Beranda / Fantasi / Mata Batin / Aura Terpancar

Share

Aura Terpancar

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-04 21:53:52

Salah satu tangan kekar pria yang telah kerasukan makhluk kasat mata menarik pakaian Fika kasar. Kedua mata Fika tertutup rapat. Ia masih tak sadarkan diri.

Kedua mata makhluk itu membulat tak percaya. Cahaya keluar dari tubuh gadis itu. Cahaya menyilaukan mata, hati dan tubuh.

"Argh! Panas!" Menutup kedua mata dengan tangannya. Suara pria itu nyaring dan mengema.

Semua pemuja ritual berada ruang ritual dengan hordeng hijau terkejut seketika. Membuka mata mereka dan menghindari amukan.

"Apa yang terjadi?"

Argh!

Makhluk itu keluar dari tubuh pria yang menjadi tempat tinggalnya. Sosok tubuh makhluk tak kasat mata sungguh menyeramkan. Kedua mata berwarna merah, tanduk di kepala, rambut panjang dan hitam pekat, tubuhnya setinggi dua meter, badannya besar dengan berat dua ratus kilogram. Ia hanya mengenakan celana saja menutupi bagian bawah, semua tubuh berwarna hijau.

"Argh!"

Ia kepanasan ketika sinar di tubuh Fika menyinari ruangan tersebut. Sinar yang semakin merambat dan meramb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mata Batin   Hangus

    Kini, Bara berhadapan dengan Nyai dan Tuannya. Mereka berdiri berdampingan menantang Bara. Bulan tepat di atas kepala Bara. Bintang tak berani menampakkan cahayanya. Senyum Bara dan tatapan tajam bagaikan belati tak membuat nyali wanita tua berkebaya hijau mundur. "Dasar pengacau! Kami akan menghancurkan kamu!" Nyai menatap tajam Bara. Begitu juga makhluk setinggi dua meter. Mereka memliki dendam dan kebencian luar biasa."Argh!" Makhluk bertubuh hijau berteriak dan menatap wajah Bara. Ia tak sabar untuk memusnahkan Bara yang telah menghancurkan rumah ritual mereka. Rumah yang berpuluh-puluh tahun berdiri kini musnah dilahap si jago merah ciptaan Bara. "Serang!" teriak Nyai. Menunjuk ke arah Bara. Nyai lupa kalau tak ada anak buahnya yang masih hidup. Mereka telah mati di lahap api dengan napas yang masih berlangsung. Nyai melemparkan cahaya merah ke arah Bara. Ia menghindari serangan tersebut dengan tubuh gesit. Makhluk bertubuh besar dan hijau mengeluarkan kekuatannya juga hing

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Mata Batin   Memulai lagi

    Suara sirine pemadam kebakaran terdengar, ketika matahari hendak terbit. Para warga berkumpul di rumah tersebut melihat penampakan rumah yang kini menjadi arang. Asap mengepul berkumpul dan menghilang terbawa angin. Tetesan hujan turun perlahan. Awan mulai menghitam. Cahaya matahari belum terlihat seluruhnya. Para warga menarik napas lega, tak ada lagi ancaman bagi para warga. Saling berpelukan dan meneteskan air mata kebahagiaan. Tiba-tiba saja hujan menguyur kampung itu. Beberapa orang mencari tempat berteduh, ada yang segera pulang ke rumah, ada juga yang masih berdiri menatap rumah tak terbentuk itu. Bara menikmati sarapan pagi, membeli nasi uduk di luar gang. Fika menyiapkan semuanya. "Mulai besok aku akan tinggal di kontrakan samping." Fika menghentikan tangannya yang hendak mengambil nasi uduk di atas piring dekat Bara. Ia juga memberikan air teh manis untuk Bara. "Kenapa tak di sini?" "Kamu tahu kita ini bukan pasangan halal. Nanti, malah di kira kumpul kebo." Bara te

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • Mata Batin   Portal Tak Kasat Mata

    "Di mana aku?" Bara mendekati makhluk berwajah setengah manusia dan hewan yang masih merintih kesakitan. Nampak noda merah berceceran di lantai. "Apakah telah terjadi peperangan?" Semua darah mengalir di atas tanah, menodai warna coklat. Seketika, kabut hitam menghilang perlahan. Bara melihat tanah seperti lautan makhluk tak berdaya yang tergeletak di atas tanah. "Ya Tuhan. Semua ini mayat." "Tolong ... Tolong!" Salah satu mereka merintih dan mengiba. Bagian perut keluar cairan merah sedikit hitam. Goresan terlihat menganga. "Bara menarik makhluk itu dari teman-temannya yang tak bernyawa. Tubuhnya tertindih beberapa makhluk lain. "Apa yang terjadi?" Bara berhasil menarik tubuhnya. Menjauhi mayat lain. "To-tolong! Istri dan anak saya," ungkapnya mengiba. Ia meringis berkali-kali. "Ke mana mereka?" "Me-mereka bu-bukit Nya- nyawang." Tak lama kemudian, tubuh makhluk itu terkulai lemas dengan bola mata membulat. Bara menguncang tubuhnya. Tak ada respon apapun, makhluk itu telah

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • Mata Batin   Santang

    Srek! Srek! Suara di balik semak dekat air terjun menjadi perhatian Bara, memberanikan diri untuk mendekati rumput tersebut. Rumput hijau nan lebat dan tinggi. "Siapa?" tanya Bara waspada. Kakinya terus melangkah perlahan.Semakin dekat langkahnya, semakin terlihat tubuh di balik semak-semak. Bara melihat pakaian yang dikenakannya. Putih seputih kapas. Hingga sesuatu muncul tanpa aba-aba atau tanpa izin membuat Bara terjatuh dan menahan serangan dadakan. "Gerrr." Bara mengangkat tubuh mungil makhluk yang berada di semak-semak. Wajahnya bukan seperti Kadet. Melainkan manusia seutuhnya. "Lepas! Lepaskan!" Tubuhnya memberontak. Kaki mungilnya menendang Bara. Kedua mata membulat sempurna."Sedang apa kamu di semak-semak?" Bara belum melepaskan tangannya dari tubuh mungil. "Kalian jahat! Telah membunuh ayahku!" makinya dengan berani dan lantang. Bara meletakkan tubuh bocah laki-laki berumur enam tahun ke atas tanah. Wajahnya sangat tampan dan rupawan. Kulitnya bersih seperti kapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Mata Batin   Kalung Merah

    Bara merasakan kelap kelip di tubuhnya, kalung yang ia kenakan menyala untuk sekian kali. Bara menyentuh kalung itu dan berbicara dengannya. Suara dalam kalung tak ia mengerti, bahasanya aneh dan tak pernah Bara dengar. "Apa maksudnya?" Bara hanya bisa menatap kalung itu tak tahu apa artinya. Mengapa begitu sulit sekali memahami kalung miliknya. Tubuh Kadet terkulai lemas, ia tak sadarkan diri setelah merasakan hawa panas di seluruh tubuh. Racun telah menyebar ke seluruh tubuh hingga masuk ke dalam jantungnya. "Kadet!" Bara membantu tubuh Kadet. Ia menyadarkan tubuh Kadet di dinding air terjun. "Sepertinya kalung itu obatnya," tunjuk Putra ke arah leher Bara. Sejak tadi menatap kalung Bara berkelap-kelip. Walaupun Putra masih kecil, ia bisa tahu sesuatu di sekitarnya hanya saja msih harus banyak belajar. Bara melepaskan kalung merah yang diberikan oleh Abahnya ketika berangkat ke pulau Jawa. Menatap batu tersebut. Setidaknya mencoba terlebih dulu. Ia mendekatkan kalung tersebu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Mata Batin   Penolong

