Beranda / Romansa / Marrying You (Again) / 15. Pria Berhati Emas

Share

15. Pria Berhati Emas

last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-12 14:17:21

Teriakan Bian membuat Kiyara terkejut setengah mati. Ia lantas lari menuju kamar mereka, melihat sang suami tengah terbelalak memandangi layar ponsel di tangannya.

"Ada apa, Mas? Kenapa pakai teriak seheboh itu?" tanya Kiyara setengah bersungut mendekati Bian.

"Lihat! Coba kamu lihat ini! Apa ada masalah dengan mata Mas?" Bian memberikan ponselnya kepada Kiyara yang kini sudah berdiri tepat di sampingnya, lalu mengucek kedua matanya berulang.

Dengan wajah yang masih kesal, Kiyara menerima ponsel Bian. Tak sampai satu menit, kini giliran Kiyara yan berteriak heboh.

"Maaas!"

"Iya. Mas masih di sini. Benarkah itu atau apa?" Bian menatap layar ponsel yang sama dengan yang ditatap Kiyara.

Kiyara menatap Bian. "Tidak tahu. Kalau mau tahu bener atau nggaknya ya harus cek saldo, Mas." Lalu, wanita itu diam sejenak.

"M-Banking!" seru Kiyara begitu tiba-tiba, membuat Bian membesarkan kedua bola matanya.

"Ah iya-iya. M-Banking. M-Banking. Sini ponselnya." Jemari Bian dengan lincah membuk
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Marrying You (Again)   16. Ipar Tidak Tahu Diri

    Kiyara menatap tajam Murni. Ia tergelitik dengan pernyataan wanita itu barusan. "Apa maksudmu?" Murni tergelak. Ia merasa di atas angin. "Mengapa kau tidak sadar juga? Bian lebih memilih saudaranya ketimbang kau, wanita udik murahan!" Hardikan Murni berhasil memancing percikan emosi dalam diri Kiyara. Wajahnya memerah. Kepalanya berputar mencari alasan nenek sihir di depannya mengucapkan kalimat hinaan itu. Wanita cantik itu maju selangkah demi selangkah. Gerakan Kiyara tertangkap oleh sudut mata Murni. Wanita itu tersenyum mengejek. Rencananya berhasil. Dengan demikian, Kiyara akan membukakan pintu gerbang itu untuknya. Ia tidak berpikir jika setelah ini akan ada kejadian mengerikan yang menantinya. "Katakan sekali lagi!" Suara Kiyara terdengar sedikit bergetar. Jangan ditanya berapa besar usaha Kiyara menahan amarahnya. Buku-buku jarinya memutih akibat kepalan tangannya yang mengeras. Ia perlahan melangkahkan kakinya, semakin mendekati Murni. "Kau ingin aku mengulang yang m

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Marrying You (Again)   17. Lelah Kiyara

    Murni menatap Bian. Ia sudah tidak sabar lagi, menanti uang yang dijanjikan Bian beberapa waktu yang lalu, berada di tangannya sore ini. "Aku ... batalkan perjanjian itu." Jawaban Bian sontak membuat Murni berteriak tidak terima. "Apa!!! Tidak! Kau tidak boleh membatalkan janjimu! Kau sudah berjanji padaku untuk memberikan uang itu, hari ini. Kau tidak bisa membatalkannya!" Murni berteriak-teriak tidak terima. "Kakak ipar!" bentak Bian mengingatkan. Reaksi Murni sungguh diluar sangkaan Bian. "Mengapa kakak jadi kesetanan seperti itu? Aku berhak membatalkannya, karena hal itu bisa merusak hubunganku dengan Kiya." "Tetap tidak bisa! Kau seharusnya sudah tahu resiko itu sejak awal. Seharusnya kau sudah tahu akan seperti apa Kiyara, tapi nyatanya kau tetap saja memberikan uang itu kepada kami! 'Memberikan?' Bian menatap Murni. "Aku tidak pernah berniat untuk memberikan uang-uang itu kepada kalian. Akadnya sudah kuperjelas dari awal, bahwa itu berupa pinjaman atau hutang, bukan pembe

