Beranda / Romansa / Mas Duda Nyebelin / 89. Pak Duda Ngambek

Share

89. Pak Duda Ngambek

Penulis: helloimironman
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mas tidak akan melakukannya kalau kamu tidak kasih consent." suara Sean masih berbisik, membuat bulu kuduk Heera berdiri serentak.

Deru napas hangat Sean menyapu kulit wajah Heera. Heera menghembuskan napas samar, di tatapannya bibit tipis Sean dengan wajah 'mau lanjut dosa, gak lanjut takut nyesel', pokoknya wajah Heera sudah kepengen bangetlah. Sialnya, Sean malah menguji harga dirinya, munurut Sean mungkin itu adalah suatu hal yang sopan, meminta consent atau persetujuan dari pihak satunya. Ya, Sean bertindak fair. tapi bagi Heera ia seperti sedang di uji harga dirinya sebagai wanita. Jika Heera memperbolehkan Sean untuk menciumnya, apa Sean akan berpikir bahwa ia wanita murahan?

"Aku belum pernah ngelakuin hal itu sebelumnya," cicit Heera, setan di antara mereka akhirnya tertawa dengan puas. 

"Tidak apa-apa, mas ajarin caranya." jawab Sean sambil tersenyum secerah cahaya bulan malam ini. Kedua tangan Sean merambat ke tekuk Heera, mendorongnya lembut gu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
waloeh cafe
Heera apa kabar? kok mau mudik malah ngilang sih...
goodnovel comment avatar
Senen Rama Nadia
lanjut thor
goodnovel comment avatar
Lely Utami
mani ni Thor lanjutany
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mas Duda Nyebelin   90. Gagal Lagi

    Jessi: lo punya hutang sma siapa sih sampe pulang kampung gak bilang - bilangHeera terkekeh pelan membaca pesan Jessi yang baru saja masuk, seperti cewek itu baru bangun dan mendapatkan kabar kepulangannya hari ini."Lagi chattingan sama siapa?" Sean menegur, wajah tanpa ekspresi nya terlihat was-was bercampur bete. Mungkin takut Heera tertawa karena sedang chatingan sama cowok lain.Heera menoleh ke Sean yang sedang fokus menyetir, "Jessi chat aku, katanya aku punya hutang sama siapa sampe pulang kampung nggak bilang-bilang." jeda, "Di kiranya aku kabur kali ya," lanjut Heera dengan tawa yang mendominasi.Ponsel Heera mendenting lagi, belum sempat membalas pesan sebelumnya, sudah masuk lagi pesan baru yang beruntun.Jessi: ANJIRJessi: Bu Riska bilang lo pergi sma pak Sean?Jessi: ANJIR ANJIRJessi: beneran bakal jadi bunda nih?Heera tertawa lagi, membayangkan wajah heboh Jessi ketika mengetik pesan ini. Dan yan

  • Mas Duda Nyebelin   91. Restu Calon Ibu Mertua

    Heera menatap Sean yang duduk menegak di hadapan ibunya. Tidak ada gurat gugup atau pun cemas di wajah pria itu, malah Sean tampan rileks dan ramah. Hal itu pun membuat Ibunya Heera juga tidak begitu kaku. Sudah hampir setengah jam Sean membicarakan hal random dengan ibunya Heera. Meski awalnya sudah pasti Sean di interogasi lebih dulu.Prima, ibunya Heera- yang keadaanya kurang membaik seminggu terakhir ini tampak lebih sehat sejak kedatangan putrinya bersama pria. Tentu, tadinya Prima marah karena Heera membawa pria tanpa persetujuan lebih dulu darinya. Prima menarik Heera ke kamar dan berbicara empat mata, dengan intonasi yang tenang Heera menjelaskan secara perlahan kalau Sean adalah majikan yang akan berevolusi menjadi suaminya. Heera pun memberitahu Prima kalau Sean memiliki niat baik dan ingin menjalin hubungan serius dengannya."Ibu saja sampai kaget pas tahu Heera jadi babysitter, soalnya Heera gak punya pengalaman di bidang itu. Tapi Heera cukup bijak m

