Share

156 - S2

Penulis: Ahgisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 19:20:35

Di Jakarta, Sera menghela napas panjang di dalam mobilnya, menatap ke luar jendela sebelum akhirnya memutuskan untuk menjemput Anna dari sekolah.

Hari itu, ia berencana mengajak putri sulungnya makan di salah satu restoran cepat saji dengan ikon ayam terkenal. Namun, semangat Anna yang biasanya ceria semakin membuncah saat ia tiba-tiba meminta izin untuk membawa Abel ikut serta.

"Abel harus ikut, Mama! Dia belum pernah makan di sana," kata Anna dengan mata berbinar.

Sera tersenyum, tapi hatinya sedikit ragu. Ia tahu situasi antara keluarganya dan Lukas, ayah Abel, masih terasa rumit. "Anna, kalau Abel mau ikut, dia harus pamit dulu sama Papanya, ya. Mama nggak mau nanti dibilang bawa-bawa Abel tanpa izin," ujar Sera dengan lembut, sambil menepuk kepala putrinya.

Anna mengangguk dengan penuh keyakinan. "Iya, Ma! Aku akan bilang sama Abel.”

Sera mengamati Anna yang berlari mendekat ke arah wanita bernama Nana dan Abel. Tak lama, wanita itu mengeluarkan ponsel dan tampak berbicara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   157 - S2

    “Tentu. Tante gak berpikir aku benar-benar lahir dari batu kan? Apa kabar Mamaku? Namanya Mama Ellinor ‘kan?”Sera menahan napas. Suara Abel begitu tenang, tetapi pertanyaannya membawa beban yang berat. Anak sekecil itu, dengan nada bicara yang begitu datar, tampak jauh lebih dewasa daripada umurnya. "Ya... Mama kamu namanya Elli," jawab Sera akhirnya, memilih untuk jujur. "Dan dia baik-baik saja." Abel mengangguk kecil, pandangannya tetap pada Sera. "Kenapa dia nggak datang? Kenapa dia nggak pernah cari aku?"Pertanyaan itu membuat Sera merasa seolah ditusuk. Darimana sebenarnya dia tahu tentang ibu kandungnya. Lukas? Jika Lukas yang membawanya pergi, kenapa dia tidak menceritakan semuanya atau mengubur semuanya sekalian? Sera menjadi posisi yang serba salah saat ini.Ia mencoba menata kata-katanya dengan hati-hati. "Mama kamu... sangat sayang sama kamu, Abel. Tapi kadang, ada situasi yang membuat orang dewasa sulit bertindak seperti yang mereka inginkan. Dia nggak pernah berhen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   158 - S2

    "Abel?" Elli mengulang, suaranya bergetar. Wajahnya di layar menunjukkan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan. "Kamu bilang... Abel?"Sera segera mencoba menenangkan suasana. "Anna, sayang, kenapa nggak kamu temani Abel dulu? Mama lagi bicara sama Tante Elli."Namun, sebelum Anna pergi, Nana muncul di waktu yang tepat. "Abel, ayo ikut aku sebentar. Kita lihat-lihat menu yang lain." Suara Nana terdengar lembut namun tegas, dan ia menggandeng tangan Abel menuju meja pemesanan.Sera menarik napas panjang, menunggu hingga Abel cukup jauh sebelum kembali ke panggilan video. "Kak, aku bisa jelasin—"Elli menghentikan Sera dengan lambaian tangan. Air matanya sudah mengalir di pipi. "Dia Abelku, Ra? Ra… Abel... dia sama kamu?" tanyanya, suaranya terdengar serak.Sera mengangguk pelan, wajahnya penuh rasa bersalah. "Iya, Kak. Tapi ini bukan rencana aku. Aku nggak tahu dia akan muncul di hidupku seperti ini."Setelah memastikan Abel cukup jauh bersama Nana, Sera menghela napas panjang dan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   159 - S2

    Malam itu, Nana sedang membereskan mainan Abel di ruang tengah saat suara pintu yang terbuka membuyarkan konsentrasinya.Lukas muncul di ambang pintu dengan wajah memerah, penampilan berantakan, dan bau alkohol yang menyengat. Nana langsung menoleh, raut bingung dan khawatir tergambar di wajahnya."Mas Lukas, baik-baik saja?" tanyanya hati-hati.Lukas hanya menatapnya sekilas tanpa menjawab. Matanya merah, entah karena lelah, emosi, atau efek alkohol. Ia berjalan gontai menuju sofa, lalu menjatuhkan diri dengan kasar.Nana mendekat, mencoba memastikan kondisinya. "Mas perlu istirahat. Mungkin saya bisa ambilkan air atau—"Namun, Lukas memotong dengan suara serak, "Apa yang mau kamu bilang tadi di pesan? Kamu bilang mau bahas Abel?"Nana terdiam sesaat, mengumpulkan keberanian untuk menceritakan apa yang terjadi. "Mas Lukas, saya rasa Abel sedang sedih. Dia berubah sejak mendengar Bu Sera berbicara dengan seorang wanita lewat video call. Setelah itu, dia jadi murung, banyak diam, bahka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   160 S-2

