Zeline yang baru saja turun dari taxi di depan rumahnya, langsung menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya yaitu sebuah mobil yang terparkir di depan rumahnya, mobil yang sangat ia kenali siapa pemiliknya.
"Ada perlu apa dia di sini?" gumam Zeline melangkah masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum, Mah ini aku!" ucapnya mengetuk pintu.
Beberapa saat kemudian pintu di buka oleh Mamanya, Zeline merasa sedikit tak enak hati pada Mamanya yang terlihat menguap membukakan pintu untuknya.
"Maaf ya Mah, harusnya aku membawa kunci cadangan," ucap Zeline.
"Nggak apa-apa, Mama sangat mengantuk, Mama kembali ke kamar ya Ze. Kamu kunci pintu ya," ucap Arini yang di angguki oleh Zeline.
Zeline yang awalnya ingin bertanya pada Mamanya mengenai Zayan mengurungkan niatnya saat Arini sudah lebih dulu kembali ke kamar. Wanita cantik tersebut mulai membawa kopernya menaiki anak tangga menuju kamarnya, mau atau tidak ia harus bertemu Zayn saat Zayn sudah berada
Zeline sudah memutuskan jika esok ia akan ikut pulang bersama Zayn, Zeline sadar jika mereka berada di rumah orang tuanya, maka ia tidak bisa menentang Zayn. Maka dari itu ia akan pulang agar bisa menjalani kehidupan seperti biasa dimana tidak saling ikut campur urusan masing-masing dan bisa menjaga jarak dari Zidan agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. Setelah selesai dengan tangisnya serta membersihkan tubuhnya, Zeline keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya. Ia mengabaikan Zayn yang duduk di atas ranjang menatapnya. "Ze, ada yang mau aku katakan!" ucap Zayn. "Sudahlah, tidak perlu berbicara padaku. Kita hanya perlu bersandiwara di depan keluarga jadi berhentilah sok dekat denganku, karena kita tidak sedekat itu, kita hanya orang asing yang sedang bekerja sama!" ucap Zeline ketus, kembali masuk ke dalam kamar mandi, membawa pakaian ganti yang baru saja ia ambil dari lemari pakaiannya. Zayn memegang
Seperti yang sudah Zeline rencanakan, seharian ini dia menghabiskan waktu di luar, meskipun ia hanya bertemu dengan kedua sahabatnya saat jam makan siang sebab kedua sahabatnya tersebut sudah kembali masuk bekerja, dan tidak bisa menemaninya, namun Zeline tak mengurungkan niatnya untuk pulang sore ke rumah Zayn.Zeline tiba di rumah Zayn saat jarum jam sudah menunjukan pukul lima sore. Ia masuk ke dalam rumah dan pemandangan yang ia lihat sempat membuatnya terdiam sesat sebelum kembali melanjutkan langkah kakinya sembari berucap. "Assalamualaikum..."Kedua orang yang terlihat tengah duduk di sofa saling memeluk itu, terlihat terkejut atas kedatangan Zeline terutama Zayn, Zayn langsung berdiri ingin menghampiri Zeline, namun Zeline semakin mempercepat langkahnya masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai bawah di bagian sudut ruangan."Ze, kamu sudah pulang?" tanya Zayn."Pertanyaan bodoh!" cibir Zeline pelan masuk ke dalam kamarnya, menutup pintu lalu
Zayn dengan cepat bergerak sebelum Zeline menutup pintu kaca kamarnya, ia tidak ingin menunda waktu untuk berbicara pada Zeline, Zayn ingin perselisihan antara mereka cepat selesai.Ia tak bisa lagi membohongi dirinya sendiri. Zayn akui jika dirinya sudah terbiasa dengan keberadaan Zeline di hidupnya. Meskipun mereka baru saja bersama, namun semua hal tentang Zeline selalu saja mengusik pikirannya dan semua hal tentang Zeline di sukainya."Apa lagi maumu?" tanya Zeline kesal menatap Zayn yang sudah berada di dalam kamarnya."Ze, dengarkan dulu, aku ada alasan melakukan semua ini," ucap Zayn mencoba mendekat, namun Zeline melangkah mundur menjauh darinya."Alasan apa? Alasan kamu masih mencintainya, namun tak bisa bersamanya karena ada aku? Kalau iya, maka ceraikan aku, ceraikan aku saat ini juga, kamu bisa memberikan talak padaku sekarang!" ucap Zeline menusuk tepat di jantung Zayn yang mendengarnya. Meskipun hanya sebatas perasaan suka yang bisa Zayn sadar
