Share

Kejutan Bos

Author: Jisa
last update Last Updated: 2024-01-03 23:58:05

Aryan terkejut dan marah mendengar permintaan kliennya itu. Baginya, Fiya bukanlah sekedar aset perusahaan yang bisa dijual untuk keuntungan.

"Maaf Pak, saya tidak bisa menerima permintaan Bapak. Fiya adalah karyawan saya sekaligus pacar saya. Saya tidak akan menyerahkannya begitu saja demi uang," tegas Aryan.

Klien itu terlihat kesal mendengar penolakan Aryan. "Jadi Bapak menolak kerja sama yang sangat menguntungkan ini hanya karena perempuan itu? Bapak pasti bercanda!"

"Saya serius, Pak. Ada hal-hal dalam hidup yang lebih berharga dari sekedar uang dan keuntungan bisnis. Lagipula masih banyak peluang kerja sama lain yang bisa kita jajaki," balas Aryan tegas.

Aryan lalu berdiri dan berkata, "Saya gak perlu kerja sama ini," ucapnya lalu berjalan mencari Fiya.

Klien itu hanya tersenyum tipis melihat kepergian Aryan. Entah apa yang terjadi dengan klien tersebut. Dan entah apa juga yang terjadi dengan Aryan. Padahal apa yang klien katakan adalah benar adanya.

Tapi Aryan dengan cepat mengambil keputusan. Tanpa ragu. Setelah beberapa menit akhirnya Aryan sampai di depan toilet wanita. Ia menunggu Fiya sekitar satu menit.

"Loh Pak kenapa?" Tanya Fiya yang baru saja keluar.

"Ayo kita pergi sekarang."

"Lalu kerja samanya?"

"Tidak jadi. Kamu blacklist dia."

Fiya hanya bisa kebingungan. Ia ingin bertanya, tapi sepertinya dia juga tidak berhak tau. Akhirnya ia hanya bisa mengikuti Aryan hingga mereka sampai di parkiran. Aryan segera mengantarkan Fiya ke apartemennya. Tapi karena hari sudah larut. Fiya tanpa sadar tertidur selama perjalanan.

Aryan yang tidak tega membangunkannya lalu hanya terdiam di depan apartemen Fiya. Sekian sepuluh menit Aryan hanya memperhatikan wajah Fiya. Begitu menenangkan.

"Apa iya aku bakal nikah sama dia?" Tanyanya dalam hati.

Setelah sekitar sepuluh menit. Fiya akhirnya terbangun. Ia membuka matanya dan melihat Aryan yang sedang memainkan ponselnya. Fiya segera melihat jam di tangannya.

"Gila udah jam sebelas," batinnya.

"Pak, maaf ya saya ketiduran."

Aryan mengangguk kepalanya. "Saya tau kamu pasti kecapean."

Fiya hanya tersenyum tipis lalu ia pamit untuk pulang ke apartemennya.

***

Hari sudah pagi. Matahari mulai kembali bekerja menyinari bumi. Tapi kali ini tidak dengan Fiya yang tidak bekerja. Ia akan tertidur lelap hingga alarm nya akan berbunyi.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Alarm Fiya yang biasanya berbunyi pukul 7 pagi. Sekarang jam sepuluh pagi. Fiya bangun dalam keadaan tersenyum sambil memperhatikan matahari yang sudah naik ke atas.

"Hari ini pakai baju apa ya?" Tanya Fiya sambil memilih bajunya yang tergantung di lemari.

Setelah sekitar lima menit. Akhirnya Fiya sudah memutuskan untuk memakai apa. Ia kemudian memakainya dan segera memakai makeup. Setelah siap semuanya ia pergi dengan menggunakan taksi yang sudah ia pesan sebelumnya.

Fiya berjalan menyusuri koridor perusahaan. Ia memperhatikan wajah orang-orang di sana. Terlihat sangat kewalahan.

