Home / Romansa / Mas Duda itu Mantan Kekasihku / Bab 15. Hampir Celaka

Share

Bab 15. Hampir Celaka

last update Last Updated: 2024-02-03 23:24:04

“Beri aku kesempatan sekali lagi, Dek.”Dia menatapku penuh harap.

Namun, aku tak mengindahkannya. Aku justru berdiri menghampiri tukang bengkel menanyakan motorku, karena aku merasa sudah menggigil kedinginan. Dan ternyata motorku lagi-lagi harus menginap. Ya memang motorku itu sudah lama, sudah seharusnya ganti. Aku berniat memesan ojek online. Namun, tiba-tiba Mas Ravi mencekal tanganku, lalu menariknya keluar dari dalam bengkel membawanya ke mobil miliknya. Aku sempat meronta, namun ia tetap memaksa membuat aku akhirnya masuk.

“Aku tidak akan memaksamu untuk kembali menerima perasaanku dalam waktu dekat ini, Dek. Tetapi, aku mohon beri aku waktu untuk lebih dekat. Tolong biarkan tetap seperti ini. Jangan menghindar. Aku rasa sudah cukup bukan? waktu delapan tahun untuk kamu menyiksaku. Aku benar-benar tidak bisa mengabaikannya lagi.”

“Tapi, Mas. Itu tidak mungkin bisa ku lakukan.”

“Kenapa tidak bisa?”

“Kita ini kan....”

“Jangan bawa-bawa ikatan saudara dalam hubungan kita, Dek. S
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 16. Dia Berhasil Mengambil Hati Putriku

    Aku tertegun duduk di kursi kerjaku, mengingat kembali ucapan yang ku lontarkan pada Mas Ravi. Apakah aku sangat keterlaluan? Aku masih ingat bagaimana raut wajahnya yang penuh kecemasan usai menolongku dari maut tadi. Kekhawatiran nampak jelas di wajahnya. Tapi, yang ku berikan justru ucapan pedas darinya. Bagaimana kalau setelah ini dia menyerah? Bagaimana jika ia merasa tersinggung? Menggelengkan kepalanya aku mengenyahkan kemungkinan hal itu. Memangnya kenapa? Bukankah jika ia menjauh itu lebih baik. Bukankah memang itu yang aku inginkan. “Pagi-pagi udah ngelamun aja, Ta."“Enggak kok, Mel.” Aku berkilah pada Mela. “Udah mau buka tuh. Komputer udah siap belum?”“Udah dong.”Ketika bank sudah mulai beroperasi aku melayani nasabah seperti biasanya. Meski beberapa kali wajah Mas Ravi berkelabat dalam otak meninggalkan rasa bersalah padaku. Aku tetap berusaha untuk profesional. Hingga pada pukul setengah sembilan aku mendengar ponsel yang tengah ku charger bergetar. Satu kali dua ka

    Last Updated : 2024-02-05
  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 17. Filosofi Kupu-kupu

    POV Aravi‘Sudah tahu kekanak-kanakan ngapain kamu ngejar-ngejar aku. Sudah saja cari yang lebih dewasa. Berhentilah mengejar ku seperti orang yang konyol.’Aku terkekeh mengingat ucapan Lita tadi pagi. Konyol? Katanya aku terlihat konyol mengejarnya. Apakah memang seperti itu di matanya. Ku usap wajahku dengan gerakan kasar. Ku tarik napasnya dengan pelan berulang kali. Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku bersikap demikian. Apakah terlalu berlebihan sikapku? Aku hanya tidak ingin kembali kehilangannya. Kenapa dia masih meragukan perasaanku. Kenapa segala perlakuan lembutku tak ada yang bisa menyentuh hatinya? Apakah benar hatinya sudah mati? Aku berusaha konsentrasi mengerjakan pekerjaanku secepat mungkin. “Rav, makan yuk.” Redi tiba-tiba masuk ke ruangan ku lalu duduk di depan kursiku.“Duluan. Aku belum lapar.”“Ayolah, semalam bilang pengen makan soto depan bank itu loh.”Aku menghela napas lemah mendengar tempat kerja Lita disebut. “Malas.”“Loh biasanya semangat, kan ada p

