Beranda / Romansa / Marry Me / 8. Baku Hantam

Share

8. Baku Hantam

Penulis: Butiran Rinso
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-09 11:22:12

"Oh, buat lo," jawab Davin. Namun di luar ekspetasinya, Rena tiba-tiba tertawa nyaring. Wanita itu cekikikan seperti mba-mba penghuni pohon beringin. Jelas Davin merasa heran, apa ada yang lucu dengan jawabannya? Sepertinya tidak. Lantas kenapa Rena justru tertawa setelah mendengar jawaban darinya, kalau bunga mawar itu untuk dia. "Kenapa? Bunganya aneh ya?"

Rena menggeleng, menghentikan tawanya. "Bukan bunganya, tapi lo yang aneh."

"Gue?" beo Davin, mengerutkan keningnya. Semakin bingung, emang apanya yang aneh? Apa penampilannya aneh? Sontak ia melirik spion di atasnya untuk memastikan dan hasilnya nihil. Menurut Davin, penampilannya sudah sangat oke, ganteng, rapi, wangi, terus letak anehnya di mana coba?

"Bukan penampilan lo yang aneh, tapi sikap lo," ucap Rena ketika melihat Davin tampak melihat ke arah spion.

"Sikap gue? Emang sikap gue kenapa?" Davin masih belum juga mengerti.

"Aneh aja, nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba lo ngasih gue bunga mawar." Rena memalingkan wajahnya ke luar jendela sampingnya. "Harusnya lo kasih gue bunga bank, kalau mawar nggak bakal bertahan lama, palingan satu dua hari juga bakal busuk. Tapi kalau lo kasih gue bungan bank atau bunga deposito, dijamin awet," ujar Rena diselingi kekehan kecil.

"Boleh, itung-itung gue nyicil maharnya."

"Hah?" Spontan Rena menoleh, menatap wajah Davin yang terlihat santai. Gue nggak salah denger 'kan barusan?

"Kenapa?" Davin menoleh sejenak, sebelum kembali fokus ke jalanan.

"Lo barusan ngomong apa? Lo becanda 'kan? Nggak lucu tahu." Rena mendengkus, mencoba menormalkan jantungnya yang sempat salto akibat kaget mendengar ucapan Davin.

"Yang mana? Soal mahar? Kalau gue nggak becanda gimana?"

Rena menghela napas panjang, memandang lurus ke depan. "Skip Vin, obrolannya nggak sehat. Becandaan lo benar-benar nggak lucu, gue udah kebal sama yang begituan."

Davin tiba-tiba meminggirkan mobilnya, berhenti di bahu jalan. Tentu saja Rena yang bingung lantas menoleh, namun melihat tatapan pria itu ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.

"Ren, sorry. Mungkin waktunya nggak tepat buat ngomongin ini ke lo. Tapi gua nggak bisa terus bohongi diri gue sendiri." Davin menatap lekat mata Rena, keduanya saling beradu pandang. "Gue sadar diri, gue emang laki-laki pengecut karena nggak jujur sama lo selama ini."

Dalam benak Rena, muncul banyak pertanyaan dan pikirannya menerka-nerka apa maksud dari ucapan Davin. Ia berusaha menyangkal pemikirannya mengenai Davin yang menaruh rasa padanya, tapi semakin menatap dalam mata pria itu, justru membuatnya semakin yakin akan dugaannya.

"Apaan si Vin, beneran deh nggak lucu tahu. Ini pasti prank 'kan?" Rena tertawa canggung, berusaha menormalkan ekspresinya. "Lo lagi becanda 'kan?" Berharap kalau Davin hanya becanda padanya, tapi sepertinya tidak.

