Share

Chapter 4

Author: Ifah Zah
last update Huling Na-update: 2021-03-14 10:10:16

Sisa-sisa hujan semalam menyisakan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Namun, hal itu tidak dirasakan oleh sepasang manusia yang masih terlelap sambil berpelukan erat. Mereka menikmati keheningan dini hari jelang subuh ini dengan saling memberi kehangatan.

Semalam, saat mereka pulang dari restoran, hujan turun begitu deras. Karena lupa membawa mantel, mereka jadi basah kuyup saat tiba di apartemen. Mereka masuk ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Saat Nada sedang membuat susu jahe hangat, tiba-tiba sepasang lengan kekar muncul dari belakang dan melingkar di perutnya. Ia seketika menegang. Alfa tersenyum sembari meletakkan dagunya di bahu sang istri.

"Sedang apa?" tanya Alfa dengan berbisik.

Nada menghela napas untuk meredakan detak jantungnya yang terasa lebih cepat dari biasanya. Ia belum pernah seintim ini dengan lelaki mana pun.

"Aku sedang buat susu jahe. Mau?" Nada menawarkan susu jahe di tangannya.

"Mau, tapi aku kenyang. Kita minum segelas berdua, ya?" Alfa merajuk.

Nada tertegun. Minum susu segelas berdua? Oh, Allah. Itu hal yang pernah Rasulullah lakukan bersama istrinya dan kini suaminya ingin melakukannya bersama dirinya. Seketika hatinya menghangat.

"Bo-boleh, Kak," jawab Nada gugup. Alfa jadi tambah gemas melihat raut wajah istrinya yang tiba-tiba merona.

"Kak, mau sampai kapan meluk aku?"

"Ck! Meluk istri sendiri juga." Alfa merajuk lalu berdiri tegak dan merangkul pundak istrinya dan tangan satunya mengambil gelas yang berisi susu.

"Kita minum di kamar saja."

"Kak, bukannya kita gak sekamar?"

"Mulai malam ini, kita tidur sekamar! Bukankah sudah kubilang kalo aku ingin membuka hatiku untukmu? Ini adalah langkah selanjutnya. Aku ingin memelukmu sepanjang malam setiap harinya."

Mereka berjalan pelan menuju kamar Alfa. Nada duduk di ranjang terlebih dahulu sementara Alfa mengunci pintu kamarnya.

Alfa tersenyum melihat raut wajah gugup sang istri.

"Minum susunya, Nada!"

Nada menurut. Ia meminum seteguk, lalu gelas itu diambil kembali oleh Alfa dan meminumnya tepat di bekas bibir Nada. Begitu seterusnya hingga isi gelas itu habis.

"Nada," lirih Alfa.

Nada tersentak dari lamunan tentang semalam dan memandang wajah tampan sang suami. Ia tersenyum dan memberanikan diri mengusap pelan pipi kirinya. Ia takjub pada keagungan ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya.

"Nada."

"Iya, A'?"

Sejak semalam, Alfa meminta Nada memanggilnya dengan sebutan Aa'.

"Udah jam berapa?" tanya Alfa dengan mata masih terpejam.

Nada menengok ke arah jam dinding di tengah cahaya temaram lampu tidur.

"Jam setengah empat, A'," ujar Nada pelan.

"Nada." Alfa membuka kedua matanya perlahan lalu tersenyum melihat wajah cantik istrinya.

"Boleh?" tanya Alfa hati-hati.

"Boleh apa, A'?" Nada bertanya balik.

"Aku ingin menyentuhmu," kata Alfa dengan suara serak.

Semburat kemerahan terbit di wajah Nada. Alfa mengulum senyumnya karena wajah istrinya yang malu-malu.

"Boleh, gak?" tanya Alfa dengan tak sabar.

Nada mengangguk seraya menunduk. Alfa mengangkat wajah Nada dengan sebelah tangannya. Alfa memajukan wajahnya dan mengecup kening Nada beberapa saat, lalu beralih ke kedua pipi, hidung mancungnya, dan bibirnya. Melihat sang istri terpejam, Alfa memberanikan diri bertindak lebih jauh. Dalam hati, Alfa memuji kecantikan istrinya. Kecantikan yang hampir saja ia sia-siakan.

