***Beberapa saat sebelumnya***Keheningan yang tiba-tiba terasa mencekam membuat Flora membuka perlahan kedua matanya. Gadis itu pun seketika terkejut, saat melihat bahwa dirinya telah berada di sebuah kamar yang begitu asing.Ia semakin terkesiap kaget ketika menyadari bahwa dirinya telah berbaring di atas ranjang bertiang besi di ke-empat sudutnya, dengan bertutupkan kelambu tipis putih bersih yang sedikit melambai-lambai karena tertiup angin sepoi-sepoi dari ventilasi.Flora pun baru tersadar bahwa dirinya sudah bukan lagi berada di mobil Pak Adam, dan mungkin saat ini ia telah sampai di villa Noah Wrighton... atau jangan-jangan sekarang dia malah berada di scene adegan film horor!Bulu kuduk Flora pun merinding karena ngeri, saat menatap tempat tidur yang mirip seperti ranjang di film seram yang pernah ia tonton. Bertiang, dan berkelambu putih. Hiiiih...Karena ketakutan, tanpa pikir panjang Flora pun langsung saja loncat kodok dari ranjang itu. BRRRUUUKKK!!!"Aaawww!!!" Akibat
"Ngomong-ngomong, itu benjol kenapa?" Adam menahan langkah Flora yang hendak membawanya serta ke teras, ketika memperhatikan kening Flora sambil mengernyit. "Perasaan tadi nggak ada benjol pas aku gendong kamu ke kamar deh." Flora pun seketika tersadar dan menarik surai ikal untuk menutupi jidat seksinya yang sekarang tidak seksi sama sekali. "Oh, ini? Tadi kejedot lantai," sahut Flora cuek. Adam sampai tercengang mendengarnya. "Gimana ceritanya kamu bisa kejedot lantai, Floraaa??" Tukasnya kaget. Ajaib banget memang nih cewek. "Udah, nggak usah dibahas deh, Pak!" Flora menarik tangan Adam untuk mengajaknya berjalan ke bagian teras villa. Ia akan menyapa Pak Noah yang baru datang bersama Pak Yono penjaga villa dari belanja bahan-bahan untuk pesta barbecue nanti malam "Halo, Pak Noah. Apa kabar?" Flora tersenyum pada seorang lelaki paruh baya yang masih terlihat sangat gagah di usianya yang tak lagi muda itu. Sosoknya mirip sekali dengan Adam, kecuali rambutnya yang
Suara debat kecil dan kekehan pelan itu membuat Noah yang berkuda menyusul di belakang mereka pun tersenyum simpul. Lain halnya dengan Anya yang juga ikut berkuda, wajahnya terlihat sendu dan muram. Tidak seperti Flora yang berada di atas kuda yang sama dengan Adam, Noah dan Anya menaiki kudanya masing-masing, karena Anya memang cukup mahir berkuda sejak menjadi Nyonya Wrighton.Flora menyikut perut Adam agar tidak lagi menumpukan dagu di pundaknya, saat mendengar suara derap perlahan dari langkah kuda dari belakang. Tanpa perlu menoleh, sudah bisa dipastikan bahwa itu adalah Noah dan istrinya yang sedang berkuda menyusul mereka. "Pak, awas ih! Itu kan ada Pak Noah dan Nyonya Anya di belakang. Malu," guman Flora sambil menggerak-gerakkan pundaknya dengan risih karena masih saja ditempeli dagu milik Adam."Ck! Mereka gangguin aja sih," sungut lelaki itu yang akhirnya mengangkat dagunya. Tapi sebelum benar-benar menegakkan punggungnya, dengan jahil ia malah mendaratkan dua kecupan
