"Lagi masak apa Bu?" tanya Sofi pada Bu Asti yang tengah berkutat di dapur sendirian.
"Eh, nak Sofi," sahut Bu Asti kaget dengan kehadiran Sofi yang tiba-tiba ke dapur. "Kenapa kesini, nanti bau loh bajunya kalau kelamaan di dapur."
Sofi tersenyum, "ah, ibu ini bisa saja. Saya malah sudah biasa berlama-lama di dapur."
"Bisa masak?" tanya Bu Asti kaget.
"Bisa dong," ucap Sofi bangga, "Sofi selalu lihatin mama masak sewaktu dari Sofi kecil. Saat itu Sofi ingin sekali membantu mama memasak, tetapi mama selalu melarang Sofi dengan alasan Sofi masih kecil. Padahal saat itu Sofi sudah duduk di bangku SMP. Momen melihat mama masak setiap hari weekend saja, saat libur sekolah." jelas Sofi menceritakan waktu kebersamaannya dengan sang mama.
"Tanpa terasa waktu terus berjalan, Sofi beranjak menjadi gadis remaja dan dewasa. Tekad untuk bisa memasak pun semakin besar, apalagi mama yang sudah mengizi
Tika, Loli dan Ulfa dibuat tercengang dengan perubahan sikap dan ekspresi Wika hari ini. Jika kemarin-kemarin gadis itu terlihat murung, tak fokus dan kerap kali melamun. Berbanding terbalik sekali dengan hari ini, dimana Wika tampak berbeda sekali, Gadis itu terlihat ceria yang terkadang di selingi dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.Ketiga temannya itu saling menatap satu sama lain dengan bertanya-tanya keheranan. Ada gerangan apa sebenarnya yang memengaruhi Wika saat ini?Mulut Loli terbuka sudah siap ingin memanggil Wika, tapi sosok lelaki tampan yang saat ini sedang berjalan ke arah mereka pun membuat Loli mengurungkan niatnya."Hai, Alex Martin," sapa Ulfa ketika pria itu sudah sampai di meja mereka. Menarik kursi yang ada di samping Wika."Hai Ulfa," balas Alex menyapa setelah pria itu duduk di kursi samping Wika. "Oh iya, panggil aku cukup dengan Alex saja ya." sambung Alex memprotes Ulfa ya
"Ayo pak, masuk!" tawar Wika saat mereka sudah sampai di halaman rumahnya."Sepertinya mbak Sofi dan Vania masih di rumah saya." ucap Wika merasa yakin jika adik dan putri Pras masih di rumahnya.Dan, dugaan Wika benar, saat ia memencet bel rumah dah pintu pun terbuka menampilkan sosok Sofi yang membukakan pintu untuk mereka berdua."Baru pulang?" tanya Sofi menyapa, Wika dan Pras mengangguk."Bersama?" Wika dan Pras kembali menganggukkan kepala mereka menjawab pertanyaan dari Sofi lagi."Aiih, so sweetnya." goda Sofi tersenyum senang."Dia yang meminta untuk pulang bersama, dan dengan sukarela menungguku." jelas Pras yang tak ingin adiknya salah paham tentang ini."Aaaa, kalaupun selain itu juga tidak masalah kak.""Sofi...." geram Pras memperingati ucapan adiknya.Sofi nyengir, "ayo silakan masuk." titah Sofi mengajak
Sofi dan Vania tampak saling pandang, lalu mereka beralih melirik kompak ke arah Pras dengan wajah dingin dan seriusnya menikmati sarapan yang terhidang.Tadi pagi-pagi sekali Pras sudah bangun, olahraga pagi sebentar seperti push up dan sit up. Lalu setelahnya Pras berjibaku sendirian di dapur membuat sarapan. Ya, hari ini pria itu memasak nasi goreng untuk sarapan mereka pagi ini.Vania sedari bangun tidur tadi sudah merengek meminta pada Pras dan Sofi untuk di antarkan ke rumah Wika. Tapi, Pras hari ini sangat bersikeras melarang Vania. Bocah kecil itu sempat menangis karena sang papa yang melarang dan terkesan seperti memarahinya.Susah payah Sofi mencoba menenangkan Vania yang menangis, dan berdebat dengan Pras yang begitu tega memarahi putrinya."Ingat, semua yang ku lakukan tadi semata-mata agar Vania tidak bersikap manja lagi." ucap Pras pada Sofi yang sepertinya masih kesal."Har
