"Apa Bunda gak bisa minta Kak Nara buat ngajakin Zanie juga? Emangnya Zanie gak dianggap keluarga?" Suara itu terdengar dari pengeras suara ponsel milik Tuan Parsa. Nyonya Sita memandang suaminya dan menggelengkan kepala. "Zanie ada di Bali tapi ayah juga kayak gak ada niat buat ketemu. Ayah gak sayang kagi sama Zanie?"
"Zanie, Sayang. Bukannya Bunda atau Ayah gak anggap kamu keluarga. Tapi ini rumahnya Halil. Mana bisa kita seenaknya ngundang orang sementara kita sendiri tamu. Lagipula Innara juga menantu, dia gak punya kuasa untuk mengundang siapa-siapa di aacara keluarganya Halil. Halil yang punya kuasa. Lagipula selama ini kalau keluarga Rayka ada acara, Innara gak pernah minta kamu ajak dia." Ucap Tuan Parsa apa adanya.
"Ya bukannya Zanie gak mau ngajak. Kan Ayah sendiri tahu gimana Mas Rayka ngebetnya sama Kak Nara. Yang ada nantinya sama aja Zanie ngasih peluang Mas Rayka buat balikan lagi Kak Nara. Emangnya Ayah rela gitu kalo M
"Tumben, ngundang orang kesini." Komentar Falisha saat para perempuan berkumpul di dapur. Ia melirik sepupunya Hanira dan juga sepupu iparnya Innara yang saat ini tengah membantu Syaquilla membuat kue."Meneketehe. Dia kan orangnya begitu, sulit ditebak." Jawab Hanira dengan tak acuh seraya menekan plastik berisi fla ke dalam kue sus yang sudah dingin."Kamu gak tahu apa-apa?" Falisha masih pantang menyerah dan menatap Innara yang tengah menata buah di atas kue sus model lainnya."Kurang tahu juga kak." Jawab Innara bingung. Pasalnya ia sendiri tidak menyetujui keinginan Halil untuk mengundang Azanie, Rayka dan orangtua Rayka ke villa keluarga suaminya karena takut menimbulkan ketidaknyamanan. Namun suaminya itu malah bersikukuh mengundang mereka dengan alasan supaya bisa saling mengenal keluarga masing-masing."Dia mau pamer kali." Jawab Ayla, putri Syaquilla yang berusia dua puluh tahun itu tampak asyik mengemil buah strawberry y
Innara terbangun dengan tubuh yang terasa begitu lelah.Semalam, Halil mempermainkannya habis-habisan. Setelah memuaskan Innara di halaman belakang, Halil melanjutkan percintaan mereka yang belum selesai di dalam kamar. Menelanjangi Innara dengan begitu cepat dan kembali memicu gairah Innara sampai dia berkali-kali mencapai klimaks.Dan sekarang, Innara merasa tak mampu menopang tubuhnya sendiri karena lututnya yang terasa melemah bagai jeli.Melihat jam di ponselnya, Innara terbelalak. Jika tidak selesai membersihkan diri dalam waktu sepuluh menit, Innara jelas akan terlambat berkumpul untuk sarapan.Tanpa membereskan tempat tidur, Innara bergerak cepat menuju kamar mandi tanpa menggunakan sehelai benangpun. Tak sampai sepuluh menit, Innara sudah kembali berpakaian. Mengenakan kaus lengan pendek berwarna putih milik Halil yang sembarangan ia ambil dan celana jeans yang ia kenakan kemarin sore yang untungnya belum ia masukkan ke keranjang cucian karena ti
Innara kembali ke resort untuk membawa beberapa perlengkapan yang tertinggal. Ia cukup terkejut ketika datang kesana semua orang tampak sibuk bekerja. Bahkan saat melihat para tamu, Innara merasa seperti berada dalam musim liburan.Ah, ya. Ini memang musim liburan. Bagaimana bisa Innara melupakan itu hanya karena ia pun sedang berlibur? Tanyanya dalam hati.Innara berjalan ke arah mes tanpa peduli lagi dengan para pengunjung dan juga rekan-rekannya yang sibuk bekerja sampai saat ia melangkah mendekati pos satpam, pria yang tengah berjaga itu menyapanya."Dipanggil kerja, Mbak?" Tanyanya yang tahu kalau Innara sedang cuti.Innara mengerutkan dahi. Dipanggil bekerja? Dia? Innara menggelengkan kepala atas pertanyaan penjaga keamanan dan juga pertanyaannya sendiri."Wah, kok bisa." Ucap pria itu setengah heran."Memangnya kenapa, Pak?" Tanya Innara mendadak ingin tahu. Selama ini dia memang tidak bermain ponsel apalagi membuka chat g