"Gua dulu juga gitu." Batinnya.

Saat Fiya sudah sampai di ruangannya. Telponnya langsung berbunyi. Ia pun segera pergi ke ruangan Aryan. Tidak lupa membawa buku kecil dan pulpen yang merupakan barang yang wajib ia bawa kemanapun dan kapanpun itu.

"Selamat Pagi Pak," sapa Fiya tersenyum tipis.

"Iya. Pagi. Oh ya jadwal saya hari ini ada kunjungan di mall kan?" Tanyanya.

"Iya Pak, apa perlu saya temani?" Tanya Fiya balik.

"Iya nanti juga akan ada Pak Rian, dia partner kerja sama kita yang baru. Pengganti orang kemarin. Kamu cari tau apa kesukaannya dan nanti kita bawa."

"Baik Pak."

"Oh iya satu lagi, usahakan 30 menit kamu sudah tau mau beli apa. Soalnya hal itu sangat berpengaruh pada kerja sama kali ini."

"Baik Pak," ucap Fiya lagi. Kemudian ia izin untuk keluar. Setelah di ruangannya, dengan cepat ia membuka internet untuk mencari tau tentang Pak Rian.

Pada hari itu Fiya benar-benar di buat berpikir keras. Semua yang Fiya cari tidak ada yang cocok. Berita dan beberapa artikel mengatakan berbagai hal yang berbeda. Membuat Fiya menggaruk kepalanya.

"Seorang desainer?" Batin Fiya bertanya-tanya. "Perusahaan desainer pastinya tidak jauh dari...."

Fiya bingung sekarang. Ia tidak tau menahu tentang itu. Pada akhirnya ia pun mencari lagi di Internet hingga dapat. Sudah tiga puluh menit lamanya. Sudahlah ia menyerah.

Tapi kemudian ia terpikir saat melihat karyawan yang sedang lewat di ruangannya. "Tanya mereka mungkin gak ada salahnya?" Batinnya.

Fiya membuka pintunya dan berdiri di depan pintu ruangannya. Ia menunggu karyawan wanita itu. Tapi begitulah ia tidak memiliki keberanian. Pada akhirnya mereka hanya saling tersenyum tipis.

Fiya lalu akhirnya hanya menghela nafasnya. Tiba-tiba Aryan keluar dari ruangannya. Ruangan Fiya yang tepat berada di depan ruangan Aryan tentu terkejut.

"Kamu kok kayak setan aja."

"Gak kok Pak," balas Fiya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kita pergi sekarang."

Fiya membulatkan matanya. "Tapi Pak, saya masih gak tau kasih apa ke Pak Rian."

"Tidak usah," ucap Aryan.

"Bukannya setengah menit lagi ya Pak?"

"Ikut saja," ucap Aryan. Fiya lalu langsung masuk sebentar ke ruangannya dan mengambil tas dan memasukkan handphone, buku, dan pulpen.

Tidak seperti biasanya, Aryan membawa mobil yang membuat Fiya rasa tidak enak. Padahal biasanya selalu sopir yang membawa mereka.

"Saya aja Pak yang nyetir," ucap Fiya.

"Sudah kamu duduk di samping saya saja."

Sudahlah jangan tanya lagi. Fiya tidak bisa membantah. Dan sekarang keadaannya kembali lagi seperti itu. Mereka sedang berada di restoran. Saat itu Aryan sedang memesan makanan. Sedangkan Fiya hanya memperhatikan Aryan dan pelayan tersebut.

Setelah pelayan orang itu pergi, akhirnya Fiya berani untuk berbicara. "Pak saya rasanya gak enak kalo gini," ucap Fiya.

"Kamu tau? Keluarga saya masih gak percaya sama kita. Dan liat di arah kiri kamu, ada orang yang bersembunyi lagi memfoto kita," ucap Aryan.

"Jadi saya harus gimana?" Tangannya.