"Apa kamu bisa jaga rahasia?" Perasaan Flora pun langsung tidak enak mendengar pertabyaan Noah barusan Tunggu sebentar. Jaga rahasia?? Aduh, si Tuan Besar Wrighton ini belum tahu aja kalau nama lengkapnya adalah Flora 'ember bocor' Shalsabilla! Gimana mau jaga rahasia kalau motto dalam hidupnya adalah "tiada hari tanpa gibah"? Dulu waktu Aluna masih bekerja, mereka sering membicarakan gosip-gosip seru sembari makan siang. Kadang-kadang juga bersama Mbak Karla, sekretaris CMO yang sama gesreknya dengan mereka kalau masalah gibah-menggibah. Sebenarnya Flora ingin menolak saat Pak Noah bertanya apakah ia bisa menjaga rahasia, karena ia memang tidak bisa. Tapi karena merasa sungkan dengan beliau, terpaksa Flora pun menganggukkan kepalanya.'Lagian rahasia apa sih? Apa itu ada hubungannya dengan Pak Adam? Hisssh... kepo banget kan jadinya!'Noah pun tersenyum, lalu menghirup kopi black espressonya sebelum mulai bercerita. "Aku mengidap kanker nasofaring stadium tiga," ucapnya data
"Jika... pengobatanku tidak berhasil... jika aku memang ditakdirkan tidak akan bisa bertahan lagi di dunia ini. Bisakah kamu memastikan kalau Adam dan Anya akan kembali bersama?"Sekarang Flora benar-benar tercengang mendengar permintaan tak biasa dari Noah itu. Jadi, Noah sudah tahu bahwa antara Adam dan Anya masih ada cinta yang belum sirna? Wow. Flora sampai speechless dibuatnya.Noah menghela napas penuh beban dengan raut menyesal tergambar di wajahnya. "Maaf. Aku tahu ini tak adil untukmu, Flora. Ini egois. Tapi--""Kenapa harus menunggu nanti, Pak? Kenapa tidak sekarang saja?" Potong Flora tiba-tiba. "Jika Anda memang benar-benar menyesal dan ingin menebus kesalahan sekaligus ingin membahagiakan putra Anda, kenapa tidak membuat mereka kembali bersama mulai dari detik ini juga??" Cetus Flora dengan wajah datarnya.***"Floraa?" Adam mengernyitkan dahinya saat ia telah kembali ke lantai satu dan tidak melihat Flora dimana-mana. Bukan cuma gadis itu, bahkan Dad pun juga tak ada
Flora terpekik kaget saat Adam menurunkan tubuhnya dengan mendadak, membuat punggungnya terhempas keras dan tertabrak batang pohon besar.Namun ia jauh lebih kaget lagi, ketika alih-alih mengira Adam akan meninggalkannya sendirian di dalam hutan, namun ternyata lelaki itu malah kembali menyerang bibirnya dengan buas dan terburu-buru. Dan sialannya, dirinya pun ikut terpancing.Entah karena euforia setelah terlepas dari ketakutan saat melaju kencang di atas kuda, atau karena terpengaruh dengan suasana hutan yang senyap dan damai, atau......karena sosok luar biasa tampan yang damage-nya terasa semakin parah, sejak Flora melihatnya menaiki kuda dengan elegan tanpa pelana.Sosok yang sedang memagut bibirnya bagaikan menyantap makanan yang sangat lezat, dan tak ingin berbagi dengan siapa pun. Demi Spongebob dan jaring ubur-uburnya yang konyol itu, Flora mengakui kalau Adam benar-benar good kisser yang membuatnya melambung dan melupakan segalanya.Flora bahkan sudah tidak mengingat janji
Flora tercenung mendengar perkataan semi ancaman dari Anya tadi. Ini memang salahnya. Bukankah Flora sudah berjanji kepada Noah untuk menyatukan Adam dan Anya kembali? Tapi kenapa malah dirinya yang tergelincir semakin dalam pada godaan Adam? Flora pun mendesah lelah. Sudahlah! Lain kali ia berjanji tidak akan tergoda lagi, meskipun memang sangat sulit menolak Adam dengan sikap seduktifnya yang membuat melayang. Pipinya seketika merona ketika mengingat bagaimana lelaki itu mengecupnya dengan sangat mahir. Ck. Pantas saja dia player!Selain tampan, Adam juga sangat piawai memperlakukan wanita dengan baik.Flora pun akhirnya cepat-cepat mengeringkan rambutnya, lalu mengambil botol kaca berisi foundation high coverage yang tadi diletakkan Anya di meja riasnya. Gadis itu menutupi jejak merah di lehernya dengan membubuhkan foundation merata di kulitnya. Done.Ia pun tersenyum puas melihat hasilnya. Karena sekarang perutnya tiba-tiba merasa lapar, Flora memutuskan untuk membuka kulka