"Gak ada gaun." Ucap Innara seraya memandangi isi koper yang nyatanya hanya berisi pakaian santai dan pakaian formal karena memang bukan dia yang berkemas melainkan entah siapa. Ya, Innara hanya digiring untuk pergi dengan dijanjikan semua keperluannya sudah tersedia. Mana dia tahu kalau dia akan menerima undangan pernikahan secara tiba-tiba. Dan Innara tidak mau terlihat mempermalukan keluarga mertuanya jika memang orang yang melangsungkan pernikahan itu adalah salah satu orang penting bagi keluarga Levent. "Apa di kapal ini ada butik yang menjual gaun?" Tanya Innara pada Halil yang tengah mengecek pekerjaannya. Innara tahu dia tidak seharusnya mengganggu suaminya untuk hal yang tidak penting seperti ini, tapi dia bisa mengajak bicara siapa lagi? "Nanti aku tanya Kak Nira." Ucap Halil seraya mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Katanya ada dia bawa beberapa gaun di kamarnya. Dia udah bawa gaun cadangan juga." Ucap Halil tak sampai semenit kemudian. Ter
Mereka kembali ke daratan setelah menghabiskan makan siang terakhir di atas kapal.Saat sarapan dan makan siang, Innara tidak melihat Azanie ataupun Rayka dan dia cukup terkejur saat melihat adik tirinya itu turun ke dermaga dengan menggunakan penyangga di lehernya.Apa yang terjadi pada adik tirinya? Itu adalah pertanyaan yang keluar dari mulutnya begitu jufa dari mulut orangtuanya."Aku minum terlalu banyak semalam dan jatuh melukai leherku." Ucap Azanie dengan suara serak yang membuat Innara mengernyit karenanya. "Sudahlah, tidak perlu khawatir. Besok atau lusa juga akan membaik." Lanjutnya dengan nada tak acuh seraya menarik kopernya menjauh. Sementara Rayka, pria itu mengekori Azanie dengan wajah yang terkesan penuh amarah."Apa menurutmu mereka baik-baik saja?" Tanya Innara pada Halil saat mereka sudah berada di dalam mobil yang khusus dikendarai Halil."Aku gak tahu, Mbak. Aku gak ngintipin mereka tsi malam." Ucap Halil dengan senyum tengiln
Innara sudah kembali mengenakan seragamnya. Sudah waktunya ia kembali bekerja karena masa cutinya sudah habis. Halil sendiri sebenarnya sudah membujuknya untuk berhenti bekerja dan beristirahat saja di rumah, mencari kegiatan lain selain berkeliling resort dan melayani tamu tapi Innara menolaknya.Ia butuh kegiatan dan bekerja di resort menjadi salah satu peralihan bosannya.Sebenarnya Halil tidak benar-benar melarangnya bekerja. Alasan pria itu meminta Innara untuk berhenti adalah karena Halil tidak mau Innara berhubungan dengan Rayka yang notabene merupakan atasan langsungnya di resort. Belakangan, setelah liburan usai Halil memang lebih protektif kepada Innara terlebih mengenai interaksinya dengan Rayka.Bukan karena cemburu buta. Tidak. Yang pasti Halil sudah merasa yakin kalau Innara sudah sepenuhnya menyerahkan hati dan tubuhnya pada Halil. Namun justru yang Halil takutkan adalah Rayka sendiri.Ada yang aneh dari Rayka semenjak liburan bersama merek
