Beranda / Romansa / Mbak Arsitek Perancang Cinta / Bab 47. Litu Si Calon Menantu

Share

Bab 47. Litu Si Calon Menantu

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-05 12:49:54

Sekarang di dada ini sedang terjadi pergulatan rasa. Kawatir, takut, dan cemas, rasa yang lebih menguasaiku. Bagaimana tidak, mempunyai calon suami yang super kaya seperti ini.

Itu sangat menakutkan.

*

Sekarang, aku baru merasakan aura rumah. Bangunannya masih terkesan megah, namun masih bersahabat. Permainan batu alam dikombinasi dengan kayu besar dan detail sedikit ukiran, membuat hati ini merasa nyaman. Apalagi cahaya temaran dan lampu sorot di beberapa titik taman terbuka.

Genggamanku tidak seerat lagi, senyumku pun mulai terukir kembali menyambut tatapan hangat Pak Mahendra. Tetap, tanganku tergantung dilengannya. Menopang tubuhku yang tersiksa karena alas kaki cantik yang tinggi ini.

"Kita langsung ke belakang, ya. Mama sudah menunggu di dapur," ucapnya mempercepat langkahnya. Kami melewati beberapa ruangan yang terlihat sekilas mempunyai tatanan yang indah. Dari sini, kelihatan sekali Mama Lia mempunyai selera yang tak biasa.

"Litu! Akhirnya kamu sampai!" teriak Mama Lia men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 48. Berpacu

    "Capek?" Pertanyaan Pak Mahendra terlontar memecah keheningan di dalam mobil. Setelah meninggalkan istana itu. Kami disibukkan dengan pikiran masing-masing. Banyak sekali pertanyaan di kepalaku, kenapa, siapa, bagaimana, seandainya, semua berjubal minta dibebaskan. "Capek kenapa? Kita hanya makan," jawabku singkat. Bingung akan menjawab apa, sedangkan pertanyaan sudah membuatku pusing."Capek mendengarkan cerita Mama."Aku hanya tersenyum dan menggeleng. Seandainya dia bertemu Ibu yang tidak berhenti bicara dari bangun sampai tidurnya. Atau, menemani Bapak nongkrong di depan dari kopi gelas pertama sampai kelima. Pasti dia akan memakluminya."Kita mampir ke rumahku dulu, ya? Selama ini, kamu belum pernah aku ajak," ucapnya sambil membelokkan ke hunian yang dijaga dua Satpam. Mereka langsung berdiri tegap dan membungkukkan badan. Pintu gerbang tinggi terbuka dengan sendirinya.Kesan maskulin begitu kental. Warna abu-abu dan hitam mendominasi. Lampu taman menghiasi dibeberapa sudut,

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 49. Noda Kepemilikan

    Tubuh ini terhempas di sofa dudukan kami tadi. Seperti terlepas dari busur panah, kami melesat tak berhenti. Berpacu dalam pagutan yang sudah diselimuti hasrat. Saling terpaut dalam helaan napas yang mulai memanas.Dan, "Awh ...!"Teriakan Pak Mahendra menyadarkan kami. Dia mengaduh, membebaskanku dari kungkungannya. Sambil meringis, dia bersandar di sofa dengan mendekap perutnya. Pasti barusan aku tidak segaja meremas lukanya.Aku beringsut menjauhkan dari tubuhnya. Merapikan bajuku yang sudah berantakan, beruntung Alysia memberiku gaun dengan pengait di punggung, itu pengaman untukku. Rumbaian di ujung gaun saja yang sedari tadi mengganggu pandangannya.Ikatan rambutku pun sudah hilang entah kemana, tertinggal rambut yang terurai. Aku menyisir seadanya dengan jari."Kak, lukamu?" teriakku mendekatinya lagi, dia masih mengaduh.Terpaksa aku memeriksa luka di perut. Tanganku gemetar membuka satu persatu kancing bajunya. Rasa yang tadi masih tersisa, masih haus akan apa yang kulihat se

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 50. Tertipu Cinta?

