Di sebuah restoran, Zayn dan Arya berada di dalamnya tengah membahas persoalan yang terjadi antara Zayn dan Zeline.
"Kenapa kamu bersikap kasar padanya? Tidak semua wanita bisa memaafkan ucapan yang menghinanya, mungkin mereka akan memaafkan, tapi tidak semudah itu, Zayn. Kenapa kamu sepeti ini?" tanya Arya kesal pada Zayn saat mendengar cerita Zayn yang telah menghina Zeline.
"Aku tidak menghinanya, aku mengatakan yang sebenarnya. Dia wanita yang tidak benar, bagaimana mungkin dia menyukai pria lain saat dia sudah mempunyai suami, yaitu aku? Apa itu wanita yang baik? Tidak, dia tidak sebaik itu," ucap Zayn masih saja membela dirinya.
"Bukankah kamu juga sama saja? Kamu bahkan lebih buruk darinya, kamu membawa wanita lain yang kamu akui sebagai kekasihmu, pada istrimu sendiri, apa itu sikap yang baik? Tidak, itu bahkan lebih buruk. Dia hanya sekedar menyukai pria itu, dan kamu tidak bisa menyalahkannya karena pria itu lebih dulu hadir di hidup Zeline. Kamu bersi
Bohong jika mengatakan kalau Zayn tidak merasa terganggu dengan ucapan Arya yang mengatakan bagaimana jika Zeline meninggalkannya?Namun Zayn tetaplah Zayn, dia selalu meninggikan ego dan gengsinya, Zayn merasa yakin jika Zeline tidak akan meninggalkannya.Begitupun dengan kemarahan Zeline hari ini ia anggap enteng, ia berpikir jika Zeline pasti hanya akan marah sebentar dan akan segera baikan karena Zeline membutuhkan dirinya untuk kelangsungan hidup keluarganya. Tanpa Zayn sadari jika sesuatu yang sering dianggap remeh itulah yang sering membuat seseorang gagal dan kecewa dalam hidupnya.Zeline sama sekali bukan seorang wanita seperti ia pikirkan, ia salah besar jika berpikir Zeline akan semudah itu membiarkan harga dirinya di rendahkan.Jika Zeline wanita yang serakah, yang lebih mementingkan uang di atas segalanya, mungkin ia, jika Zeline akan bertahan. Tapi, di sini Zeline berbeda, dan yang berbeda darinya lah yang harusnya Zayn sadari sebelum terlambat.
"Ma, aku ingin berpisah dengan Zayn!" ucap Zeline yang begitu mengejutkan mamanya.Arini membeku setelah mendengar ucapan Zeline yang begitu mengejutkannya, pernikahan putrinya masih sangat baru, bahkan bau wangi pernikahan masih begitu tercium, namun sekarang putrinya mengatakan ingin berpisah."Ma, aku serius dengan ucapanku. Aku ingin berpisah dengan Zayn!" ulang Zeline untuk kedua kalinya, sembari menggenggam tangan Arini."Ze, apa yang kamu katakan? Pernikahan kalian masih sangat baru," ujar Arini pada putrinya. "Apa alasanmu ingin berpisah dengannya? Pernikahan bukanlah sebuah mainan yang bisa kamu lepas jika kamu merasa bosan, Ze! Cobalah berpikir dewasa sebelum berkata dan bertindak!" sambung Arini tegas. Sebagai orang tua, pastinya ia tidak ingin mendengar kalimat seperti itu dari putrinya.Mendengar ketegasan dari nada bicara mamanya membuat Zeline merasa takut, ia dengan cepat duduk di lantai, bersimpuh di depan mamanya."Maafkan ak
Esok harinya, seperti yang sudah di katakan oleh Arini jika dia yang akan menjalankan rencananya, benar adanya.Setelah sore kemarin dia mendatangi kediaman kakek dan nenek Zayn. Pagi ini, dia datang ke kediaman Zayn. Rumah yang ia tahu di tempati oleh putrinya setelah menikah.Arini berulang kali menekan bel, namun belum juga ada yang membukakan pintu untuknya, ia tak merasa heran karena ia tau jika di sana tidak ada pelayan yang tinggal di sana sebab pelayan hanya akan datang dan pergi setelah pekerjaan selesai.Beberapa saat kemudian, pintu rumah di buka oleh seorang wanita yang menggunakan dress seksi, siapa lagi jika bukan Sella. Arini yang sudah mengetahui dari Zeline jika Zyan membawa kekasihnya tinggal di sana tak terkejut melihatnya, ia justru menatap sinis pada wanita yang sekarang melihatnya dengan tatapan menilai, dari ujung kaki sampai ujung kepala."Cari siapa?" tanya Sella angkuh menatap Arini."Saya mencari Zayn!" Arini menjawab
Zayn masih terdiam membeku di tempatnya, setelah Arini pergi membawa dua koper besar milik Zeline. Langkah kakinya perlahan bergerak menuju kamar Zeline. Ia masuk ke dalam kamar yang selama ini di tempati oleh wanita yang berstatuskan sebagai istrinya. Matanya berputar menatap kesana-kemari mencari sisa-sisa keberadaan Zeline di sana, namun tak menemukan apapun. Bahkan, peralatan mandi Zeline tak ada lagi di dalam kamar mandi. Hanya wangi tubuh Zeline yang masih tercium di dalam kamar tersebut. Zayn membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang sebelumnya di tempati oleh Zeline, menghirup wangi sampo Zeline yang menempel di atas bantal. Dadanya terasa amat sesak, hatinya merasa pilu melihat keadaan kamar yang kehilangan pemiliknya, sudah kosong sekosong hatinya yang merasa hampa tanpa kehadiran Zeline. "Arya, aku harus meminta bantuan Arya. Dia selalu bisa di andalkan, Zeline harus tetap menjadi milikku sampai aku sendiri yang tidak menginginkannya l