Innara memandangi hasil dari tiga testpack berbeda merk yang ada di tangannya. Dan ketiga benda itu menunjukkan hasil yang sama. Negatif.Innara menghela napas panjang dan menghembuskannya pasrah. Entah kenapa tiba-tiba saja Innara merasa rongga dadanya teramat kosong. Tenggorokannya tercekat. Ia ingin menangis tapi airmatanya sama sekali tidak keluar.Innara saat ini merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Sepertinya dia berekspektasi terlalu tinggi dan berharap bisa segera hamil. Berpikir kalau dirinya sangat subur padahal kenyataannya?Ia kembali menarik napas panjang dan menghembuskannya, berharap dengan demikian ia bisa mendapatkan ketenangan hati. 'Tenang Innara, usia pernikahanmu dengan Halil itu masih seumur jagung. Diluar sana masih banyak orang yang sudah menikah bertahun-tahun namun belum memiliki keturunan. Tenanglah, rejeki akan datang pada waktunya.' Ucap Innara pada diri sendiri.Namun nyatanya kekecewaan Innara tak kunjung membaik begitu saj
"Kamu mengundurkan diri?" Innara yang sedang duduk di ruang istirahat mendongak kaget saat Rayka yang baru saja datang tiba-tiba memberondong Innara dengan pertanyaan bernada menuduh itu seolah Innara baru saja membuat kesalahan fatal.Innara memandang pria itu dengan alis bertaut. "Darimana kamu tahu?" Ia balik bertanya dengan nada ketus. Tak peduli kalau Rayka saat ini berstatus sebagai atasannya."Aku tidak buta. Aku melihat pengumuman rekrutmen yang dibuka oleh pihak HRD." Jawabnya masih tampak kesal."Ya lalu?""Kenapa kau mengundurkan diri begitu saja?" Tanya Rayka dingin."Kenapa tidak boleh?" Innara balik bertanya."Apa ini karena Azanie yang juga melamar bekerja disini?" Tanya pria itu ketus. "Aku sudah membujuknya untuk tidak melamar kesini. Dan aku sudah bicara pada pihak HRD untuk tidak menerima lamarannya. Tapi mereka yang memberikannya kesempatan." Ucap Rayka lelah.Innara mengernyit. Dia sendiri tidak tahu kalau Azanie
Innara duduk di tepi tempat tidur, memandang kosong ke luar jendela tepat dimana pemandangan laut lepas tersaji.Innara marah, tapi dia bingung kepada siapa kemarahannya tertuju. Apakah kemarahannya itu untuk Azanie yang dengan begitu mudahnya meminta maaf namun mau tak mau harus Innara maafkan? Karena pertama wanita itu sudah menolongnya dan kedua, memang sejak lama Innara ingin Azanie berubah. Dan ketiga mereka tetap harus berhubungan baik karena ikatan pernikahan kedua orangtuanya.Lalu kemarahannya yang lain tertuju pada Rayka. Tidak, dia bukan hanya sekedar marah pada pria itu sekarang. Tapi benci. Jijik.Ya, Innara awalnya masih ingin hubungan mereka tetap baik-baik saja mengingat bagaimana hubungan mereka di masa lalu dan juga mempertimbangkan hubungan pernikahannya dengan Azanie. Tapi mendengar penuturan Halil dan Azanie tentang pria itu yang sudah memberikan obat perangsang padanya dan hendak memperkosanya saat Innara tidak sadar membuat Innara tiba-tib
Halil tidak pernah meninggalkan tempat tidur. Kepanikan mencekamnya. Ia takut jika sedikit saja ia memalingkan wajah, hal buruk akan terjadi pada Innara. Hipotermia, seringan apapun itu tetap saja menakutkan.Halil, Astika, Azanie dan dokter Burhan bekerja sama untuk menangani kondisi Innara.Halil tidak pernah melepaskan pelukannya dari Innara. Dengan sengaja ia bersandar pada kepala tempat tidur dan membawa Innara dalam posisi setengah duduk. Kedua tangannya tak pernah berhenti mengusap lengan Innara dan meremas jemarinya supaya tubuh Innara tidak sepenuhnya diam sementara kedua kaki Innara tidak pernah lepas dari usapan dan pijitan tangan Azanie.Sepuluh menit sekali, Astika akan memberikan Innara dua sampai tiga sendok air hangat sementara dokter akan memastikan detak jantungnya tidak menurun dan suhu tubuhnya perlahan demi perlahan naik.Menit yang berlalu terasa begitu lama sampai saat subuh menjelang, kondisi Innara sudah di
