Share

Part 2

Author: Ammanya.L
last update Last Updated: 2023-11-14 15:08:48

Enam tahun kemudian.

Suasana rumah di hari minggu memang selalu ramai. Ibu Innara yang kini sudah membuka tempat praktik sendiri sudah tidak lagi terlalu sibuk dengan pekerjaan di rumah sakit. Dan ayahnya juga selalu ada di rumah setiap akhir pekan karena dia memilih untuk menghabiskan watktu bersama keluarganya, terlebih setelah si kembar lahir. Ayahnya semakin betah di rumah dan membantu ibunya mengasuh anak mereka.

Innara dan keluarga barunya juga sudah pindah ke kediaman baru. Setelah menikah Ayah Parsa, Ayah Parsa memutuskan untuk membeli rumah baru yang lebih besar dari rumah yang selama ini Innara dan ibunya tinggali. Innara diberikan kamarnya sendiri, begitu juga dengan Azanie. Sementara nenek Innara memilih untuk tidak ikut dan tinggal sendirian di rumah yang dibelikan mendiang ayah Innara.

Kehidupan keluarga Innara, setelah ia memiliki Ayah Parsa jelas bisa dikatakan sempurna. Ayah Parsa adalah sosok pria yang baik. Beliau tidak pernah membedakan Innara dan Azanie. Dalam segala hal beliau selalu berbuat adil. Jika salah satu diantara mereka melakukan kesalahan—yang jarang sekali terjadi—ayahnya itu selalu menegur dengan cara yang lemah lembut dan baik-baik.

Ayahnya juga tidak pernah memaksakan kehendak pada Innara atau Azanie. Saat Innara dan Azanie menginginkan sesuatu—selama itu masuk akal dan bisa dipenuhinya—maka beliau akan mengabulkannya. Dan ketika permintaan Innara ataupun Azanie dianggapnya tak masuk akal, beliau akan memberikan pengertian atas alasan kenapa beliau menolak untuk mengabulkannya.

Dan hal itu masih tetap berlaku setelah ibu Innara kemudian hamil dan dinyatakan memiliki bayi kembar.

Semua orang yang Innara kenal—terlebih teman-teman sekolahnya—selalu menakutinya tentang ayah tiri yang hanya akan mencintai anak bawaannya saja atau hanya akan mencintai ibu Innara saja tanpa memedulikan Innara sama sekali. Tapi hal itu tidak pernah terbukti. Justru yang mengecewakan Innara adalah perubahan yang ada pada diri Azanie.

Adik sambung berparas cantik dan selalu bersikap manis itu perlahan berubah sikap. Saat Innara masuk ke sekolah menengah pertama, adik sambungnya yang saat itu masih duduk di bangku SD masih bersikap manis dan bahkan sering bermanja padanya seolah mereka adalah adik kakak kandung. Namun ketika Innara duduk di kelas tiga SMP dan adiknya masuk ke sekolah yang sama dengannya atas keinginannya sendiri, Azanie berubah.

Di sekolah, gadis itu bersikap seolah tidak mengenalnya. Bahkan saat mereka berpapasan, gadis itu tampak enggan menyapanya. Fakta bahwa ia tidak pernah mengatakan hubungannya dengan Azanie pada orang lain selain teman dekatnya membuat mereka bertanya-tanya "Kenapa dengan Azanie?"

Tentu saja mereka heran. Mereka bukan hanya sekali dua kali bertemu dengan Azanie saat mereka datang berkunjung ke kediaman Innara. Dan sampai saat sebelum Azanie masuk sekolah, gadis itu masih bersikap baik dan ramah pada teman-temannya. Tapi setelah masuk SMP, Azanie yang mereka kenal jelas berubah.

Innara tidak pernah banyak berkomentar. Pikirnya mungkin Azanie ingin membatasi dirinya saat di sekolah. Dan ia tidak keberatan akan hal itu. ia yakin kalau Azanie akan datang padanya jika memang dia memerlukan bantuan Innara. Tapi faktanya hal itu tidak pernah terjadi.

Ada yang aneh dengan adik sambungnya itu. Jika kedua orangtuanya bertanya tentang bagaimana sekolahnya, dia selalu bicara seolah hubungan mereka di sekolah baik-baik saja. Padahal faktanya tidak demikian.