Zeline merasa semakin bersedih di hatinya saat melihat Mamanya pulang dengan membawa semua barang-barang miliknya. Hatinya merasa sedih, namun sebisa mungkin Zeline akan bersikap tegar di depan keluarganya terutama mamanya. "Ma, biar aku aja yang bawa naik," sambut Zeline pada mamanya yang menggeret kedua koper besar miliknya. "Di saat kamu tidak ada, bukanya dia berusaha mencarimu, tapi dia justru tengah santai berdua dengan kekasihnya itu, mungkin benar yang kamu katakan jika dia mencintai wanita itu," ucap Arini pada Zeline sembari melangkah ke dapur mengambil air dingin untuk minum. 'Iya Mah, mereka bahkan berencana untuk menikah,' batin Zeline. "Ze, jangan nyalakan ponselmu. Jangan coba menghubunginya, jadilah wanita yang tegas yang berpendirian teguh, dan jangan mau di tindas. Dia suami mu dan dia adalah hak mu, tapi sebagai wanita jangan mau di tindas. Biarkan dia merasakan arti kehilangan dirimu, biarkan dia menyadari jika memang dia punya per
Sinar matahari yang menerobos masuk ke dalam celah jendela menyilaukam Zeline yang mulai terusik dan terbangun dari tidurnya. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya, masih dengan mata yang tertutup."Selamat pagi, Ze. Ayo mulai hari baru yang lebih baik lagi, lupakan apa yang harus di lupakan," ucapnya pada diri sendiri sembari tersenyum menyambut hari yang cerah, berharap hatinya bisa secerah harinya.Menggantikan Mamanya di toko sudah menjadi pilihan Zeline, sudah waktunya Mamanya berhenti bekerja. Tabungan yang ia miliki, toko yang sudah menjadi milik mereka sendiri, Zeline anggap sudah cukup untuk modalnya menghidupi keluarga. Selain di ringankan karena tidak lagi membayar sewa toko, Zeline juga mempunyai cukup tabungan untuk membuat usaha Mamanya semakin maju.Zeline tersenyum senduh saat bangkit dari tempat tidur melihat bercak darah ada di tempat tidurnya. Di satu sisi ia merasa senang saat benih Zayn tak tertinggal di tubuhnya, namun di satu sisi lagi d
"Sayang bangun!" ucap Sella dengan lembut membangunkan Zayn yang baru saja terlelap beberapa jam yang lalu. Zayn tak bisa tidur sejak Zeline keluar dari rumahnya, ingatanya tentang Zeline selalu saja muncul setiap saat setiap waktu, di benaknya.Zayn mengerjapkan matanya dengan malas saat merasa tidurnya terganggu."Hoam...." Gerakan Zayn menguap sambil menutupi mulutnya lalu meregangkan otot-otot tubuhnya."Kenapa kamu ada di kamarku?" tanyanya terdengar kesal saat matanya terbuka lebar melihat keberadaan Sella di kamarnya."Aku harus membiasakan diri, bukankah lambat laun kamu akan menikahi, dan aku akan menjadi istrimu?" ucap Sella mengingatkan kembali Zayn pada rencananya."Air mandinya sudah aku siapin, baju kerja juga sudah. Aku turun dulu menyiapkan sarapan untuk kita ya." ucap Sella yang hanya dibalas anggukan oleh Zayn yang sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi.Jika saja bukan karena niatnya yang ingin segera menyelesaikan
"Bersabarlah sebentar lagi, sayang. Semuanya akan segera berakhir," jawab Zayn atas permintaan Sella, membuat Sella yang mendengar begitu bahagia, tanpa ia tau maksud sebenarnya dari ucapan yang Zayn ucapkan."Aku harus ke kantor, ada rapat pagi ini," ucap Zayn melepaskan pelukan Sella lalu melangkah pergi dari sana.Zayn masuk ke dalam mobilnya, menghidupkan mesin mobilnya lalu melesat pergi dari sana, bukan menuju kantor, Zayn justru menuju kediaman Zeline dengan menggunakan salah satu mobilnya yang sangat jarang ia gunakan agar tak membuat siapapun menyadari keberadaannya.Satu jam kemudian, Zayn tiba di tujuan. Dahi Zayn mengerut saat tak melihat mobil berwarna merah yang ia belikan khusus untuk Zeline terparkir di depan rumah Zeline. Jika Zeline berada di sana, harusnya mobil Zeline juga ada di sana, tapi nyatanya tidak. Hanya ada mobil lama orang tua Zeline yang terparkir di depan rumah Zeline."Kemana dia? Apa mungkin di toko?" gumam Zayn, yang bar
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya