Saat ini, Kepala polisi Fandi telah kembali ke kantor polisi. Awalnya, dia sudah pulang dan hendak akan beristirahat, tetapi setelah menerima laporan tentang kasus penembakan yang melibatkan Fikri dan Damar dari bawahannya, dia segera berpakaian dan bergegas kembali ke kantor polisi tanpa mengatakan apa pun. Lagi pula, kasus ini juga terkait dengan Tuan muda Fikri dari Grup dan Damar dari keluarga terhormat, yang bahkan lebih serius.Setelah melihat Kepala polisi tiba, semua orang di kantor polisi langsung berdiri untuk menunjukkan rasa hormat."Bagaimana dengan kronologi kasusnya, segera ke ruangan kantorku untuk melapornya sekali lagi dengan detail!" Fandi merasa sangat cemas sekarang. Dia berbicara kepada seorang petugas polisi yang sangat cermat di kantor polisi. Dia perlu memahami kasus ini secepat mungkin."Baik." Jawab polisi itu dan berjalan menuju Fandi.Saat Fandi baru saja menggenggam pegangan pintu ruangan kantornya, ponselnya telah berdering. Ketika dia melihat nama di
"Tuan muda Fikri..." Dokter perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata dengan jujur."Kami telah mengeluarkan tiga peluru dari kaki Tuan muda. Peluru itu telah merusak jaringan otot Tuan muda Fikri secara total. Meskipun sudah sembuh total, Tuan muda Fikri juga sudah lumpuh dalam kemampuan berjalannya.""Apa! Dasar kalian dokter sialan! Mengapatidak menyembuhkan anakku sepenuhnya?" Ayah Fikri menendang dokter ahli bedah itu ke lantai dan lanjut menendangnya beberapa kali, yang membuat dokter itu menutupi perutnya sambil menjerit kesakitan.Ayah Fikri mengutuknya."Jika anakku lumpuh selamanya, aku akan langsung meminta rumah sakit kalian untuk memecatmu!""Hah! Tidak, aku tidak ingin menjadi orang lumpuh, lebih baik aku mati daripada hidup dengan kondisi yang lumpuh!" Setelah Fikri yang terbangun mendengar kata-kata dokter, dia juga merasa penuh takut dan cemas."Anakku, tidak akan, kakimu tidak bisa disembuhkan di sini, karena kemampuan medis mereka tidak bagus. Ibu akan segera
Medi tiba-tiba melihat bahwa ada seorang pria yang berdiri di belakang Disa. Dia adalah bawahannya Damar dan namanya adalah Wasa. Dia memegang sebuah pistol di tangannya dan membidik ke arah kepala Disa. Medi terkejut. Dia juga mengerti bahwa Damar telah mengantisipasinya."Jika kamu tidak ingin wanitamu mati, masuklah ke dalam!" Kata Wasa di belakang Disa. Dia ingin menyelesaikan Medi di dalam kamar.Wasa menggunakan pistol untuk membidik kepala Disa. Disa ketakutan sampai berteriak, lalu dia menatap Medi dan air mata mengalir keluar dari matanya. "Medi, aku takut, Medi...""Jangan sentuh dia, aku akan masuk ke dalam!”Medi mengangkat kedua tangannya dan berjalan perlahan ke dalam kamar selangkah demi selangkah."Brengsek!”Setelah Medi masuk dan diperiksa oleh kedua orang lainnya untuk memastikan bahwa dia tidak membawa pistol, pinggangnya ditendang oleh kedua orang itu sampai jatuh ke tanah."Kalian..." Medi ingin segera berdiri. Dia menoleh dan menyadari bahwa dirinya telah dib
"Aku berharap Anda bisa melepaskan Disa pergi dan membiarkan dia kembali kekampung halamannya! Jangan ganggu dia!"Medi merasa bahwa Damar pasti akan menyetujui keinginannya. Lagi pula, tidak ada yang salah dengan Disa."Kamu harus tahu bahwa dia bukan orangmu, melainkan dia adalah orangku! Dia harus melakukan apa yang kuminta padanya!" Suara Damar membawa sedikit keagungan. Memang, Disa adalah Nona baru dari satu klub di bawah naungan keluarga Damar saat itu dan Damar yang mengirimkan Disa untuk Medi, juga bisa dikatakan bahwa Disa adalah orangnya Damar."Apa yang ingin anda lakukan?" Medi benar-benar kecewa pada Damar dan tinjunya sudah mengepal."Jadi Nona." Kata Damar dengan santai. Dia sudah tidak ingin berbicara dengan Medi lagi. Amarah Medi di dalam hatinya melonjak dan tinjunya dikepal sampai berbunyi "cit cit"."Tidak hanya ini saja!"Terdengar lagi suara Fikri dalam panggilan. Setelah Fikri mendengar Medi yang sudah marah, dia merasa sangat senang."Setelah kamu mati, ak
Jawab Medi dengan pelan. Suaranya yang pelan membuat hati Damar sedikit bergetar."Tak terduga bahwa aku masih hidup, mereka semua sudah dibunuh oleh ku, sedangkan Disa ku juga sudah mati." Ketika membicarakan tentang kematian Disa, suara Medi menjadi sedih. Matanya memerah dan darah keluar dari hidungnya, kemudian Medi meraung sekali lagi."Tahukah kamu bahwa Disa yang kusayangi sudah mati!""Kamu tenang saja, aku pasti akan membalas kembali hutang darah ini. Huh, mengapa jika kamu dari keluarga kaya ataupun keluarga terhormat? Aku Medi pasti akan membiarkan kalian membayar pengorbanannya, hahaha..." Medi menyeringai sesaat dan langsung melemparkan ponsel itu. Setelah Medi melemparkan ponsel itu, dia melihat ke arah Disa dan berpindah perlahan. Dia duduk di lantai dan membiarkan kepala Disa bertumpu pada pahanya sendiri. Medi mengusap rambut Disa dengan lembut dan bergumam."Disa, maafkan aku, aku pernah bilang bahwa jika aku telah mendapatkan uang banyak, aku akan membawamu kelili
