Share

Panggilan Mas

Penulis: Rien rini
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 Banyak pasang mata yang menyerbu Rena dan Noah, dia anggap wajar karena gadis sepertinya yang pas-pasan harus bersanding di samping Noah, berjalan dan duduk bersampingan dengan Noah.

 "Mas, kenapa duduk di sini?" tanya Rena, dia merasa tidak nyaman saja jadi pemandangan bangku depan.

 Mas, panggilan yang Noah sepakati bersama Rena selama di luar kantor, itu berlaku selama Rena bekerja karena Noah berpikir Rena harus resign setelah menikah dengan dirinya, dengan begitu bila dia ada tugas ke luar kota atau negeri, Rena akan ikut bersamanya tanpa ada kendala.

 Noah berpindah ke depan tanpa menjawab, seketika dia paham kalau orang di bangku depan mereka tengah melirik sembari menilai penampilan Rena, Noah rasa setelah menikah harus banyak yang dia ubah dari gadis itu.

 "Mas, kenapa pindah ke depan aku?" bertanya lagi sambil memilih menu.

 Ya ampun, ini makanan mahal semua loh!

"Biar kamu tidak jadi perhatian cowok itu, Ren."

 Rena merona, "So Sweet banget!" pujinya.

 Noah tersenyum, tidak salah kalau dia berpikir hidupnya akan penuh warna bersama Rena nanti, walau gadis itu memang bukan tipenya dan sangat berbeda dari Sarah, kesan pertama dari Rena mampu membuat dia yakin saja, gadis pilihan papanya itu tidak akan pernah salah, lagipula Rena berasal dari keluarga yang telah mengabdi lama di rumahnya, tentu Rena paham akan apa yang harus dijaga dan dilakukan di sana.

 Beberapa menu Rena tulis di sana, Noah tak menegur sama sekali, dia biarkan Rena memilih makanan yang dia suka. Bahkan, ketika pesanan itu datang, senyum Rena membuatnya melahap habis semua yang dipesankan, sudah lama dia tak melihat seorang gadis tersenyum di depannya se-ringan Rena.

 "Ren," panggilnya.

 "Iya?"

 "Kapan kamu bisa cobain baju buat nikah? Mau aku atur sama yang bakal temenin kamu."

 Rena bentangkan kedua tangannya, menghitung yang entah apa di jari-jari itu.

 "Rabu depan bisa, Mas. Memangnya aku sendirian, tidak sama kamu?"

 "Setelah kita menikah, aku ada urusan naik jabatan, jadi sibuk. Tapi, kalau kamu mau ditemani ya, aku bakal cari waktu ...."

 Rena berpikir sejenak, "Boleh tidak misal rabu besok aku ajak teman baikku, Heti, yang satu ruangan sama aku, Mas?" balasnya.

 "Dia tahu kalau kamu mau nikah sama aku?"

 Rena mengangguk, "Hanya dia, satu kantor belum tahu sih, mereka tahunya aku masih jomlo, ehehehehe." dia bahkan punya fans di kantor cabang itu.

 Noah tersenyum, dia izinkan, tapi dengan satu syarat bahwa tidak ada teman lain yang boleh Rena ajak karena hubungan dan keputusan ini belum dipublikasikan ke semua jajaran, masih dalam keluarga saja.

 Tanpa sadar Rena menceritakan banyaknya teman di kantor itu, bahkan dia juga kenal dengan cabang lain karena seringnya menukar berkas kiriman, beberapa diantaranya semua laki-laki yang umurnya jelas di bawah Noah, bukan duda juga. 

 Di bawah meja, kedua tangan Noah terkepal, dari jaman Sarah dulu dia juga tidak suka kalau banyak yang menyukai istrinya, beruntungnya Sarah tipe yang pendiam, jadi tidak banyak yang Sarah tanggapi, berbeda dari Rena, di ponsel Rena pun bisa dikatakan itu asrama para lelaki meskipun Rena tak pernah berbalas pesan macam-macam, termasuk urusan hati, hanya godaan kecil.

 "Ren."

 "Iya, Mas?" 

 Jantung Noah berdebar setiap kali Rena memanggilnya begitu, dulu Sarah memanggilnya nama saja karena mereka kenal lama sebelum menikah.

 Rena kembali duduk, satu tangannya menahan pintu mobil. "Ada apa?"

 "Salam sama bapak dan ibu, maaf belum bisa mampir, terlalu malam."

 "Iya, nanti aku sampaikan, hati-hati ya ...."

 Gila, apa semudah itu Rena menerima aku? Gadis ini menarik juga, aku dan dia sudah seperti kenal lama saja, padahal hanya beberapa jam bertemu.

