MASIH TENTANGMU- Hari ke-45Nadia menikmati perjalanan udara dalam diam. Tony sendiri tidak ingin mengusiknya. Hanya menatap istrinya dari samping. Tangannya tetap menggenggam jemari itu. Apapun yang terjadi, permasalahan dengan Alita harus selesai hari ini. Jika dihadapkan pada dua pengorbanan. Ia akan tetap mempertahankan rumah tangganya. "Yang, mau minum?" tanya Tony sambil meletakkan jatah snack di meja portabel yang baru di bukanya. Penebangan kelas bisnis dengan durasi pendek ini, mereka dapat jatah minum dan snack.Nadia menggeleng. Sudah kenyang. Di ketinggian yang entah berapa ribu kaki di atas permukaan bumi, yang Nadia lihat hanya awan putih di udara hampa.Sehampa hatinya ketika itu. Bagaimana tidak, ia menyimpan rapat persoalannya sendiri. Mencerna, membuat kesimpulan, tanpa melibatkan orang lain. Sebab baginya itu aib keluarga. Bahkan pada ibu dan dua kakak perempuannya, Nadia tidak cerita apa-apa. Mereka pun mengira keluarganya baik-baik saja.Namun dua hari yang lalu
Alita tergesa berganti pakaian saat diberitahu kalau Tony dan Nadia sudah sampai di rumah mereka siang itu. Rambutnya dibiarkan terurai dan wajahnya di sapu bedak tipis-tipis.Kebetulan sang papa hari ini juga mengambil cuti. "Mbak." Alita hanya menyalami Nadia. Lantas duduk di sofa tunggal sebelah sang mama.Tony meminta maaf karena datang tanpa menelepon terlebih dahulu. Dia juga minta maaf, kalau hari ini merupakan hari penentuan tentang akhir pernikahannya dengan Alita.Pak Handoyo menarik napas dalam-dalam. "Kehidupan Alita sudah hancur karena peristiwa ini, Tony. Dia juga menyandang gelar janda tanpa bukti resmi. Kalau kamu, nggak menanggung resiko apa-apa. Istrimu juga masih mau menerima dan memaafkanmu. Sedangkan Alita ....""Pa." Bu Lany menyela. "Tentang Nak Nadia yang memaafkan dan menerima kembali Nak Tony itu bukan urusan kita. Nak Nadia punya hak mutlak mengambil keputusan harus memaafkan atau tidak. Sekarang kita nggak fokus tentang hal itu, Pa. Saat ini bagaimana kita
MASIH TENTANGMU- Lembaran Baru "Sudah, Mas." Nadia menunjukkan bukti transfer di m-banking pada sang suami."Kenapa kamu lebihkan, Yang?" tanya Tony saat melihat nominal lebih besar dari yang ia sebutkan dan menjadi kesepakatan mereka tadi. Kesepakatan tentang uang mut'ah, iddah, dan ganti uang perawatan saat Alita keguguran."Nggak apa-apa, Mas," jawab Nadia sambil mengirimkan bukti transfer pada nomer Bu Lany. Namun tetap rekening Alita sendiri yang di transfer uang. Setelah itu ponsel diletakkan kembali di nakas.Tony menggamit pinggang sang istri. Mengecup rambut Nadia yang terurai. "Makasih banyak. Mas bersyukur memiliki istri yang hebat sepertimu. Tak tahu apa yang terjadi jika mas kehilangan kamu."Mendengar itu, Nadia tersenyum samar. Sebulan setengah ia bertarung dalam diri, menata hati, pikiran, dan mengontrol setiap tindakan. Agar anak-anak tidak tahu luka yang menganga dalam dadanya. Agar semua orang tahu ia baik-baik saja. Hanya pada psikolog itu, Nadia bisa mengungkapk
Mereka tidak pernah bercinta di kamar mandi. Hanya sekedar mandi bersama dan saling menggosok tubuh pasangannya. Tentunya sambil bercanda, karena Gama sekarang begitu jahil. Entah kepentok di mana kepalanya, isi kepala yang dulu membeku sekarang mencair. Tidak tanggung-tanggung malah. Romantisnya luber ke mana-mana. Menjadi suami yang paling bucin sedunia.Orang kalau serius ingin berubah, pasti bisa. Dengan sedikit pengorbanan untuk membuang ego. Tentunya setelah pernah kehilangan sekali, tentunya tidak ingin kehilangan untuk kedua kali. Gama telah berubah dan sangat berhati-hati. Dea sedang berjuang untuk menghilangkan sedikit stretch mark di bagian perutnya. Itulah yang membuatnya kurang percaya diri. Padahal Gama tidak pernah sedikitpun memperhatikan, apalagi mempermasalahkan.Soal bentuk tubuh, tidak perlu ditanya lagi. Dea sudah kembali ramping karena rajin berolahraga. Di rumah tersedia treadmill dan barbel dengan kualitas terbaik dan berbagai ukuran."Mas, buruan. Nanti Antik