    Last Updated : 2024-02-06
  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 18. Setelah Tiada Baru Terasa

    POV ThalitaSiang hari ketika jam makan siang aku menyempatkan diri untuk pergi ke supermarket. Hira meminta dibelikan coklat sebagai syarat agar mau masuk sekolah. Bersama dengan Mela aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam Mall. Ketika baru membuka pintu lobi, aku tertegun melihat keberadaan Mas Ravi yang tengah berada di salah satu brand roti terkenal. Entah kenapa kali ini aku berharap ia akan menyapa. Namun, lagi-lagi aku harus menelan rasa kecewa saat ia mengabaikan kehadiranku. Bahkan ketika berpapasan denganku ia memiringkan tubuhnya tak ingin bersentuhan denganku. Ada apa? Kenapa aku merasa sakit hati dengan sifatnya tersebut. Tak sadar aku menunduk menahan rasa pedih yang aku rasa. Bahkan ketika Mela melemparkan pertanyaan aku hanya diam saja. Aku menyeret Mela turun ke supermarket, meski begitu pikiranku terus saja tertuju pada perubahan Mas Ravi, belum lagi rengekan Hira yang meminta untuk bertemu.“Kau ada masalah apa sih sama Pak Ravi, Ta?” tanya Mela.“Gak ada apa-apa.”

    Last Updated : 2024-02-07
  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 19. Kamu Cemburu?

    “Kata siapa?” Aku mendorong mangkuk sop milikku ke tengah meja lalu menarik teh hangat mendekat. Ku sesap pelan minumanku itu.“Kata Redy.”“Oh iya.” Aku tersenyum tipis mengambil jas yang sejak kemarin aku bawa yang aku letakkan di totebag. “Aku mau mengembalikan jas ini. Makasih ya, Mas.”Dia menerimanya, namun matanya tak lepas memandang ke arahku. “Oh cuma mau mengembalikan jas saja. Aku pikir ada apa,” sahutnya lirih. Nadanya terdengar jika ia merasa kecewa. Aku menoleh ke arahnya, terlihat ia mulai menikmati semangkok sop miliknya. “Aku mau minta maaf soal ucapanku yang waktu itu.”“Yang mana?” tanyanya balik. Aku menggigit bibir bawahku. “Yang itu loh...”“Yang mana? Ucapanmu itu kan banyak.”“Mungkin yang udah buat Mas sakit hati atau tersinggung.”Dia mengangguk pelan tersenyum tipis. “Lupakan saja. Aku mengerti. Jadi, nyari aku cuma buat ngomong ini doang.”“Ya emang mau ngomong apalagi?”Dia menghela napas kesal. “Aku pikir kamu mau bicara tentang kelanjutan hubungan kit

    Last Updated : 2024-02-09
  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 20. Jawaban Dari Sebuah Do'a

    POV Thalita Aku menceritakan niat Mas Ravi pada ibu dan kakakku. Bagaimanapun aku tidak bisa memberi keputusan seorang diri, meski yang menjalani rumah tangga itu nanti aku sendiri.“Yang mau menjalani rumah tangga itu kamu, jadi ibu serahkan keputusan itu padamu. Pesan ibu libatkanlah Allah dalam keputusanmu. Mintalah petunjuk pada-Nya agar kamu tidak salah memilih. Saran ibu sholat istikharah sampai kamu mendapatkan sebuah jawaban.” “Apa yang ibu katakan itu benar, Lita. Bagi Mas yang penting kamu bahagia. Selama Ibunya Ravi sudah memberikan kalian restu, itu tidak akan menjadi masalah.”Aku menghela napas lega ketika mengingat pesan ibu dan juga kakakku. Terhitung sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Mas Ravi usai pembicaraan kami tempo hari. Terakhir kali saat itu ia mengantarkan aku pulang sambil menemui Hira. Mas Ravi juga mengatakan ada kunjungan keluar kota pada Hira, hingga akhirnya putriku tidak lagi merengek padanya. “Ibu apa Paman Ravi masih lama di sana?” tany

