Share

Bab 5

Author: Ferozyuna
last update Last Updated: 2023-06-20 09:11:04

Seperti tersambar petir di siang hari. Begitu kalimat yang tepat untuk mendiskripsikan apa yang Ameli rasakan saat ini. 

"Tapi, Bu? Saya masih ingat tetap kerja di sini!" ucap Ameli dengan menahan air mata.

"Maaf, seperti saya sudah tidak bisa memperkerjakan Anda lagi karena kami tidak ingin bertanggungjawab jika sesuatu hal yang buruk terjadi dengan kehamilan Anda," jawab Bu Yeni sambil kembali menyodorkan amplop berisi uang agar Ameli segera menerimanya.

Dengan berat hati, Ameli menerima amplop tersebut dan kemudian beranjak keluar dari ruangan. Ketika Ameli berjalan melewati beberapa pelanggan, tanpa sengaja mata Ameli tertuju pada sosok pria memakai jas berwarna hitam. Ameli melihat pria itu dari belakang sedang bersama seorang wanita.

"Aku seperti tidak asing dengan pria itu," gerutunya.

Ameli menghentikan langkah kaki dan mencoba memperhatikannya. Dan benar saja, ketika pria itu hendak menoleh untuk memanggil pelayan, Ameli sangat terkejut ketika akhirnya mengetahui siapa sebenarnya pria itu.

"Astaga! Tidak mungkin! Itu Amar!" ucapnya seketika sambil berusaha menyembunyikan wajah dengan kedua telapak tangan dan bergegas untuk pergi.

Langkah kaki Ameli hari itu terasa sangat berat. Tubuhnya terasa lemas. Hati dan pikirannya kacau. Dia tidak menyangka bahwa hari ini mendapat banyak hal yang melukai hatinya.

"Amar sedang bersama siapa? Apa dia sudah menikah lagi?" gerutunya dalam hati.

Tanpa sengaja ketika Ameli membuka ponsel, terdapat notifikasi dari salah satu situs yang mengabarkan sebuah pernikahan mewah yang akan digelar beberapa hari lagi. Berita pernikahan itu berasal dari putera semata wayang pemilik sekaligus pendiri Wijaya grup.

Jantung Ameli seketika berhenti berdetak ketika membaca judul berita tersebut. Dengan hati was-was dan jari gemetaran, Ameli membaca perlahan berita itu. Dan benar saja, semakin dia membaca berita itu, semakin hatinya terasa tercabik-cabik. Berita yang berisi tentang rencana pernikahan Amar dengan wanita yang berprofesi sebagai model mampu melengkapi kekecewaan dan rasa sakit hati yang Ameli alami hari ini. Ameli segera mematikan ponsel dan bergegas untuk pulang menemui mamanya.

Sampai di kontrakan, Ameli menangis histeris sambil memeluk mamanya. Dengan ekspresi wajah terkejut dan gerakan tangan yang terbatas, Bu Mila berusaha menenangkan Ameli meski dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Hari itu, hidup Ameli terasa benar-benar berakhir. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi setelah ini.

Namun, ketika dia melihat mama dan bayi yang berada di dalam perutnya, Ameli berusaha untuk bangkit. 

"Jika tidak aku, siapa lagi?" tekadnya dalam hati.

Ameli mengubur kepedihannya dalam-dalam. Besoknya dia memutar otak untuk mendapatkan uang tanpa harus bekerja dibawah pimpinan orang lain. Setelah berpikir panjang, akhirnya Ameli mempunyai ide untuk membuat sebuah produk perawatan kulit dan wajah. Ameli memilih membuat produk perawatan kulit dan wajah dari bahan alami dengan alasan mudah ditemui dan tentu saja bisa menekan biaya produksi.

Proses yang Ameli lalui cukup panjang hingga akhirnya Ameli berhasil membuat satu sampel produk yang harus dia uji kelayakannya terlebih dahulu. Urusan pembuatan produk perawatan kulit dan wajah belum selesai, Ameli mengalami pendarahan hebat. Beruntung, pemilik kontrakan membantu Ameli pergi ke rumah sakit.

Tidak berselang lama, bayi berjenis kelamin laki-laki lahir dengan berat tiga koma dua kilogram dan Ameli beri nama Jendra Pamungkas. Selama berada di rumah sakit, Ameli ditemani oleh Bu Ana. Hingga Bu Ana dengan senang hati membantu meminjami uang kepada Ameli untuk biaya kelahiran di rumah sakit. Ameli merasa hidupnya tertolong.

Setelah masa pemulihan selesai, Ameli kembali melanjutkan merintis bisnisnya. 

"Aku sudah kehabisan uang, jadi tidak mungkin bisa membayar biaya promosi," gerutunya dalam hati.

Ameli akhirnya memasarkan produknya sendiri dari pintu ke pintu ataupun ditiupkan ke toko-toko kecil. Setelah melewati jatuh bangun, akhirnya bisnis Ameli melejit dalam kurun waktu lima tahun. Kini, Ameli sudah bisa membeli rumah, mobil, menebus biaya pembebasan papanya di penjara, mempunyai banyak karyawan dan juga cabang store di mana-mana. Dan di saat itu juga, kehidupan Ameli jauh membaik.

"Mama...?" teriak Jendra yang berlari menghampiri Ameli yang masih berada di dalam mobil.

Siang itu, Ameli meluangkan waktu untuk menjemput Jendra yang kini sudah duduk di bangku Sekolah Taman Kanak-kanak.

"Semakin besar, Jendra semakin mirip dengan Amar. Bagaimana bisa aku melupakan dia jika Jendra begitu mirip dengannya?" gumam Ameli dalam hati.

"Mama, tadi Jendra dikatain teman-teman kalau Jendra nggak punya papa. Kenapa teman-teman Jendra bisa bilang begitu? Kan, kata mama, papanya Jendra sedang bekerja di luar negeri? Iya, kan, Ma?" tanya Jendra dengan suara khas anak-anak.

"Iya, jelas, dong! Papanya Jendra, kan, sedang pergi jauh!" jawab Ameli sambil memutar setir mobilnya.

"Tadi juga ada yang ngatain kalau Jendra itu anak haram. Memangnya anak haram itu apa, sih, Ma?" tanya Jendra dengan lugu sambil mengemut lolipop.

Deg!

Jantung Ameli seketika terasa berhenti berdetak.

"Emmm..., Jendra sudah makan belum, Sayang?" tanya Ameli mengalihkan pertanyaan.

"Belum," jawab Jendra sambil menggelengkan kepala.

"Okay, Jendra mau makan apa? Pizza? Hot dog atau pasta?" ujar Ameli menyebut nama-nama makanan yang Jendra suka.

"Pizza aja, deh, Ma." jawab Jendra.

"Okay, kita beli, ya!" jawab Ameli sambil bernafas lega.

Pikiran Ameli saat itu kembali terganggu dengan sebutan yang ditujukan untuk putera semata wayangnya.

"Bagaimana pun Jendra tidak bersalah, tapi aku yang salah. Kenapa ada orang yang tega menyebut dia anak haram? Dari mana teman Jendra tahu sebutan anak haram jika tidak ada orang dewasa yang mengajari?" gerutu Ameli kesal di dalam hati.

"Sampai kapanpun, aku tidak akan mempertemukan Jendra dengan Amar! Aku tidak akan pernah mengatakan kepada Jendra kalau ayahnya sebenarnya adalah seorang CEO perusahaan Wijaya grup," tegasnya dalam hati.

***

"Amar, pernikahan mu dengan Frieda sudah menginjak lima tahun. Apa kalian berdua tidak ingin mempunyai momongan?" tanya Bu Mega sambil menatap wajah Amar yang terlihat sayu. 

"Momongan? Tentu saja Amar ingin, Ma! Tapi memang belum waktunya Amar dan Frieda di kasih, jadi Amar bisa apa?" respon Amar dengan suara lebih bervolume.

"Mama hanya tanya, kenapa jawabanmu begitu kepada mama?" tanya Bu Mega dengan suara lebih keras.

"Ada apa ini? Kenapa kalian saling berteriak? Ini di perusahaan, bukan di rumah!" teriak Pak Hadi yang baru saja masuk ke dalam ruangan milik Amar.

"Karena Mama bertanya tentang hal itu berkali-kali, Pa! Harus berapa kali juga Amar menjelaskan tapi Mama tidak pernah mengerti," jawab Amar membela diri.

"Kenapa kalian tidak membicarakan hal ini di rumah?" tanya Pak Hadi.