Davin terdiam sesaat, setelah itu menarik napas kuat-kuat, meyakinkan diri untuk mengungkapkannya sekarang. "Sayangnya gue nggak becanda, Ren. Gue suka sama lo, dari pertama kali gue lihat lo di pesta pernikahan kakak lo, sampai kita liburan bareng di pulau Bawah. Gue pikir, gue cuma tertarik tapi nyatanya ketertarikan gue bertahan sampai detik ini." Davin menunduk. "Maaf, bukannya gue nggak peka sama perasaan lo. Gue tahu banget gimana perasaan lo sekarang, tapi gue nggak mau nyesel buat yang kedua kalinya. Gue nggak mau kalah cepet lagi, jadi sebelum lo move on ke orang lain, gue pengen lo tahu perasaan gue yang sebenarnya. Gue dulu milih mundur, tapi sekarang gue nggak bisa mundur lagi, Ren. Gue nggak mau sia-siain kesempatan yang Tuhan kasih."

Rena speechless. Ia tak menyangka jika Davin memang memiliki perasaan padanya, bahkan pria itu memendamnya selama setahun. Jadi karena Alan, pria itu tiba-tiba menghilang. Rena pikir dulu Davin sibuk dengan pekerjaanya tapi ternyata pria itu menjaga jarak karena ia sudah punya kekasih.

"Nggak perlu lo pikirin, gue nggak maksa lo buat bales perasaan gue baik sekarang atau kapan pun. Tapi, beri gue kesempatan buat yakinin lo kalau gue sungguh-sungguh, bukan sekedar modus atau janji-janji manis. Setelah itu lo boleh ambil keputusan, suruh gue mundur atau terima gue," ujar Davin, tatapan matanya begitu meneduhkan.

"Gue ...." Rena bingung, jawaban seperti apa yang akan ia berikan. Di satu sisi jelas Rena belum siap untuk berkomitmen lagi, namun di sisi lain ia juga takut menyinggung perasaan Davin.

"Satu bulan, beri gue kesempatan satu bulan buat bikin lo jatuh cinta sama gue." Rena mematung saat Davin menggenggam tangannya begitu erat, senyuman pria itu seolah menghipnotisnya, membuat kepalanya mengangguk pelan. "Thank's Ren. Gua nggak akan janjiin lo apa-apa, tapi gue akan kasih lo bukti. Kalau gue benar-benar cinta sama lo."

————————

Rena pikir, keadaan akan berubah canggung setelah pengakuan Davin tadi. Tapi ternyata justru sebaliknya, pria itu bisa mencairkan suasana, bahkan membuat Rena lupa sesaat akan permasalahan hidupnya.

Kini keduanya berada di festival musik Rock'n Roll, sepertinya Davin sudah merencanakan untuk datang ke sini karena pria itu sudah membawa dua tiket ketika akan masuk.

"Lo suka?" tanya Davin di dekat telinga Rena, suaranya bersaing dengan suara musik dari speaker besar di samping panggung.

"Suka banget, makasih udah ajak gue ke sini," teriak Rena sekencang mungkin, agar Davin mendengarnya. Ia terus berjingkrak-jingkrak di tengah kerumunan.

Apakah Rena menikmati musiknya? Jelas tidak, ini bukan aliran musiknya, tapi di sini ia bebas berteriak sepuasnya tanpa akan ada yang mengusiknya. Hal itu membuat perasaannya melega, rasa kesal, dongkol yang bercokol dalam hatinya berangsur luruh. Tergantikan perasaan lega dan nyaman ketika memandang Davin yang ikut berjingkrak-jingkrak di sampingnya. Pria itu ikut menyanyikan lirik lagu yang sedang dinyanyikan. Dari sini Rena tahu kalau Davin penyuka musik Rock'n Roll, buktinya dia hapal semua lagu yang dinyanyikan.

Lelah berjingkrak-jingkrak dan berteriak di tengah kerumunan penggemar musik Rock, Davin menarik Rena keluar, membawa wanita itu ke sebuah stand minuman.

"Lo mau apa?" tanya Davin, melihat daftar menu.

"Greentea matcha," jawab Rena, matanya melihat ke sekitar. Saat menjelang sore, pengunjung festival semakin ramai berdatangan. Stand-stand makanan kuliner pun hampir semuanya sudah dibuka.