    Last Updated : 2024-02-10
  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 21. Kesepakatan

    Sesuai apa yang telah kami sepakati. Hari Jumat sore usai pulang kerja, aku angsung bertolak pulang ke Yogyakarta menggunakan kereta. Sempat ditawarkan bareng oleh Mas Ravi. Namun, aku jelas menolak mencegah fitnah yang timbul mengingat status kami belum sah. Perjalan dari Jakarta menuju Jogja menggunakan kereta api membutuhkan waktu sekitar 7 jam 30 menit. Pada pukul dua dinihari aku sudah tiba di stasiun Jogya. Prayi adiknya Mas Dani sudah menunggu di sana. Kebetulan ia juga tengah cuti kerjanya, karena istrinya sudah mau melahirkan. Prayi langsung membawaku ke rumah. Tampak ibu dan bapak mertuaku masih menunggu kedatanganku. Sementara Prayi langsung kembali ke rumahnya. Ibu dan Bapak memintaku langsung istirahat. Pagi harinya aku langsung meminta ijin untuk pergi ke makam Mas Dani. Dengan meminjam motor Prayi aku bertolak ke makam. Aku juga membersihkan makam ku.“Aku datang bersama putrimu, Mas. Dan kedatanganku ini juga ingin meminta ijin untuk menikah lagi. Maaf, bukan aku ta

    Last Updated : 2024-02-13
  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 22. Setelah Menikah Makan Mie Instan?

    POV AuthorKarena tanggal pernikahan sudah di tentukan satu bulan dari sekarang. Semua harus disiapkan dengan matang. “Sebenarnya ya, Mas. Cukup akad nikah dan selamatan kecil-kecilan saja sudah cukup, Mas. Aku tidak perlu hajatan yang mewah-mewah. Toh kita juga sudah pernah melakukan pernikahan.”Ravi tersenyum kecut mendengarnya. “Aku tahu, Dek. Tapi, keadaanya berbeda dulu aku menikah karena perjodohan. Sedangkan kini aku menikah dengan orang yang aku cintai. Anggap saja ini wujud syukur karena akhirnya kita bisa bersama.”Kalau sudah seperti itu Lita hanya bisa diam. Kabar rencana pernikahannya juga sudah menyebar ke penjuru kantor Lita dan Ravi. Semua orang bersemangat menggodanya, kecuali Pak Yusuf. Lelaki itu yang lebih banyak diam dan uring-uringan. Pantas saja Lita selalu menjaga jarak dengan lawan jenis usai kematian suaminya. Ternyata ada yang ia tunggu, begitulah pikirannya. Karena Lita tidak membawa motor jadi pulang kerja barengan sama Ravi. Mereka pun mampir ke tempat

    Last Updated : 2024-02-16
  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 23. Finally — Sah

    POV Thalita Aku menatap pantulan diriku dari cerminan rias kamarku. Dengan menggunakan gaun pengantin berwarna putih dipadukan dengan jilbab yang senada, rangkaian melati menjuntai indah dari kepalaku. Tanganku yang sudah dirias dengan hena terlihat berkeringat, aku merasa dingin, gemetar dan gugup menjadi satu. “Kau gugup?” Mba Atika yang sejak tadi menemaniku bertanya. “I—iya.”Mba Atika terkekeh geli. “Ini bukan pernikahanmu yang pertama tapi kamu masih gugup dan malu saja.”“Ini berbeda lain dari yang lain.” Aku mendengus mengingat lagi pernikahanku dengan Mas Dani kala itu. Tidak ada rasa getar atau gugup sekalipun, mungkinkah karena kami menikah karena dijodohkan, meski pada akhirnya cinta itu tumbuh di antara kami. Sedangkan kini kami saling mencintai.“Jelas beda. Karena ini sekarang kan mau menikah sama sang cinta pertama.” Mba Atika semakin gencar menggoda membuat aku mengerucutkan bibirku kedepan. Namun, karena candaannya pula aku melupakan rasa gugupku.“Baiklah. Sekar