"Tidak usah gimana-gimana, hanya perlu bersikap layaknya sepasang kekasih."

Fiya memejamkan matanya. Ia saja tidak pernah pacaran. Bagaimana bisa ia memerankan hal itu.

"Tidak usah di pikirkan," ucap Aryan sambil mengelus rambut Fiya. "Saya punya kejutan buat kamu."

Fiya sekarang benar-benar akan melayang. Hatinya sudah sangat berdebar kencang. Matanya tidak berkedip melihat Aryan yang benar-benar tidak seperti biasanya yang memasang wajah kakunya.

Tiba-tiba suara alunan musik terdengar di restoran yang sebelumnya sunyi itu. Fiya bingung ada apa sekarang. Apa maksud kejutan itu. Biasanya kejutan tentunya akan membuat bahagia. Tapi tidak dengan Fiya sekarang. Ia takut.

Tapi walaupun begitu ia tetap positif thinking. Mungkin saja itu spesial ada orang. Fiya terlihat biasa saja hingga orang yang membawa banyak bunga mawar itu berjalan ke arahnya.

Related chapters

  • Marrying My Boss   Kebohongan VS Kenyataan

    Fiya melihat lekat pelayan yang membawa bunga itu. Memastikan bahwa dia tidak ke arahnya. Tapi sepertinya tidak sesuai harapan. Sekarang ia sudah telat berada di meja makan mereka. Aryan mengambil bunga itu sambil berdiri dan tersenyum. Kemudian ia berjalan pelan ke arah Fiya dan mengulurkan tangannya. Wajah Aryan menyiratkan ia harus melakukan hal romantis itu sekarang. Dengan terpaksa, Fiya menggapai tangan Aryan sambil tersenyum. "Bunga ini buat aku?" Tanya Fiya sambil tertawa bahagia. Aryan tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. "Gimana? Kamu suka kan sayang?" Tanyanya sambil memberikan bunga itu. Fiya mengambil buket bunga itu dan menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum begitu indah hingga kantong matanya terlihat. "Makasih." Mereka berdua lalu berpelukan. Orang-orang di sana yang melihat keromantisan itu tentu saja ikut turut bahagia. Hingga yang ada di sana memberikan tepuk tangan yang meriah. Fiya kira kejutan itu sudah sampai sini saja. Tapi ternyata itu baru saja p

    Last Updated : 2024-01-05
  • Marrying My Boss   First Date

    "Saya izin keluar Pak," ucap Fiya lalu langsung keluar dari mobil Aryan dan berlari kecil tanpa melihat ke belakang sekalipun. Ia benar-benar bisa gila sekarang. Saat sampai di apartemennya, Fiya melakukan segala aktivitas malamnya sambil memikirkan kejadian tadi dan tentang lamaran Aryan tadi. Sampai akhirnya, sekarang adalah waktunya Fiya tidur. Ia mencoba memejamkan matanya tapi pikirannya terus-menerus berputar ke Aryan. Fiya kemudian melihat obat tidur yang biasanya ia makan. Ya, dia adalah insomnia. Mempunyai penyakit susah tidur, apalagi ketika banyak pikiran. Menjadi seorang sekretaris merupakan bukanlah hal yang mudah. Apalagi ia tidak punya pengalaman. Tapi entah kenapa, dari banyaknya orang yang mendaftar. Fiya adalah satu-satunya yang terpilih. Bukankah harusnya ia syukuri itu sekarang. "Gak bisa!" Fiya kemudian mengambil obat itu dan meminumnya. Kemudian perlahan ia memejamkan matanya. Menunggu obat itu bereaksi. Di sisi lain, Aryan yang menatap layar laptopnya terus

    Last Updated : 2024-01-30
  • Marrying My Boss   Dia Anak Bos?