Pembawaan Rena yang ringan dan dia memang mudah bergaul itu membuat berkenalan dengan Noah bukanlah hal yang sulit, di luar sana banyak sekali teman Rena, karakter mereka pun bermacam-macam, memahami Noah diawal seperti ini bagi Rena seperti menepuk debu di telapak tangannya.

 ***

 Ibu datang menyerbu, "Kamu sudah jalan sama dia? Dia titip salam ke Ibu sama Bapak?"

 Rena mengangguk, "Dia tadi mau mampir, Bu. Tapi, sudah malam, dia mau meeting besok. Rena bilang apa, dia terima kok sama Rena yang pakai baju merah, eheheheh."

 "Kamu ini, lain kali pakai yang cocok sama dia, kasihan kan kalau mas Noah-mu itu malu!" ibu jadi ikutan memanggil Noah dengan sebutan mas. 

 "Duh, yang baru saja ketemu sama calon suami, dia baik tidak?"

 "Kurang lebih seperti wajahnya, eheheheh." Rena menjawab dengan candaannya.

 Bapak dan ibu senang akhirnya Rena mau, menghadapi Rena itu terkadang susah, tapi juga mudah, selama mau bersabar dan mengambil hatinya saja. Dia gadis yang baik, menjaga diri meskipun dia berteman dengan banyak orang dan beraneka ragam karakternya, Rena menganggap teman adalah investasinya.

 Hari-hari berlalu, hubungan mereka semakin dekat saja, terlebih lagi Noah kerap mengajak Rena makan malam bersama, dia kecanduan makan bersama Rena, banyak yang dibahas gadis itu hingga penatnya hilang.

 "Heti suka sama bajunya?" Noah teringat hari rabu itu.

 "Suka, katanya aku jadi cinderella, eheheheh, dia menghina tahu, Mas."

 "Kamu cantik kok, tidak salah dinilai begitu. Oiya, Ren ... besok papa mau umumin ke semua jajaran dan kantor cabang soal kamu yang mau nikah sama aku-" dia jeda sebentar, Rena manggut-manggut tanpa beban. "Itu juga sekaligus jadi pengumuman bulan terakhir kamu kerja di kantor itu," sambungnya.

 Ting!

 Sendok Rena terlepas seketika, berdenting hingga menarik perhatian. Dia memang membayangkan menjadi ibu rumah tangga, tapi tidak secepat ini juga.

 "Aku bulan depan sudah jadi ibu rumah tangga begitu?"

 Noah mengangguk, "Iya, tapi jangan takut, Ren. Aku tidak menuntut kamu yang bagaimana, perlahan dan bertahap, sama dengan hubungan kita, aku yakin kita butuh waktu untuk saling cinta juga selama itu kita jalani apa adanya." 

 "Oh, iya sih. Aku sampai lupa kalau belum cinta sama Mas, ahahahahah."

 Noah tersenyum, gadis di depannya ini menggemaskan menurutnya, pria normal dan dewasa sepertinya diperkirakan tak akan tahan lama bila berduaan, tapi sesuai yang dia katakan pada Rena, dia akan menjalaninya bertahap.

 Tidak ada tuntutan, Rena garis bawahi itu, artinya dia bisa bebas melakukan apapun di rumah, tidak ada pekerjaan dan dia bisa ke rumah ibunya kapan saja selama Noah bekerja. Tidak salah dia menikah dengan duda, dia bisa santai dan bersenang-senang seperti bayangannya.

 "Undangannya banyak tidak?" Rena antusias membahas acara pernikahannya.

 "Karena aku sudah pernah menikah, jadi tidak se-ramai dulu. Kamu keberatan?"

 "Tidak, tamu banyak juga capek nanti, eheheheh. Salaman sama mereka sampai malam, kaki bisa patah semua, Mas."

Bab terkait

  • Mas Duda Suamiku   Hari Bahagia

    "Kebayang tidak malam pertama sama mas dudamu itu, Ren?" Heti sudah mau terjungkal membayangkannya.Pipi Rena sontak memerah, dia saja tidak membayangkan hal itu, lebih kepada rutinitasnya di rumah setelah menjadi istri sah Noah nantinya. Kalau di kantor ini saja dia semakin dihormati karena status baru yang diumumkan beberapa saat lalu, tentu saja di rumah nanti dan keluarga besar Noah ikut berubah, sejauh ini masih keluarga inti yang Rena temui, belum keluarga besarnya."Hush, kamu jangan bahas itu!" Rena sergah temannya. "Kalau ada yang dengar, bisa jadi aku dikiranya menikah hanya karena malam pertama!""Ahahahaha, semua gadis kalau menikah pasti mikir itu, Ren. Cuman nih, mas dudamu sudah pengalaman, dia pasti tidak akan kesulitan mencari lubangnya, ahahahahah."Ya ampun, Heti!Rena bergeleng tidak percaya dengan temannya ini, jujur dia tak memikirkan hal itu, dia berdebar akan hari bahagia