    Last Updated : 2024-02-17

Latest chapter

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 34. Last Chapter

    Jakarta, lima tahun kemudian.“Saya pikir yang seperti ini lebih baik, Pak.”“Coba ku lihat.” Mas Ravi mengambil dokumen dari rekannya, menelitinya. “Oh oke, aku setuju."“Baiklah kalau Pak Ravi setuju.” Laki-laki itu mengambil kembali dokumennya. “Saya permisi ya, Pak.”“Lho kok buru-buru? Istri saya sedang masak.”Laki-laki itu tertawa kecil. “Haduh sebelumnya terima kasih banyak, Pak. Tadi saya sudah janji mau makan bareng sama istri di rumah. Nanti kalau saya sudah kenyang kasihan dia menunggu.”“Aku mengerti.”Sepeninggal lelaki itu, aku melanjutkan langkahku mengantarkan minuman jahe pada suamiku. “Ini, Pa. Segera diminum ya. Nanti keburu dingin gak enak.”Dia mengambil alih gelas dari tanganku, lalu menyesapnya pelan. “Gak ada yang gak enak kalau disentuh kamu. Karena sudah ditambah bubuk cinta.”“Gombal!” selorohku mencubit perutnya, membuat ia meringis pelan. “Sudah tua masih suka gombal.”“Lho lho... Usia itu hanyalah angka. Soal stamina masih okelah. Kamu gak boleh meraguk

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 33. Rindu Dua Buah Hati Yang Di Surga

    “Sudah dari tadi, Diba?” tanya mertuaku begitu tiba rumah. “Oh belum, Bu. Kamu baru tiba.” Perempuan berparas cantik itu berdiri menghampiri ibu, menyalaminya dengan takjim. “Ibu apa kabar?” lanjutnya bertanya.“Allhamdulilah baik nak.” Ibu mengusap pundak mantan menantunya itu. “Udah ayo duduk. Dinikmatin ya kue-kuenya.”Adiba mengangguk. “Aku senang mendengar Ibu sekarang jauh lebih sehat.”“Iya, karena sekarang ibu jadi rutin kontrol. Apalagi menantu ibu juga seorang dokter, jadi seperti terpantau sekali, nak Diba.” Ibu melirik ke arah Pandu — suaminya Ria.“Oh iya aku lupa.” Adiba beralih menatap Khanza yang tampak. “Apa sayang?” tawarnya ketika putrinya itu menunjuk ke arah makanan. “Mamamam...”“Oh maem. Bunda ambillah ya.” Dia mengambil satu kue kering diberikannya pada Khanza.“Sudah besar ya Khanza. Sama nenek mau tidak.” Ibu mengulurkan tangannya menggendong Khanza. Tampak wajahnya berbinar terang, ia terlihat begitu bahagia. Ada rasa haru yang ku lihat. Berkali-kali ku l

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 32. Kerinduan Hadirnya Sang Buah Hati

    Yogyakarta, 3 tahun kemudian.Gema takbir berkumandang memenuhi langit malam. Orang-orang saling sibuk mempersiapkan diri menyambut hari lebaran yang telah tiba. Begitupula dengan keluarga besar Mas Ravi, saat ini kami semua telah selesai berbuka puasa bersama. Usai melangsungkan sholat Maghrib berjamaah kamu berkumpul di ruang keluarga sambil menonton televisi. Beberapa kue juga sudah tersaji di atas meja. “Mba, jadi gak ke rumah Mbah Sukro.” Budhe Darti — Kakak kandung ibu mertuaku tiba-tiba menyongsong masuk.“Jadi, sebentar.” Ibu berlalu masuk ke dalam kamarnya mengganti pakaian. Aku masih duduk santai di sisi Mas Ravi. Sementara sebelahnya lagi ada Rahman dan Yeni istrinya, sedangkan Ria tengah menyuapi putrinya yang baru berusia setahun, sementara suaminya ada piket malam karena agar besok bisa mengambil libur. Anak-anak bermain-main di ruang keluarga. Aksa belum tiba masih di rumah Adiba. Ku lihat ekor mata Budhe Darti menyusuri ruangan dan terhenti padaku. “Kamu lagi hamil y