    "Coba cerita sama kakak," ucap Fiya dengan lembut. Tapi Rini hanya menggelengkan kepalanya. Fiya hanya terdiam, tidak tau harus bagaimana. "Emm, ya udah kalo gak mau cerita gak apa-apa," ucap Fiya sambil berpikir ia harus bagaimana. "Oh iya nama kucing ini siapa? Lucu kayak kamu tau.""Namanya Kitty," ucapnya tertawa begitu bahagia. "Namanya bagus, lucu lagi," ucap Fiya sambil ikut tersenyum. Sekitar tiga puluh menit, Fiya menemani Rini. Hingga kini Aryan sudah kembali dan menghampirinya. "Papa," ucap Rini sambil memeluknya begitu erat. "Papa?" Tanya Fiya yang kebingungan. Apa yang terjadi sekarang? Apakah Aryan mempunyai anak? Ia baru tau sekarang? "Kamu baik-baik aja kan selama Papa gak ada?" Tanya Aryan sambil tersenyum kepada anak itu. Fiya semakin membulatkan matanya. Bagaimana tidak Aryan sendiri memanggilnya dengan sebutan Papa. Sangat begitu jelas terdengar. Apa itu benar anak Aryan? Pertanyaan itu sangat ingin Fiya tanyakan. Tapi ia bungkam, karena ia bukan siapa-siapa

    Last Updated : 2024-02-01
  • Marrying My Boss   Kata Tak Terucap

    Setiap orang mempunyai rahasia masing-masing. Fiya punya rahasia, bukankah begitu juga dengan Aryan. Tidak mungkin bukan jika tidak ada rahasia. Percakapan mereka hanya cukup sampai di situ. Mereka hanya saling terdiam dan hanya menikmati apa yang sedang mereka lihat sekarang. Tidak lupa sesekali Fiya memotret pemandangan itu. Dan tanpa sengaja ia memotret Aryan yang tengah memandang ke laut. "Sempurna," batin Fiya melihat foto itu di handphonenya. Setelah melihat matahari terbenam, mereka berdua kembali ke vila untuk beristirahat. Setelah seharian bersama, Fiya merasa ia semakin mengenal Aryan. Tapi semakin mengenal, Fiya semakin ingin menjauh. Karena ia begitu sempurna. Sedangkan ia hanya sebatang kara. Berjuang keras untuk menghidupi dirinya sendiri. Flashback on. Suara petir yang menggelegar begitu terdengar menakutkan. Tapi tidak dengan Fiya saat enam bulan lalu. Saat ia benar-benar tidak mempunyai uang untuk menyewa tempat yang lebih layak untuk ia tinggali. Pada saat itu

    Last Updated : 2024-02-03
  • Marrying My Boss   Mantan Aryan

    "Pak, saya siap untuk jadi istri bapak." "Bagus, itu adalah keputusan yang luar biasa. Besok kita nikah. Lalu kita akan punya anak banyak. Bagaimana kalau sepuluh? Apakah kamu mampu? Rasanya ingin lebih, tapi ya sudahlah sepuluh saja cukup," ucapnya sambil tersenyum tipis. "Baik Pak." "Kamu memang harus nurut sama saya. Karena saya adalah Bos kamu." Fiya menutup buku itu, ia benar-benar ternganga dengan alur cerita yang peran wanitanya benar-benar bodoh. Sangat tidak waras. Orang mana yang membaca cerita seperti itu. "Ya kali 10 anak," ucap Fiya sambil mengambil kentang goreng itu. "Kenapa?" tanya Dito yang datang dengan wajah kebingungan. "Gak apa-apa, ini ceritanya agak di luar nalar. Emang ada ya cewek yang mampu buat anak sampe 10?" Tanya Fiya yang heran. "Ada sih pasti. Bahkan lebih."Fiya hanya terdiam dan memikirkan. Hingga tanpa ia sadari bahwa Dito sadar akan hal yang berbeda dari diri Fiya. "Fiya kamu mau nikah?" Tanya Dito. "Nikah?" Tanya Fiya yang kebingungan. "