Aznie menggelengkan kepala dan setelahnya mengusap wajahnya kasar."Mama Zoya dan Ayah Parsa membiayai kehidupan ibu kandungku sampai aku lahir. Lalu setelah aku lahir dia pergi dengan membawa uang pemberian Ayah Parsa sebagai tebusan atasku. Jalang tidak tahu berterima kasih itu pergi begitu saja meninggalkanku dengan uang hasil menjualku. Lalu kemudian, saat uangnya habis dia kembali."Saat ibuku meninggal, ingatan yang aku lupakan adalah pertengkaran yang terjadi antara kakak beradik itu. Wanita itu meminta uang pada mama Zoya dan saat mama Zoya tidak mau memberikannya, dia mengancam akan membawaku pergi."Mama Zoya teramat mencintaiku dan sudah menganggapku sebagai anak kandungnya sendiri sehingga dia tidak rela aku diambil dan terjadilah tarik menarik itu. Demi melindungiku Mama Zoya terjatuh dari tangga sementara dia sedang hamil besar."Bukan Bunda yang membunuh mama Zoya. Tapi aku." Azanie menangis tersedu. "Dan wanita itu membeberkan semua fakta
Halil melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Jalanan yang sepi membuat adrenalinnya semakin terpacu. Kabar yang dia terima dari Azanie jelas membuat nafsu ingin membunuhnya muncul begitu saja.Sialan Rayka! Pria itu benar-benar mencari peluang tepat disaat Halil tengah lengah. Kalau saja sesuatu terjadi pada Innara maka Halil bersumpah bukan hanya Rayka yang akan mendapat ganjarannya tapi juga Azanie dan orang-orang bayarannya yang sudah lengah sampai kehilangan Innara.Tapi mungkin Azanie masih bisa dimaafkan karena wanita itu masih sempat memberikan foto plat nomor yang dikenakan Rayka dan juga berhasil mengejar Rayka sehingga mereka tidak benar-benar kehilangan arah.Sebuah villa di daerah perbukitan menjadi tempat yang dipilih Rayka untuk bersembunyi. Motor yang digunakan Azanie untuk mengikuti Rayka bersembunyi di balik sebuah pohon besar dan mengintai villa dari kejauhan."Aku tidak bisa masuk karena disana ada beberapa penjaga bertubuh besar." Ci
Jalanan lengang dan itu membuat Rayka merasa berada di atas awan. Bahkan Tuhan mempermudah rencananya. Tidak ada halangan, tidak ada hambatan kecuali drama penahanan yang beberapa waktu lalu dilakukan Azanie.'Bagaimana bisa jalang itu tahu kalau aku akan mengeksekusi rencanaku malam ini?' Tanya Rayka dalam hati. Namun pria itu tidak mau berpikir lebih jauh. Ia melirik sekilas dan melihat Innara yang bergerak semakin gelisah di kursinya. Rok katunnya bergerak naik hingga ke setengah pahanya sehingga Rayka bisa melihat kulit putih milik Innara terpampang jelas di matanya.Rayka dengan sengaja mengusap paha itu dengan tangan kirinya. Bergerak menggoda yang ia tahu akan menyiksa Innara dan membuat wanita itu menginginkan lebih.'Sebentar saja. Kamu hanya akan merasa tersiksa sebentar saja.' ucapnya dalam hati dengan senyum manis di wajahnya.Bayangan dirinya menyentuh tubuh dan bercinta dengan Innara terus meme