"Kebetulan. Aku memang lagi butuh samsak hidup sekarang," ucap Adam dengan mata berkilau penuh makna. "Dia cewek gue, njing. Lo berani nyentuh dia, jangan salahin kalau tangan lo gue patahin."Lalu sebuah bogem mentah pun melayang dengan sangat cepat hingga Raiden tak sempat untuk mengelak."Pak Adam!" Pekik Flora kaget, ketika Raiden yang wajah yang telah lebam terluka itu pun tak serta merta diam saja, dan membalas dengan memukul ulu hati Adam. Baku hantam pun tak bisa lagi dihindarkan. Pukulan demi pukulan saling dilayangkan, hingga akhirnya bagian keamanan night club datang untuk melerai kedua lelaki rupawan namun dengan wajah dan tubuh yang sama-sama babak belur berantakan. "Mas Raiden Abhyaksa?!" Salah seorang petugas keamanan berseru kaget menatap lelaki yang terlihat masih berontak sekuat tenaga ketika dipisahkan. "Mohon maaf atas kejadian ini, Mas. Tapi jika boleh tahu, sebenarnya apa yang terjadi?""DIA YANG MEMULAINYA!" Bentak Raiden gusar sambil menunjuk Adam yang ter
Saat Adam masih celingukan mencari keberadaan Flora yang tiba-tiba saja menghilang entah kemana, tiba-tiba saja Dante dan beberapa orang lelaki menariknya menuju ke dalam lift. Ya, rumah tiga lantai milik Pinkan memang memiliki lift kecil di dalamnya. "Party time!" Seru seseorang yang berada di samping Adam dengan penuh semangat, yang disambut dengan ribut sorakan riang lainnya. Oh damned. Sepertinya Adam sedang 'diculik' dan dibawa ke dalam Bachelor Party yang tadi disebutkan oleh Dante, padahal ia sama sekali belum bertemu dengan Flora untuk meminta ijin. Adam pun buru-buru meraih ponselnya, memutuskan untuk menelepon calon istrinya itu dan memberitahu mengenai acara yang sudah di atur oleh para sepupunya yang tukang culik ini. Paling tidak Flora harus tahu, karena Adam tidak ingin gadis itu memergokinya. Bisa kacau nanti. Namun sudah berkali-kali Adam menelepon ponsel Flora, tetap saja gadis itu tidak mengangkatnya. Adam pun berdecak sebal dan memutuskan untuk mengirim
Waktu berlalu tanpa terasa, dan hanya tinggal dua minggu lagi menuju hari pernikahan Adam dan Flora.Flora pun masih bekerja seperti biasa, meskipun Gevan membebaskannya jika ingin mengambil cuti. Tapi tentu saja gadis itu merasa tidak enak hati untuk mengambil cuti yang terlalu lama. Ah, bosnya itu memang terlalu baik.Dan ngomong-ngomong soal para calon pengantin, meskipun mereka masih bekerja di dalam satu Gedung, Adam dan Flora jarang sekali bertemu karena kesibukan masing-masing yang cukup menyita waktu. Adam masih saja berkutat dengan dua perusahaan, Samudra Corp. dan Wrighton Constructions, karena Noah yang juga masih menjalani terapi kanker harus menjaga kondisinya dan tidak boleh terlalu lelah.Hal inilah yang menjadi dilema bagi Adam. Di satu sisi sejujurnya ia lebih menyukai bekerja di Samudra Corp bersama Gevan, namun di sisi lain ia juga kasihan dengan Dad yang sepertinya sudah waktunya pensiun sebagai CEO Wrighton Constructions--terutama karena sedang sakit seperti in