"Nih." Davin memberikan minuman berwarna hijau dalam cup besar ke Rena. "Lapar nggak?" tanyanya, dibalas anggukan kepala oleh Rena yang sedang menyeruput esnya. "Mau makan apa?" Mata Davin mengabsen setiap stand makanan yang berjajar di sepanjang jalan. "Bebek, ayam, seafood atau sapi?"

Rena mendengkus geli, melirik Davin menyebutkan semua jenis hewan yang dijadikan bahan utama oleh beberapa stand makanan. "Lo suka makanan Korea?"

"Suka, kalau lo suka," jawab Davin.

Rena berdecak. "Suka atau nggak, jangan maksain suka demi gue." Ia memanyunkan  bibirnya, kesal. Karena jawaban Davin yang nggak konsisten.

Davin tersenyum tipis, mengacak poni Rena. "Suka, ayo. Cacing gue udah pada demo, bisa-bisa lambung gue dibor kalau kelamaan." Ia menggandeng lengan Rena, menariknya pergi. Namun wanita itu malah berdiam diri, sontak Davin menoleh ke belakang, menyadari tatapan Rena tertuju ke tangannya yang menggenggam erat tangan wanita itu. "Biar lo nggak ilang, susah nyarinya kalau sampai kepisah. Berasa nyari anak ayan di gerombolan bebek."

"Ya?" Rena tersadar, mengangkat wajahnya menatap Davin. "Oh." Seperti orang bego, ekspresinya benar-benar polos.

Davin menggeleng pelan, menahan senyumnya. "Kalau lo nggak nyaman, lo bisa jalan duluan." Saat Davin akan melepas genggamannya, Rena seketika menautkan jemari tangannya. Davin sedikit terkejut, namun ia tak mengelak membiarkan wanita itu menggengam tangannya.

"Ayo." Senyuman manis Rena mengalihkan dunia Davin.

Beruntung Davin dan Rena masih kebagian tempat, stand makanan Korea begitu ramai oleh pengunjung yang didominasi pasangan muda-mudi. Tanpa sungkan mereka mengumbar keromantisan, hal itu justru membuat Davin dan Rena salah tingkah. Mereka berdua tampak canggung, dia seperti obat nyamuk di tengah pasangan nyamuk yang sedang bermesraan.

"Maaf," cicit Rena.

"Maaf buat apa?" tanya Davin, menatap Rena yang duduk di depannya.

"Karena ngajak lo makan di sini, pasti lo nggak nyaman banget." Rena melirik kanan kirinya, melihat keuwuan pasangan yang sedang dibakar gelora asmara. Melihat orang lain suap-suapan, Rena jadi geli sendiri ketika membayangkan dirinya melakukan hal yang sama dengan Davin. Mikir apa si lo Ren, ingat lo sama Davin bukan pasangan resmi! Rena merutuki pemikiran konyolnya.

"Biasa aja. Nggak usah dilihatin, fokus aja ke makanannya," ucap Davin, sembari memberikan potongan bulgogi ke piring Rena. "Makan, lo pasti belum makan dari pagi. Wajah lo pucet."

Rena terdiam, memandangi potongan daging yang diberikan Davin. Ia tiba-tiba teringat akan sosok Alan, di mana pria itu sering memberinya potongan daging bulgogi setiap kali mereka makan di restoran Korea waktu berkencan.

"Kenapa lo nggak suka?" tanya Davin, heran karena tak ada tanda-tanda pergerakan Rena akan memakannya.

"Ha? Suka kok." Rena cepat-cepat membuang jauh ingatannya, ia memakan potongan daging itu. "Em, enak banget," komentar Rena, mengacungkan dua jempolnya ke Davin.

Davin tersenyum lebar, senang rasanya bisa melihat senyum Rena kembali. Wanita itu makan begitu lahap, seakan tanpa beban. Gue janji Ren, gue nggak akan biarin siapa pun nyakitin lo lagi.