Setahun itu Innara bertahan dengan sikap aneh Azanie, sampai kemudian dia masuk sekolah menengah atas favorit. Dua tahun masa sekolah SMA nya, Innara menikmatinya sebagaimana anak seusianya. Ia bergaul dengan teman-temannya. Ia sesekali ikut nongkrong di café bersama mereka diluar kerja kelompok dan ia menyukai itu. Hanya satu hal yang tidak Innara lakukan saat SMA, ia tidak berpacaran, ia tidak berkencan dan ia menjaga jarak dengan para pria. 

Bukan karena Innara sombong atau tidak ingin merasakan berpacaran. Namun ia ingat nasehat ibu dan juga neneknya supaya dia lebih fokus dulu pada urusan pendidikan. Karena urusan asmara bisa dia kejar nanti setelah dirinya cukup dewasa.

"Bukannya Bunda melarang kamu untuk suka sama cowok. Bunda tahu anak Bunda ini gadis normal. Tapi coba Nara pikirkan. Kalau Nara berkencan, memang saat itu semangat Nara untuk belajar pastinya menjadi tinggi. Apalagi kalau pacar Nara satu kelas dengan Nara, pastinya Nara gak mau dapat nilai yang lebih jelek dari dia karena takut diejek. 

“Tapi bayangkan saat kemudian kalian putus, suasana di kelas bakal gak nyaman, Nara juga bakal kehilangan semangat belajar karena patah hati. belum lagi saat tahu kalau mantan pacar Nara pacaran lagi sama temen Nara yang lain. Rasanya itu bener-bener gak enak loh." Ucap ibunya suatu waktu. 

"Jadi kalo Nara mau jadi anak yang sukses di kemudian hari, saat ini Nara harus belajar sungguh-sungguh dulu. Nanti kalau Nara kuliah, Nara mau kencan sama sepuluh orang sekaligus juga Bunda gak akan larang, kalo Nara sanggup itu juga." Kekeh ibunya lagi yang juga dijawab kekehan Innara.

"Jangan takut kehabisan stok laki-laki. Laki-laki itu banyak di dunia ini, tapi kamu harus takut kalau kamu kehilangan kesempatan." Itulah nasehat yang diberikan neneknya pada Innara. 

"Ayah sama Bunda kamu dulu gak pacaran lama-lama juga. Allah itu sudah menentukan jodoh seseorang sebelum dia lahir kedunia. Bukan berarti jodoh gak usah dicari, jodoh juga gak bakal datang sendiri kalo kamunya gak pernah keluar rumah. Mana dia tahu kalau dirumah ada gadis secantik kamu kalau kamu gak pernah nunjukkin wajah kamu sama orang-orang. 

“Tapi bukan berarti juga kamu harus habisin waktu kamu dengan cari pacar sana sini trus bosan ganti. Jangan begitu, karena perempuan itu, entah dia cantik atau tidak, entah dia kaya atau tidak, entah dia sempurna secara fisik atau tidak, kita gak punya kuasa untuk memilih, karena kita itu nantinya akan dipilih oleh mereka.

“Dan kalau kamu mau dapat seseorang yang baik dan terbaik, maka kamu pun harus jadi yang baik dan terbaik itu. 

“Anggaplah calon jodoh kamu itu sedang memperbaiki dirinya saat ini supaya dia bisa menjadi baik buat Nara, maka Nara pun mulai sekarang harus mulai menjaga diri Nara supaya nanti saat dia sudah merasa pantas dan datang sama Nara, Nara pun ada dalam kondisi siap dan pantas untuk dia sunting. 

“Jadi gak usahlah Nara cari-cari pacar yang nantinya jadi mantan. Cukup cari satu kekasih aja yang nantinya bakal jadi suami di masa depan. Ngapain juga sih jagain jodoh orang, yang ada malah sakit hati nantinya." Ucap neneknya yang lagi-lagi hanya bisa Innara dengarkan dan jawab dengan anggukkan kepala.

Dan itulah yang Innara lakukan. Bukannya tidak ada pria yang mendekatinya dan menyatakan bahwa ia suka pada Innara. Sudah ada beberapa pria yang datang mendekatinya. Bukan hanya teman satu sekolahnya, tapi juga ada beberapa pria yang ia kenal dari media sosial dan bahkan beberapa senior yang sudah duduk di bangku kuliah yang datang ke sekolah hanya ingin bertemu dengannya. 

Tapi Innara memilih untuk menolak, sehalus yang ia bisa. Ada juga beberapa orang yang sudah memiliki pekerjaan yang datang padanya dan pada ayahnya untuk menyatakan keseriusannya pada Innara. Tapi Innara kembali menolaknya dengan alasan dirinya masih sekolah dan masih ingin kuliah serta bekerja. 