  • Mas Duda Suamiku   Malam Pertama yang Gagal

    Serangkaian acara pernikahan telah mereka selesaikan hari ini, orang tua Rena sudah pulang lebih dulu mengingat mereka sangat rentan dan melihat keramaian yang ada dari keluarga Noah justru membuat mereka pusing tujuh keliling, berbeda dari Rena yang begitu menikmatinya karena dia memang tipe yang suka keramaian."Ini kamarnya mas Noah, masuk saja!" ucap salah satu saudara Noah yang mengantar Rena masuk lebih dulu.Rena mengangguk sembari mengucapkan terima kasih, kemarin sudah ada satu koper bajunya yang dibawa ke sini, dia seperti tengah mengadakan staycation saja. Rena melangkah masuk, kamar yang begitu indah untuk ukuran laki-laki dewasa seperti Noah, bahkan bisa dibilang jauh lebih rapi dari kamar Rena di rumah, pasti Noah akan sakit-sakit kalau tidur di rumahnya.Bruk!"Mas Noah lagi di bawah ya?" dia bergumam sambil mengedarkan mata.Rena lepas dan berniat membersihkan diri lebih dulu, dia ambil baju tidur

  • Mas Duda Suamiku   Aku Mau

    "Ren, sudahlah ikuti saja, lagipula menikah sama duda itu enak tahu!" Heti, si kompor meleduk yang mendukung ratusan persen pada Rena.Rena memicing, "Apanya yang enak?" balasnya sengit."Ya, enak. Dia itu pewaris perusahaan, terus duda tidak punya anak, kurang apa lagi kalau kamu sudah nikah sama dia, kamu jadi istri tunggal dan warisannya jatuh ke kamu. Terus nih, Ren ... enak sama yang berpengalaman menikah, dia tahu dan bisa bimbing kita, ibarat kata kita tidak perlu susah membuat rules rumah tangga, dia sudah seperti lampu penerang jalan," jelas Heti."Huh, tapi'kan aku masih perawan."Rena masih belum bisa menerima perjodohan ini, lebih tepatnya dia tidak punya pilihan, ini perjodohan yang harus dia terima, dia tidak bisa menolak, bisa dia katakan itu paksaan mengingat kedua orang tuanya mempunyai hutang budi banyak pada keluarga kaya raya itu.Bapaknya bekerja lama sebagai supir di sana, semua keperluannya

  • Mas Duda Suamiku   Kesan Pertama

    Seperti biasanya, setiap kali ada petinggi perusahaan datang berkunjung ke kantor cabang, semua pekerja diharapkan berdiri di lobby guna menyambut rombongan orang penting itu, Rena ada di barisan paling ujung, memakai kemeja merah terang dengan penuh percaya diri.Hari ini, dia akan bertemu calon suaminya, pinangan itu sudah dinyatakan sah, mereka akan menikah dalam waktu dekat dan kesempatan yang ada harus mereka gunakan dengan baik, selagi senggang, Noah ajak Rena bertemu, dia ingin memastikan ketulusan dan seberapa pantas Rena menjadi istrinya."Ren, ssstt ... tuh yang katanya pimpinan muda!" Heti berbisik sambil menyenggol lengan Rena, mereka sedikit membungkuk di sini. "Coba, kali intip sedikit!"Rena sedikit menegakkan tubuhnya, dia mengintip dan mencoba menerka di mana wajah Noah berada, dari beberapa orang di sana, dia harus mencari yang paling tampan seperti yang dia lihat di internet semalam.Itu!Rena

Bab terbaru

  • Mas Duda Suamiku   Malam Pertama yang Gagal

    Serangkaian acara pernikahan telah mereka selesaikan hari ini, orang tua Rena sudah pulang lebih dulu mengingat mereka sangat rentan dan melihat keramaian yang ada dari keluarga Noah justru membuat mereka pusing tujuh keliling, berbeda dari Rena yang begitu menikmatinya karena dia memang tipe yang suka keramaian."Ini kamarnya mas Noah, masuk saja!" ucap salah satu saudara Noah yang mengantar Rena masuk lebih dulu.Rena mengangguk sembari mengucapkan terima kasih, kemarin sudah ada satu koper bajunya yang dibawa ke sini, dia seperti tengah mengadakan staycation saja. Rena melangkah masuk, kamar yang begitu indah untuk ukuran laki-laki dewasa seperti Noah, bahkan bisa dibilang jauh lebih rapi dari kamar Rena di rumah, pasti Noah akan sakit-sakit kalau tidur di rumahnya.Bruk!"Mas Noah lagi di bawah ya?" dia bergumam sambil mengedarkan mata.Rena lepas dan berniat membersihkan diri lebih dulu, dia ambil baju tidur

  • Mas Duda Suamiku   Hari Bahagia

    "Kebayang tidak malam pertama sama mas dudamu itu, Ren?" Heti sudah mau terjungkal membayangkannya.Pipi Rena sontak memerah, dia saja tidak membayangkan hal itu, lebih kepada rutinitasnya di rumah setelah menjadi istri sah Noah nantinya. Kalau di kantor ini saja dia semakin dihormati karena status baru yang diumumkan beberapa saat lalu, tentu saja di rumah nanti dan keluarga besar Noah ikut berubah, sejauh ini masih keluarga inti yang Rena temui, belum keluarga besarnya."Hush, kamu jangan bahas itu!" Rena sergah temannya. "Kalau ada yang dengar, bisa jadi aku dikiranya menikah hanya karena malam pertama!""Ahahahaha, semua gadis kalau menikah pasti mikir itu, Ren. Cuman nih, mas dudamu sudah pengalaman, dia pasti tidak akan kesulitan mencari lubangnya, ahahahahah."Ya ampun, Heti!Rena bergeleng tidak percaya dengan temannya ini, jujur dia tak memikirkan hal itu, dia berdebar akan hari bahagia

  • Mas Duda Suamiku   Panggilan Mas

    Banyak pasang mata yang menyerbu Rena dan Noah, dia anggap wajar karena gadis sepertinya yang pas-pasan harus bersanding di samping Noah, berjalan dan duduk bersampingan dengan Noah."Mas, kenapa duduk di sini?" tanya Rena, dia merasa tidak nyaman saja jadi pemandangan bangku depan.Mas, panggilan yang Noah sepakati bersama Rena selama di luar kantor, itu berlaku selama Rena bekerja karena Noah berpikir Rena harus resign setelah menikah dengan dirinya, dengan begitu bila dia ada tugas ke luar kota atau negeri, Rena akan ikut bersamanya tanpa ada kendala.Noah berpindah ke depan tanpa menjawab, seketika dia paham kalau orang di bangku depan mereka tengah melirik sembari menilai penampilan Rena, Noah rasa setelah menikah harus banyak yang dia ubah dari gadis itu."Mas, kenapa pindah ke depan aku?" bertanya lagi sambil memilih menu.Ya ampun, ini makanan mahal semua loh!"Biar kamu tid

  • Mas Duda Suamiku   Kesan Pertama

    Seperti biasanya, setiap kali ada petinggi perusahaan datang berkunjung ke kantor cabang, semua pekerja diharapkan berdiri di lobby guna menyambut rombongan orang penting itu, Rena ada di barisan paling ujung, memakai kemeja merah terang dengan penuh percaya diri.Hari ini, dia akan bertemu calon suaminya, pinangan itu sudah dinyatakan sah, mereka akan menikah dalam waktu dekat dan kesempatan yang ada harus mereka gunakan dengan baik, selagi senggang, Noah ajak Rena bertemu, dia ingin memastikan ketulusan dan seberapa pantas Rena menjadi istrinya."Ren, ssstt ... tuh yang katanya pimpinan muda!" Heti berbisik sambil menyenggol lengan Rena, mereka sedikit membungkuk di sini. "Coba, kali intip sedikit!"Rena sedikit menegakkan tubuhnya, dia mengintip dan mencoba menerka di mana wajah Noah berada, dari beberapa orang di sana, dia harus mencari yang paling tampan seperti yang dia lihat di internet semalam.Itu!Rena

  • Mas Duda Suamiku   Aku Mau

    "Ren, sudahlah ikuti saja, lagipula menikah sama duda itu enak tahu!" Heti, si kompor meleduk yang mendukung ratusan persen pada Rena.Rena memicing, "Apanya yang enak?" balasnya sengit."Ya, enak. Dia itu pewaris perusahaan, terus duda tidak punya anak, kurang apa lagi kalau kamu sudah nikah sama dia, kamu jadi istri tunggal dan warisannya jatuh ke kamu. Terus nih, Ren ... enak sama yang berpengalaman menikah, dia tahu dan bisa bimbing kita, ibarat kata kita tidak perlu susah membuat rules rumah tangga, dia sudah seperti lampu penerang jalan," jelas Heti."Huh, tapi'kan aku masih perawan."Rena masih belum bisa menerima perjodohan ini, lebih tepatnya dia tidak punya pilihan, ini perjodohan yang harus dia terima, dia tidak bisa menolak, bisa dia katakan itu paksaan mengingat kedua orang tuanya mempunyai hutang budi banyak pada keluarga kaya raya itu.Bapaknya bekerja lama sebagai supir di sana, semua keperluannya

DMCA.com Protection Status