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Marrying You (Again)   18. Biarkan Aku Pergi

    "Mau kemana?" Bian menghadang Kiyara yang sudah menyeret koper dan mengenakan tas ranselnya. "Pergi." Kiyara tidak ingin berpanjang-panjang menjawab pertanyaan Bian. "Pergi kemana? Rumah kamu di sini, bukan di tempat lain." "Ini bukan rumah Kiya lagi." "Maksud kamu apa, Kiya?" Bian sudah mulai terpancing. "Tidak ada apa-apa. Tolong biarkan Kiya pergi. Kiya sudah tidak ada tempat lagi di sini." "Jangan bicara yang tidak-tidak. Kamu tetap di sini dan tidak boleh keluar sejengkal pun!" Kiyara tertawa sumbang. Wanita itu menatap Bian dengan tatapan nanar. Bian merasa sangat asing dengan istrinya saat ini. Tanpa disadari Kiyara, bulir air mata sudah terbentuk di kedua sudut matanya. "Kiya...." Bian melunak. Ia tersadar ketika buliran itu mulai jatuh membasahi pipi istrinya. Pria tampan itu berjalan mendekat. Tangan kanannya terulur ke depan berusaha menyentuh bahu Kiyara, tapi Kiyara dengan cepat menepisnya. "Kiya..." Bian terkejut dengan sikap dingin Kiyara. "Ada apa? Apakah aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Marrying You (Again)   19. Morning Kiss

    Kiyara menggeliatkan tubuhnya. Matanya terasa sangat berat dan lengket. Ia membuka kedua matanya dengan susah payah. Diambilnya cermin kecil yang kebetulan tergeletak di meja di sampingnya. Ia menemukan keduanya bengkak. Kiyara bergegas pergi ke dapur, mengambil semangkuk air hangat untuk mengompres matanya. Suara gemericik air dari kamar mandi membuat Kiyara mempercepat langkahnya, kembali ke kamarnya. Ia melirik jam dinding yang ada di dapur. Jarum jam berhenti di angka 2, dan itu membuat Kiyara semakin mempercepat langkahnya. Ia langsung bersembunyi di balik selimut, dan berusaha memejamkan kembali kedua matanya. Pintu kamarnya dibuka dari luar. Aroma segar menguar menembus penciuman Kiyara. Kiyara berusaha tenang. Ia diam tak bergerak, dan berusaha mempertajam pendengarannya. Bagian kanan kasur yang ia tiduri, melesak ke dalam, dan itu membuat tubuh Kiyara mengirim peringatan ke seluruh tubuhnya. Ia ingin istirahat, dan tidak mau diganggu siapa pun. Hati dan perasaannya yang l

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Marrying You (Again)   20. Bercerai

    Murni membolak-balikkan amplop putih yang disodorkan Bian. Alisnya berkerut dan nyaris saling bertautan satu dengan yang lain."Apa ini?" Ia menatap Bian, mencoba mengabaikan Kiyara yang menyeruput jus alpukat yang baru saja dihidangkan pelayan. Sayangnya, ia tidak berhasil. Sudut matanya justru terus mencuri-curi pandang ke arah Kiyara. Iparnya yang imut dan cantik."Maaf. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu." Kata-kata Bian menusuk hati Murni, membuat wanita itu panik. "Bagaimana bisa? Kamu sudah berjanji padaku akan mengabulkan permintaanku hari itu. Dan itu-itu tidak bisa dibatalkan begitu saja. " Murni ngotot. Ia sudah kepalang basah mengharapkan pinjaman Bian."Aku salah. Seharusnya aku tidak menyetujui permintaanmu begitu saja.""Tidak bisa! Kamu harus tetap melakukannya," seru Murni dengan nada tinggi dan memaksa.Kiyara masih diam di tempatnya. Isi gelasnya tinggal separuh. Ia memutar sedotannya searah jarum jam sesuka hatinya. Belum ada niatnya untuk bergabung dalam pembi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Marrying You (Again)   1. Terserah Padamu