"Lo harus cobain yang ini enak banget." Rena mengambil satu potongan daging dari atas pemanggang, meletakkannya di atas daun selada dan menambahkan sayuran di atasnya sebelum digulung. Kemudian menyodorkannya ke depan mulut Davin. "Cobain." Davin membuka mulutnya, melahap gulungan gogigui sekali suap. "Gimana, enak 'kan?"

Davin menganggukkan kepala sebagai jawaban, mulutnya asyik mengunyah.

"Gue bilang juga apa, ini tuh enak banget," kata Rena.

Di saat keduanya sedang asyik menikmati makanan, tiba-tiba seseorang datang menghampiri meja mereka. "Oh, jadi ini alasan kamu batalin pernikahan kita?"

Rena tersedak ketika mendengar suara yang familiar di telinganya, ia melirik ke samping dan seketika melotot saat melihat sosok Alan berdiri di samping meja, menatap garang dirinya.

"Kamu nuduh aku selingkuh, tapi kamu sendiri selingkuh." Alan kembali bersuara.

Rena terbatuk-batuk, memukul-mukul dadanya. Beruntung Davin sigap memberikan minumnya. Rena langsung menyambarnya, meminumnya sampai tandas. Setelah itu mengalihkan fokus sepenuhnya ke Alan.

"Kamu ngapain ke sini? Kita sudah tidak ada urusan lagi, hubungan kita sudah selesai. Jadi aku bebas jalan dengan siapa pun dan asal kamu tahu, aku nggak pernah selingkuh!" tukas Rena.

"Oh, ya?" Alan mendecih. "Lalu dia?" Pria itu menunjuk Davin. "Apa kamu pikir aku nggak tahu, kalau laki-laki itu selama ini suka sama kamu!" Alan menggebrak meja, menarik perhatian sekitar.

Spontan Davin, menarik bahu Alan yang mencondongkan tubuhnya ke hadapan Rena. "Sebaiknya kita bicara di luar," kata Davin, menahan diri agar tidak meninggikan intonasi suaranya.

"Lepas!" Alan menepis kasar tangan Davin. "Jangan ikut campur, ini urusan gue sama Rena!" Ia menatap nyalang Davin, sorot matanya mengintimidasi. Tapi sama sekali tak membuat Davin terpengaruh ataupun gentar.

"Tapi Anda menyangkut pautkan saya, itu artinya saya juga terlibat. Jadi sebaiknya kita bicarakan ini di luar, jangan membuat keributan di sini," ujar Davin.

"DIEM LO——"

"ALAN!" bentak Rena, suaranya berhasil menginterupsi Alan. "Kamu benar, aku emang selingkuh sama Davin. Kamu puas? Kita juga akan segera menikah. Bukankah kita impas, kamu selingkuh dengan Vera, aku pun selingkuh dengan Davin. Nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan, aku nggak ada urusan lagi sama kamu," sarkas Rena, terpaksa berbohong dan melibatkan Davin. "Sayang, sebaiknya kita pergi. Nggak perlu meladeni manusia nggak tahu diri seperti dia!" Rena bangkit dari duduknya, berniat pergi. Tapi tiba-tiba Alan mencekal lengannya. "Alan lepas!"

"Nggak, urusan kita belum selesai." Alan menarik paksa Rena, tak peduli rontaan wanita itu.

Davin yang sudah tak bisa mengendalikan emosinya, langsung menarik bahu Alan, memberikan bogem mentah ke wajah pria itu ketika berbalik.

"Davin!" pekik Rena ketika melihat Alan tersungkur dan Davin terus menghujam pria itu dengan pukulan.  "Davin stop!" Namun pria itu tak menghiraukan teriakan Rena, keduanya saling baku hantam disaksikan oleh orang-orang di sekitar.