"Sengaja mama datang ke sini, Pa. Kalau di rumah ada Frieda. Mama tidak enak dengannya," jawab Bu Mega sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Tapi, yang dikatakan oleh mamamu memang benar, Nak. Kamu harus segera mempunyai momongan sebagai penerus perusahaan ini. Lihatlah! Papa sudah tua. Usia kamu juga semakin bertambah," ucap Pak Danang sambil berjalan mendekati Amar dan memegang pundaknya.

Amar terdiam dengan tatapan kosong. Pikirannya bukan tertuju kepada apa yang kedua orangtuanya bicarakan. Tapi ada hal lain di dalam rum

ah tangganya yang selama ini dia sembunyikan.

Related chapters

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 6

    "Baru pulang, Mas?" tanya Frieda yang duduk di sofa sambil bermain dengan handphonenya."Iya. Tadi ada meeting dadakan bersama klien. Jadi, jam segini baru pulang." Jawab Amar sambil mengendorkan dasi dan menaruh tas di sofa dekat Frieda."Meeting bersama klien atau makan malam bersama sekretaris baru?" tanya Frieda sambil terus bermain dengan handphone dan tidak melihat ke arah Amar."Apa maksudmu?" respon Amar sambil menatap Frieda dengan tatapan tajam."Iya. Aku dengar di perusahaan sedang ada sekretaris baru. Orangnya cantik dan juga masih muda. Dan aku dengar juga, akhir-akhir ini sekertaris itu sedang banyak dibicarakan dengan beberapa pria di perusahaan. Apakah jangan-jangan kamu juga menyukainya?" tanya Frieda dengan wajah kesal.Amar menghela nafas dan menggelengkan kepala."Ternyata kamu masih belum berubah juga! Frieda, aku ini suamimu! Aku bekerja pagi, siang, dan malam untuk mu! Tapi, kenapa setiap aku pulang kerja selalu kamu sambut dengan pertanyaan-pertanyaan konyol ya

    Last Updated : 2023-07-12
  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 7

    "Jika kamu tidak ingin kembali bersama Amar, paling tidak kamu cari pria baru yang pantas menjadi sosok ayah untuk Jendra!" perintah Pak Danang yang sejak tadi mengetahui keributan antara Ameli dan Jendra.Ameli terdiam. Bertahun-tahun memperjuangkan hidupnya sendiri seakan menjadikan dirinya wanita tidak sudah tidak membutuhkan sosok laki-laki. "Buat apa aku mendatangkan sosok laki-laki di hidupku jika nantinya hanya menjadi beban dan menyusahkan diriku sendiri?" gumamnya dalam hati."Tapi, semua terserah kamu, Ameli! Sebagai kakek, papa hanya kasihan melihat Jendra yang setiap hari selalu menanyakan sosok ayah, dan juga menyembunyikan sesuatu terlalu lama itu tidak baik. Cepat atau lambat, Jendra tetap harus tahu siapa ayahnya dan juga bagaimana kehidupan yang sekarang ini bisa terjadi," imbuh Pak Danang dengan tatapan iba.Ameli terus terdiam dengan pikiran masa lalu. Hatinya masih keras. "Ameli belum siap menerima siapapun di hidup Ameli, Pa!" Ucap Ameli yang kemudian beranjak d

    Last Updated : 2023-07-14
  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 8

    "Apa yang kamu lakukan kepadaku?" tanya Ameli sambil meletakkan kedua tangan di depan dada."Lakukan kepadamu? kenapa kamu bisa mempunyai pikiran seperti itu? apa aku terlihat seperti pria cabul?" tanya David sambil tersenyum dengan mata menggoda."Jangan halangi! aku ingin pergi dari sini! Ah, mana tasku?" Ameli melihat ke semua sudut kamar.Begitu dia melihat tas selempangnya yang terletak di sofa, bergegas Ameli berlari dan mengambilnya. Ketika mengambil tas, Ameli dikejutkan dengan suara notifikasi pesan. Seketika Ameli membuka isi pesan itu dengan jari bergetar."Ah, astaga! aku sudah membuat mama dan papa khawatir. Jendra pasti tadi malam juga mencari keberadaanku. Ibu macam apa aku ini!" gerutu Ameli yang kemudian bergegas mengembalikan handphonenya kembali ke dalam tas."Jadi siapa kamu sebenarnya?" tanya David dengan tatapan tidak berkedip."Apa? kenapa kamu bertanya seperti itu kepadaku? harusnya aku yang bertanya seperti itu. Siapa kamu dan kenapa kamu membawaku ke sini?" t