Tangan Alfa menyentuh Nada dengan lemah lembut dan menimbulkan rasa yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Saat ia masih bersama Nadia, mereka hanya sebatas ciuman bibir. Namun, kali ini berbeda. Bila ia dengan Nadia terselip nafsu, namun bersama Nada ia merasakan kasih sayang yang perlahan muncul di hati mereka. Ia tahu Nada belum berpengalaman dari cara Nada membalas ciumannya. Sekali lagi, Alfa bangga pada dirinya sendiri karena menjadi yang pertama untuk Nada.

Nada memukul pelan dada sang suami karena mulai kesulitan bernapas. Dengan tak rela, Alfa melepaskannya.

"Gimana, Sayang?" Alfa tersenyum saat melihat bibir sang istri yang membengkak.

"Aku," kata Nada dengan napas tak teratur, "Aku malu." Nada menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.

Alfa terkekeh geli.

"Betapa polosnya istriku," batin Alfa.

"Mau lanjut? Ini juga yang pertama bagiku. Kata orang, rasanya sakit di awal, tetapi setelah rasanya bikin melayang. Kamu penasaran, kan?" tanya Alfa dengan suara yang semakin berat. Seberat menahan hasratnya saat ini.

Nada mengangguk malu-malu.

"Setelah ini, aku tak akan berhenti, Sayang."

Mereka menyatukan diri dengan cara yang indah seraya berdoa agar Allah berkenan memberkahi rumah tangga mereka dan menitipkan anak-anak yang shalih dan shalihah untuk melengkapi kebahagiaan mereka. Mulai detik ini, mereka menghapus jarak dan mempererat kasih sayang.

"Nada." Alfa melepaskan diri setelah menikmati pelepasannya bersama istrinya.

"Iya, A'?"

"Terima kasih sudah menjaganya untukku." Alfa mengecup kening sang istri.

"Aku milikmu, A'. Sudah seharusnya aku menyerahkannya padamu," balas Nada sambil tersenyum.

"Apa aku menyakitimu?"

Nada menggeleng sambil tetap tersenyum.

"Ini sudah resikonya, A'. Aku gak akan pernah menyesal."

Alfa memeluk erat istrinya.

"Nada, aku harap kita tetap selalu bersama. Aku gak mau kamu pergi dari hidupku seperti apa yang sudah Nadia lakukan padaku," lirih Alfa.

Nada mengurai pelukannya dan menatap wajah suaminya dengan penuh kasih sayang.

"Aku gak akan pergi selama Aa' gak minta aku pergi."

"Karena aku memang gak akan pernah membiarkanmu pergi."

Suara azan subuh terdengar menghentikan aktivitas mereka.

"Mandi berjamaah, yuk! Abis itu baru shalat subuh berjamaah!" ajak Alfa.

Nada mengangguk lalu seketika ia menjerit saat Alfa menggendong tubuhnya menuju kamar mandi. Mereka pun mandi bersama. Mandi tanpa aktivitas yang lain-lain.

***

"Aa', bangun! Emang Aa' gak ke kantor?" Nada putus asa. Sang suami masih betah di kasur setelah mereka bermain panas di ranjang padahal sudah pukul 07.30. Setelah shalat subuh, Alfa kembali menggoda istrinya untuk berusaha menghadirkan Alfa dan Nada junior di tengah-tengah mereka.

"Masih ngantuk, Sayang."

Bukannya bangun, Alfa malah menarik tangan istrinya dan memeluk erat tubuhnya.

"Kamu wangi banget," lirih Alfa.

"Ya iyalah! Aku kan udah mandi. Udah, A'. Sekarang mandi!"

"Aku lagi malas ngantor, Sayang. Hari ini aku mau di rumah sama kamu."

"Ck! Mentang-mentang CEO, malah ngantor seenaknya. Udah deh, pergi mandi terus ke kantor! Aku gak mau punya suami pemalas!" gerutu Nada.

Alfa menyerah. Ia bangun dan duduk di ranjang. Setelah itu, ia berdiri dan berjalan ke kamar mandi setelah sempat mencuri kecupan dari bibir istrinya.

Nada tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Ia merapikan tempat tidur dan saat ia menyibak selimut, ia melihat bercak darah. Terbayang kembali percintaan panasnya dengan sang suami. Rasa nyeri masih terasa di bagian intinya. Namun, ia tak menyesal. Baginya, Alfa berhak mendapatkan apa yang selama ini sudah ia jaga.

Setelah mengganti seprei dengan sarung bantal, ia keluar dari kamar dengan membawa seprei dan sarung bantal yang kotor karena ulah mereka. Ia kembali ke kamar untuk mengambilkan pakaian yang akan Alfa pakai ke kantor. Seulas senyum kembali terukir di wajahnya. Ia telah menjadi istri yang seutuhnya. Ia meletakkannya di ranjang dan keluar untuk membuat sarapan.

Nada meletakkan roti bakar beserta selai kacang, stroberi, dan coklat di meja. Secangkir kopi dan segelas susu hangat juga sudah tersedia. Melihat suaminya keluar dari kamar, Nada tersenyum.

"Masya Allah, suamiku tampan sekali." Nada mengecup pipi suaminya.

"Di sini juga, dong!" rajuk Alfa sambil menunjuk bibirnya.

Nada menurut, tetapi saat ia hendak melepaskan kecupannya, Alfa menahan tengkuknya dan melumat bibirnya dengan rakus.

"Ya Allah, A'! Kan bengkak lagi, deh!"

"Biarin aja. Salah sendiri kenapa bibirmu bikin aku kecanduan," ujar Alfa asal.

Nada mencebik sambil meletakkan roti bakar di piring yang ada di depan suaminya lalu mengambil selembar roti lagi untuk dioles selai.

"Mau selai rasa apa, A'?"

"Selai rasa kamu, boleh?" Alfa mengedipkan matanya sebelah.

"Aa!"

Alfa tertawa melihat ekspresi kesal istrinya.

"Stroberi aja, Sayang."

Nada menurut. Setelah mengoleskan selai stroberi dan memberikannya pada Alfa, ia mengambil lagi dua lembar roti untuk dioles selai coklat dan kacang.

"Sayang, hari ini kamu ke kampus?"

"Aku gak ada kelas hari ini, A'. Jadi, aku di rumah aja beres-beres. Kenapa?" tanya Nada sambil mengunyah roti bakarnya.

"Nanti, kalo kamu ngajar, perginya gak isah pake motor, ya!"

"Lho, kenapa? Kan biar lebih cepat."

"Aku yang akan antar kamu ke mana pun kamu pergi!"

Nada tersenyum mendengar Alfa begitu perhatian padanya.

"Aa' gak keberatan? Nanti malah bikin Aa' repot lagi."

"Aku yang nawarin, masa aku yang keberatan. Udah seharusnya aku jagain kamu."

"Oke! Aku ikut mau kamu."

"Ugh! Istri siapa sih ini? Shalihah banget, deh!" ucap Alfa gemas sambil mencubit pelan pipinya.

"Istrinya Alfarezel Narendra, dong!" balas Nada sambil mengedipkan matanya sebelah.

Kaugnay na kabanata

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 5

    Gunawan menatap datar sang putri yang sudah sebulan ini menghilang. Nadia menatap sendu sang ayah sambil terisak di pelukan Viana."Masih ingat pulang kamu!" sinis Gunawan."Papa, maafin Nadia," lirih Nadia."Kamu sudah mempermalukan Papa di hadapan semua orang dan kamu tiba-tiba muncul hanya dengan membawa kata maaf?" geram Gunawan."Papa, aku nyesal. Aku bakal jadi kok nikah sama Alfa.""Sudah terlambat," ujar Gunawan dingin."Terlambat? Apa maksud Papa?" tanya Nadia heran."Alfa sudah menikah dengan adikmu.""Gak! Gak mungkin! Alfa cuma cintanya sama aku!" jerit Nadia histeris."Kamu harus terima kenyataan ini, Sayang. Nada sudah menjadi istri Alfa. Semua ini kami lakukan demi nama baik keluarga kita dan keluarga Narendra, Nak!" ujar Viana."Aku nyesel, Ma. Aku nyesel ninggalin Alfa. Aku gak bisa biarin Nada bahagia sama Alfa, Ma. Alfa dan aku saling cinta, Ma!" Tangis Nadia tak terbendung lagi. Ia sungguh menyesali keko