  • Mas Duda Nyebelin   92. Modus Mas Duda

    "Kenapa gak nginep di sini aja sih mas? kamu bisa tidur di kamar aku, walaupun kamarnya gak gede tapi sudah aku pastiin bersih dan wangi!" "Terus kamu tidur dimana?" "Di kamar Rahel, atau di kamar Ibu." jawab Heera. Gadis itu menolak keras usulan Sean yang ingat menginap di hotel saja, padahal Heera mengira Sean akan tidur di rumahnya. Bukan Heera mengharapkan hal yang macam-macam atau apa, tapi dengan adanya pria itu di rumah ini maka makan Sean dan keperluan pria itu akan terjamin. Heera juga agak khawatir jika Sean berada jauh darinya, apa lagi saat ini mereka jauh dari kota. Sean tersenyum simpul, lalu menggeleng, menolak dengan sopan tawaran dari Heera. Saat ini pria yang penampilannya tampak lebih muda dari umurnya itu memakai pakaian santai celana bahan sedengkul dan di lengkapi kemeja putih lengan pendek , yang belum mengenalnya pasti berpikir bahwa umur Sean masih di pertengahan 25. Sean beranjak dari tempatnya berdiri, berjalan menuju Prima la

  • Mas Duda Nyebelin   93. More Than Kiss?

    "Sekali saja ya, mas?" Sebuah lampu hijau, dari awal Heera memang tidak menolak. Gadis itu hanya takut kebablasan.Sebelum memulai, Sean mengangguk dengan senyum cerah yang terlukis indah di wajah tampan pria matang itu. Tanpa aba-aba, tangan Sean bergerak ke tengkuk Heera dan menekannya pelan. Mengetahui permainan akan di mulai, Heera menutup kedua matanya."Sudah siap sekali kamu, Ra." celoteh Sean membuat Heera buka mata dan mendengus malu, ya, Heera malu karena Sean menertawakannya."Ya sudah tidak jadi-"Cup!Bibir Heera seketika bungkam, ucapannya terputus. Tidak sesuai dugaan, Sean menciumnya di rahang, dan itu spontan membuat Heera mengenjang, seluruh badan gadis itu merinding. Itu bukan hanya sebuah kecupan biasa, tapi Sean juga menghisap kuliat rahangnya pelan. Bagaimana Heera bisa diam saja kalau ribuan kupu-kupu seakan menggelitik perutnya saat ini. Gadis itu mendesah kecil, lalu terkejut sendiri dan membekap mul

  • Mas Duda Nyebelin   94. Rasanya Enak

    "Masih mau di lanjutkan, Ra?" Suara berat dan serak-serak basah milik Sean menyadarkan Heera yang kini terdiam. Cewek itu baru saja selesai dari kesibukannya mencari kepuasan pada leher Sean. Heera membekap mulutnya, matanya masih tertuju pada jejak ciuman yang ia tinggalkan.Sial, Heera tidak sadar kalau ia memberi jejak sebanyak itu."Mas, maaf... kissmark nya kebanyakan. Mana kelihatan banget lagi." Heera meringis, menyesali kenikmatan yang sudah ia rasakan. Astaga, ini bahkan pertama kali Heera melakukannya, tapi sudah ahli sekali sepertinya, pemirsa!Mendengar suara Heera yang penuh sesal, Sean menggeleng, di elusnya kedua pipi kemerahan Heera, "Tidak apa-apa, mas menyukainya."Bergetar jiwa raga Heera. Dalam hati Heera bergumam, 'aku juga menyukainya, tapi kita dalam masalah!'Heera menyentuh kissmark miliknya, "Ini gimana cara hilangin nya ya, mas?" tanya Heera sambil terus mengusap jejak itu, berharap usapan jemarinya dapat menghilangkan wa

  • Mas Duda Nyebelin   95. Interogasi Pt.2

    Pagi-pagi wangi maskulin Sean sudah menyengat hidung orang-orang yang ia lewati di lobi hotel. Ini masih jam 9 pagi, namun Sean sudah rapi dengan celana bahan dan kaus turtleneck berlengan panjang. Sebenarnya, seperti menyiksa diri memakai turtleneck berlengan panjang di musim panas begini, tapi apa boleh buat, kissmark buatan Heera masih menghiasi lehernya dengan jelas. Jadi, Sean cari aman saja.Sean memasuki mobilnya, kemudian memakai seatbelt seperti biasa. Sebelum menyalakan mesin mobil, sebuah notifikasi masuk mengambil atensinya. Melihat yang masuk adalah pesan dari Heera, jelas Sean tidak bisa mengambaikannya.Heera: Jangan sarapan di luar, mas. Ke rumah aja, ibu suruh sarapan barengYa, hidup Sean nyaris sempurna. Berapa kali harus mendikte ulang nikmat yang Tuhan titipkan kepada Sean secara berlebihan? wajah yang tampan, tubuh yang atletis, dan uang yang tak ada habisnya. Memiliki banyaknya kelebihan membuat Sean menjadi incaran para ibu-ibu yang memil