Alex, ternyata pria itu membawa kembali Wika ke tempat dimana tadi teman-temannya berada. Ya, kantin kampus, disanalah tadi ketiga temannya yang mendiamkannya masih berada disana. Alex menggeram kesal, dari kejauhan ia bisa melihat ketiga teman Wika yang tampak bercanda ria diselingi tawa tanpa kehadiran sosok Wika di sisi mereka. Padahal selama ini mereka berempat terlihat kompak."Awwh!" ringis Wika ketika Alex melepaskan cekalan tangannya.Loli, Tika dan Ulfa terkejut dengan kehadiran Alex dan Wika. Tawa riang mereka bertiga lenyap seketika saat melihat tatapan tajam Alex. Tak hanya mereka bertiga, bahkan mahasiswa lain yang ada di kantin kampus pun terkejut, Alex berhasil menarik perhatian mereka semua."Katakan padaku, apa sebenarnya yang terjadi diantara kalian berempat?" tanya Alex cukup kuat.Ketiga temannya saling menatap satu sama lain. Wika yang tak tahan dengan situasi saat ini pun meminta Alex untuk ber
"Hahaha," tawa Wika menggelegar.Pras yang awalnya mengernyit kini merasakan merinding, ngerih melihat situasi dan kondisi Wika yang menurut dugaannya benar mabuk.Mabuk? Ya, seperti itulah kira-kira.Tapi, kenapa Wika bisa sampai mabuk. Darimana gadis itu mendapatkan alkohol, maksudnya meminum alkohol. Apakah mungkin..., Jangan-jangan Wika datang ke club?Selain tertawa Wika juga melompat-lompat kecil dihadapan Pras. Bagaikan orang yang gila sesaat Wika pasti melakukan itu tanpa sadar, dan di luar kendalinya."Hei, hentikan!" titah Pras mencekal salah satu lengan Wika, "diam, jangan melompat-lompat lagi.""Hehe, kenapa pak? Bapak gak suka ya saya lompat-lompat?" tanya Wika semakin mendekatkan tubuhnya merapat pada Pras. Pras dapat mencium dengan jelas bau aroma alkohol yang menguar dari nafas Wika."Wika, kamu sedang mabuk saat ini." Pras memperingati.
Pras menatap tajam ke arah ranjang tempat tidur yang biasa Sofi gunakan selama tinggal di rumahnya. Sekarang ranjang itu sedang di tempati, lebih tepatnya di pakai seorang gadis yang tengah tertidur entah nyenyak atau pura-pura yang pasti setelah tadi menumpahkan isi perutnya alias muntah mengotori pakaiannya, Wika langsung menutup matanya.Terpaksa lah Pras harus membersihkan kekacauan yang Wika buat. Pertama Pras membawa Wika ke kamar Sofi dan membaringkan tubuhnya di ranjang, lalu setelah itu Pras berlalu masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang kotor dan bau muntahan Wika. Pras membersihkan lantai dimana tadi terkena ceceran muntah Wika.Pras kembali ke kamar dan masih mendapati Wika yang memejamkan matanya. Pras mendekati ranjang dan membersihkan mulut Wika dari bekas muntahnya tadi, dan sampai selesai pun Wika tetap tak membuka matanya.Pras jadi kesal sendiri melihatnya, padahal kan Pras harus menyuruh gadis it
Kesokan harinya....Wika memilih tak masuk ke kampus hari ini, gadis itu beralasan jika dirinya sedang tidak enak badan. Sebenarnya bukan hanya alasan tapi memang benar jika Wika merasa kurang sehat, entah suatu keberuntungan atau tidak karena Wika memang malas sekali hari ini datang ke kampus.Selain perasannya yang belum stabil, Wika juga tak ingin melihat ketiga temannya yang sekarang ini tengah memusuhinya. Wika tersenyum kecut saat kata ketiga teman terlintas di pikirannya, apakah ketiga orang itu masih menganggapnya teman? Tidak, itu salah. Yang benar adalah, apalah Wika masih menganggap dan mau menerima mereka bertiga sebagai temannya?Jawabannya adalah tidak, Wika berjanji pada dirinya sendiri jika setelah ini entah suatu saat ketiga orang itu sadar dan meminta maaf padanya. Maka Wika akan tetap memaafkan, tapi jika untuk kembali berteman seperti biasa maka Wika tidak akan pernah mau.