    Huling Na-update : 2021-03-14
  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 6

    Alfa melangkah pelan memasuki ruang kerjanya sambil berbicara dengan sekretarisnya membahas tentang hasil rapat mereka tadi pagi. Ia melirik arloji di lengan kirinya. Ia pun memerintahkan sekretarisnya untuk istirahat sebelum bekerja lagi. Ia juga sudah tak sabar memakan masakan istrinya yang ia bawa dari rumah.Senyuman Alfa luntur seketika saat ia melihat seseorang yang telah meninggalkannya begitu saja. Ia menutup pintu ruangannya agar tak ada orang lain yang melihat mereka."Hai! Apa kabar?" sapa Nadia."Cih! Tiba-tiba hilang, tiba-tiba juga muncul. Sekarang, apa maumu?" tanya Alfa geram."Mauku? Kamu! Aku mau kita melanjutkan rencana kita...""Tak ada lagi rencana kita! Sejak kau pergi, sejak itu pula hubungan kita berakhir!" sergah Alfa."Apa cewek sok suci itu sudah meracuni pikiranmu?""Wanita yang kau sebut sok suci itu adalah istriku dan juga adik kandungmu! Bagaimana mungkin ada orang yang benci pada adiknya sendiri!""Aku!

    Huling Na-update : 2021-03-15
  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 7

    Tania sedang membuat kue brownies di dapur. Narendra yang kesal karena merasa diabaikan segera beranjak dari sofa ruang keluarga menuju dapur dan memeluk Tania dari belakang."Sayang, sibuk banget sampai cuekin aku," rajuk Narendra."Ini lho, Sayang. Aku buat brownies untuk anak-anak kita.""Anak-anak?""Ih, Alfa sama Nada mau datang. Tadi pagi mereka nelpon. Tapi kok sampai sekarang belum datang, ya? Udah mau sore ini.""Paling lagi usaha, Sayang.""Usaha apaan?""Buatin kita cucu," bisik Narendra.Tania tersenyum malu-malu menanggapi ucapan Narendra."Uh! Sayangnya aku kok malu-malu gini? Kita udah nikah puluhan tahun, tapi masih malu-malu aja bahas gituan.""Udah, ah! Aku lagi sibuk."Narendra tertawa sambil mengacak rambut sang istri yang sudah memutih."Sayang, aku bantu, ya! Biar cepat selesai.""Rajinnya ayahnya Alfa. Ya udah, ayah masukin ini ke oven, tapi keluarin dulu yang ada di dalam itu. Udah

    Huling Na-update : 2021-03-16
  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 8

    Seorang pria berketurunan Spanyol sedang mengamati beberapa lembar foto yang dibawa oleh salah satu mata-mata yang ia tugaskan ke Indonesia. Ia tersenyum kecil saat melihat salah satu foto. Foto itu adalah hasil USG terakhir Nadia yang berhasil sang mata-mata minta pada dokter kandungan yang biasa Nadia kunjungi."Aku tak menyangka. Akhirnya aku akan memiliki anak," lirihnya."Kapan Anda kembali ke Indonesia?""Sebentar lagi. Aku sudah persiapkan semuanya. Begitu anak itu lahir, aku akan segera menikahinya.""Tapi, dia masih sering ke kantor Alfa.""Aku tahu. Dia masih saja terobsesi pada pria itu.""Apa kita perlu bertemu dengan Alfa?""Tak perlu. Karena Alfa sudah memiliki istri, dia tentu tak mungkin mengkhianati istrinya. Aku hanya perlu meminta Nadia untuk membuka matanya agar dia melihatku. Dia wanita pertama yang kuambil kesuciannya, juga wanita yang kucintai selama ini. Aku tak akan bertindak pengecut lagi."Carlos bertekad ing

