Share

Ternoda

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-06 16:48:37

"Jangan Tuan! Aku mohon!"

"Nikmati Sayang!" Tersenyum menyeringai bagaikan iblis yang kehausan.

"Ampun!"

Tangan penuh lemak merobek paksa pakaian Fika. Tubuhnya tak bisa melawan kekutan lelaki di atasnya. Fika menjerit dan meraung.

Bibir merah mekar dan berseri dicumbu paksa oleh lelaki yang haus akan kenikmatan tubuh wanita. Ingin mencicipi manisnya madu yang belum tersentuh.

"Argh!"

Kain segitiga hitam di paksa di lepas dari sangkarnya. Memperlihatkan daging tembam penuh bulu hitam yang membuat pria berada di atasnya semakin ingin merasakan dan menghujat berkali-kali sampai datangnya sebuah cairan kental.

"Aku akan bermain sangat pelan, Sayang." Mengusap pipi Fika pelan.

Bugh!

Bara menghajar sang supir yang berjaga di luar dalam sekali pukulan. Tukang ojek ikut membantu Bara. Ia tahu situasi saat ini.

Tangan kekar Bara membuka pintu mobil dan menarik kerah kemeja pria tanpa celana hingga tersungkur di tanah.

"Hei, siapa kamu?!" Tatapannya penuh Amarah. Belum puas menjamah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mata Batin   Bola Api

    Jam terus berputar, kepala Fika di pangkuan Bara. Rasa nyaman dan aman menyelimuti dirinya yang hampir saja kehilangan Mahkota kewanitaan. Fika memejamkan mata setelah merasakan rasa itu. Jemari Bara membelai rambut hitam Fika lembut dan penuh kasih sayang. Rasa yang sejak dulu ada di dalam hatinya. Mereka tumbuh bersama seiring waktu. Bara merasakan sesuatu melintas, cahaya merah bulat seperti bola api melewati jendela kontrakan Bara dengan cepat tanpa ada hawa panas sedikitpun. "Apa itu?" Bara menoleh ke arah cahaya merah dan hitam bulat. Perlahan kepala Fika diletakkan di atas bantal. Bara segera keluar kontrakan memastikan bola api yang melintas di depan kontrakan. "Ke mana bola itu pergi?" Membuka pintu dan menutup kembali. Langkah kaki panjang Bara menelusuri sekeliling kontrakan. Tak ada penampakan dari bola api tersebut. Di samping dan belakang tak ada cahaya merah seperti bola. Bara menatap kebun di depan kontrakannya. "Siapa pemilik bola api itu?" Bara masih bermonolo

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Mata Batin   Kampung Kangkang

    Bara memutuskan membersihkan diri sebelum menunaikan kewajiban. Hingga matanya tak sengaja menangkap sesuatu yang mencurigakan di bagian atas kamar mandi. "Bau apa ini?" Mengendus bagaikan anjing pelacak. Aroma begitu menyengat seperti bau biang minyak wangi. Aroma bunga kamboja dan bau menyan masuk ke dalam hidungnya. Bara mencari bangku dan melihat ke arah atap berlubang besar. Di sebuah wadah kecil terdapat sebutir ayam kampung, kelapa hijau, bunga tujuh rupa dan kemenyan."Astaga, apa apaan ini. Mengapa ada sesajen di sini?" Bara tak melihat makhluk apapun di dalam sana. Ia menutup lubang tersebut dengan papan. Pemilik kontrakan lupa untuk menutupnya. Tubuh Bara terasa lebih segar. Memutuskan keluar kampung dan mencari masjid atau musholla. Lingkungan kampung seperti tak berpenghuni. "Apa mereka tak ibadah, jam segini sepi banget. Masjid ada di mana ya?" Bara melangkah jauh hingga ke ujung jalan raya. Hanya jalan raya yang ramai dengan kendaraan. Bara melangkah ketika mende

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-14
  • Mata Batin   Menyusup

    "Tolong! Tolong!" teriak suara wanita yang tinggal di samping kontrakan. Kasim dan Bara bergegas masuk ke dalam."Ada apa Mbak?" "Suami saya ... hiks ... hiks ... Suami saya ...." Kasim dan Bara masuk ke dalam rumah itu. Mereka terkejut ketika melihat lelaki yang semalam mengantarkan Bara datang ke sini. "Ada apa dengan dia?" Tubuhnya terbaring kaku, kedua mata menatap ke atas langit-langit rumah. "Astaga, ia telah melewati jalur," ucap Kasim."Jalur, maksudnya?" Kasim menceritakan pantangan yang tak boleh mereka ingkari. Bara mendengar cerita Kasim. "Apakah ini berhubungan dengan rumah itu?" bisik hati Bara. **Malam hari tiba, Bara memberanikan diri untuk keluar rumah. Ia akan kembali ke rumah itu. Rumah yang paling besar di kampung tersebut. Bara bertamu kembali dengan sosok makhluk berjubah putih di bawah pohon beringin. Terlihat sosok itu tak jahat. Bara tahu dan bisa menciumnya. "Hei kamu!" Ia menoleh ketika Bara memangilnya. "Mau apa kamu di sini?" "Aku ingin berte

