Dea memperhatikan lalu lalang kendaraan yang memadati jalan protokol kota pahlawan. Beberapa bulan yang lalu, suaminya menginjakkan kaki di kota ini untuk melamar Alita. Mengingat hal itu masih juga terasa nyerinya. Meski sekuat apa dia berusaha menepis. Buktinya sekarang Gama sudah kembali menjadi miliknya. Apa tatapannya yang begitu mesra itu masih juga membuatnya ragu?"Kita istirahat di rest area Mojokerto saja, Ga," ujar Saga pada Gama yang duduk mengemudi. Ketika hendak memasuki gerbang tol tadi, Gama yang mengambil alih kemudi."Oke."Sementara di bangku belakang, Dea dan Melati ngobrol berdua. Tidak mengira, setelah tiga tahun yang lalu untuk pertama kalinya Dea bertemu Saga saat berkelahi dengan Gama di bangunan kosong senja itu, sekarang hubungan mereka terlihat sangat akrab. Dea ikut senang melihatnya.Kali ini perjalanan di tempuh dalam waktu delapan jam. Setiap rest area mereka beristirahat. Perjalanan memang disengaja dibuat sesantai mungkin. Namun setelah keluar dari t
MASIH TENTANGMU- Patah Hati "Mbak." Seorang anak muda memanggil Dea dari celah pintu pagar. Dea tampak ragu. Namun tetap menghampirinya. "Cari siapa, ya?" "Saya dari toko bunga. Mau nganterin buket.""Untuk siapa?""Mbak Deandra tulisannya di sini. Benar ini alamatnya, 'kan?" Pemuda itu menunjukkan sebuah catatan yang dipegangnya.Dea membuka pintu pagar paling pinggir. Pintu kecil yang hanya muat untuk satu orang saja. Pemuda itu mengulurkan buket dan minta tanda tangannya. "Makasih.""Sama-sama, Mbak. Saya permisi!" Pemuda itu langsung kembali ke mobil Cherry yang berhenti tidak jauh dari rumah Dea.HAPPY TODAY, DEANDRA.Dari AngkasaItu ucapan singkat dari kartu yang terselip di buket bunga. Dea memperhatikan bunga-bunga yang ditata demikian apik dalam balutan cellophane paper berwarna pastel. Ada bunga Peony, mawar merah, lili, dan entah bunga apa lagi, Dea tidak tahu namanya."Bunga? Dari siapa itu?" tanya Bu Wetty yang baru keluar dari kamar."Dari dokter Angkasa, Ma.""Ke
Meskipun mereka tidak kembali dekat. Tapi sesekali Gama pasti menemui anaknya. Alita tahu kalau Gama sangat mencintai Antika. Walaupun laki-laki itu tidak pernah memberitahunya. Yang membuat Alita geram, tidak satu pun pesannya dibalas oleh Gama. Seolah tak pernah peduli dengan ancamannya. Tidak mengapa, ia hanya perlu memastikan kalau jangan sampai Gama kembali pada mantan istrinya. Setengah hari itu, Alita tidak luput memperhatikan Dea. Yang diawasi tetap tenang melakukan pekerjaan. Dea tidak peduli dengan rasa penasaran Alita atau rekan-rekan yang lain. Tanggapan positif lebih banyak daripada tanggapan negatif. Tentu yang negatif itu berasal dari orang-orang yang tidak suka jika orang lain berubah jauh lebih baik.Zaman sekarang ini, sudah biasa dengan perubahan. Ada yang berubah secara total, ada juga yang sekedar untuk fashion. Lumrah sudah. Dea mengemas meja ketika tiba jam istirahat. Membenahi jilbabnya di depan cermin kecil yang ia sandarkan di keyboard komputer. Biasanya ha
MASIH TENTANGMU- Ingin Kumiliki Gama memandang Dea dan dokter Angkasa dengan raut cemburu. Andai saja dia bisa keluar dan hadir di antara mereka, tapi sayangnya keadaan membuatnya harus bertahan diam di tempat.Dia bisa melihat laki-laki itu begitu perhatian pada Dea. Menunggui sampai wanita itu masuk mobil, kemudian dirinya baru masuk kendaraannya lalu pergi saling mengikuti.Dea pun tidak menyadari keberadaannya di seberang jalan. Sebab Gama memakai mobil kantor. Selama menjalani hubungan dengan Dea, baru kali ini Gama cemburu setengah mati. Padahal Dea sudah kembali menjadi miliknya. Kenapa? Karena Gama tahu rivalnya tidak tanggung-tanggung. Lelaki berkelas yang layak menjadi suami idaman. Ah, terlambat sedikit saja, bisa jadi Dea jatuh dalam pelukan dokter Angkasa.Dulu dia tidak pernah secemburu ini. Siapa lelaki yang berani mendekati Dea? Tidak ada. Apalagi setelah tahu kalau Dea itu miliknya. Tentu takut dibuat tak berkutik oleh Gama kalau sampai berani melirik Deandra.Maka