    Huling Na-update : 2021-03-19
  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 9

    Nada tengah menunggu sendirian sambil membuka akun media sosialnya di ponselnya di depan ruang KIA. Sang suami pergi ke toilet. Tak lama kemudian, giliran Nada yang dipanggil oleh perawat untuk masuk ke ruangan. Sebelumnya, ia sudah diminta perawat untuk cek tekanan darah dan berat badan."Selamat sore, Ibu Nada!" sapa sang dokter ramah."Sore, dokter!" balas Nada sambil tersenyum."Silakan duduk!"Nada pun duduk di hadapan dokter Veronica."Ini kunjungan pertama, ya, Bu?""Iya, dokter.""Hmm, tekanan darah Anda agak rendah, ya. Anda merasa mual atau pusing?""Saya gak mual. Saya cuma sedikit pusing."Alfa masuk setelah dipersilakan oleh perawat di luar."Maaf, ya! Tadi antri di toilet," ujar Alfa pada Nada."Gak apa-apa, kok. Aku juga baru masuk.""Ibu, silakan naik di sini! Kita cek kondisi janin Anda lewat USG," ujar dokter itu. Ia mengambil tangan Nada seraya menuntun Nada berbaring di atas tempa

    Huling Na-update : 2021-03-20
  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 10

    Pukul 02.00, Nada terbangun dan tiba-tiba merasa lapar. Dengan perlahan, ia berusaha melepaskan pelukan posesif Alfa. Namun, sang suami sepertinya menyadari gerakannya."Sayang," panggil Alfa dengan suara serak.Nada tersenyum seraya mencium bibir Alfa."Aku lapar. Aku mau ke dapur dulu.""Biar aku saja yang membuatkan makanan untukmu.""Tidak perlu, Aa'. Aku cuma mau makan martabak yang kita beli semalam.""Aku mau nemenin kamu.""Aku tahu kamu capek banget. Kamu tidur lagi aja," ujar Nada sambil mengusap rahang Alfa."Aku gak bisa tidur kalo gak meluk kamu," rajuk Alfa.Nada terkekeh geli. Semakin hari, suaminya semakin manja padanya. Ia pergi ke kamar mandi di tengah malam saja, suaminya juga ikut terbangun dan baru akan tidur kalo ia sudah ada di sampingnya. Sangat posesif, bukan? Siapa yang akan menyangka, dua orang yang selalu merasa asing tinggal seatap kini tak bisa lagi berpisah walau hanya sebentar."Aa', aku cuma

    Huling Na-update : 2021-03-23
  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 11

    Setelah makan siang bersama, Fandi mengajak Nada jalan-jalan ke mall. Fandi ingin memanjakan sang adik dengan barang-barang yang adiknya inginkan. Ia bahkan membelikan paket perawatan wajah dan tubuh untuknya. Sudah lama sekali rasanya ia tak melihat tingkah manja Nada."Ada lagi yang mau kamu beli?" tanya Fandi sambil mengajaknya duduk di salah satu kedai es krim. Fandi memesan es krim untuk dirinya dan adiknya pada salah satu pelayan, lalu pelayan itu pergi."Ini kebanyakan, Kak. Yang aku mau cuma satu gamis, satu jilbab, sama skincare. Ini malah jadi kayak habis borong satu mall!" Nada mencebik.Fandi terkekeh melihat ekspresi adiknya."Sengaja. Sekali-sekali kan gak apa-apa. Sama adik sendiri ini," ujar Fandi sambil tersenyum."Sama istri kapan?" tanya Nada jahil.Fandi memutar bola matanya malas."Karena gak jadi hari ini, ya besok!" celetuknya asal.Nada memukul lengan Fandi."Astaga, Dek! Kamu kok mukul Kakak, sih