    Last Updated : 2023-09-02
  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 9

    Sesampainya di rumah, Ameli tidak langsung turun dari mobil. Dia melamun menatap pintu rumah dengan bayangan berbagai pertanyaan yang akan muncul dari kedua orangtuanya."Bagaimana aku bisa menjelaskan kepada mama dan papa jika aku pulang tanpa Jendra?" gumamnya dalam hati.Dengan langkah kaki yang berat, Ameli akhirnya membuka pintu mobil dan menurunkan kakinya lalu berjalan perlahan masuk ke dalam rumah."Kenapa kamu lama sekali? kemana saja kamu? Jendra saja hingga sudah selesai makan dan beres-beres?" tanya ibunya Ameli begitu melihat Ameli datang dari balik pintu."Apa? Jendra sudah ada di rumah?" tanya Ameli terkejut."Bagaimana kamu ini? kenapa anaknya pulang bersama orang lain, kok, kamu tidak tahu?" balas ibunya Ameli.Tanpa menjawab ucapan mamanya lagi, Ameli bergegas berlari menuju kamar Jendra. Begitu berhasil masuk ke dalam kamar Jendra, dia melihat Jendra sedang tertidur pulas dengan wajah polosnya. Ameli berjalan perlahan mendekati Jendra dan m

    Last Updated : 2023-09-13
  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 10

    Sesampainya di rumah sakit, Ameli membawa wanita tersebut langsung ke dalam ruang UGD. "Permisi, Bu, apakah Ibu saudara dari pasien?" tanya salah satu perawat yang ada di dalam ruang UGD."Eee, sa-saya...,""Tolong melakukan pendaftaran dulu, Bu," sahut perawat tersebut yang kemudian bergegas berlari masuk mengikuti pasien tanpa memberi kesempatan Ameli untuk melanjutkan ucapannya."Apa? aku bahkan tidak tahu siapa dia. Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan?" ucap Ameli di dalam hati.Ameli kemudian teringat dengan tas selempang yang melekat di tubuh wanita tersebut ketika dia berusaha membawanya masuk ke dalam mobil. Ibu satu anak tersebut kembali berjalan menuju mobil."Setidaknya aku bisa menemukan handphone dan KTP wanita itu agar aku bisa menghubungi keluarganya," ucap Ameli sambil membuka resleting tas berwarna hitam dengan ukuran sedang tersebut."Ah, dapat!" imbuhnya yang kemudian membuka dompet dan melihat KTP milik wanita yang tanpa sengaja

    Last Updated : 2023-09-14
  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 11

    Amar terdiam beberapa detik hingga pada akhirnya dia mengatakan hal yang sangat tidak terduga."Karena ada sebagian hidup Amar yang Amar titipkan kepada Ameli, Bu, dan itu tidak bisa dinilai dengan materi," ucap Amar."Apa maksudmu?" tanya Bu Deni sambil menggenggam jari-jari tangan.Ameli terkejut dan menatap wajah Amar dengan mata melotot. Tidak seketika tersentuh hatinya, Ameli justru semakin teringat akan semua janji palsu yang telah Amar berikan kepadanya dan pada akhirnya meninggalkannya begitu saja.Amar menatap wajah Ameli yang juga sedang menatapnya. Pria yang berstatus sebagai CEO itu tahu jika Ameli masih menaruh rasa dendam kepadanya."Karena...,""Permisi, pasien sudah siuman dan sudah bisa ditemui namun untuk saat ini maksimal jumlah anggota keluarga yang diperbolehkan masuk hanya dua orang," ucap salah satu perawat yang tiba-tiba keluar dari ruangan."Ibu tidak akan memaafkan kalian berdua jika sesuatu terjadi kepada Frieda." Ucap Bu Deni d

    Last Updated : 2023-09-15
  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 12