Dia benci perempuan manapun yang akan dekat dengan Gama. Bahkan dia juga membenci perempuan masa lalu laki-laki itu. Walaupun sedekat apa dia dulu dengan Deandra. Namun mata hatinya sudah tertutup untuk kembali mengingat semua itu. Amarah dan patah hati telah melumpuhkan sisi empatinya.Alita masih yakin, seiris hati Gama pernah menjadi miliknya. Cuman satu kesalahan yang ia lakukan, kenapa tidak mau mendekati putri kesayangan Gama. Kenapa dirinya begitu sombong. "Min, apa yang harus kulakukan? Kasih tahu aku. Tapi jangan bilang kalau kamu menyuruhku untuk melupakannya. Sumpah, dia lelaki yang ingin aku dapatkan. Aku hanya butuh beberapa waktu dan meminta maaf padanya. Sebelum dia bersama perempuan lain."Mina menggeleng pelan. Alita tidak butuh pendapatnya. Tapi Alita butuh seorang psikiater untuk menyembuhkannya. Wanita itu melihat jam di pergelangan tangan. "Yuk masuk. Sudah waktunya kita kembali kerja." Mina bangkit dari duduk dan melangkah diikuti Alita di belakangnya.Sementara
MASIH TENTANGMU- Pergi atau Tidak Gelisah. Sejak tadi Dea melamun di kamar. Antika sudah tidur pulas di sebelahnya. Sudah hampir jam sepuluh malam. Gama bilang mau menelepon tapi ditunggu sejak tadi ponselnya masih senyap. Apa dia belum selesai membahas pekerjaan dengan Saga?Mengingat apa yang di posting Alita tadi, pikirannya jadi ke mana-mana. Ah, dia kecewa. Meski ketika itu Gama tidak sedang mengkhianatinya. Sekarang dia juga dilema. Menyusul Gama ke Jakarta atau ikut acara gathering di kantor. Jika dia tidak ikut, pasti akan menjadi bahan pertanyaan teman-temannya. Terlebih Alita. Gadis yang sekarang tengah gencar mencari tahu apapun tentangnya, tidak akan diam begitu saja. Apa dia siap jika pernikahannya dengan Gama kali ini akan terbongkar?Acara yang diselenggarakan setahun sekali ini termasuk penting juga. Kegiatan yang dilakukan untuk mempererat hubungan seluruh karyawan dalam naungan satu perusahaan. Meningkatkan solidaritas semua karyawan mulai dari atasan hingga para
Hening. Bu Lani mulai jengkel dengan tingkah anak bungsunya. Namun mau menentang sekeras apapun, dia tidak bisa. Ada suaminya yang mendukung sikap Alita. Juga ada kakak iparnya yang siap membantu sang keponakan. Mereka membantu karena ada kepentingan tersendiri. Persaingan bisnis tentu saja. Kesempatan ini digunakan kakak iparnya untuk menjatuhkan kerajaan bisnis keluarga Gama.Alita meraih tali tasnya. "Ma, aku berangkat ke kantor dulu." Diraihnya tangan Bu Lani dan menciumnya."Mama, nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja kok," ujarnya sebelum melangkah pergi.Bu Lani masih mematung. Baik-baik katanya? Apanya yang baik-baik saja. Sikap Alita membuat nalurinya sebagai ibu penuh rasa kekhawatiran. Sejak dulu dia mengajarkan putrinya untuk menjadi perempuan yang bermartabat dan penuh harga diri. Tapi dukungan dari suaminya yang selalu menuruti keinginan Alita, membuatnya menjadi perempuan yang penuh ambisi. Rasa hati tidak rela jika anak gadisnya mengejar laki-laki yang jelas sudah m
MASIH TENTANGMU- ManjaJam tiga sore, Pak Nathan baru kembali ke ruangannya. Dea bangkit, langsung menemui lelaki itu sebelum keduluan dia pergi lagi.Dua kali mengetuk pintu, Dea dipersilakan masuk. "Ada apa, Deandra?" tanya laki-laki yang duduk di belakang mejanya. Diletakkan pena lalu memandang pada perempuan yang duduk tepat di hadapan."Maaf, kalau saya mengganggu, Pak. Saya mau izin pulang dan besok saya tidak bisa ikut gathering di Kulonprogo." Dea berkata dengan perasaan cemas. "Kenapa?" tanya lelaki itu cepat dengan dahi mengernyit. Padahal acara untuk besok merupakan momen yang ditunggunya. Tapi Deandra malah izin tidak bisa ikut. Kemarin waktu breafing masih diam saja."Saya ada urusan mendadak dengan keluarga. Penting banget, Pak. Makanya saya minta izin untuk pulang sekarang dan besok saya tidak bisa ikut." Diam. Dea jadi serba salah. Sebab dia memang belum begitu mengenali pimpinan barunya. Kalau kepala divisi yang dulu, Dea sudah terbiasa. Pak Nathan kelihatan lebih