Bab terkait

  • Marry Me   9. Munafik

    Davin meringis, menahan sakit ketika Rena menekan lukanya dengan kapas yang sudah diberi cairan antiseptik. "Awww!"Rena mencebikkan bibirnya. "Sakit 'kan? Emang enak, lagian suruh siapa berantem. Jadi bonyok gini 'kan muka lo!" omel Rena, miris melihat wajah tampan Davin berubah babak belur setelah baku hantam dengan Alan tadi."Aww, pelan-pelan Ren. Lo kayanya dendam banget," keluh Davin, memasang ekspresi seakan orang yang paling teraniaya."Bodo amat! Suruh siapa juga lo berantem, sok jadi pahlawan kesiangan." Rena mengolesi salep ke sudut bibir Davin yang terluka."Terus, lo pengennya gue diem aja gitu lihat lo diseret-seret kaya kambing sama si brekele itu." Davin mendengkus. "Mana bisa Ren, lihat lo dibentak aja hati gue sakit.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • Marry Me   10. Hilang

    Keringat bercucuran dari dahi, napasnya memburu seirama dengan langkah kaki yang terus melaju. Tak peduli dengan embusan angin yang begitu dingin menusuk kulit, Rena terus berlari.Pagi buta, Rena berlari sendirian mengelilingi jalanan komplek menuju taman yang tak jauh dari rumahnya. Semalaman ia terjaga, memikirkan kisah cintanya yang rumit. Bahkan setelah putus dari Alan, pria itu masih menghubunginya, meminta kesempatan kedua.Rena sudah muak, ia sampai memblokir nomor Alan agar tidak bisa mengganggunya lagi. Tapi pria itu tak menyerah dan memakai nomor lain untuk meneror Rena. Sampai-sampai ia harus menonaktifkan ponselnya dan tak bisa memejamkan mata karena bayangan Alan terus menghantui pikirannya. Itu kenapa ia memutuskan lari pagi, berharap mampu melupakan sejenak masalah yang membelenggu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • Marry Me   Malaikat Penolong

    Vera terbangun ketika merasakan pergerakan di sampingnya, namun matanya tetap terpejam, pura-pura masih tertidur meski sebelah matanya sedikit terbuka untuk mengintip.Mau ke mana?Vera mengerutkan keningnya ketika melihat Alan bangun lebih dulu, pria itu keluar dari kamar mandi setelah mencuci muka dan langsung mengganti pakaiannya.Tadi malam Alan pulang ke apartemen Vera dalam keadaan mabuk. Entah apa yang terjadi, Vera tak sempat bertanya karena pria itu langsung menerkamnya dan mereka menghabiskan malam yang panas sampai dini hari. Namun tak seperti bisanya, Alan bangun pagi-pagi buta begini. Gelagat pria itu juga terlihat aneh, tampak tergesa-gesa.Apa dia menyembunyikan sesuatu?

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • Marry Me   Lucu

    "Apa lo bisa belajar membuka hati lo buat gue?"Kata-kata Davin terus terngiang, berputar-putar memenuhi isi kepalanya bagaikan radio rusak. Rena duduk termenung di tepi jendela, matanya memandangi embun di kaca setelah hujan deras mengguyur daerah rumahnya beberapa saat yang lalu.Semenjak kepulangannya tadi siang, Rena sengaja mengurung diri di kamar dan enggan ditemui oleh siapa pun. Ia ingin menenangkan diri, selain masih syok akan perlakuan Alan. Ia juga ingin merenungi permintaan Davin, berkali-kali pria itu meminta kesempatan. Seperti waktu di jalan menuju festival musik, Davin juga mengatakan hal yang sama. Pria itu terlihat sangat bersungguh-sungguh, membuatnya dilema. Bingung harus bagaimana, ia tak ingin menyakiti perasaan Davin yang sudah baik padanya. Tapi di sisi lain, ia masih belum yakin dengan dirinya sendiri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • Marry Me   Marry Me