"Hmm, itu...." Pras menggantungkan kalimatnya seraya mengigit bibirnya. Kentara sekali jika Pras tengah berpikir mencari jawaban apa yang pas untuk ia berikan pada Alex yang kini tampak menunggu sekaligus menuntut jawaban darinya.Alex kini semakin menatap tajam Pras dan sedikit menyipitkan matanya tanda curiga dengan gelagat Pras yang tampak gugup dan ragu. Tapi, dibalik itu semua Alex sangat menunggu jawaban dari dosennya dengan harap-harap cemas. Alex takut pertanyaan konyolnya ini malah membawa petaka baginya, bagaimana jika yang sebenarnya antara Wika dan Pras memang memiliki suatu hubungan atau istilah kerennya something special? Maka bisa berabe bagi Alex, sebab selama ini Alex memang menaruh hati pada Wika yang ia anggap sebagai pujaan hatinya. namun sampai sekarang pun Alex belum mampu mengutarakannya pada Wika, pertemanan yang terjalin diantara mereka saat ini memanglah terbilang dekat, dan perlahan perasaan cinta itu pun hadir.
Tiga bulan kemudian....Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Yupss, tepat hari ini jatuhnya hari pernikahan Wika dan Pras akan di laksanakan. Butuh waktu tiga bulan bagi mereka untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kenapa tiga bulan?Wika dan Pras memang sama-sama memutuskan siap menikah kapanpun, tapi kedua orang tua Wika rupanya mempunyai satu syarat pada Pras kalau ingin menjadi menantu mereka. Yaitu, Pras yang harus kembali memiliki pekerjaan tetap seperti dulu saat menjadi dosen. Berhubung Pras sudah tidak bekerja menjadi dosen lagi alias pe
Wika tampak lari terbirit-birit begitu melihat Pras yang mulai melangkah menaiki tangga. Jantungnya berdetak kencang takut ketahuan sudah menguping pembicaraan mereka dari sudut di atas tangga. Dengan gerakan cepat masuk ke dalam kamar Vania dan mulai naik ke atas ranjangnya, membaringkan tubuhnya terlentang seraya menutup kedua matanya pura-pura tidur.Terdengar suara kenop pintu yang di putar, Pras membuka pintu kamar Vania dan masuk ke dalamnya. Saat masuk ke kamar sang anak matanya sudah di manjakan dengan suguhan paling istimewa, tampak Wika sang calon istrinya dan Vania yang tampak begitu serasi tidur dalam satu ranjang. Kalau orang lain yang melihat pastinya akan mengira jika mereka ibu dan anak sungguhan, bukannya terlihat seperti anak tiri dan ibu tiri.
Pras menatap tajam seseorang yang bertamu malam-malam datang ke rumahnya. Tadinya saat bel pintu rumahnya berbunyi Pras pikir itu Sofi, dengan langkah semangat Pras berjalan hendak membuka pintu untuk sang adik. Nyatanya saat pintu terbuka Pras tercengang melihat sosok cantik, ramping, dan tinggi berdiri di hadapannya dengan mengulas senyuman manis."Hai, selamat malam mantan suami." sapa Meliza Salma ceria.Pras mengeraskan rahangnya menggeram marah. "Untuk apa kau kesini?" tanya Pras to the point."Untuk apa katamu? Tentu saja untuk bertemu putriku, Vania.
Seminggu telah berlalu semenjak Pras menyandang status sebagai pengangguran, sementara Wika yang resmi memutuskan untuk berhenti kuliah. Keduanya menikmati waktu kebersamaan mereka dengan bahagia, sekarang dimana pun ada Wika maka di situ ada Pras.Seperti sekarang ini keduanya terlihat kompak dalam membuat menu makan siang. Pras dan Wika tampak sibuk berkutat di dapur, berjibaku pada semua bahan-bahan makanan dan peralatan masak."Sayang, ayamnya di balik." titah Wika yang kini mulai berani memanggil Pras dengan sebutan mesra, tak seperti dulu masih malu-malu. "Jangan biarkan sampai gosong." titah Wika kembali."Oke bos," dengan sigap Pras mematuhinya, langsung fokus pada ayam yang tengah di gorengnya.Sambil membalik ayam yang tengah di gorengnya, Pras melirik pada Wika yang tengah sibuk pada olahan bumbu. Pras mengendikkan bahunya tak tau, entah bumbu apa yang Wika buat."Kamu sedang
