menikahi Henry. Lagipula hal itu tidak akan mungkin terjadi, Victorino bukanlah Tuhan yang dapat mengetahui Belinda dan Felipe tengah berada dimananya. Atau sedang melakukan rutinitas apa hari ini. Kecuali kalau Cecil yang membocorkannya, tapi wanita itu telah bersumpah untuk tidak memberikan informasi apapun baik pada Erasmo maupun pada Victorino. Mereka masuk sema
"Kamu ingat saat Rino menahan Tante Juana di salah satu rumahnya? Dokter yang selalu berjaga untuknya melaporkan sesuatu padaku, yang berdasarkan laporannya itu harus segera diambil tindakan pada Tante Juana, Belle. Sebelum terlambat." "Ya Tuhan! Jangan menakutiku seperti ini, Lian! Katakan saja ada apa dengan kesehatan Mamáku?" desak Belinda. "Aku harus memastikannya dulu dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada Tante Juana untuk memastikan diagnosa kami, Belle. Jadi, bisakah kamu mempertemukan aku dengannya?" “Di mana?” tanya Belinda. “Di mana saja. Aku hanya ingin mengajukan beberapa pertanyaan saja padanya,” jawab Lilian. "Mamá tidak akan diperbolehkan keluar dari Mansion. Dan pastinya GG tidak akan membiarkan orang asing memasuki Mansionnya." Belinda mendesah pelan. Ia sangat mengkhawatirkan mamá Juana, namun tidak ingin membuat Duke William marah juga, karena akan berdampak buruk juga untuk mama Juana nantinya. "Jadi, bagaimana caranya aku bisa menemuinya, Belle? Dengan
Victorino baru akan keluar dari Mansionnya menuju toko buku yang akan dituju Belinda dengan putra mereka saat tiba-tiba saja sudah ada Victor, Lilian, Edzhar dan juga Halwa di ruang keluarga, mereka berdiri serempak saat melihat Victorino menuruni satu persatu anak tangga sambil tidak melepaskan tatapan bertanya-tanyanya ke arah mereka semua, "Sedang apa kalian di sini?" Victor yang melangkah lebih dulu mendekati kakak laki-lakinya itu, "Tentu saja mengkhawatirkanmu, Rino. Kami ingin tahu perkembangan hubunganmu dengan Belinda, secara kamu tidak pernah sekalipun membalas pesan singkatku, apalagi menjawab panggilan teleponku," jawab Victor. Ia segera memeluk erat Victorino sebelum bergantian dengan Edzhar yang juga memeluk sahabat baiknya itu, "Aaron dan juga yang lainnya menitipkan salam untukmu, Rino. Semoga saja masalahmu dengan Belle bisa segera selesai," ucap Edzhar sambil menepuk pundak Victorino sebelum menjauhkan dirinya. "Terima kasih atas dukungan kalian. Duduklah dan an
"Astaga, tidak ada yang darurat dari tiga orang wanita yang sedang terburu-buru ke toilet, Belle. Terutama wanita hamil sepertiku dan juga Halwa," kekeh Lilian. Belinda tidak sempat protes karena mereka telah sampai di depan pintu toilet dan melangkah masuk ke dalamnya. Namun saat Belinda melewati bilik pertama, seseorang menarik tangannya hingga masuk ke dalam bilik itu dan langsung menguncinya, "Hello, My Lady! Maaf harus bertemu di tempat seperti ini," ucap Victorino sambil memberikan senyuman memikatnya pada Belinda. Kedua mata Belinda membola saat megetahui sosok pria yang menariknya masuk. Bau parfum yang sangat ia kenali mulai menelusup masuk ke lubang hidungnya, hingga memorinya saat bersama dengan pria itu kembali berputar lagi. "Rino! Lepaskan aku!" "Tidak, My Lady. Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kita bicara dari hati ke hati," tolak Victorino sambil mengurung Belinda dengan tangannya. "Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi, Rino! Lebih baik kamu lepaskan aku se
