"Kakak?" Kiana berbalik sambil tersenyum ramah pada ketua divisinya. "Iya, aku sudah resmi menikah beberapa hari yang lalu." Kiana tidak ingin menutupinya juga jika ada orang yang tahu, ia akan berbicara dengan jujur.Raut wajah Klen tiba-tiba berubah muram mendengar hal itu, namun Kiana tidak memperhatikannya."Hmm ...." Mala memegang dagunya seperti menyadari sesuatu memperhatikan gelagat Klen."Oh iya. Sekarang aku ada banyak kerjaan, jadi aku pergi duluan ke ruang kerja." Klen pamit dan langsung pergi menjauh."Baiklah, Kak." Kiana tetap berbicara dengan ramah."Dasar tidak peka," ucap Mala tiba-tiba. Ia memperhatikan Kiana yang tampak tidak memahami situasi sama sekali."Hah? Kenapa?" Kiana malah kebingungan"Kau tidak sadar jika kau mematahkan hati seorang pria sekarang." Mala berucap tanpa basa-basi."Eh?! Apa maksud Kakak? Aku tidak mungkin menyakiti seseorang." Kiana masih tidak menyadarinya, karena tidak memperhatikannya sama sekali."Yang tadi itu apa? Kau sebelumnya punya
Kiana kembali keluar dari kamar mandi. Saat ini mata Kiana bertatapan dengan Joan yang tampak menahan diri ingin tersenyum dan menyapa Kiana.Kiana langsung membuang muka ke arah lain pura-pura tidak lihat.Entah kenapa, wanita itu agak mirip dengan suaminya. Batin Bian menatap Noel yang duduk di sampingnya.Kiana kebingungan harus kembali duduk atau tidak. "Ada apa Kiana kenapa kau tampak gelisah? Duduklah." "Anu, Kak. Maaf, aku mau tukar tempat duduk." Kiana berbicara tidak enak hati."Kenapa?" "Aku punya suami yang cemburuan, dan aku merasa bersalah jika tidak bisa menjaga jarak dengan orang lain." Kiana beralasan, karena merasa dari tadi Noel terus menatapnya tanpa berkedip."Ah, tidak apa-apa Kiana. Silahkan pindah kalau begitu. Maafkan aku jika itu mengganggumu." Klen juga jadi merasa tidak enak hati."Seharusnya aku yang minta maaf." Kiana merasa canggung karena ketidak-nyamanan itu."Kau wanita yang baik Kiana, seharusnya lelaki yang bersamamu benar-benar bersyukur." Raut wa
Mungkin karena aku pernah hampir dibunuh seseorang di rumah sendiri membuatku jadi parnoan dan sekarang menjadi terlalu waspada pada sekitar. Semoga cuma perasaanku saja, padahal Kak Mala tidak melakukan apa-apa, kenapa aku berpikir buruk tentangnya.Akhirnya Kiana melangkahkan kakinya di teras rumah, ia merasa bisa bernafas lega sekarang. Walaupun tempat itu masih terlihat sunyi. Sebab ini masih baru jam pulang bekerja, dan orang masih sibuk dengan merapikan barang di kantor pastinya."Aku pulang dulu!" Kiana berpamitan dengan Mala. Saat itu Kiana menaikkan tas besarnya sampai ke leher karena Kiana takut ada orang yang akan memukulnya di saat dia lengah. Uuh, apa aku terlalu berlebihan? Setelahnya Kiana terus berjalan dengan hati-hati sampai melihat ada beberapa orang yang berjalan ke arahnya. Kiana baru merasa bernafas lega.Noel sudah menunggu Kiana di gerbang kantor organisasi."Terlambat 5 menit dari waktu perjanjian.""Aku, kan tidak jalan dekat," protes Kiana."Dalam 5 menit it
Setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk makan di sebuah restoran berbintang."Kenapa diam? Dijamin di sini makanannya higienis." Kiana yang berdiri di samping Noel berucap ketika melihat Noel yang berdiri diam mematung. "Tapi, aku tidak tahu kita akan diusir atau tidak, karena mengenakan pakaian yang seadanya." Kiana merasa malu sendiri, tetapi demi Noel dia membuang rasa malunya itu. Kiana tidak sadar bahwa akan ada peraturan lain yang tidak ia ketahui. Tempat itu cukup ramai dengan orang. Uum, perasaan apa ini? Kenapa aku merasa ada energi aneh yang membuatku merinding dan merasa harus pergi dari sini. Itu adalah energi yang Noel keluarkan dari tubuhnya. Energi yang mendominasi. Wah, kurasa tadi tak ada. Apa karena dia gugup? Kiana membatin sembari memperhatikan Noel yang terdiam.Setelahnya ada banyak orang yang tampak terganggu saat berjalan di dekat Noel."Apa-apaan manusia super itu?""Energinya mengerikan sekali, kenapa dia harus berada di antara ora
Sudah beberapa hari dari kejadian waktu lalu, Kiana juga sudah mulai terbiasa tinggal di rumah barunya yang luas. Kiana sadar, ada beberapa asisten rumah tangga yang mengurus rumah ini, ketika di waktu subuh saat mereka masih tertidur dengan lelap dan setelahnya saat pemilik rumah akan bangun, mereka akan pergi. Lalu, para asisten itu akan membersihkan kamar ketika semua orang di rumah sedang bekerja. Para asisten rumah tangga itu tidak pernah bertemu sama sekali dengan pemilik rumahnya. Bahkan Kiana baru menyadari ketika dia berniat keluar dari kamar di waktu subuh itu. Namun, Noel sudah memperingatkan Kiana, jika para asisten rumah tangga tidak diperbolehkan untuk melihat Kiana ataupun dirinya. Noel memperingatkan Kiana untuk tidak keluar di jam-jam tertentu."Padahal aku ingin berinteraksi dengan orang-orang, kurasa dalam beberapa hari ini aku hanya melihat teman-teman kantorku saja. Tidak ada orang lain, kenapa Noel begitu tertutup?" Kiana bergumam, ia frustasi sendiri. Kiana tahu
Wah! Cantik, dia siapa? Kiana menatap keduanya dengan heran, namun Kiana tidak melepaskan tangannya dari Noel."Alen." Wanita itu berucap sembari menatap ke arah Noel."Phhft!" Kiana berusaha menahan tawanya. Apakah itu nama samarannya yang lain? Lucu sekali, aku ingin tertawa."Siapa?" tanya wanita itu pada Noel, dia memandangi Kiana dari atas ke bawah.Aku tahu kau lebih cantik dariku, tapi tak perlu kau menatapku rendah seperti itu. Kiana sadar jika dia sekarang sedang diremehkan oleh wanita itu.Noel kemudian berjalan melewatinya, membawa Kiana meninggalkan gadis itu tanpa berkata apa-apa. Meninggalkan gadis yang tengah berdiri menatapnya.Kiana sejenak menoleh untuk melihat gadis itu, tetapi ia tidak berani bertanya pada Noel siapa gadis itu."Ayo kita pulang." Noel berucap dengan dinginnya pada Kiana, membuat Kiana merasa tidak enak atas kejadian yang telah terjadi.Apakah mereka berdua sebelumnya sepasang kekasih? Di sini Kiana merasa cemburu, ia tidak tahu apa-apa tentang Noe
Pengantin baru apaan, gak ada romantis-romantisnya sama sekali. Ingin sekali Kiana mengeluarkan kata-katanya. Namun, Kiana hanya menanggapi Mala dengan tersenyum."Ayo ke kantor, sudah mau jam kerja nih." Kiana mengajak Mala. Ia tidak mau membahas tentang masalahnya dengan suaminya yang membuatnya kesal."Ah, iya. Besok-besok datang pagi-pagilah. Biar kita punya banyak waktu untuk ngobrol." Mala mengeluh pada Kiana."Sepertinya sulit, suamiku benar-benar orang yang tepat waktu, tidak kurang dan lebih.""Kiana, kan bisa berangkat sendiri.""Mana boleh aku berkeliaran tanpanya, hanya di tempat ini aku bisa bebas dari pandangannya.""Wah, pasti kau sangat dicintai oleh suamimu Kiana, aku iri." Mala malah sangat tertarik dengan hubungan Kiana.Dicintai apanya, dia hanya takut jika aku hilang diculik orang lain atau mungkin kabur darinya. Lagi pula siapa juga yang mau menculik orang sepertiku. Kiana membatin tentang dirinya. "Jangan bahas itu, Kak. Kita bahas yang lain saja.""Tidak perlu