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-23
  • Mata Batin   Tumbal Dara Perawan

    Bara berhenti tepat di sebuah pintu berwarna merah. Suara seseorang yang ia kenal berada di ruangan tersebut. "Suara ini milik ...." Bara menajamkan telinganya agar tahu siapa pemilik suara tersebut. "Cari tumbal lagi yang masih perawan. Noda darahnya akan membuat kekuatan kita semakin kuat dan tak terkalahkan." Suara laki-laki berada di dalam ruangan itu. Ucapannya begitu kencang dan lantang. Bara diam sejenak. Suara laki-laki dibalik pintu sepertinya ia kenali. Tapi siapa. Bara memejamkan kedua mata dan telinga tak menemukan jawaban. Mengapa sulit sekali menembus rumah ini dengan kekutan yang dimiliki. Ada apa sebenarnya, kalung yang ia kenakan selalu menyala terang. Bara tak tahu apa yang ada di lehernya saat ini. Misteri tersembunyi di dalam kalung tersebut. Ketika permata itu menyala, rasa panas menjalar ke seluruh aliran darah. Apakah kekuatan Bara melemah atau kekuatan mereka terlalu kuat hingga dirinya tak bisa menembus misteri ini. Tangan kekar Bara hendak membuka pin

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-25
  • Mata Batin   Tanpa Noda

    Di dalam ruangan pintu merah, seorang gadis berseragam putih abu-abu terlentang di atas meja dengan alas merah. Beberapa makanan, minuman dan kembang tujuh rupa berada di tampah kecil. Bau menyan dan arang menyebar ke segala penjuru ruangan. Benda pusaka berada di dekat kepala gadis itu. Ia menangis histeris ketika pakaian di robek paksa. Bagian dalam terlihat menonjol dan dapat membangkitkan keinginan tersembunyi di dalam diri laki-laki.Pria berjas berusia tiga puluh tahun berada di depannya, menatap penuh hasrat. Menyentuh bagian tersebut hingga sang pemilik mencoba berteriak akan tetapi mulutnya masih tertutup kain. Mereka yang menyaksikan kejadian itu menatap tajam gadis yang akan menjadi tumbal. Mengelilingi kedua insan membentuk sebuah lingkaran. "Baca mantramu Darso," ucap Nyai. Mulutnya komat-kamit membaca mantra untuk mendatangkan makhluk itu. Darso membaca mantra, tangannya sibuk menjamah agar makhluk yang dipanggilnya segera datang. Gadis di atas meja hanya bisa mena

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Mata Batin   Tumbal Lain

    Suasana malam ini begitu mencengkam. Tak ada warga yang keluar pada jam delapan malam. Fika berjalan mengenakan jaket sweeter coklat. Menutup semua tubuh dari hembusan angin kencang. Berkali-kali gadis itu menoleh ke arah belakang. Seperti ada yang mengikuti. Langkah kakinya ia perlambat, mereka pun melambat. Langkah kaki Fika cepat. Mereka juga tak kalah cepat. Fika bermaksud untuk mencari makan malam. Di kontrakannya tak ada kompor. Ia mengandalkan makanan dari luar saja. Fika melangkah sedikit berlari tatapan matanya mengarah ke belakang, dua orang berpakaian serba hitam mengikutinya dari belakang. Bugh! Kaki yang tertutup sandal bermerek burung terbang menyentuh batu besar dan terbentur cukup keras. Hingga tubuh ramping Fika terjatuh ke atas tanah. Gadis itu hendak berdiri tetapi pria berpakaian serba hitam sudah berada di dekatnya. "Siapa kalian?" teriaknya. Wajahnya pucat tubuhnya bergetar. Kedua mata mencari sosok yang dapat membantunya. "Nanti juga kamu tahu." Mereka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Mata Batin   Aura Terpancar