“Kenapa jalannya lelet sekali, Rino?” keluh Belinda dengan tidak sabar saat ia dan Victorino menaiki tangga menuju kamar mereka. “Kamu harus mulai berhati-hati sekarang ini, My Lady. Karena ada yang sedang berkembang di dalam rahimmu itu, anak kita.” Belinda pun emmutar kedua bola matanya, “Astaga, tidak harus seperti itu juga, Rino. Aku tetap berhati-hati tanpa harus jalan sepelan siput.” “Er!” Rino memanggil asisten pribadinya, “Ya, Don Victorino?” “Apa pembuatan lift sudah dimulai?” tanya Victorino. “Lift?” ulang Belinda. “Sī. Aku tidak mau kamu kelelahan karena harus turun naik tangga setiap harinya.” “Ya Tuhan, Rino. Jangan berlebihan seperti itu!” “Tidak ada yang berlebihan untuk keselamatan Istri dan juga anak-anakku. Jadi, bagaimana Er?” “Besok pengerjaannya baru akan dimulai, Don Victorino.” “Bagus!” “Rino, rumah pasti berantakkan sekali selama pengerjaan itu. Tidak bagus untuk Felippe yamg pastinya akan terlalu banyak menghirup debu nantinya.” “Itu makanya kita
“Ya, dokter Lian benar. Istri anda memang sedang mengandung, Don Victorino. Saat ini usia kandungannya sudah berjalan tiga minggu.” Beritahu dokter kandungan yang tengah menggerakkan transducer di perut Belinda, yang diubah menjadi sebuah gambar di layar monitor. Baik Belinda maupun Victorino dan Lilian, mereka sama-sama memandangi monitor yang menampakkan bagian dalam rahim Belinda tanpa berkedip. Hanya Victor saja yang berdiri di luar pintu, karena Victorino tidak mengizinkan adiknya itu untuk masuk.“Mana anakku?” tanya Victorino dengan tidak sabar. Matanya menyipit tajam saat melihat monitor itu dengan teliti namun tidak juga menemukan janin yang ia cari.“Astaga, sabar Rino. Baru tiga minggu dan baru terlihat kantung kehamilan saja. Bukan begitu, Dok?” “Anda betul, Nona Belinda. Kalian lihat ini.” Dokter itu melingkari bagian yang akan ia jelaskan pada Belinda, Victorino dan juga Lilian. Meski sebenarnya Lilian telah mengetahui letak kantong kehamilan Belinda mengingat ia sendi
“Bagaimana kondisi Mamá, Lian?” tanya Belinda setelah Lilian selesai melakukan pemeriksaan rutin pada mama Juana.“Kesehatannya semakin membaik. Sepertinya treatment pengobatan yang kami lakukan berhasil untuknya, Belle,” jawab Lilian.Belinda menghela napas lega. Sejak tadi ia seolah berhenti bernapas karena terlalu mengkhawatirkan kesehatan mama Juana.“Karena Mamá sudah kembali ke Madrid, itu yang membuat Mamá lebih cepat pulih, Mi Hija,” celetuk mamá Juana.Belinda melangkah mendekat, lalu duduk di sisi tempat tidur untuk mengusap lembut puncak kepala mama Juana,“Aku tahu itu, Má. Itu makanya aku dan Rino mengajakmu kembali ke kota ini.”“Terima kasih, Mi Hijo. Mamá selalu merasa ada Papámu di kota ini. Mamá merasa semakin dekat dengannya.”“Má. Ingat masih ada aku dan Felipe. Jangan temui Papá dulu, aku masih membutuhkan Mamá,” pinta Belinda.Meski kini ia telah aman berada di dalam lindungan Victorino. Tapi ia juga masih tetap membutuhkan kasih sayang mama Juana. Ia belum memba
Setelah memastikan Felipe benar-benar terlelap, Belinda menaikkan selimut Felipe hingga batas dagunya sebelum melangkah keluar dari dalam kamar putranya itu menuju kamarnya sendiri untuk menemui Victorino. “Rino, kamu di mana?” tanya Belinda saat suaminya itu tidak terlihat di kamar tidur, pun demikian dengan kamar mandi. Ia baru akan keluar dari kamar mereka ketika sudut matanya menangkap tirai yang bergerak tertiup aangin malam, yang menandakan kalau pintu balkon sedikit terbuka.Victorino pasti sedang berada di luar sana.Dengan Langkah cepat Belinda menuju balkon dan mendapati Victorino yang tengah merenung sambil berpegangan dengan pembatas balkon kamar mereka,“Kamu tidak dengar aku memanggilmu barusan?” tanya Belinda sambil memeluk dan menyandarkan pipinya di punggung suaminya itu.“Benarkah?” Suara Victorino yang terdengar parau membuat Belinda mengangkat lagi kepalanya, dengan lembut ia memjutar tubuh Victorino agar dapat menatap lekat-lekat kedua mata gelapnya,“¿Qué pasa?