Adam kembali mengarahkan padangannya ke langit malam, membuat Flora pun sontak ikut mendongak melihat langit. Tapi gadis itu malah terkesiap ketika kedua matanya tiba-tiba ditutup oleh tangan Adam, membuat dirinya serasa terkungkung oleh kegelapan.Lelaki itu mendekatkan bibirnya di telinga Flora untuk berhitung mundur, "Tiga, dua, satu..."Adam membuka tangannya dari mata Flora, bertepatan dengan ledakan sejuta bunga yang berkilau laksana emas yang menyinari langit malam.Flora membelalak, terpukau, tak menyangka kalau akan ada kembang api malam ini. Suara desing lembut yang diikuti oleh suara ledakan serta visual gemerlap di angkasa membuat matanya berkaca-kaca."Indahnya..." guman Flora lirih, tanpa melepaskan tatapannya dari langit.Adam yang sedari tadi hanya memandangi Flora, kini menyunggingkan senyum kemenangan. 'Yes, dia suka!!' Soraknya dalam hati. "Ini beneran kamu yang rencanain?" Flora mengalihkan wajah penuh tanya kepada Adam."Iya dong! Kembang api itu akan terus me
Setelah makan malam, Adam bersantai sejenak di rumah Flora sebelum ia pulang ke Jakarta. Ya, ia pulang sendirian, karena besoknya lelaki itu berencana melamar Flora dengan mengajak serta Dad. Jika ayahnya itu mau. Tadi sore ia sempat menelepon Noah dan menceritakan semuanya. Noah berkata dengan jujur bahwa dia kecewa, karena berharap putranya akan kembali bersama Anya."That is not gonna happened, Dad," ucap Adam di telepon tadi sore. "It's already over between us. It's over a long time ago," tukas Adam tegas tak terbantahkan.Noah hanya bisa menghela napas. Hantaman rasa bersalah kepada Anya tidak akan pernah bisa pudar karena telah membuat wanita itu menjadi istrinya, hingga akhirnya Anya pun terpisah dengan cinta sejatinya. Tapi apa mau dikata. Nasi telah menjadi bubur. Adam benar-benar telah mengubur perasaannya kepada Anya, dan membuka lembaran baru bersama Flora.Bahkan hingga sambungan telepon itu berakhir, Noah masih bungkam--enggan memberikan restunya.It's okay. Adam te
"Kalau begitu buktikan kalau kamu memang menyayangi Flora dengan sepenuh hati. Jangan cuma pacari putri kami, tapi nikahi dia," ultimatum Wahyu sambil berkacak pinggang.***Mungkin kalau ada penggaris meteran, rasanya ingin sekali Flora mengukur lebarnya senyum Adam saat ini. Ok, senyumnya memang tampan, tapi ya nggak perlu lebar-lebar gitu juga, kan??"Saya siap menikahi Flora, Pak Wahyu," jawab Adam cepat. "Kapan pun. Lebih cepat lebih baik," tambahnya, yang membuat Flora rasanya ingin menenggelamkan diri ke empang milik tetangga saking malunya. Wahyu terkesiap dan mengernyitkan dahinya mendengar perkataan Adam barusan yang terdengar begitu tegas. Tak dipungkiri kalau ia senang dan cukup lega karena Adam sepertinya serius dengan putrinya. Apalagi lelaki itu juga yang telah membantunya mencari bukti-bukti yang membuat Wahyu keluar dari penjara. Dari situ saja sepertinya memang terlihat kalau Adam memang memiliki perhatian lebih kepada Flora.Hanya saja, pria paruh baya itu juga
"Tadi bicara apa aja sama Arrigo?" Flora mengangkat wajahnya dari buah mangga yang sedang ia kupas untuk Adam, ketika pertanyaan itu meluncur keluar dari mulut lelaki itu."Nggak ada yang penting, sih. Cuma say thanks aja karena Riggo sudah banyak bantu sebagai pengacara Papa, gratis pula," sahut Flora sambil kembali berkutat dengan buah mangga yang dia kupas.Mereka berdua sedang bersantai di dalam gazebo yang terletak di taman belakang rumah orang tua Flora, membiarkan Papa dan Mama Flora saling kangen-kangenan setelah beberapa hari Papanya itu berada di tahanan Polisi.Taman belakang ini tidak terlalu luas, tapi ditata dengan apik dan sangat asri. Di tengah-tengahnya ada gazebo kecil yang sering dijadikan outdoor dining room saat Flora masih tinggal di Bandung.Cuaca kota kembang Bandung ini yang tidak terlalu panas dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi pun membuat suasana menjadi rileks."Aa!" Flora bermaksud menyuapkan sepotong mangga yang ditusuk dengan garpu ke mulut Adam, ta