    "Apa yang bisa kamu berikan untuk Kiyara dan anakmu, hah? Membiayai hidupmu sendiri saja kamu tidak mampu, malah sok-sokan menolak bantuan kami." Suara Ardi menggelegar, memecah kesunyian malam. Bian hanya duduk diam. Tidak ada sedikit pun niatannya untuk menjawab sekian banyak cercaan dan makian, yang keluar dari bibir tebal iparnya itu. Sedangkan Kiyara, wanita yang telah menemaninya berjuang selama 10 tahun terakhir, diam membisu, sambil sesekali mengusap airmatanya yang mulai mengalir turun dari sudut matanya. "Mana usahamu yang berhasil? Dari sekian banyak rencana dan ceritamu yang setinggi awan, tidak ada satu pun yang berhasil. Tidak ada harta benda yang bertambah, tapi malah berkurang untuk menutupi semua hutang-hutangmu." Ardi lalu diam sejenak, mencari asupan oksigen dan tenaga setelah dirinya meluapkan semua amarah dan kekesalan pada adik iparnya itu. Ia kemudian melanjutkan perkataannya. "Ini adalah tawaran terakhir dari kakak-kakak Kiyara. Daripada anak dan istrimu mati

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Marrying You (Again)   2. Jawaban

    Kiyara mulai mencuci beras yang hendak ia olah menjadi bubur. Sesaat sebelum menyalakan kompor gas, ia memperhatikan indikator gas yang nyaris menyentuh garis merah. Badannya langsung merasa lemas. Jangan dulu, Tuhan. Jangan habis dulu. Ijinkan aku memasak bubur ini untuk makan malam suami dan anakku, bisik Kiyara sambil sedikit terisak.Tangannya gemetar saat hendak memutar kenop kompor gas. Matanya terpejam sebelum akhirnya bunyi klik terdengar. Ia membuka kedua matanya dengan perlahan. Api biru menyala, menjilat-jilat pantat panci yang berisi air dan beras yang sudah ia beri bumbu sebelumnya. Diaduknya perlahan sambil bibirnya tak henti-hentinya merapal doa, berharap bubur itu matang sebelum akhirnya kompor itu mati.Suara ketukan mengejutkannya. Ia buru-buru membukakan pintu, karena ia tahu jam-jam ini adalah waktu Bian pulang dari berkeliling menjual produknya. Wajahnya langsung ia tata sedemiki

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Marrying You (Again)   3. Lupakan

    Bian menanti jawaban Kiyara. Ia merasa seperti sedang mendapat ancaman, merasa jika hidupnya sedang diawasi dan dinilai oleh para saudara iparnya. "Nggak. Nggak datang kemari, tapi, lewat pesan singkat." Kiyara akhirnya membuka mulutnya. Wanita itu kembali menundukkan wajahnya. Jujur, setelah membaca pesan yang dikirim oleh kakaknya, hati Kiyara justru tidak tenang dan emosinya malah terpancing. 'Aku tersinggung dengan perkataan mereka, tapi ketika aku berteriak mengatakan jika mereka telah menyinggungku, mereka tidak terima. Mereka justru mengatakan jika aku sudah terlebih dulu menyinggung mereka dan begitu tak tahu malu. Aku jadi bingung sendiri. Bagian mana yang sudah menyinggung mereka. Jika kami, aku dan suamiku memiliki pendapat berbeda dengan mereka, mereka lantas mengatakan kami sok, sok bisa mengatasi semuanya. Lantas, kami disuruh apa? Apakah kami tidak boleh mengatakan apa pun dan merasakan apa-apa begitu? Apakah mereka menganggap aku dan suamiku sebuah boneka? Apaka