    Last Updated : 2024-02-05
  • Marrying My Boss   Salah Paham

    Ia mengetuk pintu dan memastikan Aryan menyuruhnya masuk terlebih dahulu. "Masuk!" Fiya kemudian masuk tanpa memandang ke arahnya. Ia memfokuskan ke arah berkas. "Ini Pak berkas yang harus bapak tanda tangani hari ini." Aryan kemudian mengambil pulpen dan menandatangani berkas itu. "Nanti makan siang sama saya," ucapnya sambil memberikan berkas yang sudah ia tanda tangani itu. "Saya makan di kantin kantor aja Pak," ucap Fiya sambil tersenyum sopan dan kemudian langsung pamit. Sedangkan Aryan hanya menghela nafasnya. Bisa di katakan sekarang sedang salah paham. Semua itu karena Riani yang tiba-tiba saja mendekat ke arah kursi Aryan dan membuat mereka seolah-olah sedang berpelukan. Saat wakun makan siang tiba. Aryan segera menyelesaikan pekerjaannya dan langsung menghampiri Fiya. "Ikut saya sekarang." Aryan langsung jalan terlebih dahulu, tanpa memikirkan Fiya. Mau tak mau Fiya harus ikut sekarang. Tidak ada penolakan. Mereka pergi menggunakan mobil Aryan dan sampai di restoran ya

    Last Updated : 2024-02-06
  • Marrying My Boss   Hanyut Dalam Kebohongan

    Fiya yang segera ingin masuk terhenti. Saat ini juga ia merasa sangat buruk. Sepertinya Riani benar-benar spesial untuk Aryan. Dan sekarang ia tau bahwa Riani adalah sosok wanita yang begitu ia cintai. Tapi entah kenapa sekarang malah putus. Fiya tengah di ambang kebingungan sekarang. Ia melihat jari manis di tangan kanannya. Ingin ia lemparkan saja cincin itu. "Aku terhanyut dalam kebohongan ini," batinnya. "Riani, stop bahas masa lalu! Saya gak kenal kamu lagi! Sekarang yang di depan kamu adalah calon istri saya. Saya akan menikahinya secepatnya!" Bahkan kata-kata yang Aryan lontarkan saat itu tidak berpengaruh pada Fiya. Wajahnya sedari tadi hanyalah wajah tanpa ekspresi. Datar. "Masuk," ucap Aryan. Tanpa lama Fiya mengikuti perkataan Aryan dan masuk ke dalam mobil itu. Kemudian Aryan segera menancap gas. Sedangkan Fiya hanya menatap Riani di kaca mobil. Pertemuan mereka dengan klien berjalan dengan lancar, karena keprofesionalan mereka. Bersikap biasa saja layaknya tidak ter

    Last Updated : 2024-02-07
  • Marrying My Boss   Nonton Bioskop

    "Dah di ajak malah protes, gak di ajak waktu itu juga protes," balas Dito yang memang benar kenyataannya. "Oke deh, kebetulan lagi free. Jam berapa?" Tanya Fiya. "Satu jam lagi mulai," balasnya. "Ya udah kita ketemu di sana ya. Sekalian aku mau beli skincare." Setelah itu mereka berdua langsung berangkat. Fiya dan Dito sama-sama menggunakan taksi untuk pergi ke sana. Fiya datang terlebih dahulu, membuatnya bosan jika menunggu Dito terlebih dahulu. Pada akhirnya ia masih terlebih dahulu untuk membeli keperluannya. Saat sedang memilih-milih, handphone Fiya berbunyi. Ia segera mengangkatnya. Itu ada sebuah telepon dari Dito. "Halo?" "Kamu dimana?""Aku lagi di toko KKV. Kamu lama sih," ucap Fiya protes. "Ya gimana lagi, kan agak jauh dari cafe. Tunggu di sana.""Iyaa Dito," ucap Fiya lalu kembali mencari-cari kebutuhannya. Saat sedang mencium aroma-aroma parfum, Dito datang dan segera menghampirinya. "Mau beli parfum?" Tanya Dito. "Ya masa mau beli ayam," balas Fiya. Dito han