  • Mas Duda Nyebelin   96. Partner Zinah

    Sean: Saya titip Keenan Anjani: siap om, tenang aja, Keenan aman sama aku! Sean tersenyum tipis, lalu mematikan layar ponselnya. Beberapa menit lalu Lucia memberinya kabar kalau dia dan Adi harus pergi ke Surabaya karena ada urusan penting. Lucia bilang dia menitipkan Keenan ke Anjani karena besok Keenan harus sekolah, jadi tidak bisa membawa Keenan untuk ikut dengannya ke Surabaya. Sean tidak masalah, ia percaya Anjani dapat menjaga anaknya. "Om Sean gak panas pakai baju turtleneck begitu?" Rahel bertanya sambil memandang Sean bingung. Matahari sangat menyengat di luar, membuat suhu dalam ruangan juga ikut terasa pengap dan panas. Sean menatap ke Rahel yang sedang memakan kue bulu yang ia belikan, "Tidak, saya lebih nyaman pakai baju tertutup seperti ini." dusta Sean. Tidak mungkin ia berkata jujur alasan ia memakai baju tertutup hingga leher ini karena ingin menyembunyikan kissmark yang kakaknya Rahe

  • Mas Duda Nyebelin   97. Permintaan Maaf

    Pukul delapan pagi. Heera menarik napas panjang, menatap mobil Sedan hitam yang terparkir di rumahnya. Bukan, itu bukan mobil milik Sean, melainkan milik pemuda yang baru saja keluar dari pintu pengemudi, Arta.Saat kemarin Jessi memberitahunya kalau gadis itu memberikan alamat rumah Ibunya di kampung, Heera sudah menduga kalau Arta pasti akan datang. Heera tidak tahu aa motif pemuda itu datang kemari, entah kemarahannya yang belum tuntas atau Arta datang membawa penyesalan.Heera yang saat ini sedang mengintip lewat jendela kamarnya lantas beranjak pergi keluar dari kamar ketika mendengar suara ketukan pintu. Langkah Heera berhenti tepat lima langkah jaraknya dari Arta berdiri, pemuda itu tampak melebarkan kedua bola matanya kala melihat kehadiran Heera.Bukan hanya Arta yang kaget ketika bersitatap dengan Heera, tetapi Heera pun begitu. Hatinya merasa ngilu melihat wajah tampan Arta yang babak belur, lebam di area rahang dan mata, sudut bibirnya juga nam

Bab terbaru

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part [Tamat]

    Sean menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya beserta sang istri. Dengan tak sabaran pria itu menanggalkan daster Heera yang kenakan. Melihat gunung kembar Heera yang menganggur didepan mata, segera ia gunakan mulut serta tangannya untuk bekerja. Tidak perlu di jelasin apa yang Sean lakukan saat ini, karena ya, memang yang sedang pria itu lakukan sesuai dengan isi kepala kalian sekarang. Heera melenguh di antara tidurnya. Tentu wanita hamil itu tertegun saat membuka mata dan mendapati Sean sedang bersarang di tempat favorit suaminya. Memasuki bulan kelahiran, Sean dan Heera sepakat untuk puasa alias tidak melakukan hubungan badan. Tapi tetap saja, soal menyusu sudah menjadi aktivitas rutin Sean setiap malam. Terkadang Heera juga memuaskan suaminya itu dengan segala cara yang bisa ia lakukan. Tangan Sean bekerja dengan baik saat ini, memijat dan memainkan payudara sintal sang istri yang makin membesar karena efek kehamilan. Gairah Sean tak terelakkan begitu mendengar desahan H

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 10

    Beberapa Tahun Kemudian... "Pegang tangan abang, Kel." perintah Keenan sambil tersenyum lembut, ia lantas menggenggam erat tangan mungil sang adik kesayangannya dengan sigap setelah mereka keluar dari mobil. Saat ini kakak beradik itu tengah berjalan menuju sebuah taman kanak-kanak tempat Keela bersekolah. Ya, Shakeela Isyana Rangadi, putri kedua Sean dan Heera. "Ayah, ayo cepetan." ujar Keela dengan suara menggemaskan. Ia tidak sabaran ingin bertemu teman-temannya, sementara Sean sedang mengeluarkan tas dan totebag berisi kotak bekal yang Heera buatkan untuk Keela. "Sabar dong, Sayang. Ayo, pegang tangan ayah." Sean menyampirkan tas berwarna pink milik Keela ke pundaknya, lalu tangan kanannya yang bebas ia gunakan untuk menggandeng tangan mungil Keela. Sambil dituntun dua bodyguard yang selalu menjaganya Keela berjalan memasuki halaman sekolahnya, seorang guru menyapanya dengan senyum manis seperti biasa. "Pagi, Keela." "Pagi, Bu Vira." jawab Keela setelah menyalimi tangan sang