    Hari ini, persiapan untuk acara peluncuran proyek ini. Dua hari lagi acara berlangsung. Alasan inilah yang mempercepat aku pergi dari hadapan Alysia, dan menyembunyikan noda sisa semalam.Pekerjaan kami sudah tidak sesibuk sebelumnya. Aku dan Mas Sakti sudah menyerahkan semuanya kepada team pemasaran. Siang ini, aku ingin mengejutkan Pak Mahendra. Biasanya dia yang menghampiriku, memberikan kejutan-kejutan manis walau sekedar rayuan. Itu cukup membuatku tersanjung dan berharga untuknya.Sekarang giliranku, akan kutunjukkan bahwa akupun mempunyai perasaan yang sama. Berduaan di kantor, tidak akan membuat kami terjerumus, kan?Ruang depan kosong, biasanya sekretaris siap siaga di sana. Hanya tulisan ISTIRAHAT terpampang di atas mejanya.Sip, berarti Pak Mahendra sendiri dan bersiap untuk makan siang. Aku ingin mendahuluinya mengajak makan berdua. Dengan hati berbunga kulangkahkan kaki, dengan jantung mulai berdebar cepat membuka pintu dengan pelan."Aku mencintaimu. Dari dulu, sekara

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 51. Harus Aku Korbankan Nyawaku?

    Aku tertidur dalam rasa kesal. Mataku masih bengkak dan kepalaku terasa berat, namun perutku ini memaksaku keluar dari selimut. Aku lihat ponselku di atas nakas. Sengaja aku matikan, berusaha sembunyi dari siapapun. Di luar sudah sepi. Pasti Alysia sudah tidur. Aku turun menuju dapur di lantai bawah. Tidak ada makanan di lemari pendingin. Hanya bahan makanan saja. Perutku menuntut lebih, namun malasku tak tertahan. Pilihanku berakhir dengan susu murni dingin dan sereal coklat. Tidak seenak nasi gudeng yang berlimpah lauk, tapi bagaimana lagi, hanya ini yang ada. Seperti kisah cintaku sekarang. Menyedihkan dan memalukan. Aku seperti diangkat tinggi-tinggi dengan ungkapan cinta dan rencana manis. Kemudian dihempaskan sampai luluh lantak. Aku mengunyah sereal coklat bersamaan dengan air mata yang menetes lagi. Tertipu karena bodoh. Itu yang membuat menyesal. Kenapa semudah ini aku mempercayai mimpi dan anganku tidak pasti ada? Itu hanya kesempurnaan di cerita dongeng. Pangera

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 52. Kehilangan

    Sepanjang jalan, aku menatap jendela. Seandainya dia bersikap nekat, apakah aku bisa melanjutkan hidup? Dia begitu karena sikapku. Cap sebagai pembunuh membayangi semakin lekat. Genggaman tangan ini mengerat mencari kekuatan untuk menerima apa yang terjadi. Aku ingat. Disaat ketidak mampuanku, sering tangan ini di dalam genggamnya. Hangatnya masih terasa, menegakkan dan meringankan langkahku. Namun, kini seperti menggapai ruang kosong. Apakah dia masih ada di dunia ini? Kak Mahe, jangan tinggalkan aku."Sudah sesuai alamat yang dishare Mas Sakti. Benar ini rumahnya?" tanya Alysia melambatkan mobil."Yang di sebelah itu," ucapku sambil menunjuk ke depan.Aku memekik dan menutup mulut ini saat melihat apa yang ada di depanku. Air mata luruh kembali dan kaki ini seakan hilang tenaga untuk melangkah.Sebuah mobil ambulan parkir di pinggir jalan, dengan cahaya lampu berputar-putar. Beberapa orang berseragam putih kelihatan sibuk. Pintu gerbang pun terbuka lebar. Ada beberapa mobil di sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 53. Calon Suami

    Sesaat aku membeku.Dan, tersadar aku benar-benar tertipu."Kak Mahe ...!"Aku mendengus kesal melihat mereka. Apalagi Alysia yang dengan sengaja menunjukkan botol kecil berlambangkan tetes mata. Mas Sakti juga, wajah sedihnya hilang sudah, berganti dengan senyum jahil seperti biasanya.Ternyata mereka bersengkongkol.Orang-orang berbaju putih yang sedari tadi juga sudah tidak ada, entah pergi kemana. Keadaan di ruang ini sepi, hanya ada kami berempat saja.Mataku mendelik ke arah mereka. Bukannya gentar, mereka malah tersenyum kemenangan. "Alysia, kenapa kamu ikutan rencana mereka!" Aku bersungut-sungut menatapnya. "Kalau tidak begini, mana mau kamu mendengarkan kami? Ayo, Sakti. Kita keluar, biarkan mereka menyelesaikan sendiri!" ucap Alysia mengajak Mas Sakti. Mereka meninggalkan kami berdua dengan tertawa dan berbincang entah apa. Ruangan menjadi sepi. Hanya ada aku dan Si Vampir yangsudah memporak-porandakan hatiku. Aku malas melihatnya, kesalku lebih menguasaiku dari pada pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 54.  Kita Tunjukkan