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-01

Bab terbaru

  • Marrying You (Again)   20. Bercerai

    Murni membolak-balikkan amplop putih yang disodorkan Bian. Alisnya berkerut dan nyaris saling bertautan satu dengan yang lain."Apa ini?" Ia menatap Bian, mencoba mengabaikan Kiyara yang menyeruput jus alpukat yang baru saja dihidangkan pelayan. Sayangnya, ia tidak berhasil. Sudut matanya justru terus mencuri-curi pandang ke arah Kiyara. Iparnya yang imut dan cantik."Maaf. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu." Kata-kata Bian menusuk hati Murni, membuat wanita itu panik. "Bagaimana bisa? Kamu sudah berjanji padaku akan mengabulkan permintaanku hari itu. Dan itu-itu tidak bisa dibatalkan begitu saja. " Murni ngotot. Ia sudah kepalang basah mengharapkan pinjaman Bian."Aku salah. Seharusnya aku tidak menyetujui permintaanmu begitu saja.""Tidak bisa! Kamu harus tetap melakukannya," seru Murni dengan nada tinggi dan memaksa.Kiyara masih diam di tempatnya. Isi gelasnya tinggal separuh. Ia memutar sedotannya searah jarum jam sesuka hatinya. Belum ada niatnya untuk bergabung dalam pembi

  • Marrying You (Again)   19. Morning Kiss

    Kiyara menggeliatkan tubuhnya. Matanya terasa sangat berat dan lengket. Ia membuka kedua matanya dengan susah payah. Diambilnya cermin kecil yang kebetulan tergeletak di meja di sampingnya. Ia menemukan keduanya bengkak. Kiyara bergegas pergi ke dapur, mengambil semangkuk air hangat untuk mengompres matanya. Suara gemericik air dari kamar mandi membuat Kiyara mempercepat langkahnya, kembali ke kamarnya. Ia melirik jam dinding yang ada di dapur. Jarum jam berhenti di angka 2, dan itu membuat Kiyara semakin mempercepat langkahnya. Ia langsung bersembunyi di balik selimut, dan berusaha memejamkan kembali kedua matanya. Pintu kamarnya dibuka dari luar. Aroma segar menguar menembus penciuman Kiyara. Kiyara berusaha tenang. Ia diam tak bergerak, dan berusaha mempertajam pendengarannya. Bagian kanan kasur yang ia tiduri, melesak ke dalam, dan itu membuat tubuh Kiyara mengirim peringatan ke seluruh tubuhnya. Ia ingin istirahat, dan tidak mau diganggu siapa pun. Hati dan perasaannya yang l

  • Marrying You (Again)   18. Biarkan Aku Pergi

    "Mau kemana?" Bian menghadang Kiyara yang sudah menyeret koper dan mengenakan tas ranselnya. "Pergi." Kiyara tidak ingin berpanjang-panjang menjawab pertanyaan Bian. "Pergi kemana? Rumah kamu di sini, bukan di tempat lain." "Ini bukan rumah Kiya lagi." "Maksud kamu apa, Kiya?" Bian sudah mulai terpancing. "Tidak ada apa-apa. Tolong biarkan Kiya pergi. Kiya sudah tidak ada tempat lagi di sini." "Jangan bicara yang tidak-tidak. Kamu tetap di sini dan tidak boleh keluar sejengkal pun!" Kiyara tertawa sumbang. Wanita itu menatap Bian dengan tatapan nanar. Bian merasa sangat asing dengan istrinya saat ini. Tanpa disadari Kiyara, bulir air mata sudah terbentuk di kedua sudut matanya. "Kiya...." Bian melunak. Ia tersadar ketika buliran itu mulai jatuh membasahi pipi istrinya. Pria tampan itu berjalan mendekat. Tangan kanannya terulur ke depan berusaha menyentuh bahu Kiyara, tapi Kiyara dengan cepat menepisnya. "Kiya..." Bian terkejut dengan sikap dingin Kiyara. "Ada apa? Apakah aku