    Kalung Bara berkedip untuk sekian kali. Bara mulai mengerti cara kerja kalung misterius itu. Kalung yang selalu ia kenakan di leher. Memberikan tanda bahaya untuk dirinya. "Gawat, mereka mendekat." Putra berlindung di belakang Bara. Ia berharap Kadet telah selesai membantu wanita hamil itu agar mereka bisa lari. Hanya suara wanita kesakitan di dalam goa dan suara Kadet memberikan instruksi agar bayi itu lahir. "Bagaimana Bang Bara. Aku takut." Putra mengenggam erat lengan Bara. Menyembunyikan diri di balik tubuh kekar Bara. Bara menyentuh batu tersebut berbicara dengan penghuni di dalam batu merah. Namun, ia tak mengerti bahasa yang dilontarkannya. "Ah, mengapa aku tak mengerti bahasanya." Suara teriakkan Kijo terdengar di kejauhan. Beberapa meter lagi mereka akan sampai di sini. Suara bayi terdengar dan mengema di dalam goa. Kadet telah berhasil melahirkan penerus generasinya. Hingga Kadet menyadari masih ada yang lain dalam perut wanita satu desa dengannya. Wajah wanita di h

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-17
  • Mata Batin   Kijo

    Bab 52"Batu itu bukan batu biasa. Batu yang hanya di bawa oleh orang-orang terpilih." Wanita yang baru saja melahirkan menceritakan tentang batu yang berada di leher Bara.Bara mendengarkan dengan seksama. "Apakah batu ini ada pemiliknya?""Tentu saja ada. Batu ini milik Sultan Aridabarapati. Ia adalah keturunan bangsawan berbeda dari yang lain. Aridabarapati memiliki kalung tersebut dari sebuah portal tak kasat mata. Ia sering masuk ke dalam portal tersebut untuk menemui sang kekasih. Sang kekasihnya bernama Putri Barasaka memberikan batu tersebut kepada Sultan untuk pelindungan diri. Namun, mereka tidak direstui oleh kedua orang tua karena berasal dari dunia berbeda. Walaupun, wajah putri Barasaka berbeda, Sultan tetap mencintainya dan menerima apa adanya." "Berbeda bagaimana?" Kadet ikut mendengar ceritanya. Sedangkan, Putra telah terlelap lebih dulu. "Entahlah aku juga tak paham. Kakek tak menceritakannya lebih detail." "Jadi maksudmu, mereka berbeda dunia yang saling jatuh c

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • Mata Batin   Bukit

    "Abang ...." Langkah wanita beranak tiga terhenti seketika. Menoleh ketika namanya di panggil."Seliyara!" "Abang, kamu masih hidup." "Dik. Kamu baik-baik saja?" Lelaki berbadan tinggi dan berwajah manusia dengan jenggot dan kumis mendekat. Meletakkan telapak tangan di wajah adiknya. Adik yang kini telah menjadi janda. "Alhamdulillah, baik baik saja." Seliyara memeluk tubuh kakak pertamanya. Menumpahkan air mata yang sejak tadi ingin terurai. "Kamu sudah lahiran. Syukurlah." Memeluk tubuh sang adik kembali, ia sengaja meninggalkan adiknya dalam goa agar Kijo tak menemukan mereka. Bersyukur sang adik masih di dalam goa. Lelaki itu adalah kakak dari wanita yang sedang mendekap kedua anak kembarnya. "Abang ke mana?" "Maafin Abang, Abang terjebak dengan kelompok Kijo jadi harus bersembunyi. Tak sanggup melawan mereka." "Ke mana mereka pergi, Zamah?" tanya Kadet agar ia tak satu arah dengan Kijo. Zamah adalah nama pria itu. Pria berjenggot tipis dengan netra merah berbeda dari ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24