    Pagi itu, sinar matahari menerobos jendela rumah Lukas, menciptakan bayangan lembut di ruang makan. Namun, suasana di dalamnya terasa jauh dari kata hangat. Abel duduk di meja makan, memainkan sendoknya tanpa banyak bicara. Meski wajahnya masih menyiratkan kesedihan, ada semangat kecil yang muncul saat ia bersiap untuk pergi ke sekolah. "Abel, kamu sudah siap? Jangan lupa buku PRnya, ya," suara Nana terdengar dari dapur. Namun, tidak seperti biasanya, ia tidak mendekat untuk memastikan. Nana sibuk memotong apel dengan tangan sedikit gemetar. Pikiran tentang kejadian malam sebelumnya terus berputar di kepalanya. Ia mencoba mengalihkan perhatian dengan mempersiapkan bekal Abel, tapi hatinya tetap bergejolak setiap kali mendengar langkah kaki Lukas mendekat. Di ruang makan, Lukas duduk diam di sofa, masih terlihat sedikit lelah. Ia memandangi Abel dengan tatapan kosong, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ciuman semalam terulang di pikirannya, dan itu membuatnya merasa b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   161 - S2

    Kai memandang Lukas dengan pandangan penuh arti. "Lo banyak berubah, Luke," katanya pelan, tapi nadanya serius. "Gue ngeliat lo sekarang, jauh beda dari anak muda keras kepala yang gue kenal dulu." Lukas mendengus, memasukkan tangannya ke dalam saku celana. "Semua orang berubah. Lo nggak mungkin berharap gue tetap jadi keponakan lo yang nggak tau apa-apa dan otaknya gampang dipermainin. Langsung aja, apa yang sebenernya lo mau omongin?" Kai menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya membuka mulut. "Gue cuma mau hubungan kita baik, Luke. Demi Abel, demi Anna. Anak-anak itu udah cukup pusing tanpa harus ikut drama orang dewasa." Lukas tertawa kecil, tapi nada tawanya dingin dan sinis. "Hubungan baik, ya? Lo yakin mau nyebut itu? Lo tau, gue aja bingung apa posisi Abel di keluarga lo. Dia harus manggil lo kakek? Karena lo technically om gue. Atau dia harus manggil lo om? Karena lo suami dari tantenya? Hubungan kita udah rumit dari awal ‘kan, ‘Om’ Kai." tekan Lukas.Kai tetap tenan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   162 - S2

    Sera tertegun saat mendengar suara Mamanya, Fara, dari seberang telepon. "Elli sedang merajuk," kata Fara dengan nada cemas. "Dia ingin pulang ke Indonesia. Katanya, hanya sebentar, untuk bertemu Abel. Setelah itu, dia berjanji tidak akan mengusik anak itu lagi. Tapi Raquel... Dia keberatan. Elli kan sedang hamil, dan kondisinya tidak pernah kuat setiap kali hamil."Sera menghela napas panjang, mencoba mencerna situasi yang tiba-tiba ini. "Terus, Ma? Kak Raquel nggak ngijinin Kak Elli pulang 'kan?"Fara terdengar ragu sebelum menjawab, "Lebih dari itu, Sayang. Elli sudah mulai bertingkah. Dia bahkan bilang akan menggugurkan bayi itu kalau keinginannya tidak dituruti. Dia sudah berhenti minum vitamin kehamilan. Raquel bingung setengah mati. Tapi Elli nggak mau mendengar. Dia hanya ingin satu hal katanya… ketemu Abel."Sera menutup matanya, Sera merasa bersalah karena memberitahu keberadaan Abel di saat yang sepertinya kurang tepat. Ia tahu betapa Elli merindukan Abel. Selama ini, Sera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   163 - S2

    Di bawah pohon besar yang menaungi halaman sekolah, Abel duduk bersama Anna, menunggu jemputan mereka. Abel, yang biasanya lebih pendiam, tiba-tiba membuka pembicaraan."Anna," ucapnya pelan, "dimana tante yang kamu ceritakan itu tinggal? Tante yang menelpon waktu kita makan ayam sama Mama kamu."Anna menoleh, memiringkan kepala seolah berpikir. "Oh, Tante Elli? Dia tinggal di Belanda," jawabnya sambil tersenyum cerah. "Negaranya cantik, loh. Waktu aku pergi ke sana, bunga tulipnya lagi mekar. Aku suka banget!"Mata Abel menatap jauh ke depan, mendengarkan cerita Anna. "Apa kamu sering ke sana?" tanyanya.Anna mengangguk antusias. "Nggak sering, tapi setiap tahun pasti kami nyempetin ke Belanda! Aku senang sekali main di sana. Sepupuku Sheynina cantik banget. Kami suka main bareng. Raiden, adikku, juga senang main dengan Tobi, adik Sheynina. Mereka akrab sekali."Abel menunduk, mencengkeram buku di pangkuannya. "Sepertinya menyenangkan," gumamnya hampir tak terdengar."Memang menyena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   164 - S2

    Di malam yang sedikit dingin, Sera duduk di ruang keluarga sambil memandangi layar ponselnya. Pesan singkat dari Fara masih terpampang jelas dari layarnya.Mama : [Elli jadi berangkat lusa. Mama tidak bisa antar. Mama sudah ubah nama penumpangnya. Jangan lupa jemput mereka dan pastikan Elli bisa bertemu dengan Abel.]Sera menarik napas panjang. Meski cepat atau lambat keduanya akan bertemu, tapi rasanya masih asing bagi Sera untuk mempertemukan keduanya.Bukan karena Sera tidak ingin mempertemukan Abel dengan ibunya, tapi rasanya sesuatu memang seharusnya pada tempatnya hingga waktunya tepat. Waktu yang tepat adalah ketika Abel sudah bisa mengelola emosinya. Sudah bisa mengatur alur pikirnya.Lagi pula, ia rasa Lukas bukanlah ayah yang jahat. Dia mendidik Abel dengan baik dan sepertinya dia tidak kekurangan kasih sayang. Meskipun kepribadiannya cenderung pendiam, tapi Sera yakin tidak ada yang salah dengan Abel.Menanyakan soal Mama memang masalah, tapi ia rasa Abel bisa mengontrol em

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   175 - S3

    "Annaaaa!" Suara Erica terdengar dari kejauhan, diikuti lambaian tangan yang membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. Anna, yang berjalan beriringan dengan Abel, langsung menoleh. “Gila, Erica, lo nggak bisa teriak lebih keras lagi, ya?” keluh Anna, tapi tetap tersenyum melihat sahabatnya yang selalu ceria itu. Erica mendekat dengan langkah cepat, senyuman lebarnya seperti tidak pernah luntur. "Lo tahu nggak? Hari gue luar biasa banget!" serunya sambil menggandeng lengan Anna. Abel hanya menatap Erica dengan ekspresi datar. “Hari lo luar biasa setiap hari, Erica. Apa lagi sekarang?” Erica mengabaikan komentar Abel dan menatap Anna dengan mata berbinar. “Lo nggak bakal percaya, An! Divisi gue kedatangan kepala divisi baru, cowoknya ganteng banget! Kayak aktor yang keluar dari layar TV! Gue berasa ngelihat Jacob Elordi lagi ngomong didepan gue. Sumpah, ganteng banget, Ann!” Anna tertawa kecil, meski penasaran. “Bentar, bentar. Ganteng doang, apa ada isinya?” tanyanya sambil m

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   174 - S3

    Anna duduk di kursinya dengan wajah masam, menatap layar komputer yang menampilkan tabel data kepegawaian. Sesekali ia mendesah, bosan dengan tugas monoton yang ia kerjakan sejak pagi. Magang di Miracle Group, perusahaan milik keluarga besar Adnan - Candra, awalnya terdengar seperti pengalaman yang menyenangkan. Tapi kenyataannya, kehidupan magangnya tidak semudah yang ia bayangkan. Sebagai salah satu cucu dari keluarga besar Adnan, Anna seharusnya memiliki akses istimewa. Namun, ia sengaja menyembunyikan identitasnya. Itu adalah keputusan bersama keluarganya agar ia bisa merasakan bekerja tanpa perlakuan khusus.Sementara itu, Abel Candra, sepupunya, juga magang di perusahaan yang sama. Namun, kehadiran Abel sering kali menarik perhatian karena ketampanannya dan tentu saja, siapa yang tak tahu cucu tampan Tuan Jaden Arash Candra, sang pemimpin Miracle Group.Lima tahun terakhir anaknya kembali ikut memimpin Miracle Group, Lukas – ayah Abel. Tentu saja itu membuat Abel lebih sering