  • Marrying You (Again)   17. Lelah Kiyara

    Murni menatap Bian. Ia sudah tidak sabar lagi, menanti uang yang dijanjikan Bian beberapa waktu yang lalu, berada di tangannya sore ini. "Aku ... batalkan perjanjian itu." Jawaban Bian sontak membuat Murni berteriak tidak terima. "Apa!!! Tidak! Kau tidak boleh membatalkan janjimu! Kau sudah berjanji padaku untuk memberikan uang itu, hari ini. Kau tidak bisa membatalkannya!" Murni berteriak-teriak tidak terima. "Kakak ipar!" bentak Bian mengingatkan. Reaksi Murni sungguh diluar sangkaan Bian. "Mengapa kakak jadi kesetanan seperti itu? Aku berhak membatalkannya, karena hal itu bisa merusak hubunganku dengan Kiya." "Tetap tidak bisa! Kau seharusnya sudah tahu resiko itu sejak awal. Seharusnya kau sudah tahu akan seperti apa Kiyara, tapi nyatanya kau tetap saja memberikan uang itu kepada kami! 'Memberikan?' Bian menatap Murni. "Aku tidak pernah berniat untuk memberikan uang-uang itu kepada kalian. Akadnya sudah kuperjelas dari awal, bahwa itu berupa pinjaman atau hutang, bukan pembe

  • Marrying You (Again)   16. Ipar Tidak Tahu Diri

    Kiyara menatap tajam Murni. Ia tergelitik dengan pernyataan wanita itu barusan. "Apa maksudmu?" Murni tergelak. Ia merasa di atas angin. "Mengapa kau tidak sadar juga? Bian lebih memilih saudaranya ketimbang kau, wanita udik murahan!" Hardikan Murni berhasil memancing percikan emosi dalam diri Kiyara. Wajahnya memerah. Kepalanya berputar mencari alasan nenek sihir di depannya mengucapkan kalimat hinaan itu. Wanita cantik itu maju selangkah demi selangkah. Gerakan Kiyara tertangkap oleh sudut mata Murni. Wanita itu tersenyum mengejek. Rencananya berhasil. Dengan demikian, Kiyara akan membukakan pintu gerbang itu untuknya. Ia tidak berpikir jika setelah ini akan ada kejadian mengerikan yang menantinya. "Katakan sekali lagi!" Suara Kiyara terdengar sedikit bergetar. Jangan ditanya berapa besar usaha Kiyara menahan amarahnya. Buku-buku jarinya memutih akibat kepalan tangannya yang mengeras. Ia perlahan melangkahkan kakinya, semakin mendekati Murni. "Kau ingin aku mengulang yang m

  • Marrying You (Again)   15. Pria Berhati Emas

    Teriakan Bian membuat Kiyara terkejut setengah mati. Ia lantas lari menuju kamar mereka, melihat sang suami tengah terbelalak memandangi layar ponsel di tangannya. "Ada apa, Mas? Kenapa pakai teriak seheboh itu?" tanya Kiyara setengah bersungut mendekati Bian. "Lihat! Coba kamu lihat ini! Apa ada masalah dengan mata Mas?" Bian memberikan ponselnya kepada Kiyara yang kini sudah berdiri tepat di sampingnya, lalu mengucek kedua matanya berulang. Dengan wajah yang masih kesal, Kiyara menerima ponsel Bian. Tak sampai satu menit, kini giliran Kiyara yan berteriak heboh. "Maaas!" "Iya. Mas masih di sini. Benarkah itu atau apa?" Bian menatap layar ponsel yang sama dengan yang ditatap Kiyara. Kiyara menatap Bian. "Tidak tahu. Kalau mau tahu bener atau nggaknya ya harus cek saldo, Mas." Lalu, wanita itu diam sejenak. "M-Banking!" seru Kiyara begitu tiba-tiba, membuat Bian membesarkan kedua bola matanya. "Ah iya-iya. M-Banking. M-Banking. Sini ponselnya." Jemari Bian dengan lincah membuk