    "Amar? kenapa kamu memukulnya?" Ameli mendorong tubuh Amar."Apa yang baru saja dia lakukan kepadamu, Ameli? beraninya dia menciummu.""Memang kenapa kalau dia menciumku?""Apa?" "Amar, sudah cukup semua perlakukanmu kepadaku dulu dan aku minta mulai sekarang, jangan pernah muncul di hadapanku lagi! Kehadiranmu selalu membuat hidupku kembali dirudung banyak masalah," ujar Ameli.David terdiam melihat apa yang dikatakan oleh Ameli. Rasa penasaran David sedikit terkuak dengan pernyataan yang baru saja Ameli lontarkan."Aku tahu jika aku salah, Ameli, tapi aku memperbaiki semuanya. Aku menyesal dan aku ingin kembali menjalani hidupku bersamamu," bantah Amar yang masih berusaha membujuk Ameli agar mau menerimanya."Apa? kembali hidup bersama kamu bilang? kapan kita hidup bersama? jangan berucap seakan kita pernah menjalani kehidupan di dalam sebuah ikatan karena itu tidak pernah terjadi," jawab Ameli.Ameli membalikkan badan dan hendak kembali masuk ke d

    Last Updated : 2023-09-16
  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 13

    "Aku sudah berniat jika kehadiranku tidak akan membuat beban di hidupmu jadi jika kamu tidak suka, maka kamu boleh meninggalkanku sekarang juga," ucap David dengan tegas.Ameli terdiam memandangi wajah David. Melihat wajah David, Ameli tiba-tiba merasa tidak tega jika harus meninggalkannya sendirian di tepi jalan yang sepi ini. Terlebih, Ameli merasa jika dia memang membutuhkan sosok laki-laki yang bisa membuatnya tenang untuk saat ini."Masuklah!" perintah Ameli sambil menyalakan mesin mobil."Apa?" respon David terkejut."Masuk dan ayo, kita pergi ke rumahmu!"David terdiam dengan perasaan tidak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Ameli."Kenapa kamu masih berdiri di situ? Jangan sampai aku berubah pikiran dan meninggalkanmu sendirian di tepi jalan yang banyak binatang buasnya ini," imbuh Ameli."Kamu jangan menakut-nakutiku!" Jawab David yang kemudian kembali masuk ke dalam mobil Ameli dengan cepat."Aku tidak menyangka, mempunyai tubuh gagah

    Last Updated : 2023-09-18

Latest chapter

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 13

    "Aku sudah berniat jika kehadiranku tidak akan membuat beban di hidupmu jadi jika kamu tidak suka, maka kamu boleh meninggalkanku sekarang juga," ucap David dengan tegas.Ameli terdiam memandangi wajah David. Melihat wajah David, Ameli tiba-tiba merasa tidak tega jika harus meninggalkannya sendirian di tepi jalan yang sepi ini. Terlebih, Ameli merasa jika dia memang membutuhkan sosok laki-laki yang bisa membuatnya tenang untuk saat ini."Masuklah!" perintah Ameli sambil menyalakan mesin mobil."Apa?" respon David terkejut."Masuk dan ayo, kita pergi ke rumahmu!"David terdiam dengan perasaan tidak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Ameli."Kenapa kamu masih berdiri di situ? Jangan sampai aku berubah pikiran dan meninggalkanmu sendirian di tepi jalan yang banyak binatang buasnya ini," imbuh Ameli."Kamu jangan menakut-nakutiku!" Jawab David yang kemudian kembali masuk ke dalam mobil Ameli dengan cepat."Aku tidak menyangka, mempunyai tubuh gagah

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 12

    "Amar? kenapa kamu memukulnya?" Ameli mendorong tubuh Amar."Apa yang baru saja dia lakukan kepadamu, Ameli? beraninya dia menciummu.""Memang kenapa kalau dia menciumku?""Apa?" "Amar, sudah cukup semua perlakukanmu kepadaku dulu dan aku minta mulai sekarang, jangan pernah muncul di hadapanku lagi! Kehadiranmu selalu membuat hidupku kembali dirudung banyak masalah," ujar Ameli.David terdiam melihat apa yang dikatakan oleh Ameli. Rasa penasaran David sedikit terkuak dengan pernyataan yang baru saja Ameli lontarkan."Aku tahu jika aku salah, Ameli, tapi aku memperbaiki semuanya. Aku menyesal dan aku ingin kembali menjalani hidupku bersamamu," bantah Amar yang masih berusaha membujuk Ameli agar mau menerimanya."Apa? kembali hidup bersama kamu bilang? kapan kita hidup bersama? jangan berucap seakan kita pernah menjalani kehidupan di dalam sebuah ikatan karena itu tidak pernah terjadi," jawab Ameli.Ameli membalikkan badan dan hendak kembali masuk ke d