Setelah mendengar pertanyaan Kiana, Noel hanya diam saja dan terus melanjutkan makanannya.Aku takut kalau dia bakalan sakit perut, karena kebanyakan makan. Kiana juga kemudian menyantap makanan yang barusan ia masak. Kiana tidak masalah jika Noel melarangnya memasak untuk orang lain. Namun, meskipun berpikir dengan keras Kiana tidak tahu alasan Noel melarangnya memasak untuk orang lain itu karena alasan apa.Malam itu Noel benar-benar menghabiskan makanan yang Kiana masak tanpa sisa.Masakan itu cukup banyak, hanya saja di setiap menunya hanya untuk satu porsi saja. Tetap saja menghabiskannya akan membuat kekenyanganApakah perutnya baik-baik saja? Kiana merasa khawatir. Pagi itu ia bangun lebih pagi untuk membawa bekal. Di meja makan sudah disediakan sarapan yang disiapkan oleh para asisten rumah tangga.Kiana malas untuk pergi ke kantin ketika jam makan siang nanti, karena khawatir dengan pekerjaannya yang menumpuk."Apa yang kau buat?" tanya Noel tiba-tiba saja muncul di belakang
Noel kembali tidak lama setelah ia keluar. "Cepat sekali kamu kembali. Apakah urusanmu di organisasi sudah selesai?""Aku tidak begitu perduli sih, jika organisasi itu bangkrut ataupun hancur aku masih bisa menciptakan organisasi baru lagi dari awal. Namun, sayang sekali orang yang ingin menjatuhkanku terlalu lemah." Noel menjelaskan sembari duduk di samping Kiana."Sepertinya aku salah karena mengkhawatirkan perusahaanmu." Kiana sedikit tahu tentang Noel, sebagai manusia super terkuat Noel seharusnya memiliki kekayaan yang tak terhitung jumlahnya. Kekayaan selain dari pendapatan perusahaannya. Seharusnya karena sering menghancurkan Dungeon Noel tentu saja memiliki banyak artefak langka yang berharga."Yang lainnya ingin bertemu denganmu." Noel tidak ingin membahas tentang perusahaannya lagi, lagi pula tempat itu akan bisa berfungsi seperti sediakala dalam beberapa hari lagi."Apakah mereka semua datang kemari?""Ya, sebentar lagi mereka akan sampai.""Apa mereka memang sudah serin
Sudah beberapa hari dari kejadian serangan, selama itu juga Kiana memulihkan dirinya di rumah sakit. Fasilitas Manusia Super diliburkan secara total, serangan Dungeon sepenuhnya ditangani oleh pemerintah atau organisasi kecil lainnya. Organisasi Noel mengalami banyak kerugian, namun ia tidak masalah dengan hal tersebut. Kekacauan seperti itu tidak akan membuatnya langsung hancur dan jatuh miskin. Saat ini fasilitas dalam pemulihan.Ini mengesalkan sudah beberapa hari ini aku masih tidak bisa melakukan apa-apa sendiri. Kiana membatin menggerutu, menatapi punggung Noel yang sepertinya tengah menyiapkan pakaian yang dikenakan oleh Kiana.Selama beberapa hari ini Noel sendiri yang mengurus Kiana dengan tangannya, Kiana pikir ia akan membayar orang lain tetapi, ternyata ia tidak melakukannya sama sekali.Bahkan sampai ke kamar mandi Noel juga yang membantu Kiana. Beruntungnya Kiana masih bisa menggerakan tangannya walau lemah, mereka berdua sempat berdebat karena hal itu. Namun, mendengar