    Sinar matahari masuk di sela-sela tirai. Menyilaukan mata dan memaksaku membuka mata. Tadi malam, kami meringkuk berdua di sofa dalam kamar. Melepas lelah dan kantuk yang tak terelakkan. Namun sekarang, aku sendiri dengan selimut tebal yang berbau aromanya."Litu! Kamu sudah bangun?" ucapnya lirih sambil berjalan berjingkat. "Ayo ikut aku. Jangan berisik, ya."Masih menahan kantuk, aku mengikutinya berjalan pelan tak bersuara. Dibukanya pintu dengan perlahan. "Lihat, itu," tunjuknya ke sofa depan televisi.Aku terkejut apa yang aku lihat. Kecurigaanku selama ini terbukti, dan jawabnnya ada di depan kami sekarang. Mereka di sofa bersama. Mas Sakti tidur dengan posisi bersandar di sofa. Kepala Alysia tidur di pangkuannya. Bahkan tangan mereka saling menggenggam, menandakan seberapa dekat hubungan mereka. "Benar kan, ucapanku."Kami tersenyum memandang mereka. Akhirnya semua terungkap. Alysia, tunggu sebentar lagi, ada interogasi.Dengan keadaan lelah jiwa raga, kami ke kantor. Tunt

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08
  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 55. Menandai Lift  

    Berlahan, kusambut uluran tangannya. Seketika hati ini menghangat seiring dengan eratnya genggaman ini. Sambil menghembuskan napas panjang, kusejajari langkahnya.Pak Mahendra melangkah tegak dengan kepala sedikit mendongak seperti biasanya. Wajahnya pun kembali dingin tak terlihat ramah. Semua yang kami temui mengangguk hormat, dan dari sudut mata ini terlihat raut wajah yang menunjukkan penasaran. Pandangan mereka ke arah tangan kami yang bergandengan sedari keluar dari mobil. Bahkan terdengar bisik-bisik, walaupun tidak jelas itu apa.Aku mengikutinya dengan menunduk dan sesekali menyapa rekan yang aku kenal. Mereka pun menyambutku dengan raut wajah berkerut."Beneran kan, Kak. Semua menatap kita," keluhku saat di dalam lift khusus direksi. Seperti terbebas dari belenggu, aku menghela napas dan menghirup udara dalam-dalam."Mulai sekarang, kamu harus terbiasa dilihat banyak orang, dibicarakan segala apa yang kamu lakukan. Itulah konsekuensinya, saat kita di posisi atas," ucapnya m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-09

Bab terbaru

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 101.  Kita Untuk Selamanya

    Apa yang dicari dalam hidup ini, kalau tidak ketenangan? Untuk apa berlimpah harta dan kekuasaan, tetapi bergelimang kecemasan akan kehilangan? “Karenanya, aku berusaha menyelesaikan urusan-urusanku sebelum menjalani hidup tenang bersamamu, Litu.” Aku menjawab dengan senyuman sambil mengeratkan tangannya yang mengusap perut ini. Hangat tubuh yang selama ini aku nikmati dari bajunya yang tidak dicuci, sekarang bisa aku hidu setiap waktu. Senyuman begitu lekat di wajah ini. Sesekali meneleng ke belakang untuk menyambut ciumannya. “Kak Mahe tidak pergi meninggalkan aku lagi?” “Untuk apa? Semua sudah aku bereskan.” “Janji?” “Janji. Demi anak kita, Litu,” ucapnya sambil membalikkan tubuh ini kepadanya. Wajahnya menunjukkan keseriusan, dengan mata tidak terlepas dariku. “Apa yang terjadi kepadamu, membuat aku berpikir. Kalau aku tetap mempertahankan posisi dan apa yang aku lakukan sekerang, bukan tidak mungkin anak kita nanti akan mendapatkan kemalangan. Aku tidak mau itu.” “Iya. A

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 100.  Saat Kau Jauh

    Apa salah kalau seorang istri ingin merasa dipentingkan oleh suami sendiri? Apakah tidak benar, kalau aku ingin malam-malamku ditemani suami sambil mengusap perutku yang sudah mulai buncit ini?“Nduk, kamu ingin rujak manis mangga muda? Ibuk bikinkan, ya?”“Tidak usah ditawari. Langsung dibuatkan saja. Pasti Litu kemecer,” sahut Bapak menjawab pertanyaan Bapak.Bukannya aku tidak ingin, tapi aku menginginkan mangga muda yang diambilkan Kak Mahe sendiri. Keinginanku itu sudah tertahan satu minggu, dua minggu, dan sekarang sudah menginjak di bulan kedua. Namun tidak ada kabar sama sekali tentang Kak Mahe.“Suamimu baik-baik saja. Hanya dia belum bisa menghubungimu demi keselamatanmu, Litu,” ucap Mas Sakti kalau aku mengajukan pertanyaan yang sama melalui sambungan telpon.Sampai sekarang aku tidak tahu ada urusan apa yang lebih dia pentingkan. Kalau bisnis, kenapa justru dia meninggalkan perusahaan dan menyerahkan kepada Mas Sakti?Aku seperti istri yang tidak mengerti suaminya seperti