    "Aaa ...." Teriakan Rena yang paling kencang di antara pengunjung lain. Bukan karena wahana yang memacu adrenalin, melainkan karena dada yang terasa sesak. "Huaaa!"Davin menolehkan kepalanya ke Rena, ketika tornado yang dinaikinya berhenti di atas. Matanya terfokus pada Rena, walau memakai masker dan kaca mata, ia bisa melihat ada tetes air mata di sudut mata wanita itu. Dadanya nyeri, melihat wanita yang begitu dicintainya terluka. Jika luka fisik, mungkin Davin bisa mengobati, tapi bagaimana dengan luka hati? Yang bisa ia lakukan hanya membuat Rena kembali tersenyum, dengan begitu luka di hatinya akan berangsur terlupakan. Meski ia sendiri tak tahu seberapa lama wanita itu akan memendamnya seorang diri."Huwaaa!" Davin memekik, ketika ia ingin menyeka sudut mata Rena, wahana tornado yang dinaikinya justru terjun ke bawah. "Huuuaaa ..

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • Marry Me   Bulan

    "Will you marry me."Suara itu berdengung di telinga Davin, tanpa mendapat tanggapan setelah beberapa menit terucapkan. Ia masih senantiasa menunggu, berlutut di hadapan seorang Rena Tara Ardiansyah, satu-satunya wanita yang telah menggetarkan hatinya selama setahun ini. Hari-harinya selalu dipenuhi bayangan Rena yang tak bisa digapai, bukan hanya terpaut oleh jarak, tapi juga sekat dalam rasa yang tak direstui oleh semesta. Di mana wanita itu sudah melabuhkan hatinya pada pria lain, namun ketika wanita itu kembali mencari sebuah tempat untuk berlabuh, dengan gagah berani Davin mengajukan diri. Bahkan tanpa ba-bi-bu langsung melamar Rena saat itu juga, ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk yang kesekian kali.Namun manusia hanya bisa berekspetasi tinggi, kadang hasilnya tak sesuai dengan yang diharapkan. Seperti itu yang Davin rasakan saat ini, merasa terombang-ambing, d

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • Marry Me   Ambyar

    Udara pagi berembus pelan, begitu menyejukkan ketika menerpa wajah yang dipenuhi dengan bulir keringat. Hawa dingin menusuk kulit, tak menghalau Rena untuk terus memacu laju kakinya. Sudah jadi rutinitasnya setiap pagi, ia akan berlari mengelilingi jalanan komplek menuju taman. Meski beberapa hari yang lalu ia mengalami insiden penculikan, nyatanya hal itu tak lantas membuat Rena takut untuk lari pagi sendirian.Napasnya memburu, Rena sedikit memelankan langkah kakinya. Ketika fokusnya tertuju di depan, tanpa ia sadari ada suara langkah kaki mendekat."Hai."Rena terkesiap, seketika menoleh saat merasakan embusan angin menerpa lehernya, bersamaan dengan suara bisikan yang menyapa gendang telinganya."Davin!" Rena memekik, langsung ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • Marry Me   Kadar Cinta

    Jangan pikulbebanmusendiri, izinkan aku jadi pundak kedua untuk memikul beban yang tak mampu kau pikul sendiri.-Davin-❤❤❤❤"Apa lo pikir dia bakal tanggung jawab?"Mungkin pertanyaan menohok yang Rena lontarkan pada Vera terdengar begitu kejam. Tapi sebenarnya, ia justru peduli pada wanita itu. Sebesar apa pun rasa bencinya pada Vera, nyatanya tak bisa dipungkiri jika Rena masih sangat menyayangi sahabatnya."Akan gue pertimbangkan, tapi gue nggak bisa menjanjikan apa pun ke lo. Karena ini bukan sekedar menyangkut gue, tapi juga keluarga gue. Mama, papa, kak Reyvan, gue nggak yakin mereka mau membebaskan Alan beg