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 9

    "Kamu di mana, Ra?" Heera merapatkan bibirnya, mendengar suara rendah Sean, sepertinya pria itu sudah menunggunya pulang di rumah."Aku masih di mall, mas.""Masih sama Jessi?" Beberapa detik Heer terdiam, pandangannya menoleh ke arah Jessi dan dua pria yang baru saja dikenalnya. Yang satu teman kencan Jessi, yang satu lagi adalah teman dari teman kencannya Jessi. "I-iya, masih dong." Heera tak berbohong, ia memang masih bersama Jessi, hanya saja istri Sean itu tidak berterus terang kalau ada dua pria yang bersamanya sekarang. "Pulang. Keenan nyariin kamu. Mas tunggu." ucapan Sean yang menekan disetiap kalimat dan langsung mematikan sambungannya begitu saja membuat Heera membatu di tempat. Heera takut, kenapa Sean bersikap demikian? Apa ia mengetahuinya? Kepala Heera spontan menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari radar Sean, tapi tidak menemukan. "Siapa?" Rakha, pria yang duduk dihadapan Heera bertanya saat melihat kepanikan yang melanda wajah Heera. "Suami aku. Aku udah disuruh

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 8

    "Mas, aku boleh keluar gak sama Jessi?" Heera bertanya, menatap dengan pandangan sedikit ragu kearah Sean yang baru saja mendudukan diri di atas sofa. Ini sudah sore, dan Sean baru bangun dari tidurnya. Pria itu langsung istirahat setelah menyetir perjalanan panjang dari rumah mertuanya. "Mau kemana, Sayang?" tanya Sean sambil mengusak rambutnya yang sedikit aut-autan. Melihat itu, tangan Heera jadi gatal dan ikut merapikan rambut sang suami. "Mau jalan aja, udah lama juga aku gak jalan sama Jessi." jawab Heera. Sean manggut-manggut. Semenjak menikah, Heera memang jarang keluar bersama temannya, selain karena kadang Sean larang, tapi Heera juga memikirkan Keenan. Siapa yang akan menjaga anak itu jika ia pergi? Meski beberapa kali Heera mengajak Keenan saat ngumpul bersama temannya. Itu pun kalau Sean izinkan."Ngajak Keenan?" tanya Sean. Heera terdiam sesaat, sebelum menggeleng perlahan. "Kasihan Keenan habis pergi jauh, lagian kan ada Mas di rumah." Alasan Heera menerima tawaran J

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 7

    "Gimana ngurus suami sama anak kamu, gak ada kesulitan, kan?" Heera yang sedang menyiram tanaman di halaman lantas menoleh ke arah Prima yang lagi duduk di kursi teras. Sebelum menjawab, Heera tertawa kecil lebih dulu. "Gak ada kok, Bu. Mas Sean sama Keenan gampang diurusnya." jawab Heera dengan nada guyon. "Coba kamu duduk sini dulu bentar, Ra." perintah Prima, meminta Heera untuk duduk di kursi kosong di sebelahnya. Saat ini di rumah hanya ada mereka berdua karena Keenan, Sean dan Rahel sedang bersepeda. Kebetulan sekarang sudah sore, cuacanya cocok untuk bermain di luar rumah. Tanpa membantah, Heera mematikan keran air lebih dulu kemudian duduk di sebelah sang Ibu. Raut wajah Heera tampak serius mengikuti mimik milik Prima. "Ada apa, Bu?" tanya Heera penasaran. Tidak biasanya sang Ibu tampak hendak membicarakan hal serius begini. "Tadi Sean minta di do'akan supaya kamu cepat isi. Memangnya kamu sudah siap memberikan Sean