Sebagian dari mereka yang 'kekeuh' terus saja datang dan meyakinkannya bahwa mereka siap menunggu sampai Innara siap. Namun tidak demikian halnya dengan Innara. Karena ia memiliki ketegasannya sendiri. Ia menolak untuk berkencan dengan pria manapun sampai ia minimal duduk di bangku kuliahan atau sampai ia siap terikat dengan sebuah hubungan serius.

Namun prinsip Innara, jelas berbanding terbalik dengan Azanie. Jika Innara memutuskan untuk mengejar prestasi supaya bisa membanggakan kedua orangtuanya, maka Azanie lebih memilih untuk menjalani hidupnya dengan bersenang-senang. 

Meskipun Innara tidak mengatakannya pada kedua orangtuanya, tapi teman-temannya tahu bagaimana Azanie bergaul dengan para pria di sekolah mereka. Hari ini dia dekat dengan si A, besok dia dekat dengan si B, dan besoknya lagi, dia sudah pergi bersama si C. Bukan hanya dengan teman satu sekolah mereka, tapi juga bisa dengan teman diluar sekolah mereka. 

Dan terkadang—seringkali malah—Innara merasa takut sendiri jika adiknya itu pulang sekolah dengan naik motor atau mobil orang asing.

Sebagai seorang kakak, Innara ingin melindungi Azanie. Dia ingin adiknya itu lebih bisa menjaga diri. Ia mencoba untuk bicara berdua dengan adiknya itu, sekedar mengobrol supaya Azanie bisa lebih mawas diri dan berhati-hati dengan para pria. Namun bukannya menerima saran Innara, Azanie justru malah balik memarahinya, bahkan sikap gadis itu tempak seperti Innara mengatakan sesuatu yang menghina.

"Hanya karena kak Nara gak pacaran, bukan berarti Zanie juga harus ngelakuin hal yang sama." Ucap gadis itu dengan mata berapi-api memandang Innara. "Lagipula apa salahnya menikmati hidup, toh ini hidup Zanie, Zanie yang menjalani. Jadi kak Nara gak usah ikut campur. Gak usah lah sok peduli sama Zanie." Ucap adiknya itu dengan nada lantangnya.

Innara memandangnya dengan takjub. "Bukannya kakak melarang kamu bergaul, kakak cuma mau kamu berhati-hati aja. Kakak lihat kamu kemarin pulang dijemput mobil, dia pasti anak kuliahan kan? Kamu seharusnya berhati-hati, pergaulan anak kuliahan itu berbeda dengan kita yang masih duduk di bangku SMA, kakak takut kamu malah terpedaya." Ucap Innara dengan nada lembutnya.

Azanie berdecih. "Sok tahu, pacaran aja gak pernah. Deket sama cowok aja enggak, pake so-so'an ngasih peringatan. Harusnya kak Nara itu ngaca sebelum bahas ini sama Zanie." Ucap gadis itu dengan nada menghina. 

"Udah lah, kak Nara gak usah repot mikirin Zanie. Zanie baik-baik saja, dan Zanie juga menikmati hidup Zanie yang sekarang." Ucap gadis itu yang dengan kasarnya memutar tubuh Innara dan mendorongnya keluar dari kamar. 

"Awas aja kak Nara ngomong macam-macam sama Bunda sama Ayah. Zanie gak suka ya." Ucap gadis itu dengan nada mengancam. 

Innara hanya bisa memandanginya, bahkan setelah pintu kamar ditutup dengan kasar di depan wajahnya. Ia hanya bisa menarik napas panjang dan kemudian membalikkan tubuhnya.

Ia tidak tahu sejak kapan ibunya ada disana dan mendengarkan pembicaraan Innara dan Azanie yang mereka lakukan dengan kondisi pintu kamar terbuka. Tapi wanita berusia pertengahan empat puluh tahun itu hanya memberikan senyumnya pada Innara seraya merangkul bahunya pelan. 

"Kamu sabar aja, Ayah kamu tahu apa yang Azanie lakukan diluar sana. Jadi kamu gak perlu cemasin adik kamu sampai segitunya." Ucap ibunya yang hanya bisa dijawab anggukkan oleh Innara.