Bab terbaru

  • Mata Batin   Ending

    Fika menatap Bara dengan kebimbangan, ia terus menatap pemuda yang sedang merapikan pakaiannya. "Jangan di tatap terus, Kakak tahu kalau ganteng.""Eh, pede banget." Fika menjulurkan lidahnya ke arah Bara. pemuda yang sibuk memilih pakaiannya hanya terkekeh saja. "Kakak, kamu yakin mau kembali ke kampung. Memangnya Mak dan Abah sudah ketemu?" "Sudah, mereka baik-baik saja dan bahagia di sana." Bara mengulum senyum ketika melihat Abah dan Mak bahagia. "Kok gak ajak aku?" Fika mulai merajuk. Bara menoleh ke arah Fika yang semakin hari semakin cantik dan dewasa. umurnya sudah matang untuk berumah tangga. Bara mengusap lembut puncak kepala Fika."Abah dan emak sudah lihat kamu. Kamu juga jangan khawatirkan mereka. Berdoa untuk kesehatan mereka.""Apa jangan-jangan mereka sudah berada di kampung makanya kamu mau kembali ke sana?""Tidak ada. Mereka tak ada di sana. Apa kamu tak ingin pulang?"Wajah manis Fika menunduk lesu. Mengingat hal dulu membuatnya sakit hati. Kalau saja waktu i

  • Mata Batin   Hidup Bara

    Bara Seorang gadis berkemeja biru merah dengan logo di kantung depan, mengusap lembut tubuh pemuda yang kini terbaring di atas tempat tidur di dalam kamar. Tangan halusnya mengusap lembut kulit pemuda itu dengan tangkas. Perlahan memakaikan kembali pakaian yang baru untuk pria yang kini terbaring tak berdaya. Selang infus masuk dari pergelangan tangan kanan. Cairan itu yang masuk ke dalam tubuh sebagai sumber tenaga. kedua mata pemuda itu masih terpejam, entah sampai kapan mata elang akan terbuka kembali. Rasa rindu akan canda dan perhatiannya kian membuncah. Gadis berkuncir kuda tetap sabar menanti. "Sampai kapan kamu akan tertidur Kak Bara. Apakah kamu tak merindukanku. Bangunlah." Fika selalu menjaga dan merawat Bara yang sudah lima bulan tak sadarkan diri. Melalui infus, Bara mengomsumsi makanan. Setelah memastikan semua selesai, Fika merapikan peralatannya dan berpamitan. "Aku harus pergi. aku harus bekerja untuk biaya hidup kita." Fika mengusap lembut surai Bara. mengulum

  • Mata Batin   Akhir Peperangan

    Bara menghampiri dua raja yang memiliki dendam terselubung. Mereka bertaruh dengan ganas dan sadis tak memberikan ampun atau permohonan maaf. Hingga sang Raja Merah terhempas dari hadapan makhluk hijau. Kini, hanya Bara yang bisa melawan Raja Kijo.Langkah Bara pasti dan akan mengalahkan raja jahanam itu. Raja yang memiliki maksud busuk kepada manusia. Maka Bara mengorbankan diri untuk saudara-saudaranya di dua dunia. "Bocah tengil, Raja merah saja tak bisa melawanku. Kamu ingin ikut mati bersamanya, ah!" Raja Kijo tersenyum sinis menatap pemuda dihadapnya. "Kalau sudah takdirku kenapa tidak." Bara melompat dan menjulurkan kaki hingga menyentuh dada raja Kijo. Sang raja terhuyung ke belakang ketika mendapat tendangan dari Bara. "Kurang ajar!" teriak raja Kijo mengema hingga ke luar kerajaan. Para anak buah gusar mendapat teriakan dari sang Baginda raja. Raja Kijo bersiap menyerang dengan kekuatan ilmu dalam yang selama ini ia simpan untuk digunakan ketika menemukan musuh lebih