    Salah satu tangan kekar pria yang telah kerasukan makhluk kasat mata menarik pakaian Fika kasar. Kedua mata Fika tertutup rapat. Ia masih tak sadarkan diri. Kedua mata makhluk itu membulat tak percaya. Cahaya keluar dari tubuh gadis itu. Cahaya menyilaukan mata, hati dan tubuh. "Argh! Panas!" Menutup kedua mata dengan tangannya. Suara pria itu nyaring dan mengema. Semua pemuja ritual berada ruang ritual dengan hordeng hijau terkejut seketika. Membuka mata mereka dan menghindari amukan. "Apa yang terjadi?" Argh! Makhluk itu keluar dari tubuh pria yang menjadi tempat tinggalnya. Sosok tubuh makhluk tak kasat mata sungguh menyeramkan. Kedua mata berwarna merah, tanduk di kepala, rambut panjang dan hitam pekat, tubuhnya setinggi dua meter, badannya besar dengan berat dua ratus kilogram. Ia hanya mengenakan celana saja menutupi bagian bawah, semua tubuh berwarna hijau. "Argh!" Ia kepanasan ketika sinar di tubuh Fika menyinari ruangan tersebut. Sinar yang semakin merambat dan meramb

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Mata Batin   Hangus

    Kini, Bara berhadapan dengan Nyai dan Tuannya. Mereka berdiri berdampingan menantang Bara. Bulan tepat di atas kepala Bara. Bintang tak berani menampakkan cahayanya. Senyum Bara dan tatapan tajam bagaikan belati tak membuat nyali wanita tua berkebaya hijau mundur. "Dasar pengacau! Kami akan menghancurkan kamu!" Nyai menatap tajam Bara. Begitu juga makhluk setinggi dua meter. Mereka memliki dendam dan kebencian luar biasa."Argh!" Makhluk bertubuh hijau berteriak dan menatap wajah Bara. Ia tak sabar untuk memusnahkan Bara yang telah menghancurkan rumah ritual mereka. Rumah yang berpuluh-puluh tahun berdiri kini musnah dilahap si jago merah ciptaan Bara. "Serang!" teriak Nyai. Menunjuk ke arah Bara. Nyai lupa kalau tak ada anak buahnya yang masih hidup. Mereka telah mati di lahap api dengan napas yang masih berlangsung. Nyai melemparkan cahaya merah ke arah Bara. Ia menghindari serangan tersebut dengan tubuh gesit. Makhluk bertubuh besar dan hijau mengeluarkan kekuatannya juga hing

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05

Bab terbaru

  • Mata Batin   Ending

    Fika menatap Bara dengan kebimbangan, ia terus menatap pemuda yang sedang merapikan pakaiannya. "Jangan di tatap terus, Kakak tahu kalau ganteng.""Eh, pede banget." Fika menjulurkan lidahnya ke arah Bara. pemuda yang sibuk memilih pakaiannya hanya terkekeh saja. "Kakak, kamu yakin mau kembali ke kampung. Memangnya Mak dan Abah sudah ketemu?" "Sudah, mereka baik-baik saja dan bahagia di sana." Bara mengulum senyum ketika melihat Abah dan Mak bahagia. "Kok gak ajak aku?" Fika mulai merajuk. Bara menoleh ke arah Fika yang semakin hari semakin cantik dan dewasa. umurnya sudah matang untuk berumah tangga. Bara mengusap lembut puncak kepala Fika."Abah dan emak sudah lihat kamu. Kamu juga jangan khawatirkan mereka. Berdoa untuk kesehatan mereka.""Apa jangan-jangan mereka sudah berada di kampung makanya kamu mau kembali ke sana?""Tidak ada. Mereka tak ada di sana. Apa kamu tak ingin pulang?"Wajah manis Fika menunduk lesu. Mengingat hal dulu membuatnya sakit hati. Kalau saja waktu i

  • Mata Batin   Hidup Bara

    Bara Seorang gadis berkemeja biru merah dengan logo di kantung depan, mengusap lembut tubuh pemuda yang kini terbaring di atas tempat tidur di dalam kamar. Tangan halusnya mengusap lembut kulit pemuda itu dengan tangkas. Perlahan memakaikan kembali pakaian yang baru untuk pria yang kini terbaring tak berdaya. Selang infus masuk dari pergelangan tangan kanan. Cairan itu yang masuk ke dalam tubuh sebagai sumber tenaga. kedua mata pemuda itu masih terpejam, entah sampai kapan mata elang akan terbuka kembali. Rasa rindu akan canda dan perhatiannya kian membuncah. Gadis berkuncir kuda tetap sabar menanti. "Sampai kapan kamu akan tertidur Kak Bara. Apakah kamu tak merindukanku. Bangunlah." Fika selalu menjaga dan merawat Bara yang sudah lima bulan tak sadarkan diri. Melalui infus, Bara mengomsumsi makanan. Setelah memastikan semua selesai, Fika merapikan peralatannya dan berpamitan. "Aku harus pergi. aku harus bekerja untuk biaya hidup kita." Fika mengusap lembut surai Bara. mengulum

  • Mata Batin   Akhir Peperangan

    Bara menghampiri dua raja yang memiliki dendam terselubung. Mereka bertaruh dengan ganas dan sadis tak memberikan ampun atau permohonan maaf. Hingga sang Raja Merah terhempas dari hadapan makhluk hijau. Kini, hanya Bara yang bisa melawan Raja Kijo.Langkah Bara pasti dan akan mengalahkan raja jahanam itu. Raja yang memiliki maksud busuk kepada manusia. Maka Bara mengorbankan diri untuk saudara-saudaranya di dua dunia. "Bocah tengil, Raja merah saja tak bisa melawanku. Kamu ingin ikut mati bersamanya, ah!" Raja Kijo tersenyum sinis menatap pemuda dihadapnya. "Kalau sudah takdirku kenapa tidak." Bara melompat dan menjulurkan kaki hingga menyentuh dada raja Kijo. Sang raja terhuyung ke belakang ketika mendapat tendangan dari Bara. "Kurang ajar!" teriak raja Kijo mengema hingga ke luar kerajaan. Para anak buah gusar mendapat teriakan dari sang Baginda raja. Raja Kijo bersiap menyerang dengan kekuatan ilmu dalam yang selama ini ia simpan untuk digunakan ketika menemukan musuh lebih

  • Mata Batin   Penyerangan Brutal

    Napas Bara memburu, ia memilih menjauh. Gerak-gerik saat menghindari serangan adalah miliknya. "Sial, dari mana dia tahu gerakkan itu. Bagaimana aku bisa mengalahkannya?" geram Bara dalam hati. "Kenapa? Kamu tak bisa mengalahkan ku. Jangan harap kamu bisa!" Bara berpikir sejenak tetapi serangan tiba-tiba datang begitu cepat hingga bagian dada Bara terpukul keras, cairan merah keluar dari mulut pemuda itu. Bara terbatuk-batuk mengeluarkan cairan pekat. Raja Kijo tak memberikan ampun kepada pemuda itu. Ia melanjutkan penyerangan. Kedua kaki Bara tak berpijak. Tubuhnya melayang ke udara. "Ha ... ha ... Kekuatanmu tak sebanding denganku!" "Aku tak peduli kekuatanmu seberapa besar. Aku tak peduli berapa banyak jurusmu. Aku hanya ingin kamu musnah!" Bara melepaskan kalung merah yang melingkar di lehernya hingga dua orang muncul bersamaan menatap Raja Kijo. Mereka adalah ayah Bara dan Sang Raja yang telah hilang. Ternyata ia berada di kalung itu menunggu waktu yang tepat untuk menyer

  • Mata Batin   Raja Kijo

    Bara melanjutkan langkah hingga lantai yang ia pijak berubah, suasana menjadi mencekam. Sekeliling Bara berubah gelap. Hanya ada pepohonan menjulang tinggi dengan langit hitam. Tak ada bulan maupun bintang. Suara jangkrik atau kodok tak ada. Senyap dan sepi bagaikan di dalam kuburan. "Apakah aku telah kembali ke dunia nyata atau ini dunia Raja Kijo?" Monolognya dalam hati. Kaki Bara melangkah mencari jalan menuju cahaya. Tetapi, tak ada cela cahaya di sekitar ini. Suara apapun tak terdengar hingga kalung merah Bara berkelap-kelip menandakan bahaya mengintai. Bara menyentuh kalung itu saling berkomunikasi dengan penghuni kalung. Bara merasakan sesuatu mendekat sangat cepat seperti sebuah kilatan. Kedua kaki bersiap untuk menerima serangan tiba-tiba. Hingga cahaya menyerang Bara tetapi tak berwujud. Lengan Bara mengeluarkan cairan merah akibat goresan. Terasa nyeri dan perih. Bara mengindari kilatan itu agar tak terluka untuk kedua kali. Bara mengeluarkan tenaga dalam hingga diri