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09

Bab terbaru

  • Marry Me   Hari Bahagia

    Rena mengernyit ketika mobil Davin berhenti di pelataran rumahnya, sorot matanya langsung tertuju pada barisan mobil yang terparkir di depan rumah—————nyaris memenuhi teras rumahnya.Ada apa ini?Rena bertanya-tanya, matanya memperhatikan keadaan rumahnya yang terpantau sepi meski banyak mobil terpakir di depannya.Apa ada tamu? Tapi siapa yang bertamu pagi-pagi begini? Hanya orang-orang kurang kerjaan yang bertamu sepagi ini. Bahkan mungkin orangtuanya baru terbangun. Di saat Rena sibuk dengan berbagai pertanyaan yang berseliweran di dalam kepalanya, dari arah samping suara Davin menginterupsi."Ayo." Davin sudah melepas sabuk pengaman, bersiap akan turun.

  • Marry Me   Dari Hati ke Hati

    Kitaperlu bicara, dari hati ke hati.-Davin-Davin berjalan gontai memasukiprivat roomdi klub miliknya. Ketika pintu terbuka, bunyi terompet berpadu dengan suara teriakan heboh dan percikan kertas kerlap-kerlip menyambutnya."Surprise!!" seru kelima pria tampan yang tak lain sahabat-sahabatnya sejak SMA.Namun, bukannya senang mendapat kejutan tak terduga dari para sahabatnya. Davin malah mendengkus pelan, wajahnya nampak kusut dan tak bersemangat. Langkahnya seperti zombi kelaparan, berjalan lesu menuju sofa tanpa menghiraukan satu pun para sahabatnya yang dibuat cengo oleh sikapnya."Lo kenapa?" tanya Rey

  • Marry Me   Salah Paham

    Dering ponsel memekakkan telinga, Rena yang masih terlelap di atas kasur empuknya mulai terusik oleh suara nada dering dari ponselnya yang begitu bising memenuhi ruang kamar. Kelopak mata Rena perlahan terbuka, ia menoleh ke samping, tangannya terulur meraih ponsel.Rena mendengkus pelan ketika melihat nama si penelepon yang muncul di layar, orang yang telah mengusik tidur lelapnya. Padahal semalam Rena pulang waktu dini hari, rasa kantuk jelas masih mendominasi meski saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi."Kenapa?" Rena langsungto the pointketika mengangkat panggilan dari kakaknya. "Mama?" Ia mengerutkan kening, sebelum akhirnya mengembuskan napasnya dengan kasar. "Kak Reyvan nelpon aku cuma buat nanyain mama di mana? Kakak 'kan bisa telepon langsung ke nomor mama, kenapa harus nelepon aku. Ganggu or

  • Marry Me   Mantan

    Acara lamaran antara Davin dan Rena sudah dilakukan seminggu yang lalu, kedua keluarga sudah memutuskan tanggal pernikahan yang akan digelar satu bulan lagi. Terkesan mendadak memang, namun itu demi kebaikan bersama mengingat banyak rumor tak sedang yang beredar. Demi menepis segala gosip miring itulah pernikahan keduanya dipercepat dan selama beberapa hari ini baik Rena dan Davin sudah sibuk mempersiapkan segala perlengkapan pernikahan keduanya, dibantu kedua orangtua masing-masing.Rena tersenyum manis ketika mendapat pesan dari Davin, pesan romantis dan terkesan ambigu seperti biasa. Ya, ia sudah terbiasa dengan kelakuan Davin, hal itu justru membuat Rena semakin mencintai pria itu. Davin yang romantis, terkadang nyeleneh, memberikan kesan berbeda di mata Rena."Iya, ini sudah selesai," ucap Rena ketika mengangkat panggilan telepon d

  • Marry Me   Camer

    Seperti biasa, saat Rena keluar dari rumah sakit sudah ada mobil Davin yang menunggu di depan lobi. Pria itustand bydi samping pintu mobil, menyunggingkan senyum manisnya ketika Rena menghampiri."Hai, makin cakep aja pacar aku." Dan seperti biasa, gombalan garing akan meluncur dari mulut Davin."Kenapa? Terpesona ya?" balas Rena, mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan Davin yang lebih tinggi darinya."Iya, nih," ucap Davin, kemudian mengecup kening Rena sampai membuat sang empu membeku sesaat."Davin!" pekik Rena setelah kesadaran mengambil alih, ia melirik ke sekitar di mana orang-orang tampak berseliweran keluar masuk rumah sakit, beberapa dari mereka mencuri pandang ke arahnya. "Rese!" Seraya menahan malu Ren