Dan sekarang, di pagi minggu yang cerah. Azanie tampak memasuki ruang tengah keluarga mereka dengan seorang pria di belakangnya. Pria yang Innara kenal. Kakak kelas satu tingkat di atasnya yang kini sudah menjadi mahasiswa di sebuah kampus bergengsi di Jakarta. Pria yang seminggu lalu mengatakan bahwa dia menyukai Innara sejak mereka masih satu sekolah dan mengatakan dia akan menunggu Innara untuk masuk ke kampus yang sama dengannya di tahun ajaran depan. Pria yang berjanji akan sabar menunggu Innara lulus dan menjadi mahasiswi supaya mereka bisa berkencan.

"Kenalin, Kak Aldy, pacar Zanie." Ucap Azanie dengan ekspresi cerianya. Azanie memandang Innara dengan tatapan menantang. Sementara Innara memandang Aldy dengan dahi mengernyit heran. Dan Aldy, pria itu tak berani memandang Innara dan memilih untuk menundukkan pandangan. 

Innara tahu, sejak saat itu bahwa hubungannya dengan Azanie tidak akan pernah menjadi hubungan kakak beradik yang sehat. 

Related chapters

  • Mbak, I Love You    Part 3

    "Kakak yakin mau kuliah di luar kota?" pertanyaan itu kembali diajukan oleh ibunya. Innara kembali memandang ibunya, tersenyum dan menganggukkan kepala. Tidak mungkin Innara mengatakan ia tidak akan pergi sementara di tangan kanannya ia sudah menenteng koper besar yang membawa semua barang pribadinya. Sisa barang-barangnya yang lain bahkan sudah ia kirim menggunakan cargo beberapa jam sebelumnya. "Yakin gak akan berubah pikiran?” Tanya ibunya lagi dengan nada memelas. Innara memutar bola matanya karena kelakuan sang ibu. “Terus Bunda gimana? Nanti Bunda kesepian dong?" rengek ibunya seperti anak remaja.Innara berdecak dan menggelengkan kepala. “Kesepian gimana sih Bunda ini, kan ada si kembar.” Ucapnya seraya mengedikkan kepala ke arah dimana dua adik kembar laki-lakinya tertidur dalam kereta bayi. “Ya tapi kan mereka gak bisa Bunda ajak ngobrol. Gak bisa Bunda ajak curhat. Kalo ke mall gak bisa Bunda mintai saran.” Ucap ibunya dengan wajah mencebik yang membuat Innara terkekeh."

    Last Updated : 2023-11-14
  • Mbak, I Love You    Part 4

    Tahun berlalu dan Innara sudah kembali menyelesaikan pendidikannya. Innara tidak perlu memusingkan masalah pekerjaan karena dia selama ini ia sudah mulai merintis karirnya dengan bekerja di hotel dan bahkan kini sudah diangkat menjadi staff karyawan tetap. Jenjang karirnya menjadi terbuka lebih lebar mengingat status pendidikannya yang juga sudah lebih tinggi. Seperti yang dilakukannya saat masa kuliah sebelumnya, Innara juga tidak pernah kembali ke kediaman orangtuanya saat libur tiba. Terlebih saat ini dia memiliki alasan lain yang lebih kuat untuk menghindar. Tentang adik sambungnya, Azanie. Innara bahkan tidak berkomunikasi dengannya. Sejak tantangan yang diberikan padanya di saat perayaan wisudanya dulu, adik sambungnya tak pernah lagi menutup-nutupi rasa tak sukanya pada Innara. Meskipun gadis itu dengan mudahnya berganti wajah di depan orangtuanya. Tentang kuliah Azanie? Entah apa yang dilakukan adik sambungnya itu, namun saat teman-temannya sudah disibukkan dengan skripsi,

    Last Updated : 2023-12-23
  • Mbak, I Love You    Part 5

    Innara merasakan linu di sekujur tubuhnya. Ia mencoba membuka mata namun hanya sekejap ia kembali menutupnya sebab silaunya cahaya menyakiti penglihatannya. "Sayang." Suara rendah ibunya membuat Innara mengernyit. Ia merasakan tangan hangat itu menggenggam tangannya erat. "Kak, kakak sudah bangun?" tanya suara itu lagi yang membuat Innara memaksakan diri membuka mata. "Da..." hanya itu suara yang keluar dari mulutnya. Innara memandang ibunya yang kini memandangnya seraya terisak. "Alhamdulillah, ya Allah. Kakak udah bangun." Ucap ibunya lagi seraya mengusap airmatanya. Wanita itu lantas berdiri dan menekan sesuatu di samping tempat tidur Innara. "Apa yang sakit, Sayang? Mana yang sakit? Biar Bunda lihat." Ucap Ibunya bertubi yang membuat Innara mengernyit. Apa yang sakit? Tanyanya pada diri sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi? Tanyanya lagi dalam hati. Sebelum ia sempat menjawab pertanyaannya sendiri, beberapa orang masuk ke ruangannya dan memeriksanya. "Siapa nama Anda? Apa An