  • Mata Batin   Serangan Nyai

    "Mati kau!" Suara tawa mengema di ruangan itu. Waktu yang tepat untuk menghentikan wanita berkebaya hijau. Jika ia bersuara lagi tubuh Bara bisa tak berdaya. Hingga kepala terasa berat seperti tertimpa batu besar. Bara berlari secepat kilat menghajar wanita berkebaya hijau dan menyerang sekali tebasan. Bara mengores bagian perut Nyai dengan senjata daun beracun miliki wanita itu. Bara berdiri di samping wanita itu dan menambah serangannya dengan cara mencari kelemahan Nyai. Sebuah tusuk konde berada di kepala wanita tua yang mengeram kesakitan akibat luka dari senjatanya sendiri. Teriakkan wanita tak memiliki hati mengema dan semakin kencang. "Argh ....!" Bara menjauhi wanita itu dan menatap detik-detik pertumbangan diri Nyai. Wanita yang memberikan jalan kepada Kijo ke dunia. Hingga para gadis kehilangan nyawa dan kehormatan yang harus dijaga sebelum menikah. Para ibu yang baru saja melahirkan kehilangan bayi mereka karena tubuh bayi tak berdosa menjadi santapan bagi Kijo. Banya

  • Mata Batin   Menyerang Kijo

    "Lebih baik kalian pergi. Biar aku yang hadapi." Bara tak ingin teman-temannya terluka. "Tidak, aku tak akan pergi. Mereka telah membunuh keluargaku. Aku akan melawan mereka sampai darah penghabisan." Kadet mengucapkannya lantang. Begitu juga Zamah menganggukkan kepala. "Aku juga tak akan mundur. Kita lakukan bersama." Zamah menatap kedua pemuda yang penuh keberanian. Hingga mereka mendorong kasar pagar tersebut. Seketika itu juga bola mata mereka membulat melihat segerombolan Kijo dihadapannya. "Serang!" teriak para Kijo. Seketika itu juga kalung merah menyala dan membunuh para Kijo yang hendak mendekati Bara. Tubuh mereka hancur dan berubah menjadi abu. Para Kijo yang menyadari kekuatan tak terkalahkan memilih mundur. Bara semakin melangkah kaki menyerang mereka dengan brutal begitu juga Kadek dan Zamah. Mengapa mereka tak membawa prajurit dari bangsanya. Karena sebagai prajurit mengalami luka parah. Lebih baik mereka saja bertiga menyerang bangsa Kijo yang selalu meresahkan.

  • Mata Batin   Dewi Larasati

    Bab 55. "Abah katakan padaku. Aku tak mengerti semua ini." Bara meminta penjelasan yang sesungguhnya. "Wanita ini adalah ibumu Bara. Maaf kan kami telah merahasiakannya." Mak Djasiah terguguh. Ia takut kehilangan putranya. "Ibuku. Tapi, kenapa kalian di sini. Ini dunia bukan dunia kita.""Kami manusia hanya saja kami salah jalan hingga berakhir di sini." "Apa kalian telah berkerjasama dengan mereka, Abah?" Abah menganggukkan kepala dan suara isakan emak terdengar lebih keras. Abah memeluk tubuh rapuh istrinya. Mereka salah jalan dan beruntung masih bisa ada yang membantu. "Wanita ini adalah ibu kandungmu." "Mak, apa benar begitu?" Bara ingin tahu dari mulut wanita yang telah dianggap ibunya. "Iya, betul." Wanita berkebaya putih menatap penuh kerinduan sang buah hati. Putra yang ia jaga selama ini dari kejauhan. Bara menatap wanita yang tak terlihat tua. Tak ada goresan di wajah. Cahaya terlihat menyinari tubuhnya. "Anakku Bara." Ia mendekati Bara dan memeluk erat pemuda berw

  • Mata Batin   Bertemu Mereka

    Bab 54.Zamah menyusul Kadet, ia takut Kadet bertemu dengan Kijo. Bisa saja Kijo menyerangnya tiba-tiba. Zamah menaiki pohon lalu terbang dari satu pohon ke pohon lain. Tubuhnya terlihat ringan bagaikan kertas. "Siapa dia?" tanya Zamah ketika melihat Kadet membantu seorang wanita yang tak sadarkan diri. "Dia adalah kekasih adikku." "Astaga, bukannya dia berada di desa seberang. Apa jangan-jangan mereka juga menyerang desa seberang?""Bisa jadi. Lebih baik kita tanya saja setelah ia sadarkan diri." Zamah mengambil buah-buahan yang telah dipetik sedangkan Kadet mengendong tubuh wanita itu, Jinar. Mereka memberikan pertolongan kepada Jinar agar kembali siuman. Begitu juga Bara, mengunakan kekuatan kalung tersebut untuk menyembuhkan luka-luka di tubuhnya. Mereka beristirahat dekat pohon besar disekitar semak-semak. Para anak-anak menyantap makanan dengan lahap. Kedua bayi kembar tertidur lelap setelah menyusu ASI."Apa yang terjadi dengannya?" tanya Putra. "Kita tunggu saja setelah

DMCA.com Protection Status