    Huling Na-update : 2021-03-26
  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 12

    Pukul 21.00, Nada terbangun saat merasakan mual di perutnya. Dengan tergesa-gesa, wanita itu melepaskan pelukan erat di perutnya dan berlari ke kamar mandi. Hal itu membuat Alfa terkejut. Pria itu menyusul ke kamar mandi untuk melihat keadaan istrinya."Sayang, masih mual?" tanya Alfa seraya memijat tengkuk sang istri."Kenapa ke sini, A'? Kan gak enak kalau kamu lihat aku muntah-muntah," timpal Nada lirih."Aku harus membiasakan diriku, Sayang. Kamu juga begini karena mengandung anakku," ujar Alfa lembut.Nada segera berkumur dan membersihkan bekas muntahannya di wastafel."Aa', aku lapar!" rengek Nada yang memeluk lengan sang suami dengan manja. Alfa terkekeh mendengarnya."Ya sudah. Kita makan dulu. Makan malam kita yang tertunda," ujar Alfa sembari mengedipkan sebelah matanya."Memangnya siapa yang membuat kita terlambat makan malam?" sindir Nada.Lagi-lagi Alfa terkekeh dan segera menggendong tubuh istrinya menuju ruang ma

    Huling Na-update : 2021-05-01

Pinakabagong kabanata

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 16

    Alfa terbaring lemah di ranjang, menunggu sang istri yang sedang membersihkan dirinya di kamar mandi. Kedua matanya terpejam sembari berusaha menahan rasa sakit di kepalanya. Perlahan, setetes darah keluar dari lubang hidungnya."Ya Allah, apa yang harus kukatakan pada istriku?" gumamnya, lirih.Pintu kamar mandi terbuka. Nada tampak lebih segar dengan pakaian lengkap yang menempel di tubuhnya. Ia membawa baskom kecil berisi air hangat dan selembar handuk kecil. Ia ingin menyeka tubuh suaminya dan mengganti pakaiannya agar ia merasa nyaman."Aa', aku buka pakaiannya, ya!" ujar Nada.Alfa mengangguk lemah. Tubuhnya benar-benar terasa sangat lemah saat ini.Sementara istrinya menyeka tubuhnya, Alfa memperhatikan wajah cantik wanita yang tengah mengandung darah dagingnya. Sungguh, ia tak sampai hati bila akhirnya ia akan meninggalkan istrinya."Aa' kenapa?" tanya Nada khawatir.Alfa menarik perlahan lengan Nada agar ia bisa memeluk tubuh wanita yang ia cintai."Maaf, Sayang. Aku sudah me

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 15

    Nada terbangun saat ia merasakan hembusan napas teratur di ceruk lehernya. Tak lupa sebuah lengan kekar yang memeluknya begitu erat. Pukul 02.00 dini hari saat ini. Perlahan, ia menoleh ke arah suaminya yang masih terlelap. Seulas senyum tipis terpatri di wajah cantiknya. Ia perhatikan kedua mata Alfa yang tertutup rapat beserta alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, pipinya yang tirus, kumis dan janggut yang mulai tumbuh lebat, dan bibirnya yang tipis. Wajahnya tiba-tiba merona lalu menunduk ketika mengingat kejadian tadi. Mereka sempat menghabiskan waktu dan tenaga dalam permainan panas. Tiba-tiba sebuah kecupan terasa di keningnya. Nada mendongak pada sang suami yang kini tersenyum jahil."Tidurlah lagi, Sayang!" Suara serak Alfa terdengar begitu seksi di telinga Nada."Aku ingin ke kamar mandi, A'."Nada berusaha melepaskan pelukan Alfa yang semakin terasa erat."Please, deh, A'! Aku gak mau pipis di sini!"Alfa membuka matanya. Ia terkekeh lal