    Last Updated : 2023-12-23
  • Mbak, I Love You    Part 6

    Halil duduk di meja yang kosong di café milik sahabat kakak iparnya, Galih. Dia baru saja sampai di Bandung dan karena merasa lapar, dia membelokan mobil ke arah G&G Café. “Widih, pewaris Turkish House nongol juga disini. Darimana?” Galih, pemilik café sekaligus sahabat kakak iparnya, Gibran menyapanya. Pria berusia awal empat puluhan itu duduk di kursi di seberang Halil. “Lapar, Bang. Minta makan.” Ucapnya sambil tersenyum miring kepada pria yang sudah ia anggap sebagai kakak itu. “Lah, kok kesini. Kenapa gak pulang ke rumah kakak-kakakmu?” Galih balik bertanya namun tangannya bergerak meraih tablet yang berisikan menu makanan. “Males ah, kalo ke tempatnya kak Fali nanti malah kena ocehan. Ke rumah kak Qilla pastinya lagi sibuk ngurusin toko kue.” Jawab Halil malas-malasan. “Gue mau makanan yang enak dan bikin kenyang.” Ucapnya yang tahu kalau Galih sedang mencarikan menu yang tepat untuknya. Galih menganggukkan kepala dan setelah memilih, ia kembali meletakkan tablet di atas

    Last Updated : 2023-12-24
  • Mbak, I Love You    Part 7

    Innara meninggalkan café dengan jantung yang berdebar dengan sangat kencang. Ia merasa lelah, bukan hanya fisik, namun juga emosionalnya. Kejadian-kejadian yang terjadi setelah ia kembali ke kediaman orangtuanya kembali masuk ke kepalanya. Di dalam taksi, Innara hanya bisa kembali membisu tanpa bisa menahan airmata yang menetes di matanya. Innara menghindari acara makan malam keluarganya di hari setelah ia keluar dari rumah sakit dengan alasan kalau ia lelah. Azanie, tak pernah menyembunyikan rasa bahagianya karena telah menikah dengan Rayka, pria yang dia katakan sudah ia kagumi sejak masuk SMA. Tanpa rasa bersalahnya Azanie mengabaikan perasaan kecewa dan terluka Innara. Tanpa malu, adik sambungnya itu justru bangga karena telah mengambil posisi Innara. Tapi itu belum seberapa. Rasa sakit Innara tidak terhenti sampai di situ. Ia berusaha menatap Rayka yang saat itu juga tinggal di kediaman orangtuanya, meminta pria itu menjelaskan tanpa suara, tapi Rayka malah memalingkan wajah

    Last Updated : 2023-12-24
  • Mbak, I Love You    Part 8

    "Mbak Ra, monitor." Innara melirik benda hitam kecil yang ia letakkan di atas bangku panjang yang ia duduki dan menarik napas panjang. Jam istirahatnya bahkan belum berakhir tapi gangguannya seolah tidak ada akhir. "Ya, Nara disini. Ada apa?" Jawab Innara sebisa mungkin tidak menunjukkan malasnya. "Tamu kabin..." Dan Innara kembali memasuki area resort sambil mendengarkan ucapan salah satu anak buahnya. Hampir dua tahun lamanya Innara tinggal di Bali. Bekerja di sebuah resort mewah yang dimiliki oleh keluarga Indonesia-Turki. Betah? Tidak. Innara tidak bisa mengatakan dirinya betah atau tidak. Dia menjalani hari-harinya sebagai sebuah keharusan semata. Tidak ada lagi antusiasme. Tidak ada lagi harapan. Bahkan tidak program untuk mencapai target tertentu, tidak seperti dulu. Innara hanya melakukan pekerjaan sebaik yang dia bisa, namun tidak menghabiskan waktunya untuk berbuat lebih. Ia tidak lagi melakukan pekerjaan lembur jika tidak terlalu darurat. Tidak terlalu bekerja keras,