    Last Updated : 2024-02-07

Latest chapter

  • Marrying My Boss   Family Time

    Fiya hanya tersenyum tipis. Mendapat perlakuan seperti ini membuatnya sedikit terharu. Rasa kangen yang selama ia pendam bisa di katakan sudah tercurahkan hari ini. Ya walaupun dia tidak tau kedepannya akan bagaimana. Setidaknya ia harus menikmati momen kekeluargaan ini. Saat Fiya memegang gagang pintu kamarnya ia menghela nafasnya. Saat terbuka ia tersenyum. Kamarnya masih begitu tersusun rapi seperti sebelumnya. Tidak ada perubahan sama sekali.Ia berjalan perlahan menyusuri kamarnya yang lumayan besar itu. Saat ia memasuki barang-barangnya pun tidak berubah. Baju-bajunya yang tergantung dengan rapi dan beberapa perhiasannya yang sangat ia sukai itu. Tidak lupa koleksi tas branded nya. "My favorit," ucap Fiya sambil memegang tas itu. "Udah lama kita gak jumpa," ucapnya lagi sambil memeluk tas itu. Setelah puas melihat suasana kamarnya, Fiya lalu tidur siang. Karena matanya entah mengapa sangat mengantuk. Sudah lama ia tidak tidur di kasurnya itu. Sekitar sore hari, suara ketukan

  • Marrying My Boss   Kebohongan

    Mendengar bujukan lembut ibunya di depan pintu, hati Fiya sedikit melunak. Namun egonya masih menolak perjodohan tersebut. Ia masih ingin melanjutkan kuliah dan meraih cita-citanya tanpa terbebani pernikahan."Ma, aku mohon Mama bisa ngerti... Biarin aku kuliah dulu dan gapai mimpiku sendiri baru memikirkan soal menikah," ucap Fiya lirih."Tapi nak, perusahaan ayahmu sedang krisis. Hanya pernikahan ini yang bisa menyelamatkannya. Ayahmu bisa bangkrut kalau kamu menolak," bujuk sang ibu.Fiya menggeleng tegas meski ibunya tak bisa melihatnya. Ia sudah bulat tekad untuk kabur jika orangtuanya memaksa kehendak egois mereka. Demi cinta dan mimpinya, Fiya rela melawan arus keluarga demi prinsip hidupnya.Esok harinya saat orang tuanya sibuk, diam-diam Fiya kabur dari rumah. Ia pergi jauh ke luar negeri melanjutkan kuliah dan merintis karir tanpa bantuan keluarga. Memulai lembaran baru meski harus berjuang dari nol.Jujur saja saat ia kuliah ia sangat tersiksa. Apalagi hobi nya dulu adalah

  • Marrying My Boss   Di Luar Dugaan

    "Kapan?" Tanya Aryan yang sepertinya sedang mencari kesempatan untuk semakin dekat dengan Fiya. "Saya siap kapan aja!" Fiya kemudian menaikkan bola matanya ke atas sambil memikirkan kapan ia akan sempat. "Gak tau, nanti ada deh saya kabarin. Tunggu gak ada kerjaan," balas Fiya. "Baik kalo gitu. Saya tunggu," ucap Aryan. Mereka pun mengakhiri makan malam itu dengan janji manis untuk belajar keterampilan baru bersama. Baik Fiya maupun Aryan sama-sama menantikan momen menyenangkan itu kelak. Tidak lama itu Aryan lalu pamit untuk pulang. Fiya mengantarnya sampai pintu apartemennya sambil melambaikan tangannya. "Hati-hati Pak," pesan Fiya. Aryan hanya tersenyum dan kemudian membalas lambaian tangan itu. Karena terlalu senang Fiya sampai lupa, bahwa ia harus membahas tentang pengunduran dirinya. Bagi Fiya pengunduran dirinya itu adalah tekad yang bulat. Dia sudah lelah, walaupun keadaan mereka yang sekarang seperti ini. Tapi seti