Untungnya keributan yang terjadi antara Innara dan Rayka tidak terdengar oleh orang luar. Atau mungkin sebenarnya bisa saja ada yang mendengarnya namun berpura-pura tidak mendengar karena tidak mau mengusik Innara yang jelas kini berstatus sebagai istri pemimpin mereka.Namun gosip pertengkaran Rayka dan Azanie santer terdengar sampai ke telinga Innara beberapa hari setelahnya. Bahkan Lusi sendiri membicarakannya."Mereka bilang kalau Rayka dan Azanie membahas masalah perceraian dalam pertengkaran mereka." Ucap Lusi saat mereka menghabiskan makan siang bersama di taman.Kenapa orang-orang tampak begitu tertarik pada urusan orang lain? Kenapa mereka memilih mendengarkan alih-alih pergi dan kenapa juga mereka memilih menyebarkannya. Padahal kalau saja informasi itu mereka telan sendiri, saat ini Innara tidak akan mendengad apa-apa.Innara sendiri sebenarnya enggan terlibat dan tidak mau ambil pusing akan urusan Azanie dan juga Rayka. Namun ia kembali mengin
"Kamu mengundurkan diri?" Innara yang sedang duduk di ruang istirahat mendongak kaget saat Rayka yang baru saja datang tiba-tiba memberondong Innara dengan pertanyaan bernada menuduh itu seolah Innara baru saja membuat kesalahan fatal.Innara memandang pria itu dengan alis bertaut. "Darimana kamu tahu?" Ia balik bertanya dengan nada ketus. Tak peduli kalau Rayka saat ini berstatus sebagai atasannya."Aku tidak buta. Aku melihat pengumuman rekrutmen yang dibuka oleh pihak HRD." Jawabnya masih tampak kesal."Ya lalu?""Kenapa kau mengundurkan diri begitu saja?" Tanya Rayka dingin."Kenapa tidak boleh?" Innara balik bertanya."Apa ini karena Azanie yang juga melamar bekerja disini?" Tanya pria itu ketus. "Aku sudah membujuknya untuk tidak melamar kesini. Dan aku sudah bicara pada pihak HRD untuk tidak menerima lamarannya. Tapi mereka yang memberikannya kesempatan." Ucap Rayka lelah.Innara mengernyit. Dia sendiri tidak tahu kalau Azanie
Innara memandangi hasil dari tiga testpack berbeda merk yang ada di tangannya. Dan ketiga benda itu menunjukkan hasil yang sama. Negatif.Innara menghela napas panjang dan menghembuskannya pasrah. Entah kenapa tiba-tiba saja Innara merasa rongga dadanya teramat kosong. Tenggorokannya tercekat. Ia ingin menangis tapi airmatanya sama sekali tidak keluar.Innara saat ini merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Sepertinya dia berekspektasi terlalu tinggi dan berharap bisa segera hamil. Berpikir kalau dirinya sangat subur padahal kenyataannya?Ia kembali menarik napas panjang dan menghembuskannya, berharap dengan demikian ia bisa mendapatkan ketenangan hati. 'Tenang Innara, usia pernikahanmu dengan Halil itu masih seumur jagung. Diluar sana masih banyak orang yang sudah menikah bertahun-tahun namun belum memiliki keturunan. Tenanglah, rejeki akan datang pada waktunya.' Ucap Innara pada diri sendiri.Namun nyatanya kekecewaan Innara tak kunjung membaik begitu saj
Innara sudah kembali mengenakan seragamnya. Sudah waktunya ia kembali bekerja karena masa cutinya sudah habis. Halil sendiri sebenarnya sudah membujuknya untuk berhenti bekerja dan beristirahat saja di rumah, mencari kegiatan lain selain berkeliling resort dan melayani tamu tapi Innara menolaknya.Ia butuh kegiatan dan bekerja di resort menjadi salah satu peralihan bosannya.Sebenarnya Halil tidak benar-benar melarangnya bekerja. Alasan pria itu meminta Innara untuk berhenti adalah karena Halil tidak mau Innara berhubungan dengan Rayka yang notabene merupakan atasan langsungnya di resort. Belakangan, setelah liburan usai Halil memang lebih protektif kepada Innara terlebih mengenai interaksinya dengan Rayka.Bukan karena cemburu buta. Tidak. Yang pasti Halil sudah merasa yakin kalau Innara sudah sepenuhnya menyerahkan hati dan tubuhnya pada Halil. Namun justru yang Halil takutkan adalah Rayka sendiri.Ada yang aneh dari Rayka semenjak liburan bersama merek