“Kamu tidak apa-apa, Mi Hijo? Kamu pusing?” tanya Victorino.Kekhawatiran dan keharuan membaur menjadi satu. Khawatir karena anaknya baru saja berada di ambang maut, dan haru karena itulah kali pertamanya Felipe memanggilnya dengan sebutan Papá.“Papá aku takut! Mamá!” “Sst, tenanglah Mi Hijo, kamu aman sekarang. Er, siapkan mobil!” Dengan sigap Erasmo segera menghubungi supir mereka untuk membawa Felipe ke rumah sakit. Pasti itulah tujuan Victorino memintanya menyiapkan mobil.“Felipe, ada Mamá juga di Sini, Sayang. Jangan takut lagi ya,” Belinda turut serta menenangkan Felipe.“Kakiku sakit …” rintih Felipe.Kini Victorino pun mengerti kenapa Felipe bisa tenggelam, padahal ia tahu betul kalau putranya itu pandai berenang.“Itu namanya kram, Mi Hijo. Papá akan membawamu ke rumah sakit, kamu tahan sebentar ya.”“Sekarang sudah tidak sakit lagi, Pá. Aku tidak mau ke rumah sakit.”Sontak saja hal itu membuat Victorino menghentikan langkahnya untuk memberikan tatapan penuh pada putrany
Keesokan paginya sesuai dengan janji Victorino, pria itu mengajak Belinda dan Felippe berlibur ke salah satu tempat wisata paling hits di Spanyol.Sebuah Pulau dengan luas lima ratus tujuh puluh dua meter persegi di kawasan Mediterania yang memiliki garis pantai sepanjang dua ratus sepuluh kilometer. Pulau yang terdapat banyak objek wisata dengan pantainya yang cantik.Saat ini mereka sedang mengunjungi sebuah pantai yang disepanjang garis pantainya memiliki pasir berwarna pink akibat dari pecahan koral. Gradasi warna air lautnya pun terlihat jelas dari berbagai arah, terdapat juga beberapa watersport di sana, yang ingin sekali Victorino dan Felipe datangi.Mengabaikan beberapa turis yang sedang berjemur dan sebagian ada yang toples, sambil bergandengan tangan Belinda dan Victorino menyusuri tepian pantai itu. Sesekali mereka berhenti hanya untuk melihat Felipe yang sedang asik bermain dengan Erasmo dan Cecil.“Apa kamu tidak merasa curiga dengan hubungan mereka?” tanya Belinda.“Er
“Marina! Dario!” Pekik Belinda riang saat melihat kedua sahabatnya tengah duduk manis di ruang tamu Victorino.“Holla, Duquesa de Neville!” sapa Marina sambil berdiri dari sofanya untuk menghampiri dan memeluk Belinda.“Apaan sih, panggil Belle saja ah!” protes Belinda kesal, meski begitu ia tetap membalas pelukan sahabatnya itu.“Aku kangeeennn … “ rengek Maria.“Aku juga … “ balas Belinda yang semakin mengeratkan pelukan mereka.Dario yang semula hanya duduk diam saja kini pun turut bergabung dengan Belinda dan Marina. Baru saja pria itu akan memeluk mereka saat sebuah suara bariton mencegahnya,“Coba saja peluk istri saya, atau kau akan keluar dari rumah ini tanpa kepala!” Ancam Victorino.Sontak saja ancamannya itu membuat Dario mengurungkan niatnya. Tapi Belinda malah menariknya untuk memeluknya,“Aku juga kangen sama kamu, Dario!” Seru Belinda tanpa menyadari tatapan tajam Victorino padanya, lalu tatapan membunuhnya yang terarah pada Dario, “Be … Belle!” Dario segera melepaskan
"Kalau begitu ikut aku, ada yang ingin aku perlihatkan padamu!"Belinda membiarkan Victorino menarik lembut tangannya, pria itu berjalan dengan santai hingga Belinda tidak terburu-buru mengikuti langkah panjang kakinya."Kamu mau memperlihatkan apa lagi padaku?""Kejutan.""Astaga Rino ... Sudah banyak kejutan yang kamu berikan padaku. Kali ini apa lagi? Lemari pakaianku nyaris susah tidak dapat menampung satu pakaian lagi.""Bukan pakaian, My Lady," sanggah Victorino tanpa menghentikan langkahnya."Lalu apa? Tas? Koleksi tasku pun sudah banyak sampai-sampai ada beberapa tas yang terpaksa harus aku letakkan di luar lemari.""Kalau masalah pakaian dan tas yang berlebihan, kamu bisa meletakkan sebagian di rumah baru kita nantinya, sayangnya saat ini masih dalam tahap finishing. Tapi aku janji bulan depan kita sudah akan menempatinya.""Ya Tuhan, rumah apa lagi, Rino? Memangnya kenapa dengan rumahmu yang sekarang ini? Itu saja sudah cukup besar untuk aku.""Rumah yang akan aku hadiahkan
Dengan lengan kekar Victorino yang melingkar di pinggangnya dengan posesif, Belinda menatap nanar puing-puing reruntuhan Palazzo Victorino yang terbakar, yang Victorino bakar lebih tepatnya.Begitu besarnya pengorbanan Victorino demi bisa membalas orang-orang yang telah jahat pada Belinda dan juga Felipe, bagaimana Belinda tidak terharu karenanya.Victorino mampu menghukum mereka semua namun dengan kesan mereka semua tewas terbakar karena tidak sempat menyelamatkan diri mereka saat Palazzo itu terbakar habis.Jadi tidak ada konsekuensi hukum yang terjadi pada Victorino. Lagipula di tanah Duque de Neville, Victorino lah yang menjadi hukum itu sendiri.Apapun perintahnya, tidak ada satu orang pun yang dapat membantahnya. Kecuali Belinda tentu saja, itu pun ia harus melihat suasana hati suaminya terlebih dahulu."Sayang sekali ... " desah Belinda.Bukan hanya sekedar basa-basi saja. Belinda memang sangat menyayangkan tindakan Victorino itu, meski dengan alasan membalaskan dendam Belinda