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 11

    Amar terdiam beberapa detik hingga pada akhirnya dia mengatakan hal yang sangat tidak terduga."Karena ada sebagian hidup Amar yang Amar titipkan kepada Ameli, Bu, dan itu tidak bisa dinilai dengan materi," ucap Amar."Apa maksudmu?" tanya Bu Deni sambil menggenggam jari-jari tangan.Ameli terkejut dan menatap wajah Amar dengan mata melotot. Tidak seketika tersentuh hatinya, Ameli justru semakin teringat akan semua janji palsu yang telah Amar berikan kepadanya dan pada akhirnya meninggalkannya begitu saja.Amar menatap wajah Ameli yang juga sedang menatapnya. Pria yang berstatus sebagai CEO itu tahu jika Ameli masih menaruh rasa dendam kepadanya."Karena...,""Permisi, pasien sudah siuman dan sudah bisa ditemui namun untuk saat ini maksimal jumlah anggota keluarga yang diperbolehkan masuk hanya dua orang," ucap salah satu perawat yang tiba-tiba keluar dari ruangan."Ibu tidak akan memaafkan kalian berdua jika sesuatu terjadi kepada Frieda." Ucap Bu Deni d

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 10

    Sesampainya di rumah sakit, Ameli membawa wanita tersebut langsung ke dalam ruang UGD. "Permisi, Bu, apakah Ibu saudara dari pasien?" tanya salah satu perawat yang ada di dalam ruang UGD."Eee, sa-saya...,""Tolong melakukan pendaftaran dulu, Bu," sahut perawat tersebut yang kemudian bergegas berlari masuk mengikuti pasien tanpa memberi kesempatan Ameli untuk melanjutkan ucapannya."Apa? aku bahkan tidak tahu siapa dia. Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan?" ucap Ameli di dalam hati.Ameli kemudian teringat dengan tas selempang yang melekat di tubuh wanita tersebut ketika dia berusaha membawanya masuk ke dalam mobil. Ibu satu anak tersebut kembali berjalan menuju mobil."Setidaknya aku bisa menemukan handphone dan KTP wanita itu agar aku bisa menghubungi keluarganya," ucap Ameli sambil membuka resleting tas berwarna hitam dengan ukuran sedang tersebut."Ah, dapat!" imbuhnya yang kemudian membuka dompet dan melihat KTP milik wanita yang tanpa sengaja

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 9

    Sesampainya di rumah, Ameli tidak langsung turun dari mobil. Dia melamun menatap pintu rumah dengan bayangan berbagai pertanyaan yang akan muncul dari kedua orangtuanya."Bagaimana aku bisa menjelaskan kepada mama dan papa jika aku pulang tanpa Jendra?" gumamnya dalam hati.Dengan langkah kaki yang berat, Ameli akhirnya membuka pintu mobil dan menurunkan kakinya lalu berjalan perlahan masuk ke dalam rumah."Kenapa kamu lama sekali? kemana saja kamu? Jendra saja hingga sudah selesai makan dan beres-beres?" tanya ibunya Ameli begitu melihat Ameli datang dari balik pintu."Apa? Jendra sudah ada di rumah?" tanya Ameli terkejut."Bagaimana kamu ini? kenapa anaknya pulang bersama orang lain, kok, kamu tidak tahu?" balas ibunya Ameli.Tanpa menjawab ucapan mamanya lagi, Ameli bergegas berlari menuju kamar Jendra. Begitu berhasil masuk ke dalam kamar Jendra, dia melihat Jendra sedang tertidur pulas dengan wajah polosnya. Ameli berjalan perlahan mendekati Jendra dan m

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 8

    "Apa yang kamu lakukan kepadaku?" tanya Ameli sambil meletakkan kedua tangan di depan dada."Lakukan kepadamu? kenapa kamu bisa mempunyai pikiran seperti itu? apa aku terlihat seperti pria cabul?" tanya David sambil tersenyum dengan mata menggoda."Jangan halangi! aku ingin pergi dari sini! Ah, mana tasku?" Ameli melihat ke semua sudut kamar.Begitu dia melihat tas selempangnya yang terletak di sofa, bergegas Ameli berlari dan mengambilnya. Ketika mengambil tas, Ameli dikejutkan dengan suara notifikasi pesan. Seketika Ameli membuka isi pesan itu dengan jari bergetar."Ah, astaga! aku sudah membuat mama dan papa khawatir. Jendra pasti tadi malam juga mencari keberadaanku. Ibu macam apa aku ini!" gerutu Ameli yang kemudian bergegas mengembalikan handphonenya kembali ke dalam tas."Jadi siapa kamu sebenarnya?" tanya David dengan tatapan tidak berkedip."Apa? kenapa kamu bertanya seperti itu kepadaku? harusnya aku yang bertanya seperti itu. Siapa kamu dan kenapa kamu membawaku ke sini?" t