  • Marrying My Boss   Semakin Akrab

    Aryan tidak bisa berhenti memikirkan kejadian yang menimpa Fiya. Ia sangat geram pada Riani yang telah melukai Fiya, tapi di sisi lain ia juga tidak ingin bertindak gegabah.Akhirnya Aryan memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam tentang Riani dan motif di balik tindakannya. Ia mencari informasi dari rekan-rekan kerjanya dengan hati-hati tanpa menyinggung soal insiden itu.Dari hasil penyelidikannya, Aryan mengetahui bahwa Riani memang terobsesi padanya. Riani iri pada kedekatannya dengan Fiya dan ingin memiliki Aryan untuk dirinya sendiri. Tindakan Riani melukai Fiya didorong oleh cemburu dan sakit hati.Setelah mengumpulkan fakta-fakta itu, Aryan bimbang harus berbuat apa. Di satu sisi ia ingin memberi pelajaran pada Riani agar jera. Tapi di sisi lain, ia juga kasihan pada Riani yang termakan obsesi butanya.Akhirnya Aryan memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini baik-baik dengan kepala dingin. Ia akan berbicara empat mata dengan Riani, membu

  • Marrying My Boss   24 Jam With Aryan

    Aryan mengangguk dan duduk di sebelah Fiya. Ia memandangi Fiya yang lahap menyantap buburnya. Senyum tipis mengembang di wajah Aryan. Ia turut bahagia melihat Fiya sudah mulai sehat dan bertenaga lagi."Habiskan buburnya ya. Nanti minum obat lagi biar benar-benar sembuh," pesan Aryan lembut. Fiya mengangguk sambil tersenyum manis. Mereka pun menghabiskan sore itu dengan mengobrol ringan di sela-sela Fiya menikmati bubur buatan Aryan.Saat malam hari datang, Aryan masih setia menemani Fiya di apartemennya. Tapi dengan kondisi Aryan yang sibuk menatap laptopnya. Begitu juga dengan Fiya, bedanya ia sedang mengecek beberapa dokumen. "Udah, satu dokumen aja. Kamu istirahat aja," ucap Aryan lalu mengambil kertas dari tangan Fiya. "Gak apa-apa Pak, saya udah enakan kok. Kalo kerjaan gini saya bisa," ucap Fiya lalu mengambil kembali kertas itu. Ia tau bahwa Aryan sedang kewalahan saat ini. Karena begitu banyak pekerjaan saat ini. "Kalo kamu sa

  • Marrying My Boss   Perhatian

    Fiya bingung harus menjawab apa. Karena jika di tanya seperti itu ya sekarang dia tidak memiliki siapapun itu. Orang tua saja sudah tidak peduli dengannya. Apalagi teman. Zaman sekarang sangat susah untuk mencari teman, apalagi kondisi Fiya sekarang yang bisa di katakan biasa saja. Tapi sudahlah lagi pula ia tidak ada waktu untuk untuk hal itu. Sejak enam bulan yang lalu fokus Fiya adalah pada pekerjaannya. "Bapak kalo ada kerjaan ke kantor aja," ucap Fiya sambil menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut hingga hanya tersisa kepalanya saja. "Luka kamu udah di kasih salep?" Tanya Aryan sambil memperhatikan luka-lukanya. "Udah." "Kapan?" "Semalam." "Dimana salepnya? Biar saya kasih," ucap Aryan hendak pergi untuk mengambil salep itu. "Di toilet," ucap Fiya. "Samping dapur," tambahnya lagi. Aryan lalu segera pergi ke toilet dan mengambil salepnya. Saat datang ia segera mengoleskan krim itu pada waj