"Berhentilah menangis seperti anak kecil begitu." Noel mengusap air mata Kiana dengan telapak tangannya begitu juga ingusnya tanpa merasa jijik sedikit pun. Wanita itu terus menangis sesegukkan yang bahkan Leon tidak tahu apa sebabnya."Bagaimana aku tidak menangis, sudah sangat lama aku tidak melihatmu."Leon tampak kebingungan saat mendengar penjelasan Kiana. "Bukankah aku baru saja menghilang?" Tampaknya waktu berhenti untuk Leon ketika Noel mengambil alih kembali tubuhnya."Hiks! Sudah banyak yang terjadi semenjak kepergianmu." Kiana masih mengeluarkan air matanya."Jangan bersedih, aku merasa kita masih sangat dekat karena kita masih bisa bertemu seperti ini, walaupun aku tidak tahu apa-apa tapi aku merasa sangat dekat denganmu daripada beberapa waktu lalu. Apa kau sangat dekat denganku?" Leon sedikit bingung dengan perasaannya, ia tidak mengerti apa yang sebenarnya ia rasakan.Tiba-tiba tanah tempat mereka berdiri bergetar. Kiana yang ingin memberi penjelasan suaranya tiba-tiba
Kenapa tempat ini terasa aneh? Kiana membatin saat memasuki inti Dungeon. Ia merasakan perasaan yang cukup aneh saat itu."Sepertinya Noel telah masuk ke dalam jebakan kita.""Apakah kita bisa menyingkirkannya sekarang.""Dengan kemampuannya yang terbatas, seharusnya kali ini ia mati dan lenyap dari dunia ini.""Akhirnya dendamku akan terbalaskan." Mala merasa puas dengan apa yang akan terjadi ke depannya terhadap Noel.Saat masuk ke dalam Dungeon, Noel sejenak terdiam dan menurunkan Kiana dari gendongannya. Noel tiba-tiba membuka topeng yang ia kenakan, membuat Kiana sedikit bingung. Apa karena tidak ada orang di sini jadi dia melepaskanya?Kiana pun mengikuti apa yang Noel lakukan tersebut. Setelahnya Kiana mendapati pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu tengah tersenyum simpul."Apa yang terjadi?" Kiana tidak tahan untuk tidak bertanya."Kita tidak bisa berdiam di tempat ini lebih lama, tempat ini adalah jebakan," jelas Noel pada Kiana. "Mereka pikir tempat ini bisa melumpuhka
"Kiana kau tidak perlu terlalu khawatir begitu." Lucia menjawabnya merasa tidak enak karena perhatian Kiana."Tapi, lukamu itu cukup parah." Kiana tidak percaya dengan sikap berusaha biasanya Lucia yang membiarkan darah mengalir di lengannya."Andai Tuan Noel sebaik dirimu, mungkin aku akan jatuh cinta padanya." Lucia tampak terharu, bahkan Kiana tidak percaya jika wanita itu bisa bersikap demikian. "Tapi, Noel bukan lah dirimu. Kenapa bisa kalian berdua memiliki aura sedikit mirip, tapi dengan sifat yang bertolak belakang.""Aku tidak mirip dengannya," protes Kiana."Ya mereka mirip karena berjodoh," timpal Joan.Setelahnya Kiana terdiam. Sepertinya hanya Lucia yang merasa seperti itu. Orang lain tidak ada yang menyadarinya.Dosa apa yang pernah aku lupakan sampai pada akhirnya terjebak dengan orang-orang seperti mereka. Kiana hanya bisa membatin tidak percaya, meskipun tidak akrab mereka masih bisa bercanda disituasi genting seperti sekarang."Tidak ada waktu untuk bercanda disituas
Rasanya aku merasa bersalah karena bersembunyi di tempat ini sendirian. Ada banyak orang yang panik di luar sana. Kiana membatin di sebuah ruangan cukup sempit sembari memeluk lututnya diam.Ingatan masa lalu mulai terbayang lagi diingatan Kiana. "Ah, jangan ingat. Bukan waktunya untuk takut sekarang." Kiana bergumam pelan menepuk pelipisnya, berusaha menenangkan diri. Mengingat banyaknya nyawa yang telah melayang di hadapannya kala itu, membuat Kiana cukup merinding. Meskipun, sudah cukup terbiasa tetapi ada kala bagi Kiana teringat kenangan mengerikan tersebut.Tiba-tiba suara pintu terbuka. "Siapa yang datang?" Kiana menelan ludahnya takut, seketika tombol yang Bian berikan padanya langsung digenggam Kiana erat, walaupun saat ini belum ia tekan untuk memanggilnya. Namun, Kiana telah berada dalam keadaan paling waspadanya.Suara langkah kaki manusia terdengar menggema di ruangan—tidak hanya satu orang. Bian bilang tidak ada yang tahu tempat ini? Kenapa ada orang lain yang datang ke
"Jadi, kau akan langsung kerja setelah ini?" tanya Kiana sebelum keluar dari mobil."Aku harus pergi ke luar kota," jawab Noel."Oh." Kiana, tidak bertanya lagi."Aku tidak akan pergi lama, sore nanti aku kembali dan pasti menjemputmu.""Oke, Pak Bos." Kiana keluar dari mobil setelahnya."Jaga dirimu baik-baik.""Ha? Aku tidak salah denger nih?""Kenapa? Tidak ada hal yang salahkan dengan hal itu.""Iya sih, cuma tumben saja. Lagi pula ini di area organisasi. Yang dijamin keamanannya.""Intinya jangan terlalu bersantai.""Kau merasakan sesuatu?""Tidak sih, cuma aku ingin kau berhati-hati. Meskipun tempat ini aman, tapi di dalam tetap ada musuh. Kau jangan merepotkanku.""Oke, oke, baiklah. Aku masuk dulu, aku akan menjaga diri. Kau tenang saja, dan fokuslah pada pekerjaanmu." Kiana pergi dengan cepat memasuki gerbang organisasi.Noel melesatkan kendaraannya setelah memastikan Kiana masuk ke dalam gerbang kantornya. Noel sadar jika Kiana masih tidak nyaman dengan keadaan kakinya, teta
Malam kekacauan tersebut terlewati seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Namun, pada akhirnya karena pertemuan itu dunia tahu jika Noel Ricard telah memiliki pasangan hidupnya. Hancurnya gedung pertemuan tentu saja menjadi salah satu berita menghebohkan juga, karena pengenalan pasangan yang mengalami kekacauan. Berita menghebohkan tentang aksi berani yang menentang manusia super yang tercatat sebagai yang terkuat di dunia, bagi banyak orang itu adalah hal yang benar-benar nekat.Kiana langsung dibawa pulang oleh Noel ke kediamannya. Saat topeng yang ia kenakan dilepas, Noel terdiam sejenak memperhatikan wajah wanita itu."Ada apa, kenapa kau menatapku begitu?" Kiana yang sedari tadi tidak sadar, menyentuh dahinya yang terasa tidak nyaman. Kemudian ia melihat telapak tangan yang berdarah, membuatnya sontak terkejut."Kenapa kau tidak menyadari jika dahimu terluka?" tanya Noel, dengan ekspresi yang Kiana tidak mengerti sama sekali."Mungkin karena terkejut aku jadi tidak sadar jika kepala
Pagi itu Kiana menyiapkan bubur untuk Noel karena melihat pria itu dalam keadaan demam. Untung saja hari ini, adalah hari libur. Jadi, aku bisa merawatnya.Kiana meletakan bubur yang barusan ia buat di meja samping ranjang Noel. Kemudian bermaksud ingin kembali ke kamarnya dan mandi, sembari menunggu Noel bangun dari tidurnya.Namun baru saja selesai meletakkan buburnya di meja samping ranjang milik pria itu, Noel tampak sudah sedari tadi menatapi Kiana."Kau sudah bangun? Kenapa tidak berbicara sama sekali?" tanya Kiana menatap ke arah Noel yang masih memperhatikannya.Tanpa berkata-kata pria itu bangun dari tidurnya dan masih tidak menjawab pertanyaan Kiana, ia mulai kesal karena perkataannya tidak mendapat jawaban sama sekali dan mau meninggalkan ruangan itu."Mau ke mana?" tanya Noel, akhirnya membuka suara."Aku tidak mau berbicara dengan manusia patung." Kiana menjawab ketus."Biarkan aku menenangkan diri sebentar. Kau duduklah di sini." Noel akhirnya mengeluarkan sedikit kata