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   173 - S2 (END)

    Di sebuah rumah kecil di pedesaan Belanda, Elli dan Raquel berdiri di ambang pintu, menikmati udara musim semi yang segar. Rumah mereka memang sederhana, tapi kehangatan cinta dan tawa anak-anak membuatnya terasa megah. Di halaman belakang, Sheynina dan Tobias saling mengejar dengan penuh keceriaan. Rambut panjang Sheynina yang mirip Elli berkibar-kibar dihembus angin, sementara Tobias tertawa lepas, menunjukkan sisi manisnya yang mulai tumbuh dewasa. Mata Elli tertuju pada kebun kecil di depan rumah, di mana bunga-bunga tulip mulai bermekaran. Warna-warni cerah itu mengingatkannya bahwa hidup selalu punya cara untuk memulihkan diri, meski sebelumnya terasa sulit. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Raquel, menikmati keheningan bersama. “Hidup kita mungkin nggak sempurna, Kak Raquel,” ucap Elli dengan suara lembut. “Tapi aku merasa tenang sekarang.” Raquel merangkul bahunya erat, memberikan rasa nyaman yang hanya ia temukan dari pria itu. “Itu yang terpenting, Sayang. Kita kemb

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   172 - S2

    Elli turun dari taksi dengan langkah berat, wajahnya yang lelah terlihat jelas meski ia mencoba menyembunyikannya. Satpam rumah segera menyambutnya dengan penuh semangat. "Bu Elli! Ibu sudah pulang?" tanyanya dengan nada penuh perhatian. Elli hanya mengangguk kecil. "Iya, Pak. Terima kasih," jawabnya sebelum melangkah ke dalam. Satpam itu langsung berlari masuk ke rumah, mengabarkan bahwa Elli sudah kembali. Tak lama kemudian, Sera muncul dengan langkah tertatih, tangannya memegangi perutnya yang sudah membesar karena kehamilannya yang sudah masuk bulan ketujuh. “Kak Elli!” seru Sera dengan nada penuh emosi. “Kamu ke mana aja? Pergi gitu aja tanpa ngomong apa-apa! Aku sampai bingung.” Elli menatap adiknya, lalu menarik napas panjang sebelum berkata dengan suara datar, “Maaf, Ra. Aku cuma ingin memastikan sesuatu.” Sera memandang kakaknya dengan tatapan tajam. “Kamu tahu nggak, Kak? Kak Raquel sama Mas Kai nyusul kamu ke rumah sakit karena cerita Anna. Dia bilang kamu nanya

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   171 - S2

    “Dia anakku, Luke! Aku berhak untuk ketemu dia. Yang misahin dia dari aku ‘kan kamu. Aku nggak mau berpisah sama dia. Jadi, itu hakku untuk bisa ketemu dia ‘kan?!” Lukas menghela napas panjang, sorot matanya tidak lagi setajam tadi. Kata-kata Elli seolah menusuk sisi hatinya yang rapuh. Ia tidak menjawab, hanya memalingkan wajahnya, tatapan dinginnya kini penuh pertimbangan. Dalam benaknya, ia teringat percakapan dengan sang ibu, yang menyebutkan bahwa cepat atau lambat, Abel akan mencari tahu kebenaran tentang ibunya. Tidak peduli sekeras apa Lukas mencoba melindunginya, anak itu tetap akan menginginkan jawaban.“Tunggu di sini,” kata Lukas akhirnya, nadanya datar namun tidak mengandung perlawanan seperti sebelumnya.Elli tidak menyangka bahwa semudah ini mengajak Lukas berdialog. Jika saja semudah ini, dari dulu, ia akan mencoba berkomunikasi dengan Lukas.Elli hanya belum tahu saja, banyak hal yang telah dilalui, sehingga pria itu kini sudah lebih lunak. Jika ia mencobanya sebel