  • Marrying My Boss   Sakit

    Alarm berdering nyaring di pagi hari membangunkan Fiya dari tidurnya yang tak nyenyak. Ia segera memeriksa suhu tubuhnya dan ternyata masih panas. Demamnya masih juga belum turun."Huh, masih sakit. Kayaknya aku harus izin gak masuk hari ini," gumam Fiya lesu.Dengan sisa tenaga yang ada, ia meraih ponsel di meja dan mengetik pesan singkat pada Aryan, meminta izin untuk absen karena sakit dan tidak enak badan. Setelah mengirim pesan pada Aryan, Fiya tidak kunjung mendapat balasan."Kok belum dibales ya? Apa Pak Aryan masih di luar kota?" gumam Fiya penasaran sambil memandangi layar ponselnya.Ia mencoba mengirim pesan lagi untuk memastikan, tapi tetap tak ada respons dari Aryan. Mungkin benar sang atasan masih ada urusan dinas di luar kota sehingga belum membaca pesannya."Ya sudahlah, mungkin Pak Aryan sedang sibuk sekali," batin Fiya akhirnya. Ia memutuskan untuk beristirahat saja dan tidak memikirkan soal izin absen dulu.Fiya

  • Marrying My Boss   Kacau

    Situasi yang semula tegang mendadak menjadi kacau balau ketika Riani yang temperamental hilang kesabaran. Dengan gerakan kilat, ia menerjang dan mencengkeram kerah baju Fiya."Lo pikir bisa seenaknya nuduh gue hah? Rasain ini!" maki Riani sambil menjambak rambut Fiya kasar."Aduh, lepasin! Sakit tau!" erang Fiya sambil berusaha melepaskan cengkeraman Riani. Tapi tenaga gadis itu luar biasa kuat dalam mode emosi. Tidak terima dijambak, Fiya pun membalas mencakar dan menjambak Riani. Keduanya saling terlibat pergulatan sengit, bergumul dan saling mencakar bak kucing dan anjing.Para karyawan yang menyaksikan hanya bisa melongo, tak ada yang berani ikut campur melerai. Mereka seolah menonton acara gulat gratis live di kantor. "Rasain nih! Biar tau rasa lo bikin hidup gue menderita!" maki Fiya sambil terus mencakar dan menjambak rambut Riani. "Gua bunuh lo!" balas Riani tak kalah garang. Kukunya yang tajam mencakar lengan dan pipi Fiya hingga terluka.Keadaan kian kacau hingga akhirnya

  • Marrying My Boss   Tambah Parah

    "Aku harus cari tau gimana tentang pengganti aku," batin Fiya. "Semuanya harus selesai!"Fiya berniat untuk segera menanyakan soal pengganti dirinya pada Aryan. Namun langkahnya terhenti begitu melihat sang atasan tengah sibuk berkutat dengan tumpukan berkas dan laptopnya. "Bapak ngasih apa sih ke saya? Bahkan mau bertanya tentang itupun rasanya gak enak," batin Fiya. Raut wajah Aryan nampak letih, sesekali memijit keningnya yang berkerut. Jelas sekali ia sedang menghadapi banyak tekanan pekerjaan.Melihat pemandangan itu, niat Fiya untuk berunding mundur dari jabatannya jadi urung. Bagaimanapun butuh proses untuk mencari pengganti sekretaris yang kompeten menggantikan dirinya. Sementara Aryan sangat bergantung padanya saat ini.Fiya mengurungkan niatnya untuk bicara hari ini. Ia tidak tega memberi beban tambahan pada atasannya yang sudah kepayahan itu dengan permintaan mundur mendadak. Mungkin lain waktu jika kondisinya lebih tepat. Sementara ini, Fiya harus tetap bertahan. Bukan

DMCA.com Protection Status