Esok harinya, Zeline bangun lebih cepat seperti biasanya. Ia berpikir ia harus mencari pekerjaan, Zeline berpikir jika ia tidak bisa terus-terusan bersantai dan bergantung pada uang yang di berikan Zayn padanya, ia ingin segera melepaskan diri dari pernikahan sandiwara tersebut."Kak Vero!" ucap Zeline saat phonsel yang berada di atas meja berdering dan yang tertera adalah nama Vero, pria yang posisinya sudah tergeserkan oleh Zayn."Halo," ucapnya."Halo, Ze. Kamu apa kabar?" tanya Vero terdengar lembut pada Zeline, suara yang disukai Zeline, karena selalu berbicara lembut padanya."Alhamdulillah, baik Kak. Kakak juga apa kabar?" tanya Zeline tersenyum seolah ada Veri di hadapnnya."Aku baik, oh iya Ze. Aku mau mengundangmu," ucap Vero membuat Zeline sedikit terkejut mendengar kata mengundang yang terucap dari Vero."Ada apa kak? Kakak akan menikah?" tanya Zeline ragu, mencoba tenang meskipun ada sedikit rasa tak nyaman di hatinya."I
Zayn masih terdiam di tempatnya setelah Zeline pergi. Apa yang telah ia ucapkan dan perlakuan kasarnya pada Zeline baru ia sadari setelah Zeline pergi. Ia merutuki dan menyalahkan dirinya atas sikap kasar yang telah ia lakukan, namun mengingat bagaimana sikap Zeline padanya membuat Zayn melupakan rasa bersalahnya. Masih teringat jelas di benak Zayn saat mendengar istrinya bercanda tawa dengan seseorang lewat telepon, seseorang yang ia tau menyukai Zeline dan juga pernah disukai oleh Zeline. Cemburu? Jelas ia merasa cemburu, apalagi setelah pengakuannya pada Zeline yang mengatakan jika ia menyukai Zeline. Di saat ia sudah berterus terang mengakui perasaanya pada Zeline, kenapa Zeline justru membuatnya cemburu? Zayn akui jika saat pertama mereka bersama ia sendiri yang mengatakan pada Zeline untuk tidak membawa perasaan dalam kerja sama mereka, tapi justru ialah yang terbawa perasaannya dan jatuh pada pesona
Di sebuah restoran, Zayn dan Arya berada di dalamnya tengah membahas persoalan yang terjadi antara Zayn dan Zeline."Kenapa kamu bersikap kasar padanya? Tidak semua wanita bisa memaafkan ucapan yang menghinanya, mungkin mereka akan memaafkan, tapi tidak semudah itu, Zayn. Kenapa kamu sepeti ini?" tanya Arya kesal pada Zayn saat mendengar cerita Zayn yang telah menghina Zeline."Aku tidak menghinanya, aku mengatakan yang sebenarnya. Dia wanita yang tidak benar, bagaimana mungkin dia menyukai pria lain saat dia sudah mempunyai suami, yaitu aku? Apa itu wanita yang baik? Tidak, dia tidak sebaik itu," ucap Zayn masih saja membela dirinya."Bukankah kamu juga sama saja? Kamu bahkan lebih buruk darinya, kamu membawa wanita lain yang kamu akui sebagai kekasihmu, pada istrimu sendiri, apa itu sikap yang baik? Tidak, itu bahkan lebih buruk. Dia hanya sekedar menyukai pria itu, dan kamu tidak bisa menyalahkannya karena pria itu lebih dulu hadir di hidup Zeline. Kamu bersi
Bohong jika mengatakan kalau Zayn tidak merasa terganggu dengan ucapan Arya yang mengatakan bagaimana jika Zeline meninggalkannya?Namun Zayn tetaplah Zayn, dia selalu meninggikan ego dan gengsinya, Zayn merasa yakin jika Zeline tidak akan meninggalkannya.Begitupun dengan kemarahan Zeline hari ini ia anggap enteng, ia berpikir jika Zeline pasti hanya akan marah sebentar dan akan segera baikan karena Zeline membutuhkan dirinya untuk kelangsungan hidup keluarganya. Tanpa Zayn sadari jika sesuatu yang sering dianggap remeh itulah yang sering membuat seseorang gagal dan kecewa dalam hidupnya.Zeline sama sekali bukan seorang wanita seperti ia pikirkan, ia salah besar jika berpikir Zeline akan semudah itu membiarkan harga dirinya di rendahkan.Jika Zeline wanita yang serakah, yang lebih mementingkan uang di atas segalanya, mungkin ia, jika Zeline akan bertahan. Tapi, di sini Zeline berbeda, dan yang berbeda darinya lah yang harusnya Zayn sadari sebelum terlambat.
"Ma, aku ingin berpisah dengan Zayn!" ucap Zeline yang begitu mengejutkan mamanya.Arini membeku setelah mendengar ucapan Zeline yang begitu mengejutkannya, pernikahan putrinya masih sangat baru, bahkan bau wangi pernikahan masih begitu tercium, namun sekarang putrinya mengatakan ingin berpisah."Ma, aku serius dengan ucapanku. Aku ingin berpisah dengan Zayn!" ulang Zeline untuk kedua kalinya, sembari menggenggam tangan Arini."Ze, apa yang kamu katakan? Pernikahan kalian masih sangat baru," ujar Arini pada putrinya. "Apa alasanmu ingin berpisah dengannya? Pernikahan bukanlah sebuah mainan yang bisa kamu lepas jika kamu merasa bosan, Ze! Cobalah berpikir dewasa sebelum berkata dan bertindak!" sambung Arini tegas. Sebagai orang tua, pastinya ia tidak ingin mendengar kalimat seperti itu dari putrinya.Mendengar ketegasan dari nada bicara mamanya membuat Zeline merasa takut, ia dengan cepat duduk di lantai, bersimpuh di depan mamanya."Maafkan ak
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya