Share

IQBAL POV

Penulis: Arrasyied99
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 19:17:20

"Kenapa lu jadi serapuh ini, kak??"

.

.

.

Malam seharusnya terasa menyenangkan karena bintang bintang bersinar terang menerangi malam, ditemani rembulan dengan cahayanya yang menenangkan. 

Tapi sayangnya semua itu nggak berlaku buat gue, karna sekarang gue bener-bener gelisah dan berantakan. Rambut gua acak-acakan, dan bahkan gue masih mengenakan seragam sekolah lengkap yang menandakan kalau gue belum mandi dari jam balik sekolah padahal sekarang sudah jam 11 malam.

"Payah" kutuk gue dalam hati.

Tanpa henti, gue ketuk-ketuk terus jari jemari gue di atas meja. Mencoba berusaha tenang dan mencoba untuk berpikir jernih karna segalanya nggak akan bisa beres kalau gue terus-terusan pakai emosi. Tapi nyatanya usaha gagal hanya dalam hitungan detik.

"Aahh!"

Entah untuk keberapa kalinya gue buang nafas gue kasar.

Sebenarnya gue dan 3 Bodi gruad gue udah nyari Kak Arya selama 6 jam lamanya. Kita nyari ke semua tempat yang mungkin Kak Arya singgahi, tapi hasilnya nol besar .Gue kehilangan jejak, otak gue juga udah buntu mau nyari Kak Arya ke mana lagi.

Kakak gue emang cowok, tapi tetep aja gue khawatir karena kakak gue belum juga balik padahal udah mulai tengah malem. Sekilas keadaan fisiknya memang terlihat baik-baik saja, tapi sayang kondisi psikisnya agak terganggu.

"Bagaimana gue bisa tenang?"

"Mana bisa?"

Kalau aja tadi gue nggak ketiduran di kelas, semua nggak akan kayak gini. Kenapa gue teledor gini? Kenapa juga 3 orang Bodyguard raksasa kayak nggak ada gunanya sama sekali?

Gue buka layar HP gue, berusaha menghubungi lagi para Body guard berbadan kekar yang entah kenapa malah nggak becus menjaga satu orang aja. 

Nada deringnya yag menyebalkan berdering cukup lama sampai-sampai gue sempat mengumpat beberapa kali, sebelum akhirnya telepon tersebut akhirnya terhubung.

"Gila, gimana kakak gue??" tanya gue tanpa babibu lagi.

"Maaf tuan muda, tapi kami,, "

"Kalian ini 3 orang, dia cuma sendirian. Gimana bisa nggak ketemu!!" teriak gua pada benda pipih di tangan gue.

"Maaf Tuan, kami lengah" jawab salah satu diantara mereka.

Gue jambak rambut gue kasar, frustasi luar biasa. Akhirnya gue putus panggilan tadi secara sepihak, padahal tadi gue menghubunginya dengan penuh harap. Dan akhirnya malah langsung gue tutup panggilan tadi gitu aja, bahkan satu kalimat aja belum mereka selesaikan.

Percuma juga! Gue udah terlalu hafal dengan kelanjutannya, mendengarkannya lebih lanjut malah mungkin meningkatkan kedongkolan gue.

Kadang gue mikir kalo mereka bener-bener hanya menguras keuangan gue tanpa melakukan pekerjaan yang berarti. Berkali-kali melakukan kesalahan yang sama, kehilangan jejak Kak Arya. Tapi sayangnya gue nggak mau mengambil resiko lebih besar kalo gue cuma menjaga Kak Arya sendirian.

Lagi pula gue adalah putra tunggal dari keluarga Ramdani, keluarga kaya raya pemilik usaha properti dengan omset milyaran dalam satu kali transaksi. Gua nggak akan rugi kalau gue emang pengen menyewa ratusan bodiguard sekalipun.

Kata-kata yang selalu Om Irfan ingetin ke gue setiap pertemuan konseling Kak Arya tiba-tiba terngiang lagi di kepala gue, Om Irfan itu dokter khusus psikolog dan dia dokter yang menangani kasus Kak Arya 2 tahun ini.

"Kesehatan mental Seseorang tak bisa dianggap sepele, Iqbal!"

"Kak, lu di mana sih?"

Gimana gue bisa tenang? Sumpah perasaan gue bener-bener nggak enak!!

"Aarrgghh!!! Anjin*

Gue mengerang setelah menendang meja di dekat kaki gue, berusaha untuk melampiaskan kekesalan. Dan setelahnya gue bener-bener merutuki kebodohan gue yang kesekian kalinya.

"Sial!!"

Sebelum gue benar-benar berhasil mengeluarkan makian, sebuah bayangan hitam terlihat perlahan menghampiri gue, bikin gue ngelirik was-was. Tapi setelahnya perasaan lega bener-bener gue rasain. Gue tersenyum cerah sambil menghampiri bayangan tersebut walaupun agak terseok karena ulah bego gue barusan, tapi gue nggak peduli.

Bayangan hitam itu milik Kak arya dan Kak Arya pulang dengan tanpa luka ataupun darah setetes pun bikin gue senang luar biasa, gue sambut Kak Arya dengan pekikan keras layaknya gadis remaja yang kasmaran.

"Kak Arya!!"

Dan sekarang Kak Arya ada di hadapan gue, dengan mata sayu dan air mata yang membuat wajah ceria gue hilang seketika.

"Kak, lu kenapa?' tanya gue khawatir.

Kak Arya menatap gue dengan mata merahnya, tampak begitu kacau dan mengenaskan. Sedang gue masih berusaha mengatur nafas gue perlahan karena mendadak ikut sesak melihat keadaannya.

Pelan gue raih bahunya, pengen meyakinkan kalo Kak Arya nggak sendirian. Gue ada kalau dia butuh sandaran, tapi secepat kilat dia menepis tangan gue dan berteriak dengan keras.

"Apa peduli lu? Hah!!"

Gue tersentak karena nyium bau alkohol yang begitu menyengat dari mulutnya, padahal ini bukan pertama kali Kak Arya balik dengan keadaan semengenaskan ini. 

Ayolah kita bahkan belum genap 17 tahun, kita masih remaja tanggung yang bahkan belum memiliki KTP. Tapi nggak keitung lagi untuk keberapa kalinya kakak gue kembali dengan keadaan mabuk seperti ini.

"Kenapa hidup gue begini, bal?" tanya Kak Arya dengan tawanya yang mengerikan, mungkin ini kesejuta kalinya ia mempertanyakan alasannya hadir di dunia ini.

Sumpah gue enggak tega. Cepat-cepat gue tarik Kak Arya ke pelukan gue, berusaha menenangkannya, tapi dengan secepat itu juga Kak Arya dorong gue menjauh sampai akhirnya punggung gue membentur tembok apartemen gue dengan keras.

Gila!! Nggak main-main sakitnya!

Gue meringis karena rasa perih di punggung gue, tapi gue lebih perih lagi melihat kakak gue yang ngamuk sambil melempar segala barang-barang di sekitarnya, dibanting semuanya bahkan sampai pigura foto kita berdua yang selalu gue pajang di nakas meja maupun di dinding apartemen gua.

Terbilang cengeng memang jika gue sebagai laki-laki sekarang menangis, tapi beginilah fakta.

Mata gue udah berkaca-kaca dengan pandangan yaang agak burem karena terhalang air mata. Gue nggak bisa apa-apa selain termenung, biarin Kakak gue ngamuk untuk kesekian kalinya Karena diri ini terlalu lemah untuk jadi pelampiasannya.

Beruntung belajar dari pengalaman, gua sudah menyingkirkan segala macam benda pecah belah di apartemen gue supaya nggak melukai Kak Arya.

Kita menangisi takdir. Bedanya gue terisak dalam diam sedang Kak Arya mengamuk dan meraung di hadapan gue, pengaruh alkohol tersebut benar-benar sukses menunjukkan segala perasaannya yang selalu Kak Arya sembunyiin sama ini. Segala rasa sakit dari masa lalunya yang terlalu pahit untuk gue ceritain.

Waktu berlalu sampai akhirnya Kak Arya memilih menyerah, lelah setelah mengubah apartemen gue menjadi layaknya kapal pecah.

Dia terlelap di pojok ruangan dengan kedua tangan yang memeluk lututnya, tampak begitu menyedihkan.

heyy, heyy.😉😉

(maaf rata tengahnya error)

🐣🐣🐣

PERINGATAN

Ceritanya memang muter-muter dan sudut pandang bakal berubah-ubah nggak karuan.

Jadi siap-siap untuk nebak cerita yy😝

Nggak maksa minta Voment kok😄, tapi kalo ngasih juga nggak papa💞

Bab terkait

  • Matahari yang Ingin Terbenam   Point Of Views

    Arya, dia penuh misteri, banyak yang dia sembunyikan hingga membuatku semakin ingin mengenalnya. Tapi aku bisa apa jika dia membenciku?*Fizya SusandraArya! Jangan pernah tanya tentang Arya ke gue, gue nggak tahu dan gue nggak mau tahu! Yang jelas gua nggak suka sama dia, dan lagi, siapa sih yang suka sama dia?*Amanda Siti AuraKak Arya, apa! lu mau bilang apa tentang dia! lu nggak berhak menilai, Bro. Karena lu nggak kenal Kak Aya yang gua kenal.*Iqbal RamdaniAra sayang Kak Arya, Ara kangen Kak Arya. Kenapa Kakak nggak pulang-pulang ke rumah??*Adisty Kayra PermanaArya, Arya itu bangsat! Anak setan, pembawa sial, kelahirannya bahkan tak pernah diharapkan di dunia ini.*?????

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Matahari yang Ingin Terbenam   AUTHOR POV

    Apa salahku hingga kau begitu membenciku??? . . . Arya kecil menatap pantulan wajahnya di cermin sambil menampilkan senyuman terbaiknya, menampakan deretan gigi gigi mungilnya itu. Manis bukan?? Senyum kotak khas seorang Raditya Arya Permana. Hampir semua orang menyukainya, mereka selalu mengatakan bahwa Arya bertambah tampan jika dirinya tersenyum. Tapi kata hampir mengandung makna bahwa tak semua orang menyukai senyum kotak milik Arya itu, ada seorang yang amat sangat menjadi Arya tersenyum. Dan hari ini orang itu memakinya lagi, mengatakan berbagai macam cacian yang mencabik-cabik hati kecilnya. Menyu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • Matahari yang Ingin Terbenam   IQBAL POV

    Murid teladan, tukang telat dan juga edan. . . . Pagi, ketika matahari mulai setinggi tombak. Kamar seorang Iqbal Ramdani. Silau matahari mulai mengganggu mata gue yang masih betah merem, asli gue masih ngantuk. Intinya gue PW, mager berat, pengen banget bobo lagi tapi sayang jam alarm gue udah punya daritadi. Sebentar!! Jam Alarm kok baru bunyi sekarang? Biasanya kan gue setel buat bangunin gue sholat subuh! "Alarmnya bunyi tapi kok silau amat??" "Apa cuma perasaan gue doang?" "Sekarang jam berapa sih?" Jam 07.00, itu angka yang gue liat waktu membuat mata gue perlahan. What!! Apa kata dunia? Seketika gue bangkit berdiri, mata gue langsung melek seperti bohlam padahal tadinya cuma segaris. Langsung sadar kalau kakak gue udah k

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Matahari yang Ingin Terbenam   SOMEONE POV

    IQBAL POVDia cantik kok, kalau ngeliatnya pakai kacamata kuda. Hahaha.....Kadang gue mempertanyakan takdir. Kenapa gue dipersatukan sama Siti supaya jadi teman sebangku gue. Entah berkah atau musibah??Amanda Siti Aura, biar keren gue panggil dia Siti. Dia teman sebangku gue dari kelas 10, dan ternyata kita harus sekelas lagi dan sebangku lagi di kelas 11. Padahal kerjaan sehari-hari kita adalah bacot bacotan, saling menghina, saling memaki, kagak ada akur-akurnya kek bawang merah dan bawang putih.Gue aslinya ya kagak mau sebangku sama dia. Tapi bisa apa gue karena yang ngatur posisi tempat duduk itu adalah wali kelas kita sendiri. Ibu Ika, ibu guru yang baik hati seperti malaikat. Bikin gue nggak enak hati untuk menolak.Sekedar cerita sih, jujur awalnya gue seneng banget bisa sebangku sama si Siti. Primadona sekolah coy!! Sudah manis c

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-30
  • Matahari yang Ingin Terbenam   AMANDA POV

    # Kisah Cinta Amanda LAPANGAN SMA CAHAYA HARAPAN Masih di hari yang sama pelaksanaan MOS, Siang harinya perut gue sakit, gue punya maag dan akhirnya kambuh hari itu. Sebenernya gue udah bilang ke panitia, tapi kayaknya mereka nggak percaya dan anggep gue pura-pura. Ya sudahlah, istirahat juga sebentar lagi, kayaknya maaih kuat kalo gue tahan. Awalnya gue mikirnya begitu, tapi teenyata permainan selanjutnya adalah lari estafet. 1 kelompok 5 anak dan ditentukan lewat kocokan, peraturannya pelari terakhir haruslah perempuan, kalo nggak ada perempuan harus tuker anggota sama kelompok lain. Sialnya kelompok gue, cuma gue yang cewek. Mana kuat gue lari kalo perut sakit begini, terakhir pula! Dan yang kalah nggak ada jam istirahat juga dapet hukuman bersih-bersih toilet. AHHHH, pengen teriak rasanya. Matahari makin terik dan perut gue makin melilit, sakit! Tapi kita udah Stan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • Matahari yang Ingin Terbenam   MANDA POV_ Cemburu

    #Fizya, si anak baru Teettt... Teettt... Teettt Suara bel masuk pelajaran berbunyi dan anak-anak yang awalnya ada di luar mulai masuk secara teratur. Bu Ika pun masuk setelahnya, tapi kali ini ada anak cewek semanis malaikat di belakang beliau. Mengikutinya malu-malu dan penuh sopan santun. Tebakan gue dia anak baru. Kata Anak Baru memang selalu menarik untuk diperhatikan, bahkan sebelum kata itu terucap sekali pun. Dia cuma diam berdiri sambil tersenyum aja langsung menyihir seisi kelas jadi sunyi sesunyi kuburan, padahal biasanya rame kaya di pasar. Dia cantik, cantik alami tanpa polesan Make Up neko-neko. Rambut hitam lurusnya bikin gue iri barang sebentar, bisa dibilang dia imut (pake banget). Bahkan gue sebagai cewek mengakuinya apalagi cowok-cowok di kelas ini, di sebelah gue Iqbal melongo parah. Kaya liat apaan ini anak!!!

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • Matahari yang Ingin Terbenam   13. ARYA POV (sosok misterius)

    Siapa yang menyuruhmu untuk mencintai kehidupan?...Di Kantin SMA Cahaya Harapan"Ih Awas... Monster mau lewat!""Minggir lu, jangan macam-macam. Nanti lu dibegal Arya""Gila banget ini sekolah bisa- bisanya nerima preman""Parrahhh, ada yang bilang dia enggak bakal segan-segan membunuh lu kalau dia marah. Dia itu pembunuh""Anjay!!"Gue bisa dengar suara obrolan anak-anak lain yang anehnya bisa sampai ke kuping gua meski kelihatannya mereka lagi bisik-bisik, entah sengaja atau nggak. Tapi itu udah biasa. Selalu begini kalau gue lewat di koridor sekolah, lapangan, perpus, ata

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Matahari yang Ingin Terbenam   14. IQBAL POV( Menunggu)

    Seandainya gue bisa membaca pikiran lu, andai saja. . . . . . Parkiran SMA Cahaya Harapan Jam 5 sore. Langit mulai berubah jingga, sebenernya sudah jam pulang sekolah dari tadi dan harusnya gue udah di apartement gue dari tadi. Sayangnya kakak gue yang udah gue tungguin selama setengah jam masih aja kagak nongol-nongol. Mana acara mendung lagi! Ke mana, Woi? Kenapa-napa atau gimana? Dengan segala kegelisahan yang rajin banget mampir ke hati. Gue pelototin lagi arloji di tangan gue. "Masih betah nungguin Arya?" tanya Siti ke gue pakai nada kelewat judesnya. "Iya sayang" jawab gue kesel karena dia udah nanya pertanyaan tadi lebih dari 10 kali. "Ball! Palingan juga dianya udah pulang duluan!" Ini juga ucapan Siti yang udah keluar lebih dari 10 kali dari bibir klinis

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16

Bab terbaru

  • Matahari yang Ingin Terbenam   16. AUTHOR POV(Sesak)

    Jangan cintai aku, hal itu akan menyakitimu.... Di sebuah lorong kecil yang sepi dan gelap, sosok bernama Arya menjambak rambutnya sekuat tenaga. "ARRGGHHH" Ia mengeram dalam diam. Arya tak ingin keberadaanya diketahui hingga ia menahan suaranya. Tapi itu sulit, jangan lupakan bahwa sedari tadi ia terisak. Arya menyenderkan punggungnya di tembok lorong, merosot perlahan karna kakinya mulai lemas untuk berpijak. "Sadarr diri woooyy. Sadar!!" Kalimat itu terus saja berulang ditemani air mata yang mengalir deras di pipinya. Arya menangis padahal ia sudah terlalu lelah untuk menangis( lagi). Berandal tingkat dewa ini ternyata lemah jika di hadapan ibunya. Preman sekolah ini terlihat teramat lemah sekarang. "Arya nggak pantes pulang, mah" "Arya bukan anak yang pantes dibanggain!"

  • Matahari yang Ingin Terbenam   15. AUTHOR POV( Rindu)

    Bahagia bukan Untuknya . . . SMA CAHAYA HARAPAN Seperti biasa Arya selalu membolos pelajaran sesuka hatinya. Meninggalkan materi sekolah dan bahkan tak pernah ada niatan untuk mengerjakan PR nya di rumah. Arya sudah sangat biasa seperti itu, tapi anehnya hal itu sama sekali tak mempengaruhi prestasinya di sekolah. Apalagi setelah tragedi menyeramkan di kantin sekolah tadi. Arya kehilangan kendali dan lagi-lagi melukai orang-orang di sekitarnya, bukan masalah besar jika orang itu adalah perawat atau dokter yang menangani kesehatan psikis nya seperti dulu saat dirinya masih direhabilitasi. Masalahnya orang yang ia pukuli kali ini adalah Iqbal. Bagaimana bisa Ia tak mengenali Adiknya sendiri? Arya bahkan sempat merusak cermin di kamar mandi sekolahnya. Meninjunya sekuat tenaga sampai kaca itu retak dan berubah menjadi k

  • Matahari yang Ingin Terbenam   14. IQBAL POV( Menunggu)

    Seandainya gue bisa membaca pikiran lu, andai saja. . . . . . Parkiran SMA Cahaya Harapan Jam 5 sore. Langit mulai berubah jingga, sebenernya sudah jam pulang sekolah dari tadi dan harusnya gue udah di apartement gue dari tadi. Sayangnya kakak gue yang udah gue tungguin selama setengah jam masih aja kagak nongol-nongol. Mana acara mendung lagi! Ke mana, Woi? Kenapa-napa atau gimana? Dengan segala kegelisahan yang rajin banget mampir ke hati. Gue pelototin lagi arloji di tangan gue. "Masih betah nungguin Arya?" tanya Siti ke gue pakai nada kelewat judesnya. "Iya sayang" jawab gue kesel karena dia udah nanya pertanyaan tadi lebih dari 10 kali. "Ball! Palingan juga dianya udah pulang duluan!" Ini juga ucapan Siti yang udah keluar lebih dari 10 kali dari bibir klinis

  • Matahari yang Ingin Terbenam   13. ARYA POV (sosok misterius)

    Siapa yang menyuruhmu untuk mencintai kehidupan?...Di Kantin SMA Cahaya Harapan"Ih Awas... Monster mau lewat!""Minggir lu, jangan macam-macam. Nanti lu dibegal Arya""Gila banget ini sekolah bisa- bisanya nerima preman""Parrahhh, ada yang bilang dia enggak bakal segan-segan membunuh lu kalau dia marah. Dia itu pembunuh""Anjay!!"Gue bisa dengar suara obrolan anak-anak lain yang anehnya bisa sampai ke kuping gua meski kelihatannya mereka lagi bisik-bisik, entah sengaja atau nggak. Tapi itu udah biasa. Selalu begini kalau gue lewat di koridor sekolah, lapangan, perpus, ata

  • Matahari yang Ingin Terbenam   MANDA POV_ Cemburu

    #Fizya, si anak baru Teettt... Teettt... Teettt Suara bel masuk pelajaran berbunyi dan anak-anak yang awalnya ada di luar mulai masuk secara teratur. Bu Ika pun masuk setelahnya, tapi kali ini ada anak cewek semanis malaikat di belakang beliau. Mengikutinya malu-malu dan penuh sopan santun. Tebakan gue dia anak baru. Kata Anak Baru memang selalu menarik untuk diperhatikan, bahkan sebelum kata itu terucap sekali pun. Dia cuma diam berdiri sambil tersenyum aja langsung menyihir seisi kelas jadi sunyi sesunyi kuburan, padahal biasanya rame kaya di pasar. Dia cantik, cantik alami tanpa polesan Make Up neko-neko. Rambut hitam lurusnya bikin gue iri barang sebentar, bisa dibilang dia imut (pake banget). Bahkan gue sebagai cewek mengakuinya apalagi cowok-cowok di kelas ini, di sebelah gue Iqbal melongo parah. Kaya liat apaan ini anak!!!

  • Matahari yang Ingin Terbenam   AMANDA POV

    # Kisah Cinta Amanda LAPANGAN SMA CAHAYA HARAPAN Masih di hari yang sama pelaksanaan MOS, Siang harinya perut gue sakit, gue punya maag dan akhirnya kambuh hari itu. Sebenernya gue udah bilang ke panitia, tapi kayaknya mereka nggak percaya dan anggep gue pura-pura. Ya sudahlah, istirahat juga sebentar lagi, kayaknya maaih kuat kalo gue tahan. Awalnya gue mikirnya begitu, tapi teenyata permainan selanjutnya adalah lari estafet. 1 kelompok 5 anak dan ditentukan lewat kocokan, peraturannya pelari terakhir haruslah perempuan, kalo nggak ada perempuan harus tuker anggota sama kelompok lain. Sialnya kelompok gue, cuma gue yang cewek. Mana kuat gue lari kalo perut sakit begini, terakhir pula! Dan yang kalah nggak ada jam istirahat juga dapet hukuman bersih-bersih toilet. AHHHH, pengen teriak rasanya. Matahari makin terik dan perut gue makin melilit, sakit! Tapi kita udah Stan

  • Matahari yang Ingin Terbenam   SOMEONE POV

    IQBAL POVDia cantik kok, kalau ngeliatnya pakai kacamata kuda. Hahaha.....Kadang gue mempertanyakan takdir. Kenapa gue dipersatukan sama Siti supaya jadi teman sebangku gue. Entah berkah atau musibah??Amanda Siti Aura, biar keren gue panggil dia Siti. Dia teman sebangku gue dari kelas 10, dan ternyata kita harus sekelas lagi dan sebangku lagi di kelas 11. Padahal kerjaan sehari-hari kita adalah bacot bacotan, saling menghina, saling memaki, kagak ada akur-akurnya kek bawang merah dan bawang putih.Gue aslinya ya kagak mau sebangku sama dia. Tapi bisa apa gue karena yang ngatur posisi tempat duduk itu adalah wali kelas kita sendiri. Ibu Ika, ibu guru yang baik hati seperti malaikat. Bikin gue nggak enak hati untuk menolak.Sekedar cerita sih, jujur awalnya gue seneng banget bisa sebangku sama si Siti. Primadona sekolah coy!! Sudah manis c

  • Matahari yang Ingin Terbenam   IQBAL POV

    Murid teladan, tukang telat dan juga edan. . . . Pagi, ketika matahari mulai setinggi tombak. Kamar seorang Iqbal Ramdani. Silau matahari mulai mengganggu mata gue yang masih betah merem, asli gue masih ngantuk. Intinya gue PW, mager berat, pengen banget bobo lagi tapi sayang jam alarm gue udah punya daritadi. Sebentar!! Jam Alarm kok baru bunyi sekarang? Biasanya kan gue setel buat bangunin gue sholat subuh! "Alarmnya bunyi tapi kok silau amat??" "Apa cuma perasaan gue doang?" "Sekarang jam berapa sih?" Jam 07.00, itu angka yang gue liat waktu membuat mata gue perlahan. What!! Apa kata dunia? Seketika gue bangkit berdiri, mata gue langsung melek seperti bohlam padahal tadinya cuma segaris. Langsung sadar kalau kakak gue udah k

  • Matahari yang Ingin Terbenam   AUTHOR POV

    Apa salahku hingga kau begitu membenciku??? . . . Arya kecil menatap pantulan wajahnya di cermin sambil menampilkan senyuman terbaiknya, menampakan deretan gigi gigi mungilnya itu. Manis bukan?? Senyum kotak khas seorang Raditya Arya Permana. Hampir semua orang menyukainya, mereka selalu mengatakan bahwa Arya bertambah tampan jika dirinya tersenyum. Tapi kata hampir mengandung makna bahwa tak semua orang menyukai senyum kotak milik Arya itu, ada seorang yang amat sangat menjadi Arya tersenyum. Dan hari ini orang itu memakinya lagi, mengatakan berbagai macam cacian yang mencabik-cabik hati kecilnya. Menyu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status