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 99.  Aku Ingin Pulang

    “Kamu benar ingin meninggalkan suamimu?” Alysia menangkup tanganku, menghentikan gerakanku yang sedang memasukkan baju ke dalam koper.Aku menatapnya sebentar. Rasanya ingin menyerah dan pasrah, tetapi hati ini sudah terlanjur terpantik rasa kesal. Menjadi seorang istri yang tidak dianggap. Ucapanku hanya dianggapnya angin lalu.“Iya. Aku ingin pulang ke Jogja. Di sini aku tidak dianggap apa-apa. Bahkan tidak dianggap penting,” ucapku kemudian melanjutkan yang aku lakukan tadi.“Litu. Pak Mahendra pergi karena ada urusan penting.”“Siapa yang bilang? Dia hanya mengurus orang-orang yang menurutnya harus dilibas,” ucapku sambil tertawa. “Alasan saja demi aku. Tapi menurutku itu hanya demi egonya sendiri.”“Sakti pasti benar. Pak Mahendra sedang ada__”“Sedang apa dia, Alys?” ucapku memotong ucapan sahabatku. Sejenak aku mengambil jeda untuk mengatur napas. Mencoba meredam amarah.“Kalau dia memang benar-benar mencintaiku dan sayang kepada anaknya, pasti sekarang ini dia menunggui aku ya

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 98. Terserah

    Tangannya memegang erat lenganku. Sorot matanya menunjukkan ketidakrelaan, menyurutkan gerakanku untuk berdiri.“Kak Mahe, aku tidak ingin keributan.”“Tapi Litu. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku harus membalas perlakuannya kepadamu. Enak saja. Belum tahu siapa Mahendra ini?!” ucapku dengan mengeratkan kepalan tangan ini. Aku berusaha meredam amarahku, terlebih dihadapan Lituhayu.“Sst…. Kalau marah jangan keras-keras, Kak. Nanti dia dengar.” Istriku berdesis sambil menuntukkan telunjuk di depan bibirnya. Aku mengernyit.“Dia? Dia siapa?” tanyaku dengan menoleh ke sekeliling. Hanya ada kami berdua.Lituhayu tersenyum, kemudian menarik tangan ini ke arah perutnya. “Dia, Kak. Anak kita. Walaupun masih kecil di perut, dia sudah mendengar. Bahkan bisa juga merasakan apa yang ada di hati orang tuanya.”Aku terperanga seketika, tersadar dengan perasaan yang aneh ini. Yang menyelusup dan bersarang di hati ini.Anak? Anakku?Rasa yang tidak bisa aku gambarkan. Yang aku tahu, dia m

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 97.  Milikku

    Aroma wangi bunga menyelusup di penciuman. Kicauan suara burung terdengar bersautan yang mengantarkan kedamaian, mengusikku untuk membuka mata.Mata ini mengerjap, menajamkan pandangan yang terhalang tirai putih berkibar tergantung di tiang ranjang. Sesekali terlihat pemandangan yang menakjubkan, seiring dengan angin yang berembus halus.‘Dimana aku ini?’Penasaran. Aku beringsut dan perlahan kaki ini turun dari ranjang berwarna serba putih. Telapak kaki tergelitik seketika, saat beradu dengan ujung rumput.‘Apakah aku sudah di surga?’ bisikku dalam hati setelah menyibak tirai. Pemandangan indah terhampar luas. Aku di tengah-tengah taman indah dan beratapkan langit biru yang menyejukkan.Masih teringat lekat, tubuh ini melayang di udara. Telingaku yang mendengar teriakan pak sopir di sela suara Mas Sakti dan berakhir dengan silau yang menyerang mata ini.Siapa mereka?Sosok berbaju berbaju putih menunduk mengerumuni keranjang rotan.Penasaran. Langkah ini seakan melangkah dengan sendi