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 7

    "Jika kamu tidak ingin kembali bersama Amar, paling tidak kamu cari pria baru yang pantas menjadi sosok ayah untuk Jendra!" perintah Pak Danang yang sejak tadi mengetahui keributan antara Ameli dan Jendra.Ameli terdiam. Bertahun-tahun memperjuangkan hidupnya sendiri seakan menjadikan dirinya wanita tidak sudah tidak membutuhkan sosok laki-laki. "Buat apa aku mendatangkan sosok laki-laki di hidupku jika nantinya hanya menjadi beban dan menyusahkan diriku sendiri?" gumamnya dalam hati."Tapi, semua terserah kamu, Ameli! Sebagai kakek, papa hanya kasihan melihat Jendra yang setiap hari selalu menanyakan sosok ayah, dan juga menyembunyikan sesuatu terlalu lama itu tidak baik. Cepat atau lambat, Jendra tetap harus tahu siapa ayahnya dan juga bagaimana kehidupan yang sekarang ini bisa terjadi," imbuh Pak Danang dengan tatapan iba.Ameli terus terdiam dengan pikiran masa lalu. Hatinya masih keras. "Ameli belum siap menerima siapapun di hidup Ameli, Pa!" Ucap Ameli yang kemudian beranjak d

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 6

    "Baru pulang, Mas?" tanya Frieda yang duduk di sofa sambil bermain dengan handphonenya."Iya. Tadi ada meeting dadakan bersama klien. Jadi, jam segini baru pulang." Jawab Amar sambil mengendorkan dasi dan menaruh tas di sofa dekat Frieda."Meeting bersama klien atau makan malam bersama sekretaris baru?" tanya Frieda sambil terus bermain dengan handphone dan tidak melihat ke arah Amar."Apa maksudmu?" respon Amar sambil menatap Frieda dengan tatapan tajam."Iya. Aku dengar di perusahaan sedang ada sekretaris baru. Orangnya cantik dan juga masih muda. Dan aku dengar juga, akhir-akhir ini sekertaris itu sedang banyak dibicarakan dengan beberapa pria di perusahaan. Apakah jangan-jangan kamu juga menyukainya?" tanya Frieda dengan wajah kesal.Amar menghela nafas dan menggelengkan kepala."Ternyata kamu masih belum berubah juga! Frieda, aku ini suamimu! Aku bekerja pagi, siang, dan malam untuk mu! Tapi, kenapa setiap aku pulang kerja selalu kamu sambut dengan pertanyaan-pertanyaan konyol ya

  • Masa Lalu Yang Tidak Diharapkan   Bab 5

    Seperti tersambar petir di siang hari. Begitu kalimat yang tepat untuk mendiskripsikan apa yang Ameli rasakan saat ini. "Tapi, Bu? Saya masih ingat tetap kerja di sini!" ucap Ameli dengan menahan air mata."Maaf, seperti saya sudah tidak bisa memperkerjakan Anda lagi karena kami tidak ingin bertanggungjawab jika sesuatu hal yang buruk terjadi dengan kehamilan Anda," jawab Bu Yeni sambil kembali menyodorkan amplop berisi uang agar Ameli segera menerimanya.Dengan berat hati, Ameli menerima amplop tersebut dan kemudian beranjak keluar dari ruangan. Ketika Ameli berjalan melewati beberapa pelanggan, tanpa sengaja mata Ameli tertuju pada sosok pria memakai jas berwarna hitam. Ameli melihat pria itu dari belakang sedang bersama seorang wanita."Aku seperti tidak asing dengan pria itu," gerutunya.Ameli menghentikan langkah kaki dan mencoba memperhatikannya. Dan benar saja, ketika pria itu hendak menoleh untuk memanggil pelayan, Ameli sangat terkejut ketika akhirnya mengetahui siapa sebena

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status