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 31. Biar Kaya Orang Pacaran

    POV THALITASelama masa pemulihan aku benar-benar diminta bed rest total oleh Mas Ravi. Padahal di rumah ada ibu mertua dan anak sambungku. Jadinya, makanan yang selalu tersaji itu ibu yang masak terkadang Mas Ravi memilih membeli dari luar. Untuk beres-beres dan mencuci pakaian semua Mas Ravi yang kerjakan. Kadang ia kerjakan setelah pulang kerja, atau kadang sebelum berangkat. Aku kasihan sekali melihatnya. Beberapa hari lalu aku mendengar Mas Ravi menerima telpon. Ia menolak untuk diminta tugas kunjungan ke Bandung lagi, karena kondisiku. Hal itu membuat aku merasa bersalah, padahal aku merasa sudah baik-baik saja. Mas Ravi yang terlalu cemas. Fisikku baik-baik saja, hanya terkadang aku merasa masih berduka karena harus kehilangan calon buah hati kamu yang belum sempat lahir ke dunia ini. Pagi-pagi sekali aku sudah berkutat di dapur membuat sarapan. “Lho Ibu sedang apa?” suara Aksa membuatku menoleh. Tampak anak itu mengerutkan keningnya bingung, melihat aku pagi-pagi sudah di d

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 30. Semua Hanya Titipan, Sayang

    POV ThalitaKarena Mas Ravi masih ada di Bandung, dan kebetulan hari ini ada pengambilan raport Hira. Aku memutuskan untuk mengambilnya sendiri, mungkin aku akan ijin beberapa jam sebelum masuk kantor. Tidak masalah nanti di jam istirahat aku akan bekerja. Sejujurnya aku bisa saja meminta tolong tetangga yang aku percaya menjemput Hira. Tapi, aku tidak mau Hira berkecil hati. Teman-temannya datang dengan Ayah atau ibunya, dan dia masa haru sama orang lain. Tentu saja sebelumnya aku sudah mengantongi ijin Mas Ravi. Meski Hira itu darah dagingku sendiri, tapi Mas Ravi itu suamiku, yang sudah sepatutnya harus ku hormati. Kumpulan wali murid terlaksana lancar, dan lagi aku merasa lega karena SPP Hira memang sudah aku lunasi berikut dengan biaya raportnya. Keluar dari gedung sekolah, aku melirik arloji di tanganku, masih ada waktu lumayan. “Bu, aku pengen ice cream di taman.” Hira menggoyangkan lenganku membuat aku menoleh ke arahnya. “Iya.”“Ayo, Bu. Makan ice cream di sana.” Hira menu

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 29. I'ill Come Papa

    POV Thalita'Mau ke surga bareng aku gak?'Aku menatap penampilanku di cermin sambil tersenyum mengingat pertanyaan Mas Ravi, yang pada akhirnya kini ia berhasil membuat aku berubah. Ya aku memutuskan untuk berhijab saat keluar apalagi saat bekerja. Tentu saja keputusan itu di dukung penuh oleh suamiku. “Mas aku mau ayam yang ada di piring kamu itu loh,” pintaku tiba-tiba. Saat ini kami tengah sarapan bersama sebelum melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Beberapa hari ini merasa sangat aneh dengan diriku, selalu ingin dekat dengan suamiku. Bahkan aku selalu merasakan rindu yang menggebu-gebu. Lebih anehnya lagi aku selalu menyukai makanan apapun yang telah dimakan suamiku. “Ini ada loh, sayang. Masih banyak.” Mas Ravi menunjuk ke arah piring di mana di sana masih ada ayam goreng yang tadi aku masak. Aku mengerti maksud Mas Ravi, ia hanya menunjukkan makanan yang jelas masih utuh. Tapi, aku merasa enggan menyentuhnya.“Aku gak mau itu, Mas.”Kening Mas Ravi mengerut bingu

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 28. Look At Me And Trust Me

    POV Thalita“Sudah siap sayang?” tanya Mas Ravi membuka pintu kamarku. Hari ini kamu berencana menghadiri pernikahan Mela dan Pak Redi. “Sudah, Mas.” Aku tersenyum ke arahnya. Tampak ia menatapku tanpa berkedip, entah apa yang ada dalam pikirannya. Namun, ia tak henti tersenyum ke arahku. “Mas... Ngelamun sih,” kataku menepuk bahunya membuat ia tersentak.“Aku terpukau sayang. Kamu cantik banget, jadi sayang mau dibawa keluar.”Aku melongo ke arahnya. “Terus?”“Kurung aja di kamar ya,” selorohnya membuat aku tergelak.“Ngaco. Ayo berangkat.” Aku langsung menggandeng tangannya keluar. Jika dibiarkan bisa-bisa beneran ia mengurung diriku di kamar seharian. Apalagi sekarang Hira sudah memiliki teman di kompleks perumahan ini. Ya, aku sudah menemukan pengganti Budhe dalam mengasuh dan menjemur Hira saat pulang sekolah. Tetanggaku yang jarak rumahnya hanya dua rumah dari rumah kami. Jadi, sekarang aku lebih tenang meninggalkan Hira saat bekerja. “Hira beneran gak mau ikut ini sayang?” ta

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 27. Mau Ke Surga Bareng Aku Gak?

    POV ThalitaWaktu bergulir begitu cepat tak terasa masa cuti kamu sudah habis. Aku merasa senang karena akhirnya Hira tak lagi memusuhi Mas Ravi. Ya selama di Yogyakarta suamiku kerap membawa Hira jalan-jalan, memang pandai sekali ia mencuri hatinya. Bahkan Hira tak segan memanggilnya Papa. Aku tersenyum ketika mengingat cerita Mas Ravi tentang panggilan Hira padanya.‘Kemarin saat aku mengajak Hira ke Taman Pintar, aku bertanya padanya Hira kenapa memilih memanggil Papa kenapa tidak Ayah?’‘Karena Ayahku adalah Ayah Dani. Dan Papaku adalah Papa Ravi. Meski aku tak pernah berjumpa tapi ia selalu di sini,’ Dia menunjuk ke arah dadanya.Aku tersentuh tak mengira jika putriku bisa berpikir sejauh itu. Sampainya di Jakarta tak ada lagi waktu kami untuk bersantai. Kami langsung menempati rumah baru yang Mas Ravi beli. Sebelumnya kami juga mengajak Aksa. Namun, anak itu menolak dan mengatakan nanti saat liburan akan berkunjung. Ketika kembali menginjakkan kaki di rumah. Aku kembali terke

  • Mas Duda itu Mantan Kekasihku    Bab 26. Apa Yang Enak Kalau Sepi?

    POV Thalita“Mas?” Aku tak pernah menyangka jika Mas Ravi akan mengajakku memasuki pintu yang dinding depannya bertuliskan Presidensial Suite. Tentunya membuatku tercengang saat ia membimbing bahuku berjalan melewati lantai marmer yang terasa licin saat diinjak.Mas Ravi tersenyum ke arahku. “Gimana? Suka gak?”Aku terdiam, tubuhku terasa lemas. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di lobi hotel ini aku sudah dibuat terkagum-kagum dengan kemewahan dan suasananya. Dan sekarang ia justru membawaku ke presidential suite? Ya Allah berapa banyak lagi uang yang telah ia keluarkan untuk diriku. Aku memang belum pernah menginap di sebuah hotel seperti ini. Tetapi, bukan aku tak tahu apa-apa. Aku jelas tahu seberapa mahalnya jenis kamar ini. Bahkan aku merasa lidahku terasa kaku untuk menjawab. “I—ini terlalu mewah, Mas.” Aku menjawab dengan rasa gugup yang tak terkira. Sebelumnya ia memang mengajakku menginap di sebuah hotel, mengingat saat di rumah Hira terus saja menempel padaku. Bukan M

DMCA.com Protection Status