Sesampainya di Polretabes Bandung, Adam pun memarkirkan mobilnya, sementara Flora langsung menelepon Riggo--pengacara yang mewakili papanya yang juga teman sekolahnya di SMU dulu."Go, gimana? Papa sudah bisa dijemput belum?" "...""Oh. Kalau gitu aku tunggu di mobil aja ya? Telpon aja kalau semua sudah beres.""...""Ok. Thanks banget ya."Flora menghela napas saat ia menutup sambungan telepon itu. "Papa belum bisa keluar karena masih harus tanda tangan beberapa berkas pembebasan," ucapnya memberitahu sambil menatap Adam."Ariggo Putra itu, pengacara papa kamu?" Tanya Adam yang masih terlihat sibuk mengutak-atik tablet-nya.Flora mengangguk. "Kenapa? Kamu kenal ya?""Nggak. Aku cuma cari profilenya aja di LinkedIn. Beneran cuma temen? Bukan mantan kamu kan?"Flora berdecak sebal. "Curigaan banget sih?"Adam mengangkat wajahnya dari tablet dan menatap dingin gadis di depannya. "Jawab saja, Flora."Flora mendengus kesal. "Bukaann! Dia itu cuma salah satu temanku di SMA, kok. Beneran."
Suara ketukan pelan di pintu tak pelak membuat kedua pasang mata berbeda warna itu pun menoleh ke sana. "Siapa?" Tanya Flora pelan kepada Adam. Aneh sih. Ini kan kamar Presidential Suite. Jadi dari pintu depan nggak langsung ke kamar, melainkan melewati ruang tamu, dapur bersih, ruang kerja, baru deh ketemu kamar. Maka jika orang itu mengetuk pintu kamar, artinya dia memiliki access card juga untuk masuk ke dalam kamar 3356 ini! "Jangan takut, kayaknya itu cuma Gevan." Adam menurunkan tubuh Flora dari pangkuannya. "Mungkin dia cuma mau mastiin kalau kamu baik-baik aja." Adam mendudukkan Flora di ranjang, lalu ia pun berdiri untuk membuka pintu. Seorang lelaki berwajah datar tanpa ekspresi berdiri di sana, lalu melongokkan kepalanya ke dalam kamar seperti sedang mencari-cari seseorang. "Mana Flora? Dia nggak apa-apa, kan?" Tepat seperti perkataan Adam sebelumnya, Gevan-lah yang sekarang berdiri di depan pintu kamar. Salah satu dari dua access card kamar ini memang dia
"ADAM!" Pekik Flora penuh kelegaan dan rasa syukur yang luar biasa. Beban berat yang tadi menggelayuti dadanya pun seketika terhempas. Ia tak peduli alasan kenapa lelaki itulah yang berada di kamar 3356, tak peduli kenapa bisa Adam-lah yang berada di situ alih-alih Raiden. Flora bahkan melupakan kenekatannya untuk datang ke kamar ini adalah bertujuan untuk menyelamatkan papanya. Ia lupa segalanya... karena teramat sangat lega. Flora memeluk erat tubuh atletis itu seperti tidak akan pernah melepasnya lagi, tanpa mengerti bahwa perbuatannya itu telah membuat seorang lelaki normal dengan hasrat yang meledak-ledak seperti Adam tentunya akan bereaksi. "Aaaa...!!" Flora memekik kaget dengan kedua netra bening yang membulat, saat lelaki itu mengangkat pinggangnya dan membuat kaki jenjang terbalut jeans itu melingkari tubuh Adam. Flora yakin kalau tubuhnya tidak enteng seperti Aluna yang mungil. Bobotnya 55 kilogram dengan tinggi 168 cm, namun Adam mengangkatnya dengan satu ta