  • Mata Batin   Penyerangan Brutal

    Napas Bara memburu, ia memilih menjauh. Gerak-gerik saat menghindari serangan adalah miliknya. "Sial, dari mana dia tahu gerakkan itu. Bagaimana aku bisa mengalahkannya?" geram Bara dalam hati. "Kenapa? Kamu tak bisa mengalahkan ku. Jangan harap kamu bisa!" Bara berpikir sejenak tetapi serangan tiba-tiba datang begitu cepat hingga bagian dada Bara terpukul keras, cairan merah keluar dari mulut pemuda itu. Bara terbatuk-batuk mengeluarkan cairan pekat. Raja Kijo tak memberikan ampun kepada pemuda itu. Ia melanjutkan penyerangan. Kedua kaki Bara tak berpijak. Tubuhnya melayang ke udara. "Ha ... ha ... Kekuatanmu tak sebanding denganku!" "Aku tak peduli kekuatanmu seberapa besar. Aku tak peduli berapa banyak jurusmu. Aku hanya ingin kamu musnah!" Bara melepaskan kalung merah yang melingkar di lehernya hingga dua orang muncul bersamaan menatap Raja Kijo. Mereka adalah ayah Bara dan Sang Raja yang telah hilang. Ternyata ia berada di kalung itu menunggu waktu yang tepat untuk menyer

  • Mata Batin   Raja Kijo

    Bara melanjutkan langkah hingga lantai yang ia pijak berubah, suasana menjadi mencekam. Sekeliling Bara berubah gelap. Hanya ada pepohonan menjulang tinggi dengan langit hitam. Tak ada bulan maupun bintang. Suara jangkrik atau kodok tak ada. Senyap dan sepi bagaikan di dalam kuburan. "Apakah aku telah kembali ke dunia nyata atau ini dunia Raja Kijo?" Monolognya dalam hati. Kaki Bara melangkah mencari jalan menuju cahaya. Tetapi, tak ada cela cahaya di sekitar ini. Suara apapun tak terdengar hingga kalung merah Bara berkelap-kelip menandakan bahaya mengintai. Bara menyentuh kalung itu saling berkomunikasi dengan penghuni kalung. Bara merasakan sesuatu mendekat sangat cepat seperti sebuah kilatan. Kedua kaki bersiap untuk menerima serangan tiba-tiba. Hingga cahaya menyerang Bara tetapi tak berwujud. Lengan Bara mengeluarkan cairan merah akibat goresan. Terasa nyeri dan perih. Bara mengindari kilatan itu agar tak terluka untuk kedua kali. Bara mengeluarkan tenaga dalam hingga diri

  • Mata Batin   Serangan Nyai

    "Mati kau!" Suara tawa mengema di ruangan itu. Waktu yang tepat untuk menghentikan wanita berkebaya hijau. Jika ia bersuara lagi tubuh Bara bisa tak berdaya. Hingga kepala terasa berat seperti tertimpa batu besar. Bara berlari secepat kilat menghajar wanita berkebaya hijau dan menyerang sekali tebasan. Bara mengores bagian perut Nyai dengan senjata daun beracun miliki wanita itu. Bara berdiri di samping wanita itu dan menambah serangannya dengan cara mencari kelemahan Nyai. Sebuah tusuk konde berada di kepala wanita tua yang mengeram kesakitan akibat luka dari senjatanya sendiri. Teriakkan wanita tak memiliki hati mengema dan semakin kencang. "Argh ....!" Bara menjauhi wanita itu dan menatap detik-detik pertumbangan diri Nyai. Wanita yang memberikan jalan kepada Kijo ke dunia. Hingga para gadis kehilangan nyawa dan kehormatan yang harus dijaga sebelum menikah. Para ibu yang baru saja melahirkan kehilangan bayi mereka karena tubuh bayi tak berdosa menjadi santapan bagi Kijo. Banya