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 14

    Nada meletakkan bantal di bawah kepala Nadia secara perlahan. Setelah itu, ia pandangi wajah sang kakak yang tertidur lelap di sofa ruang tamu. Masih terlihat jelas jejak air mata di pipinya akibat terlalu lama menangis. Nada menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Mendengar pengakuan kakaknya tentang pria yang telah menghamilinya membuatnya merasa kasihan. Namun, di sisi lain, ia juga tak habis pikir karena Nadia meminta Alfa bertanggung jawab atasnya. Relakah Nada? Tentu saja tidak. Ia tak akan membiarkan hal itu terjadi. Baginya, hubungan mereka hanyalah tinggal kenangan dan sebagai seorang istri, ia pun berhak mempertahankan rumah tangganya dengan pria yang sangat ia cintai. Ia tidak peduli bila ia harus berurusan dengan ayahnya yang sangat keras kepala itu. Toh sejak awal, ia sudah dianggap durhaka olehnya. Suara pintu terbuka membuatnya menoleh ke arah pintu. Ia menjawab salam sembari tersenyum lalu menghampiri suaminya yang juga tersenyum pad

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 13

    Sinar matahari semakin terasa menyengat saat Nadia bangun dari tidurnya. Ia menengok ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 10.00. Akhir-akhir ini, ia semakin sulit tidur karena perutnya yang semakin besar membuatnya semakin tidak nyaman. Ia pun segera ke kamar mandi karena ia sangat ingin buang air kecil. Setelah menuntaskan hajatnya, ia segera turun menuju dapur. Ia melihat ibunya sedang bersantai di ruang keluarga. "Pagi, Mama!" seru Nadia. Viana hanya menatapnya sekilas lalu kembali menonton layar datar berukuran 42 inchi. Hati Nadia serasa tercubit karena sang ibu bersikap acuh tak acuh padanya. Ia memilih ke dapur untuk memakan apa saja yang tersedia di sana. Saat ia membuka tudung saji, ia tidak mendapatkan apa-apa. Ia mendengus kesal, lalu ia membuka kulkas dan hanya mendapatkan telur dan sosis. Ia pun membuat omelet sebagai menu sarapan pagi yang sudah sangat terlambat. "Baguslah kalau kamu tahu diri! Karena mulai saat ini, kamu harus belajar mem

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 12

    Pukul 21.00, Nada terbangun saat merasakan mual di perutnya. Dengan tergesa-gesa, wanita itu melepaskan pelukan erat di perutnya dan berlari ke kamar mandi. Hal itu membuat Alfa terkejut. Pria itu menyusul ke kamar mandi untuk melihat keadaan istrinya."Sayang, masih mual?" tanya Alfa seraya memijat tengkuk sang istri."Kenapa ke sini, A'? Kan gak enak kalau kamu lihat aku muntah-muntah," timpal Nada lirih."Aku harus membiasakan diriku, Sayang. Kamu juga begini karena mengandung anakku," ujar Alfa lembut.Nada segera berkumur dan membersihkan bekas muntahannya di wastafel."Aa', aku lapar!" rengek Nada yang memeluk lengan sang suami dengan manja. Alfa terkekeh mendengarnya."Ya sudah. Kita makan dulu. Makan malam kita yang tertunda," ujar Alfa sembari mengedipkan sebelah matanya."Memangnya siapa yang membuat kita terlambat makan malam?" sindir Nada.Lagi-lagi Alfa terkekeh dan segera menggendong tubuh istrinya menuju ruang ma

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 11

    Setelah makan siang bersama, Fandi mengajak Nada jalan-jalan ke mall. Fandi ingin memanjakan sang adik dengan barang-barang yang adiknya inginkan. Ia bahkan membelikan paket perawatan wajah dan tubuh untuknya. Sudah lama sekali rasanya ia tak melihat tingkah manja Nada."Ada lagi yang mau kamu beli?" tanya Fandi sambil mengajaknya duduk di salah satu kedai es krim. Fandi memesan es krim untuk dirinya dan adiknya pada salah satu pelayan, lalu pelayan itu pergi."Ini kebanyakan, Kak. Yang aku mau cuma satu gamis, satu jilbab, sama skincare. Ini malah jadi kayak habis borong satu mall!" Nada mencebik.Fandi terkekeh melihat ekspresi adiknya."Sengaja. Sekali-sekali kan gak apa-apa. Sama adik sendiri ini," ujar Fandi sambil tersenyum."Sama istri kapan?" tanya Nada jahil.Fandi memutar bola matanya malas."Karena gak jadi hari ini, ya besok!" celetuknya asal.Nada memukul lengan Fandi."Astaga, Dek! Kamu kok mukul Kakak, sih