  • Marry Me   Pernikahan

    Lima menit berlalu, suasana hening masih menyelimuti ruang rawat Vera. Hanya embusan napas berat yang silih berganti antara dua orang wanita yang sama-sama membisu seribu bahasa. Kecanggungan antara Vera dan Rena terlihat jelas dari gestur tubuh keduanya, saling melirik satu sama lain, namun enggan membuka obrolan lebih dulu."Gimana?" Rena akhirnya buka suara setelah keheningan yang cukup lama, menurunkan sedikit egonya untuk berbicara lebih dulu. "Nggak ada yang sakit 'kan? Kata Dokter Maya, hari ini lo udah boleh pulang."Vera mendesis pelan, melirik sinis Rena. "Nggak usah sok perhatian lo! Bukannya lo seneng, lo pasti lagi bahagia banget 'kan lihat gue sengsara kaya gini?"Rena menghela napas panjang, tak terpancing akan ucapan Vera yang mencercanya. "Gue tahu Ver, ini nggak mudah

  • Marry Me   Kebesaran Hati

    Mengalah bukan berarti kalah, memaafkan bukan berarti salah, hanya sebuah proses dari sudut pandang berbeda yang menunjukkan kebesaran hati seseorang dalam mendewasakan diri.-Rena Tara Adriansyah-❤❤❤"TIDAK!!!" Tubuh Rena seketika merosot ketika melihat Vera nekad menjatuhkan diri dari tepian jembatan penyeberangan. Ia tak kuasa menahan tangis, tak berani membuka matanya untuk melihat tubuh Vera yang pasti hancur menghantam aspal jalanan Tol yang berada di bawah jembatan. Namun suara teriakan Vera menyentak gendang telinganya."LEPAS!""LEPASKAN GUE!""BIARIN GUE JATUH

  • Marry Me   Rumor

    Manusia, pencipta rumor paling kejam, penikmatgibah, pecanduhoaks.Mobil yang dikendarai Davin tiba di depan parkiran rumah sakit, sebenernya Davin ingin mengantar Rena sampai lobi. Namun wanita itu meminta diantarkan sampai parkiran saja, wanita itu tidak ingin orang-orang berspekulasi negatif jika melihat dirinya diantarkan oleh pria lain setelah rumor tak sedap tersebar luas atas gagalnya pernikahannya dengan Alan."Makasih, gue langsung masuk ya." Rena tersenyum manis, sembari melepas sabuk pengaman. Ia ingin bergegas keluar, takut kalau ada orang yang melihat. Bisa dibilang kalau saat ini Rena dan Davin memangBackstreet, ia belum siap untukgopublik. Bukan karena apa-apa, hanya saja ia tak

  • Marry Me   Pacar

    "Yes.""Tapi pacaran dulu ya."Davin tersenyum geli, membayangkan ekspresi Rena semalam saat menerima lamarannya. Di depan para tamu undangan Rena menganggukkan kepala sebagai jawaban, pipinya bersemu tampak malu-malu. Apalagi ketika Davin tanpa izin langsung memeluknya, beruntung Reyvan sudah merestuinya. Jika tidak, mungkin ia akan dihakimi oleh pria itu. Tapi di saat pelukan itulah Rena berbisik pelan, meminta waktu untuk saling mengenal lebih dekat lagi. Jadi keduanya sudah resmi pacaran sekarang.Senangnya dalam hati, baru punya pacar lagi. Seakan, dunia, hanya milik berdua.Plak!Itu lagu poligami kenapa lo aransemen liriknya Bambang!

DMCA.com Protection Status