    Last Updated : 2023-12-26
  • Mbak, I Love You    Part 9

    Tugas Innara adalah memastikan semua bawahannya melayani pengunjung dengan baik. Terlepas siapa mereka, darimana mereka berasal dan seperti apapun penampilan yang mereka tunjukkan, anak buahnya harus memperlakukan semua tamu sama. Entah itu remaja, dewasa, lansia dan bahkan anak-anak. Dedikasi? Bukan. Innara yang sekarang tidak seloyal itu. Tapi kembali pada prinsip awalnya bekerja, dia harus melakukan apa yang menjadi kewajibannya supaya dia bisa nyaman menerima hak nya. Innara sudah biasa menjadi bahan perbincangan anak buahnya. Mengenai dirinya yang bersikap dingin cenderung jutek. Namun dia tidak mempermasalahkan itu. Menurutnya, selama ia melakukan hal yang benar, maka dia tidak akan memedulikan penilaian orang lain terhadapnya. Dia bukan tipe orang yang tidak akan mengakui kesalahannya. Jika memang dia salah, dia akan meminta maaf. Jika diberikan saran, selama itu masuk akal, dia akan menjalankannya. Namun jika dia dituntut untuk melakukan apa yang orang lain inginkan, maaf, d

    Last Updated : 2023-12-31
  • Mbak, I Love You    Part 10 (1)

    "Dasar gila." Ucap Innara ketus seraya melangkah cepat meninggalkan Halil. "Saya gak gila Mbak, kalo saya gila saya gak akan ada disini sekarang. Tapi bakal ada di rumah sakit jiwa." Ucap Halil tanpa sedikit pun merasa tersinggung dengan ucapan Innara. "Kamu kenapa terus ngikutin saya? Tugas kamu udah selesai, kamu bisa balik ke tempat kamu semula." Usir Innara ketus. "Iya saya tahu, tapi saya mau nganterin Mbak dulu ke tempat Mbak dengan selamat. Saya gak mau terjadi apa-apa sama Mbak di perjalanan." Innara memutar bola matanya. "Memangnya apa yang bakal terjadi sama saya di perjalanan menuju kantor FO? Disini gak ada begal. Gak ada juga bencana alam." Ucapnya masih dengan nada ketusnya. "Ya kali Mbak, ini resort bukan jalanan sepi yang rawan perampokan. Mana ada begal disini." Ucap Halil ketus. "Eh, ada sih, begal hati. Itu juga Mbak tersangkanya karena udah membegal hati aku yang cuma satu ini." Ucap Halil yang membuat Innara membuat suara seolah ia hendak muntah. Halil tersen

    Last Updated : 2023-12-31

Latest chapter

  • Mbak, I Love You    Part 55 (End)

    Innara duduk di tepi tempat tidur, memandang kosong ke luar jendela tepat dimana pemandangan laut lepas tersaji.Innara marah, tapi dia bingung kepada siapa kemarahannya tertuju. Apakah kemarahannya itu untuk Azanie yang dengan begitu mudahnya meminta maaf namun mau tak mau harus Innara maafkan? Karena pertama wanita itu sudah menolongnya dan kedua, memang sejak lama Innara ingin Azanie berubah. Dan ketiga mereka tetap harus berhubungan baik karena ikatan pernikahan kedua orangtuanya.Lalu kemarahannya yang lain tertuju pada Rayka. Tidak, dia bukan hanya sekedar marah pada pria itu sekarang. Tapi benci. Jijik.Ya, Innara awalnya masih ingin hubungan mereka tetap baik-baik saja mengingat bagaimana hubungan mereka di masa lalu dan juga mempertimbangkan hubungan pernikahannya dengan Azanie. Tapi mendengar penuturan Halil dan Azanie tentang pria itu yang sudah memberikan obat perangsang padanya dan hendak memperkosanya saat Innara tidak sadar membuat Innara tiba-tib

  • Mbak, I Love You    Part 54

    Halil tidak pernah meninggalkan tempat tidur. Kepanikan mencekamnya. Ia takut jika sedikit saja ia memalingkan wajah, hal buruk akan terjadi pada Innara. Hipotermia, seringan apapun itu tetap saja menakutkan.Halil, Astika, Azanie dan dokter Burhan bekerja sama untuk menangani kondisi Innara.Halil tidak pernah melepaskan pelukannya dari Innara. Dengan sengaja ia bersandar pada kepala tempat tidur dan membawa Innara dalam posisi setengah duduk. Kedua tangannya tak pernah berhenti mengusap lengan Innara dan meremas jemarinya supaya tubuh Innara tidak sepenuhnya diam sementara kedua kaki Innara tidak pernah lepas dari usapan dan pijitan tangan Azanie.Sepuluh menit sekali, Astika akan memberikan Innara dua sampai tiga sendok air hangat sementara dokter akan memastikan detak jantungnya tidak menurun dan suhu tubuhnya perlahan demi perlahan naik.Menit yang berlalu terasa begitu lama sampai saat subuh menjelang, kondisi Innara sudah di