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 96.  Kecapekan

    Kalau mempunyai keinginan, memang harus diupayakan. Aku setuju tentang itu. Akan tetapi bukan begini juga prakteknya.Kebersamaan kami tidak hanya di rumah saja. Keinginan segera memiliki buah hati juga digaungkan di kantor. Hampir setiap ada kesempatan, Kak Mahe memanggilku ke ruangannya. Tentu saja berakhir di ruang rahasia belakang kabinet.Ranjang yang menghadap jendela lebar, seakan merindukan kehangatan kebersamaan ini. Menjadi saksi bisu kegigihan upaya kami berdua.“Kamu selalu cantik, Sayang.”Kak Mahe mengaitkan rambutku ke belakang telinga. Seakan selesai kerja keras, pendingin ruangan tidak menyurutkan keringat yang melembabkan kulit ini. Aku menggeliat, meregangkan tubuh yang lelah karena ulahnya. Seakan mengerti, selimut ditangkupkan di tubuhku yang masih meringkuk. Aku seperti atlit maraton yang mengibarkan bendera putih tanda menyerah.Senyum ini mengembang, saat dia mencium lembut kening ini. Mata ini pun enggan terpejam, saat dia dengan tubuh polosnya beranjak santa

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 95. Bersedia

    Harusnya aku tadi menghindari minum. Memang, aku bukan pecandu alkohol, minum pun sekadar just for fun. Bukan untuk mabok-mabokan yang menghilangkan akal sehat. Untuk apa melakukan hal yang merusak badan. Aku masih ingin hidup lama untuk bekerja dan bahagia. Katanya, minum alkohol secara berlebihan akan merusak kesehatan. Bahkan merusak gairah seks dan memicu impotensi pada laki-laki. No! Aku mempunyai istri dan ingin memiliki anak. Karenanya, aku tahu takaran maksimal yang bisa aku minum. Satu gelas. Kalau ingin nambahpun, tidak boleh lebih dari satu gelas. Itupun sekadar long drink, coktail, atau wine. Takaran yang masih berdampak baik. Namun, pikiranku terlupakan dengan efek setelahnya. Dalam jumlah kecil, etanol yang terkandung dalam minuman itu akan merangsang bagian primitif otak yang disebut hipotalamus. Yang mendorong fungsi dasar manusia termasuk memicu gairah untuk membersamainya. Terlebih saat ada yang memantik seperti sek

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 94.  Kekawatiran Mehendra

    Telingaku berdengung sedari tadi. Makan mie instan kuah dengan cabe lima biji, jadi terganggu. Itu artinya ada yang membicarakan, itu kata Bapak dulu. Saat itu aku dan bapak mancing. Pamit kepada ibuk keluar sebenar, tetapi berakhir di taman pancing sambil ngopi. Menghilangkan penat yang sungguh menyenangkan. Nyaman, ditemani semilir angin, dan hening, jauh dari omelan ibuk. Tentu saja ini sampai sinar matahari mulai turun. “Nduk. Kita pulang sekarang,” ucap bapak kala itu. Padahal, timba tempat ikan milikku baru terisi dua ekor, sedangkan bapak sudah dapat lima ekor. Padahal ini kan taruhan dengan bapak, siapa yang banyak dia harus mijit pundak. Curang! “Yo, wes. Bapak mengalah, wes. Telinga bapak ini lo berdengung terus. Ini pasti ibumu sudah menunggu di rumah,” ucap Bapak tidak bisa dicegah. Benar, sampai rumah ibu sudah menunggu di teras rumah. Entah apa yang dikatakan bapak, wajah ibu yang awalnya terlihat kesal, berubah menampilkan senyuman. Mereka itu pasangan Tom and Je

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 93. Dukungan Mertua

    Katanya, mertua perempuan sering kali menguji menantu perempuannya. Entah itu secara diam-diam, atau dengan terang-terangan. Katanya juga, ini untuk memastikan anaknya berada pada tangan yang tepat. Dia akan rela dan tenang melepaskan si anak, kalau menantunya lulus ujian. Entah, apakah sekarang Mama Lia melakukan ini kepadaku? “Kamu memang wanita yang tepat untuk Mahendra. Tenang tetapi membahayakan,” celetuk Mama Lia dengan menunjukkan senyuman dan lirikan mata penuh arti. Tadi saat Mama Lia dan si Nyonya rumah mendapati keadaan yang berantakan tadi, Sandra pemakai costum nenek sihir itu berusaha keras memojokkan aku. Tentu saja aku memanfaatkan untuk menantang Monika. “Tanya saja kepada Monika kalau tidak percaya? Saya tidak menyentuh sedikitpun perempuan itu. Bahkan, dia yang berniat mencelakaiku” ucapku dengan wajah sedikit menyunggingkan senyuman. Menoleh ke arah Monika dengan sedikit tatapan tajam, memberikan ancaman apa yang aku ucapkan tadi tidak main-main. Di tangan in

DMCA.com Protection Status