  • Mata Batin   Menyerang Kijo

    "Lebih baik kalian pergi. Biar aku yang hadapi." Bara tak ingin teman-temannya terluka. "Tidak, aku tak akan pergi. Mereka telah membunuh keluargaku. Aku akan melawan mereka sampai darah penghabisan." Kadet mengucapkannya lantang. Begitu juga Zamah menganggukkan kepala. "Aku juga tak akan mundur. Kita lakukan bersama." Zamah menatap kedua pemuda yang penuh keberanian. Hingga mereka mendorong kasar pagar tersebut. Seketika itu juga bola mata mereka membulat melihat segerombolan Kijo dihadapannya. "Serang!" teriak para Kijo. Seketika itu juga kalung merah menyala dan membunuh para Kijo yang hendak mendekati Bara. Tubuh mereka hancur dan berubah menjadi abu. Para Kijo yang menyadari kekuatan tak terkalahkan memilih mundur. Bara semakin melangkah kaki menyerang mereka dengan brutal begitu juga Kadek dan Zamah. Mengapa mereka tak membawa prajurit dari bangsanya. Karena sebagai prajurit mengalami luka parah. Lebih baik mereka saja bertiga menyerang bangsa Kijo yang selalu meresahkan.

  • Mata Batin   Dewi Larasati

    Bab 55. "Abah katakan padaku. Aku tak mengerti semua ini." Bara meminta penjelasan yang sesungguhnya. "Wanita ini adalah ibumu Bara. Maaf kan kami telah merahasiakannya." Mak Djasiah terguguh. Ia takut kehilangan putranya. "Ibuku. Tapi, kenapa kalian di sini. Ini dunia bukan dunia kita.""Kami manusia hanya saja kami salah jalan hingga berakhir di sini." "Apa kalian telah berkerjasama dengan mereka, Abah?" Abah menganggukkan kepala dan suara isakan emak terdengar lebih keras. Abah memeluk tubuh rapuh istrinya. Mereka salah jalan dan beruntung masih bisa ada yang membantu. "Wanita ini adalah ibu kandungmu." "Mak, apa benar begitu?" Bara ingin tahu dari mulut wanita yang telah dianggap ibunya. "Iya, betul." Wanita berkebaya putih menatap penuh kerinduan sang buah hati. Putra yang ia jaga selama ini dari kejauhan. Bara menatap wanita yang tak terlihat tua. Tak ada goresan di wajah. Cahaya terlihat menyinari tubuhnya. "Anakku Bara." Ia mendekati Bara dan memeluk erat pemuda berw

  • Mata Batin   Bertemu Mereka

    Bab 54.Zamah menyusul Kadet, ia takut Kadet bertemu dengan Kijo. Bisa saja Kijo menyerangnya tiba-tiba. Zamah menaiki pohon lalu terbang dari satu pohon ke pohon lain. Tubuhnya terlihat ringan bagaikan kertas. "Siapa dia?" tanya Zamah ketika melihat Kadet membantu seorang wanita yang tak sadarkan diri. "Dia adalah kekasih adikku." "Astaga, bukannya dia berada di desa seberang. Apa jangan-jangan mereka juga menyerang desa seberang?""Bisa jadi. Lebih baik kita tanya saja setelah ia sadarkan diri." Zamah mengambil buah-buahan yang telah dipetik sedangkan Kadet mengendong tubuh wanita itu, Jinar. Mereka memberikan pertolongan kepada Jinar agar kembali siuman. Begitu juga Bara, mengunakan kekuatan kalung tersebut untuk menyembuhkan luka-luka di tubuhnya. Mereka beristirahat dekat pohon besar disekitar semak-semak. Para anak-anak menyantap makanan dengan lahap. Kedua bayi kembar tertidur lelap setelah menyusu ASI."Apa yang terjadi dengannya?" tanya Putra. "Kita tunggu saja setelah

DMCA.com Protection Status