  • Mbak, I Love You    Part 53 (2)

    Aznie menggelengkan kepala dan setelahnya mengusap wajahnya kasar."Mama Zoya dan Ayah Parsa membiayai kehidupan ibu kandungku sampai aku lahir. Lalu setelah aku lahir dia pergi dengan membawa uang pemberian Ayah Parsa sebagai tebusan atasku. Jalang tidak tahu berterima kasih itu pergi begitu saja meninggalkanku dengan uang hasil menjualku. Lalu kemudian, saat uangnya habis dia kembali."Saat ibuku meninggal, ingatan yang aku lupakan adalah pertengkaran yang terjadi antara kakak beradik itu. Wanita itu meminta uang pada mama Zoya dan saat mama Zoya tidak mau memberikannya, dia mengancam akan membawaku pergi."Mama Zoya teramat mencintaiku dan sudah menganggapku sebagai anak kandungnya sendiri sehingga dia tidak rela aku diambil dan terjadilah tarik menarik itu. Demi melindungiku Mama Zoya terjatuh dari tangga sementara dia sedang hamil besar."Bukan Bunda yang membunuh mama Zoya. Tapi aku." Azanie menangis tersedu. "Dan wanita itu membeberkan semua fakta

  • Mbak, I Love You    Part 53 (1)

    Halil melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Jalanan yang sepi membuat adrenalinnya semakin terpacu. Kabar yang dia terima dari Azanie jelas membuat nafsu ingin membunuhnya muncul begitu saja.Sialan Rayka! Pria itu benar-benar mencari peluang tepat disaat Halil tengah lengah. Kalau saja sesuatu terjadi pada Innara maka Halil bersumpah bukan hanya Rayka yang akan mendapat ganjarannya tapi juga Azanie dan orang-orang bayarannya yang sudah lengah sampai kehilangan Innara.Tapi mungkin Azanie masih bisa dimaafkan karena wanita itu masih sempat memberikan foto plat nomor yang dikenakan Rayka dan juga berhasil mengejar Rayka sehingga mereka tidak benar-benar kehilangan arah.Sebuah villa di daerah perbukitan menjadi tempat yang dipilih Rayka untuk bersembunyi. Motor yang digunakan Azanie untuk mengikuti Rayka bersembunyi di balik sebuah pohon besar dan mengintai villa dari kejauhan."Aku tidak bisa masuk karena disana ada beberapa penjaga bertubuh besar." Ci

  • Mbak, I Love You    Part 52

    Jalanan lengang dan itu membuat Rayka merasa berada di atas awan. Bahkan Tuhan mempermudah rencananya. Tidak ada halangan, tidak ada hambatan kecuali drama penahanan yang beberapa waktu lalu dilakukan Azanie.'Bagaimana bisa jalang itu tahu kalau aku akan mengeksekusi rencanaku malam ini?' Tanya Rayka dalam hati. Namun pria itu tidak mau berpikir lebih jauh. Ia melirik sekilas dan melihat Innara yang bergerak semakin gelisah di kursinya. Rok katunnya bergerak naik hingga ke setengah pahanya sehingga Rayka bisa melihat kulit putih milik Innara terpampang jelas di matanya.Rayka dengan sengaja mengusap paha itu dengan tangan kirinya. Bergerak menggoda yang ia tahu akan menyiksa Innara dan membuat wanita itu menginginkan lebih.'Sebentar saja. Kamu hanya akan merasa tersiksa sebentar saja.' ucapnya dalam hati dengan senyum manis di wajahnya.Bayangan dirinya menyentuh tubuh dan bercinta dengan Innara terus meme

