"Tumben, ngundang orang kesini." Komentar Falisha saat para perempuan berkumpul di dapur. Ia melirik sepupunya Hanira dan juga sepupu iparnya Innara yang saat ini tengah membantu Syaquilla membuat kue.
"Meneketehe. Dia kan orangnya begitu, sulit ditebak." Jawab Hanira dengan tak acuh seraya menekan plastik berisi fla ke dalam kue sus yang sudah dingin.
"Kamu gak tahu apa-apa?" Falisha masih pantang menyerah dan menatap Innara yang tengah menata buah di atas kue sus model lainnya.
"Kurang tahu juga kak." Jawab Innara bingung. Pasalnya ia sendiri tidak menyetujui keinginan Halil untuk mengundang Azanie, Rayka dan orangtua Rayka ke villa keluarga suaminya karena takut menimbulkan ketidaknyamanan. Namun suaminya itu malah bersikukuh mengundang mereka dengan alasan supaya bisa saling mengenal keluarga masing-masing.
"Dia mau pamer kali." Jawab Ayla, putri Syaquilla yang berusia dua puluh tahun itu tampak asyik mengemil buah strawberry y
Innara terbangun dengan tubuh yang terasa begitu lelah.Semalam, Halil mempermainkannya habis-habisan. Setelah memuaskan Innara di halaman belakang, Halil melanjutkan percintaan mereka yang belum selesai di dalam kamar. Menelanjangi Innara dengan begitu cepat dan kembali memicu gairah Innara sampai dia berkali-kali mencapai klimaks.Dan sekarang, Innara merasa tak mampu menopang tubuhnya sendiri karena lututnya yang terasa melemah bagai jeli.Melihat jam di ponselnya, Innara terbelalak. Jika tidak selesai membersihkan diri dalam waktu sepuluh menit, Innara jelas akan terlambat berkumpul untuk sarapan.Tanpa membereskan tempat tidur, Innara bergerak cepat menuju kamar mandi tanpa menggunakan sehelai benangpun. Tak sampai sepuluh menit, Innara sudah kembali berpakaian. Mengenakan kaus lengan pendek berwarna putih milik Halil yang sembarangan ia ambil dan celana jeans yang ia kenakan kemarin sore yang untungnya belum ia masukkan ke keranjang cucian karena ti
Innara kembali ke resort untuk membawa beberapa perlengkapan yang tertinggal. Ia cukup terkejut ketika datang kesana semua orang tampak sibuk bekerja. Bahkan saat melihat para tamu, Innara merasa seperti berada dalam musim liburan.Ah, ya. Ini memang musim liburan. Bagaimana bisa Innara melupakan itu hanya karena ia pun sedang berlibur? Tanyanya dalam hati.Innara berjalan ke arah mes tanpa peduli lagi dengan para pengunjung dan juga rekan-rekannya yang sibuk bekerja sampai saat ia melangkah mendekati pos satpam, pria yang tengah berjaga itu menyapanya."Dipanggil kerja, Mbak?" Tanyanya yang tahu kalau Innara sedang cuti.Innara mengerutkan dahi. Dipanggil bekerja? Dia? Innara menggelengkan kepala atas pertanyaan penjaga keamanan dan juga pertanyaannya sendiri."Wah, kok bisa." Ucap pria itu setengah heran."Memangnya kenapa, Pak?" Tanya Innara mendadak ingin tahu. Selama ini dia memang tidak bermain ponsel apalagi membuka chat g
"Gak ada gaun." Ucap Innara seraya memandangi isi koper yang nyatanya hanya berisi pakaian santai dan pakaian formal karena memang bukan dia yang berkemas melainkan entah siapa. Ya, Innara hanya digiring untuk pergi dengan dijanjikan semua keperluannya sudah tersedia. Mana dia tahu kalau dia akan menerima undangan pernikahan secara tiba-tiba. Dan Innara tidak mau terlihat mempermalukan keluarga mertuanya jika memang orang yang melangsungkan pernikahan itu adalah salah satu orang penting bagi keluarga Levent. "Apa di kapal ini ada butik yang menjual gaun?" Tanya Innara pada Halil yang tengah mengecek pekerjaannya. Innara tahu dia tidak seharusnya mengganggu suaminya untuk hal yang tidak penting seperti ini, tapi dia bisa mengajak bicara siapa lagi? "Nanti aku tanya Kak Nira." Ucap Halil seraya mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Katanya ada dia bawa beberapa gaun di kamarnya. Dia udah bawa gaun cadangan juga." Ucap Halil tak sampai semenit kemudian. Ter
Mereka kembali ke daratan setelah menghabiskan makan siang terakhir di atas kapal.Saat sarapan dan makan siang, Innara tidak melihat Azanie ataupun Rayka dan dia cukup terkejur saat melihat adik tirinya itu turun ke dermaga dengan menggunakan penyangga di lehernya.Apa yang terjadi pada adik tirinya? Itu adalah pertanyaan yang keluar dari mulutnya begitu jufa dari mulut orangtuanya."Aku minum terlalu banyak semalam dan jatuh melukai leherku." Ucap Azanie dengan suara serak yang membuat Innara mengernyit karenanya. "Sudahlah, tidak perlu khawatir. Besok atau lusa juga akan membaik." Lanjutnya dengan nada tak acuh seraya menarik kopernya menjauh. Sementara Rayka, pria itu mengekori Azanie dengan wajah yang terkesan penuh amarah."Apa menurutmu mereka baik-baik saja?" Tanya Innara pada Halil saat mereka sudah berada di dalam mobil yang khusus dikendarai Halil."Aku gak tahu, Mbak. Aku gak ngintipin mereka tsi malam." Ucap Halil dengan senyum tengiln