Pras hanya diam saja saat sang adik tercintanya tengah mengomel memarahinya. Tampak Sofi tengah di liputi amarah yang luar biasa, terlihat pancaran kobaran api yang menyala pada wajahnya."Aku tidak mengerti dengan dirimu kakak, kamu ini bodoh atau apa?!" entah yang sudah ke berapa kali Sofi menjerit dan membentak Pras, mengumpat berbagai macam kata sebagai bentuk pelampiasannya atas tindakan yang di buat sang kakak.Sambil masih terus mengomel Sofi mondar-mandir berjalan kesana-kemari bagai orang kesetanan. Sedangkan Pras hanya diam sebagai pendengar yang baik.Jujur, sebenarnya Sofi tak habis pikir dengan jalan pemikiran Pras dan Wika yang begitu entengnya membuat tindakan ceroboh seperti berciuman di depan umum. Di depan orang banyak!Gila, gak sih?!Mereka berdua tidak memikirkan konsekuensinya, tak memikirkan posisi mereka yang harus di taruhkan disini.Pras yang mu
Tanpa permisi seperti mengetuk pintu ruangan dosen terlebih dahulu, Wika membuka pintunya kuat dan langsung menerobos masuk ke dalam. Hal ini membuat para dosen-dosen sangat kaget, mencibir pada tindakan tak sopan yang di lakukan Wika.Wika sama sekali tak mempedulikan itu, ia malah langsung mendekati Pras yang tampak tengah sibuk membereskan barang-barangnya."Pak Pras!" panggil Wika yang langsung menyita perhatian Pras.Pria itu menoleh ke arahnya, memberikan senyuman terbaiknya. "Hai sayang," sapanya begitu lembut sembari masih tetap fokus dengan barang-barangnya, ia masukkan ke dalam sebuah kardus cukup besar.Wika memperhatikan semua itu dengan wajah murung. "Buat apa semua ini pak?" tanyanya lirih."Tidak untuk apa-apa, hanya sedang membereskan semua barang-barang ini sampai bersih." jawab Pras santai masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya."Semua
"What? Ini seriusan?!" pekik Sofi membulatkan matanya kaget saat menerima beberapa foto dan satu rekaman video ciuman antara Wika dan kakaknya, Prasetyo Girandi.Pesan yang di kirimkan oleh seseorang yang baru-baru ini dekat dengannya. Awalnya Sofi malas dan tak berniat untuk membuka pesan itu, tapi kalah oleh rasa penasarannya yang kelewat tinggi. Dan betapa kagetnya lah Sofi saat melihat isi yang di kirimkan oleh orang tersebut.Sofi membaca isi pesan berikutnya yang di tulis orang tersebut. "Tranding topic.""Oh, shitttt! Astaga kak Pras, Wika! Apa yang kalian lakukan ini?" panik Sofi luar biasa panik.Uring-uringan Sofi langsung meluncur searching ke berbagai media sosial. Dan benar adanya, Sofi kembali membelalakkan matanya saat melihat kata tranding topic lagi dan parahnya berada di urutan nomor satu."Siapa yang menyebarkan ini?" gumam Sofi kalut.Sofi mencoba melihat k
"Hai, sayang." sapa Wika tersenyum ceria dan sengaja menekankan kata sayang dengan nada cukup kuat agar semua orang yang ada di kantin kampus mendengarnya."Boleh aku duduk?" tanya Wika meminta izin pada Pras yang terbengong hebat bagai orang linglung."Wika?" gumam Pras meyakinkan penglihatannya sendiri. "Aku tidak sedang berkhayal kan? Kamu memang menghampiri mejaku dan berdiri di hadapanku saat ini kan?"Wika tertawa ngakak, "kenapa bapak terlihat jadi seperti orang bego begini? Upssss." ejek Wika, namun ia buru-buru membungkam mulutnya saat melihat tatapan tajam Pras padanya.Pras langsung tersadar jika ini memang nyata dan bukan sekadar khayalan belaka. Tapi, rasanya masih sangat tak mungkin saja melihat Wika yang berani mengambil tindakan seperti ini.Apa gadis ini baik-baik saja? batin Pras terlihat khawatir pada Wika."Wika, are you okay?" tanya Pras menata
Wika mengerjapkan matanya setelah ia mendengar kekacauan yang terjadi di kampus. Berusaha menutup telinganya saat tak kuasa mendengar gosip yang menyebar luas. Gosip yang salah satunya mengenai pertunangannya dengan Pras. Sungguh, diluar dugaannya jika akan secepat ini.Kalau di pikir-pikir lagi, bagaimana mungkin jika hal ini sampai bocor dan menjadi berita yang menghebohkan di kampus? Sedangkan tak ada satu orangpun teman-teman Wika di kampus yang mengetahui ini, atau para dosen teman sesama se-profesi dengan Pras juga tidak ada yang tahu."Kecuali...." gumam Wika kembali mencoba mengingat-ingat mungkin saja ia sudah kelepasan bicara dan secara tak sadar membocorkan mengenai fakta tentang pertunangannya dengan Pras.Saat masih menebak-nebak siapakah dalang penyebar berita ini, tak sengaja ekor mata Wika melihat sosok pria yang di kenalnya tampak berjalan tergesa-gesa. Tentu hal ini membuat Wika curiga saat melihat