  • Mbak, I Love You    Part 51

    Untungnya keributan yang terjadi antara Innara dan Rayka tidak terdengar oleh orang luar. Atau mungkin sebenarnya bisa saja ada yang mendengarnya namun berpura-pura tidak mendengar karena tidak mau mengusik Innara yang jelas kini berstatus sebagai istri pemimpin mereka.Namun gosip pertengkaran Rayka dan Azanie santer terdengar sampai ke telinga Innara beberapa hari setelahnya. Bahkan Lusi sendiri membicarakannya."Mereka bilang kalau Rayka dan Azanie membahas masalah perceraian dalam pertengkaran mereka." Ucap Lusi saat mereka menghabiskan makan siang bersama di taman.Kenapa orang-orang tampak begitu tertarik pada urusan orang lain? Kenapa mereka memilih mendengarkan alih-alih pergi dan kenapa juga mereka memilih menyebarkannya. Padahal kalau saja informasi itu mereka telan sendiri, saat ini Innara tidak akan mendengad apa-apa.Innara sendiri sebenarnya enggan terlibat dan tidak mau ambil pusing akan urusan Azanie dan juga Rayka. Namun ia kembali mengin

  • Mbak, I Love You    Part 50

    "Kamu mengundurkan diri?" Innara yang sedang duduk di ruang istirahat mendongak kaget saat Rayka yang baru saja datang tiba-tiba memberondong Innara dengan pertanyaan bernada menuduh itu seolah Innara baru saja membuat kesalahan fatal.Innara memandang pria itu dengan alis bertaut. "Darimana kamu tahu?" Ia balik bertanya dengan nada ketus. Tak peduli kalau Rayka saat ini berstatus sebagai atasannya."Aku tidak buta. Aku melihat pengumuman rekrutmen yang dibuka oleh pihak HRD." Jawabnya masih tampak kesal."Ya lalu?""Kenapa kau mengundurkan diri begitu saja?" Tanya Rayka dingin."Kenapa tidak boleh?" Innara balik bertanya."Apa ini karena Azanie yang juga melamar bekerja disini?" Tanya pria itu ketus. "Aku sudah membujuknya untuk tidak melamar kesini. Dan aku sudah bicara pada pihak HRD untuk tidak menerima lamarannya. Tapi mereka yang memberikannya kesempatan." Ucap Rayka lelah.Innara mengernyit. Dia sendiri tidak tahu kalau Azanie

  • Mbak, I Love You    Part 49

    Innara memandangi hasil dari tiga testpack berbeda merk yang ada di tangannya. Dan ketiga benda itu menunjukkan hasil yang sama. Negatif.Innara menghela napas panjang dan menghembuskannya pasrah. Entah kenapa tiba-tiba saja Innara merasa rongga dadanya teramat kosong. Tenggorokannya tercekat. Ia ingin menangis tapi airmatanya sama sekali tidak keluar.Innara saat ini merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Sepertinya dia berekspektasi terlalu tinggi dan berharap bisa segera hamil. Berpikir kalau dirinya sangat subur padahal kenyataannya?Ia kembali menarik napas panjang dan menghembuskannya, berharap dengan demikian ia bisa mendapatkan ketenangan hati. 'Tenang Innara, usia pernikahanmu dengan Halil itu masih seumur jagung. Diluar sana masih banyak orang yang sudah menikah bertahun-tahun namun belum memiliki keturunan. Tenanglah, rejeki akan datang pada waktunya.' Ucap Innara pada diri sendiri.Namun nyatanya kekecewaan Innara tak kunjung membaik begitu saj

  • Mbak, I Love You    Part 48

    Innara sudah kembali mengenakan seragamnya. Sudah waktunya ia kembali bekerja karena masa cutinya sudah habis. Halil sendiri sebenarnya sudah membujuknya untuk berhenti bekerja dan beristirahat saja di rumah, mencari kegiatan lain selain berkeliling resort dan melayani tamu tapi Innara menolaknya.Ia butuh kegiatan dan bekerja di resort menjadi salah satu peralihan bosannya.Sebenarnya Halil tidak benar-benar melarangnya bekerja. Alasan pria itu meminta Innara untuk berhenti adalah karena Halil tidak mau Innara berhubungan dengan Rayka yang notabene merupakan atasan langsungnya di resort. Belakangan, setelah liburan usai Halil memang lebih protektif kepada Innara terlebih mengenai interaksinya dengan Rayka.Bukan karena cemburu buta. Tidak. Yang pasti Halil sudah merasa yakin kalau Innara sudah sepenuhnya menyerahkan hati dan tubuhnya pada Halil. Namun justru yang Halil takutkan adalah Rayka sendiri.Ada yang aneh dari Rayka semenjak liburan bersama merek

DMCA.com Protection Status