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   170 - S2

    Elli masih memandangi foto di tangan Anna ketika gadis kecil itu mulai bercerita.“Tante Elli, itu Abel,” kata Anna sambil menunjuk ke salah satu anak laki-laki di foto. “Dia temanku di sekolah. Itu yang aku cerita di mobil tadi. Aku mau kenalin dia ke Tante Elli sama Om Raquel. Tapi sekarang dia lagi sakit, katanya di rumah sakit.”Elli mengalihkan pandangannya dari foto ke Anna, rasa khawatir mulai merayap di hatinya. “Abel… sakit apa, Anna?” tanyanya, berusaha terdengar tenang.“Katanya demam,” jawab Anna polos. “Wali kelasku bilang mungkin karena perubahan cuaca. Makanya aku diingetin juga untuk jaga kesehatan. Mama juga ngingetin itu waktu ngobrol sama Pak Gino di mobil.”Hati Elli semakin tidak tenang. Ia memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan Abel. Bagaimana keadaan anak itu sekarang? Apa dia baik-baik saja?Elli terdiam, dan Anna memanfaatkan momen itu untuk melanjutkan ceritanya. “Tante tahu nggak? Sebelum Abel sak

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   169 - S2

    Mobil hitam itu berhenti di depan gerbang sekolah dasar Annalie. Sera memandangi halaman sekolah yang mulai lengang setelah jam pulang. Sementara itu, Elli dan Raquel duduk dengan diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Sera menghela napas panjang, mencoba menyamankan suasana sebelum akhirnya berkata kepada supirnya, “Pak, tolong laporkan ke penjaga sekolah bahwa kita menjemput Annalie.”Supir itu pun mengangguk, lalu keluar dari mobil menuju pos penjaga. Tak lama setelahnya, gerbang kecil terbuka, dan sosok Annalie yang mungil berlari keluar dengan ransel kecil di punggungnya. Meski melihat Anna, tentu saja mata Elli masih berlarian mencari sosok yang ia ingin temui. Tapi nihil, sepertinya memang sekolah itu hanya bisa mengeluarkan siswanya jika anak tersebut sudah dijemput.Anna yang datang dengan wajah cemberut itu membuka pintu mobil namun langkahnya terhenti saat melihat siapa yang ada di dalam mobil.“Mama?” seru Anna, matanya melebar melihat ibunya di dal

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   168 - S2

    “Kenapa Mama ada di sini?”Citra menatapnya dengan ekspresi datar, namun nada suaranya tetap terkontrol. “Mama dengar cucu Mama sakit. Bagaimana mungkin Mama tidak datang?”Lukas menatap ibunya dengan ekspresi campur aduk. Selama bertahun-tahun terakhir, ia merasa jarak di antara mereka begitu jauh. Kehadiran wanita itu di sini, tiba-tiba, membuat Lukas bertanya-tanya.“Dari mana Mama tahu?” tanya Lukas akhirnya, suaranya masih terdengar kaku.“Mama punya sumber informasi, Lukas,” jawab Citra tanpa basa-basi. “Bawahanmu di kantor. Mereka melaporkan kalau kamu sedang izin beberapa hari ini di rumah sakit. Lalu Mama cari tahu lebih lanjut.”Lukas menghela napas, menundukkan kepalanya sejenak. Ia merasa jengkel, tapi juga tak bisa sepenuhnya marah. Ini ibunya, orang yang dulu selalu memastikan ia baik-baik saja, meski kini hubungannya tak lagi sehangat dulu.“jadi, Mama akhirnya mau menemui cucu Mama karena sakit?” tanya Lukas lagi, kali ini dengan nada lebih pelan. Senyumnya terlihat ge

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   167 - S2

    Di tempat lain, Elli sedang duduk di ruang tunggu bandara, wajahnya tampak lelah namun ambisinya masih terlihat penuh. Di sebelahnya, Raquel duduk dengan tangan menyilang, ekspresinya mencerminkan amarah yang tertahan.“Kamu benar-benar keras kepala, Ell,” ujar Raquel dingin. “Aku udah bilang, ini keputusan yang buruk. Kamu mempertaruhkan banyak hal, Ell. Termasuk hubungan kita.”Elli menoleh tajam ke arah suaminya. “Aku kira kamu mendukung aku, Kak. Aku pikir kamu juga mencintai Abel. Tapi ternyata, kamu bahkan nggak ingin aku ketemu anakku sendiri.”Raquel tertegun, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Apa maksud kamu, Ell? Kamu tahu aku selalu dukung kamu atas apapun. Kamu bilang apa? Aku gak sayang? Emang udah tujuh tahun berlalu El! Tapi aku inget gimana aku selalu nganggep dia anak aku sendiri. Aku sayang sama dia! Aku cuma–”“Cuma apa, Kak? Cuma mikirin diri kamu sendiri? Memikirkan keluarga kamu dan anak-anakmu? Dia anakku juga, Kak! Gak cuma Nina sama Tobi!” E

DMCA.com Protection Status