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 6

    "Masih sakit perutnya, Sayang?"Heera yang sedang memainkan ponselnya di atas ranjang spontan menoleh dan mendapati Sean yang baru saja memasuki kamar. "Udah gak sesakit tadi," jawab Heera seraya meletakan ponselnya. Atensinya kini terfokus penuh pada Sean yang baru saja merebahkan badannya disamping sang istri. Tangan Sean bergerak, menyelinap masuk ke dalam piyama Heera lalu mengusap-usap hangat perut istrinya itu. "Syukurlah," katanya. "Mas mau nanya boleh?" sambung Sean membuat Heera mengernyitkan keningnya. "Nanya apa, Mas?" "Kamu pernah ketemu Ayah kamu di sekolah Keenan?" to the point. Sean tidak ingin ada rahasia diantara ia dan Heera. Meski Sean tahu Heera sedang berusaha menutupi hal ini darinya.Heera diam sesaat, seakan tertangkap basah rahasianya. Tapi dengan ragu cewek itu mengangguk, lengkap dengan wajah penuh sesalnya. "Iya. Tapi Ayah seperti gak kenal aku." lirih Heera tersirat kesedihan. Ia masih ingat bagaimana sikap Juni ketika bertemu dengannya dan Keenan beb

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 5

    "Kita gak pernah bertemu, tapi kamu mengenali saya." Sean tersenyum tipis. Saat ini ia sedang berbicara empat mata dengan Juni di salah satu kafe yang jaraknya tidak jauh dari sekolah Keenan. Sebenarnya, Sean sudah menolak ajakan Juni karena ia khawatir meninggalkan Heera sendirian di rumah, tapi Juni memohon dan meminta waktu Sean. Karena sungkan, Sean tidak ada pilihan lain. "Tidak mungkin saya tidak mengenal mertua saya sendiri," jawab Sean. Ia memang tidak pernah bertemu langsung dengan Juni, tapi bukan Sean namanya kalau tidak bisa mendapatkan informasi orang-orang yang berhubungan dengan Heera. Kalau sekedar mencari identifikasi Juni saja dalam satu menit pun bisa Sean dapatkan."Satu minggu lalu saya bertemu Heera saat sedang mengambil rapot untuk Keenan." ujar Juni membuat Sean tak bergeming. Heera tidak mengatakan apapun tentang hal itu. "Jadi, Keenan anak kalian?" imbuh Juni dengan kerut yang tercetak di keningnya. "Tapi, setahu saya

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 4

    "Sayang, you okay?" Sean bertanya khawatir kepada Heera yang meringkuk bak janin di sampingnya. Disentuhnya pundak telanjang Heera yang berkeringat dingin, sepasang mata Sean yang sayup-sayup terbuka seketika langsung sepenuhnya terjaga melihat wajah sang istri yang pucat dan banjir keringat. Tangan Heera mencengkram lemas lengan Sean, sementara satu tangannya memegangi perutnya. "Aku mens," lirih Heera tampak kesakitan. Punggung tangan Sean jatuh di kening Heera, mengusap keringat istrinya sebelum menyibak selimut dan melihat banyak darah menodai seprai. "Maaf..." lirih Heera lagi penuh sesal. Heera mencoba menegakan tubuhnya, tapi tidak bisa karena nyeri yang menjalar di perutnya luar biasa mencengkram. Sean menggeleng, mengecup telapak tangan Heera sesaat sebelum menggotong badan mungil Heera dan memindahkannya ke sofa panjang di sudut ruangan. Langkah cepat Sean berjalan menuju lemari pakaian, mengambil celana milik Heera berserta dalaman, tak lup

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 3

    "Cantik ya istrinya Sean," Heera tersenyum malu, lantas menunduk sopan kepada Mira -Teman Lucia- yang baru saja memujinya. "Kalau kata Keenan, Ayahnya cuma suka sama cewek cantik. Cantik hati dan parasnya, seperti Heera." timpal Lucia menambahi, semakin membuat Heera menunduk dalam."Sudah isi belum?" tanya Mira tiba-tiba. Lucia menatap Heera dengan wajah tak enak hati. Ia tahu pertanyaan Mira mungkin mengganggu anak menantunya itu. "Belum. Masih mau fokus mengurus Keenan dulu, Tan." jawab Heera tersenyum kalem. Mira manggut-manggut, "Anak saya dulu belum sebulan nikah sudah hamil. Sekarang anaknya udah tiga, jaraknya cuma beda satu tahun." curhat Mira. "Memang sih kalau anaknya banyak istrinya jadi lebih repot, tapi keluarga mereka tambah seru lho karena banyak anggotanya." imbuhnya diakhiri tawa renyah.Tangan Lucia terulur dan jatuh dipunggung sempit Heera, mengusap lembut di sana. "Maklum bu, Heera masih muda. M

DMCA.com Protection Status