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 10

    Pukul 02.00, Nada terbangun dan tiba-tiba merasa lapar. Dengan perlahan, ia berusaha melepaskan pelukan posesif Alfa. Namun, sang suami sepertinya menyadari gerakannya."Sayang," panggil Alfa dengan suara serak.Nada tersenyum seraya mencium bibir Alfa."Aku lapar. Aku mau ke dapur dulu.""Biar aku saja yang membuatkan makanan untukmu.""Tidak perlu, Aa'. Aku cuma mau makan martabak yang kita beli semalam.""Aku mau nemenin kamu.""Aku tahu kamu capek banget. Kamu tidur lagi aja," ujar Nada sambil mengusap rahang Alfa."Aku gak bisa tidur kalo gak meluk kamu," rajuk Alfa.Nada terkekeh geli. Semakin hari, suaminya semakin manja padanya. Ia pergi ke kamar mandi di tengah malam saja, suaminya juga ikut terbangun dan baru akan tidur kalo ia sudah ada di sampingnya. Sangat posesif, bukan? Siapa yang akan menyangka, dua orang yang selalu merasa asing tinggal seatap kini tak bisa lagi berpisah walau hanya sebentar."Aa', aku cuma

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 9

    Nada tengah menunggu sendirian sambil membuka akun media sosialnya di ponselnya di depan ruang KIA. Sang suami pergi ke toilet. Tak lama kemudian, giliran Nada yang dipanggil oleh perawat untuk masuk ke ruangan. Sebelumnya, ia sudah diminta perawat untuk cek tekanan darah dan berat badan."Selamat sore, Ibu Nada!" sapa sang dokter ramah."Sore, dokter!" balas Nada sambil tersenyum."Silakan duduk!"Nada pun duduk di hadapan dokter Veronica."Ini kunjungan pertama, ya, Bu?""Iya, dokter.""Hmm, tekanan darah Anda agak rendah, ya. Anda merasa mual atau pusing?""Saya gak mual. Saya cuma sedikit pusing."Alfa masuk setelah dipersilakan oleh perawat di luar."Maaf, ya! Tadi antri di toilet," ujar Alfa pada Nada."Gak apa-apa, kok. Aku juga baru masuk.""Ibu, silakan naik di sini! Kita cek kondisi janin Anda lewat USG," ujar dokter itu. Ia mengambil tangan Nada seraya menuntun Nada berbaring di atas tempa

  • Married With My Sister's Fiance   Chapter 8

    Seorang pria berketurunan Spanyol sedang mengamati beberapa lembar foto yang dibawa oleh salah satu mata-mata yang ia tugaskan ke Indonesia. Ia tersenyum kecil saat melihat salah satu foto. Foto itu adalah hasil USG terakhir Nadia yang berhasil sang mata-mata minta pada dokter kandungan yang biasa Nadia kunjungi."Aku tak menyangka. Akhirnya aku akan memiliki anak," lirihnya."Kapan Anda kembali ke Indonesia?""Sebentar lagi. Aku sudah persiapkan semuanya. Begitu anak itu lahir, aku akan segera menikahinya.""Tapi, dia masih sering ke kantor Alfa.""Aku tahu. Dia masih saja terobsesi pada pria itu.""Apa kita perlu bertemu dengan Alfa?""Tak perlu. Karena Alfa sudah memiliki istri, dia tentu tak mungkin mengkhianati istrinya. Aku hanya perlu meminta Nadia untuk membuka matanya agar dia melihatku. Dia wanita pertama yang kuambil kesuciannya, juga wanita yang kucintai selama ini. Aku tak akan bertindak pengecut lagi."Carlos bertekad ing

DMCA.com Protection Status