MASIH TENTANGMU- Pengirim Cokelat Siapa yang memberinya cokelat? Cokelat hazelnut kegemarannya. Di Malang Alita tidak dekat dengan siapapun. Tidak mungkin juga teman sesama staf memberinya cokelat semahal itu. Daripada dikasihkan padanya, lebih baik untuk anak-anak dan keluarga di rumah.Staf laki-laki kebanyakan juga masih berusia di bawahnya. Ada kaum bapak-bapak yang sudah pada punya keluarga. Alita juga sangat-sangat tertutup pada mereka.Alita masuk kamar dan membuka kartu kecil berbentuk hati. Tidak ada ucapan apapun selain FOR YOU ALITA PUTRI. Itu saja. Dibiarkannya cokelat di atas tempat tidur. Alita melepaskan jilbabnya. Sejak kerja di Malang, Alita mulai mengenakan jilbab. Di ambilnya handuk lalu masuk kamar mandi.Usia salat asar, Alita berbaring di ranjang. Capek juga hari ini. Sebab ada pekerjaan di lapangan. Pandangannya hanya berputar-putar pada plafon kamar dengan lampu hias yang tertanam di dalamnya. "Kamu nggak pulang akhir pekan ini?" tanya sang mama saat menele
Antika tidak sabar untuk segera bertemu Moana. Dia sudah membawakan beberapa baju barbie dan buku fabel. Gadis kecil itu membayangkan pertemuan yang indah. Meski mereka sudah sempat bertemu di liburan kenaikan kelas. Moana datang ke Jogja di antarkan kakek dan neneknya."Mbak, ada yang ketinggalan nggak untuk keperluan si adek?" tanya Gama pada ART-nya."Nggak ada, Mas. Sudah saya cek tadi.""Oke, kita berangkat sekarang."Si mbak naik dan duduk di sebelah Antika. Sedangkan Dea sudah sejak tadi duduk di samping kemudi karena Akhandra minum ASI.Gama dan Saga bertemu di dekat pintu tol colomadu. Mereka turun sebentar untuk mengecek ban mobil. Maklum bawa anak-anak yang masih bayi, harus prima semuanya."Aku nanti langsung ke vila, ya. Malam aja aku ke rumahmu," kata Gama sebelum naik lagi ke mobilnya."Oke," jawab Saga.Mereka mengendarai mobil beriringan dan berhenti di rest area yang sama. Makan, ngopi, membiarkan anak-anak bermain, baru melanjutkan perjalanan lagi.Begitulah sampai
MASIH TENTANGMU- Laki-laki Itu Naufal Syahputra.Melihat lelaki itu Alita diam di teras kamar untuk beberapa saat. Sampai sosoknya melangkah pelan mendekati pagar.Alita tergesa menghampiri. "Apa kabar, Lita?""K-kabar baik." Alita memandang sekeliling. Ke area kamar kosan yang elite dan rapi. "Maaf, aku nggak bisa mempersilakan kamu masuk.""Nggak apa-apa. Ayo, kita makan di luar."Alita diam sejenak. Apa dia harus ikut pergi? Di antara dirinya dan Naufal tidak ada pertengkaran apapun yang membuat mereka bermusuhan. Tentang one night stand ... ah, itu mereka melakukan tanpa paksaan. Entahlah tiba-tiba terjadi begitu saja. Mengingat kala itu raga Alita gemetar. Naufal bukan lelaki yang jahat. Mereka berteman sangat dekat selama kuliah. Seperti persahabatannya dengan Saga. Namun lebih dekat ke Naufal. Dia bukan lelaki tertutup seperti Saga. Pada Naufal, Alita bisa bicara apapun secara terbuka. Meski dalam dada, Saga yang dikaguminya.Dia teman yang banyak membantunya mengerjakan tu
Alita tersenyum getir. Naufal tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Memang di biodata itu tertulis belum menikah, padahal dirinya sudah janda. Sebab mau mengganti identitas, dia tidak punya akta perceraian."Kamu sudah menikah? Aku khawatir kalau sedang jalan sama suami orang." Alita memberanikan diri untuk bertanya.Naufal dengan cepat menggeleng. "Nggak usah khawatir. Kamu duduk dengan laki-laki yang masih jomblo." Senyum mengakhiri ucapannya.Di usia tiga puluh empat tahun, Naufal juga masih belum menikah? Dia bukan lelaki kurang pergaulan, bukan pria buruk rupa, karirnya juga mentereng. Tapi belum menikah."Kenapa belum nikah?" Alita mulai enjoy. Dulu pun mereka adalah sahabat yang sangat akrab dan biasa ngobrol tentang apapun."Kamu juga belum menikah? Kenapa?"Alita tersenyum getir."Karena perbuatanku waktu itu?" tanya Naufal dengan wajah sendu. Ada sesal dan rasa bersalah tampak di sana. Meski harus membongkar kisah lama, tapi ia mesti mengutarakannya. Sebab ia menyesalinya hing