Innara sudah kembali mengenakan seragamnya. Sudah waktunya ia kembali bekerja karena masa cutinya sudah habis. Halil sendiri sebenarnya sudah membujuknya untuk berhenti bekerja dan beristirahat saja di rumah, mencari kegiatan lain selain berkeliling resort dan melayani tamu tapi Innara menolaknya.Ia butuh kegiatan dan bekerja di resort menjadi salah satu peralihan bosannya.Sebenarnya Halil tidak benar-benar melarangnya bekerja. Alasan pria itu meminta Innara untuk berhenti adalah karena Halil tidak mau Innara berhubungan dengan Rayka yang notabene merupakan atasan langsungnya di resort. Belakangan, setelah liburan usai Halil memang lebih protektif kepada Innara terlebih mengenai interaksinya dengan Rayka.Bukan karena cemburu buta. Tidak. Yang pasti Halil sudah merasa yakin kalau Innara sudah sepenuhnya menyerahkan hati dan tubuhnya pada Halil. Namun justru yang Halil takutkan adalah Rayka sendiri.Ada yang aneh dari Rayka semenjak liburan bersama merek
Innara memandangi hasil dari tiga testpack berbeda merk yang ada di tangannya. Dan ketiga benda itu menunjukkan hasil yang sama. Negatif.Innara menghela napas panjang dan menghembuskannya pasrah. Entah kenapa tiba-tiba saja Innara merasa rongga dadanya teramat kosong. Tenggorokannya tercekat. Ia ingin menangis tapi airmatanya sama sekali tidak keluar.Innara saat ini merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Sepertinya dia berekspektasi terlalu tinggi dan berharap bisa segera hamil. Berpikir kalau dirinya sangat subur padahal kenyataannya?Ia kembali menarik napas panjang dan menghembuskannya, berharap dengan demikian ia bisa mendapatkan ketenangan hati. 'Tenang Innara, usia pernikahanmu dengan Halil itu masih seumur jagung. Diluar sana masih banyak orang yang sudah menikah bertahun-tahun namun belum memiliki keturunan. Tenanglah, rejeki akan datang pada waktunya.' Ucap Innara pada diri sendiri.Namun nyatanya kekecewaan Innara tak kunjung membaik begitu saj
"Kamu mengundurkan diri?" Innara yang sedang duduk di ruang istirahat mendongak kaget saat Rayka yang baru saja datang tiba-tiba memberondong Innara dengan pertanyaan bernada menuduh itu seolah Innara baru saja membuat kesalahan fatal.Innara memandang pria itu dengan alis bertaut. "Darimana kamu tahu?" Ia balik bertanya dengan nada ketus. Tak peduli kalau Rayka saat ini berstatus sebagai atasannya."Aku tidak buta. Aku melihat pengumuman rekrutmen yang dibuka oleh pihak HRD." Jawabnya masih tampak kesal."Ya lalu?""Kenapa kau mengundurkan diri begitu saja?" Tanya Rayka dingin."Kenapa tidak boleh?" Innara balik bertanya."Apa ini karena Azanie yang juga melamar bekerja disini?" Tanya pria itu ketus. "Aku sudah membujuknya untuk tidak melamar kesini. Dan aku sudah bicara pada pihak HRD untuk tidak menerima lamarannya. Tapi mereka yang memberikannya kesempatan." Ucap Rayka lelah.Innara mengernyit. Dia sendiri tidak tahu kalau Azanie
Untungnya keributan yang terjadi antara Innara dan Rayka tidak terdengar oleh orang luar. Atau mungkin sebenarnya bisa saja ada yang mendengarnya namun berpura-pura tidak mendengar karena tidak mau mengusik Innara yang jelas kini berstatus sebagai istri pemimpin mereka.Namun gosip pertengkaran Rayka dan Azanie santer terdengar sampai ke telinga Innara beberapa hari setelahnya. Bahkan Lusi sendiri membicarakannya."Mereka bilang kalau Rayka dan Azanie membahas masalah perceraian dalam pertengkaran mereka." Ucap Lusi saat mereka menghabiskan makan siang bersama di taman.Kenapa orang-orang tampak begitu tertarik pada urusan orang lain? Kenapa mereka memilih mendengarkan alih-alih pergi dan kenapa juga mereka memilih menyebarkannya. Padahal kalau saja informasi itu mereka telan sendiri, saat ini Innara tidak akan mendengad apa-apa.Innara sendiri sebenarnya enggan terlibat dan tidak mau ambil pusing akan urusan Azanie dan juga Rayka. Namun ia kembali mengin