  • Marrying You (Again)   14. Menolak Pesanan

    Atmaja tidak berani mengucap sepatah kata pun. Pria berusia lebih dari enam puluh tahun itu,, diam membisu di tempat duduknya. Di dalam hati kecilnya sendiri, terjadi perang batin sejak menantunya itu melahirkan bayi cantik yang kemudian diberi nama Ayu. Hati kecilnya sangat ingin menimang bayi kecil itu, namun entah karena telah termakan hasutan kiri dan kanannya, maka hingga Bian memiliki satu lagi bocah kecil, yang berparas tampan bernama Bagas, Atmaja lebih memilih untuk membangun tembok tinggi dengan kedua cucunya itu. Cucu yang tidak bersalah dan tidak ingin mencari tahu, mengapa sikap sang kakek begitu berbeda terhadap mereka berdua. "Ayo, Mas. Kita pulang. Malam sudah semakin larut. Kasihan Ayu sama Bagas. Nanti mereka kedinginan terkena angin malam." Kiyara mulai membawa Bagas yang sudah jatuh tertidur di sofa, ke dalam pelukannya. Tidak ada lagi hal yang ditunggu oleh Bian. Permintaannya juga sudah ditolak mentah-mentah di awal pembicaraan mereka. Ajakan Kiyara adalah yang

  • Marrying You (Again)   13. Kebenaran Yang Terungkap

    Kiyara duduk mematung di samping Bian. Berulang kali mengigiti bibirnya, merasa gundah. Berita bahagia yang baru saja ia terima, harus secepat itu sirna karena kenyataan yang ada di depan mereka. Mereka tidak punya modal untuk menerima order itu. Helaan nafas panjang terdengar silih berganti antara Kiyara dan Bian. Lama mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Kiyara menjentikkan jarinya ke udara. Wanita itu melirik ke arah suaminya yang masih saja menatap kosong langit-langit ruangan itu. "Mas, mengapa tidak meminjam pada papa dan saudaranya mas?" Kiyara mencoba memberi solusi. Ia pikir ini adalah jalan terbaik daripada meminjam uang ke bank, meski dalam hatinya ada keraguan yang sangat besar. Tidak ada salahnya mencoba, meski mungkin jawaban yang sama akan kembali mereka terima. Bian langsung bangun dari tidur rebahannya. Wajahnya sedikit mengendur, tidak lagi tegang seperti sebelumnya. Ada senyum tipis mengembang di sudut bibirnya. "Ide bagus. Aku akan da

  • Marrying You (Again)   12. Order Besar

    Bian membuka pintu rumahnya dan berjalan masuk ke dalam. Tumben kok tidak ada suara anak-anak. Apa mereka semua sedang pergi? Bian meletakkan tasnya di atas meja ruang tamu, selanjutnya merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memejamkan kedua matanya. Hari ini begitu panas, membuat tenggorokannya terasa begitu kering. Bian mengeluarkan botol minum dari tas kerjanya dan meneguk air yang tersisa. Ia melirik jam dinding, yang terpasang tepat di atas pintu masuk rumahnya. Jam dua siang. Mengapa rumah begitu sepi? Kemana istri dan anak-anaknya? Bian berdiri dari duduknya, melangkah masuk ke ruang tengah lalu masuk ke kamarnya. Ketika langkah kakinya sampai di depan pintu kamar, samar telinganya menangkap suara Kiyara yang sedang mengomeli seseorang atau tentang seseorang? Bian mengetuk pintu kamar sebelum melangkah masuk. Sengaja ia mengetuk pintu itu dengan ketukan lemah, agar supaya Kiyara hanya mendengarnya samar. Bian melihat sang istri tengah melipat pakaian sambil mengomel. Mengom

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status