"Baik!"Jawab petugas polisi itu. Setelah itu, dia mengikuti Polisi wanita di belakang dan berjalan menuju aula. Polisi wanita itu membawa empat orang bawahannya, lalu masuk ke dalam mobil polisi dan menuju tujuannya.Setelah tiba, polisi wanita masih memiliki banyak keraguan tentang laporan dari Medi. Dia sama seperti polisi lainnya, di mana reaksi pertamanya adalah Medi sedang melakukan beberapa trik! Mereka perlahan bergerak ke depan pintu kamar. Polisi wanita dan lainnya menggunakan gerakan tangan untuk berkomunikasi satu sama lain di sini. Ludi yang sebelumnya bertugas untuk merekam pengakuannya, berinisiatif untuk berjalan ke depan pintu. Dia adalah orang pertama yang masuk. Tugas dari orang pertama adalah menendang pintu sampai terbuka dengan satu kaki, agar rekan lainnya bisa bergegas masuk ke dalam, tetapi jika penjahat di dalamnya telah menduga bahwa polisi akan masuk ke dalam, maka tingkat risiko dari orang ini sangat tinggi.Polisi wanita mengangkat tangan kanannya untuk
"Bawa dia pergi!" Kata Polisi wanita kepada bawahan di belakangnya."Baik!”Jawab dari kedua bawahannya. Sambil berbicara demikian, mereka berdua berjalan mendekati Medi dan dua orang polisi lainnya membidik pistol mereka ke arah Medi.Kedua polisi itu memborgol Medi. Ketika mereka baru saja mengangkat Medi, Medi memutarkan matanya dan terjatuh pingsan. Tubuhnya telah ditembak lima kali dan keyakinannyalah yang mendukung dia sampai menunggu polisi datang."Bawa dia ke rumah sakit segera!" Polisi wanita memeriksa nafas Medi dan berbicara kepada polisi lainnya.Polisi wanita dan lainnya menelepon nomor 120. Setelah 120 datang, polisi wanita mengirim dua orang polisi ke rumah sakit bersama Medi, sedangkan dia dan kedua orang polisi lainnya mengendarai mobil polisi untuk kembali ke kantor polisi. Polisi wanita meminta kedua orang polisi itu melapor kepada Kepala polisi, sedangkan dirinya langsung pergi ke ruang tahanan dan tiba di dalam sebuah kamar kecil tempat Kevin ditahan.Ketika po
Sambil berteriak demikian, Fandi segera berdiri dan keluar dari ruangan kantornya."Apa yang terjadi?"Fandi berdiri di depan Kevin dan bertanya pada Polisi wanita dengan marah."Kalian, bawa dia kembali ke ruang tahanan sekarang." Teriak Fandi sambil menatap kedua orang polisi itu. Kedua orang polisi itu hendak akan menahan Kevin lagi. Polisi wanita menghalangi kedua orang polisi itu dan berbicara kepada Fandi."Kepala polisi, sekarang sudah terbukti bahwa Kevin tidak bersalah dan kita seharusnya membebaskannya!""Dia tidak bersalah? Siapa yang telah membuktikannya! Bawa dia kembali ke ruangtahanan sekarang!"Kata Fandi lagi."Pistol dalam kasus penembakan di rumah Fikri hanya ada sidik jari Fikri dan Medi di bagian pelatuknya. Ini telah menunjukkan bahwa pastinya bukan Kevin yang menembaknya saat itu. Sebelumnya, kami telah menangkap Medi dan dia telah mengaku secara pribadi bahwa dia yang menembak Fikri. Alasannya adalah karena dia tidak tahan dengan kemarahan Fikri dan Damar pad
"Ayo pergi! Kita harus sampai di Istana lebih cepat." Kata Kevin yang tidak mempedulikan sarang Rani."Baik!"Di antara Rani, Bunga, Meri dan Dara, Rani dan Bunga memimpin di depan, Meri dan Dara berjalan di belakang. Dengan pantulan cahaya bulan, pemandangan di sekitarnya masih sangat jernih. Karena Kevin jalan kaki, jadi tubuh mereka bisa mengeluarkan panas, sehingga mereka tidak dingin. Setelah 1 jam lebih, mereka akhirnya bisa melihat cahaya di puncak."Tuan muda Kevin, itu adalah istana kita!" Kata Rani kepada Kevin, sambil menunjuk ke arah cahaya itu."Baik, ayo kita pergi!"Ketika Kevin semakin dekat ke Istana, mereka melihat mayat yang berserakan di tanah, ada dari organisasi lain, ada juga dari istana.Emosi keempat wanita itu juga sangat bergejolak! Mereka ingin sekali bergegas ke Istana dan menghabisi semua orang yang masuk ke istana. Ketika mereka berada sekitar 500 meter dari istana, mereka melihat banyak sekali orang di depan gerbang istana!Itu adalah orang dari organ
"Mana obatnya, cepat beri dia makan!"Teriak Kevin."Tuan muda Kevin, sudah kami berikan kepada nona Elmira." Kata Rani. Sekarang bagi Elmira, obatnya sudah tidak terlalu berguna lagi." Kevin…”Panggil Elmira dengan suara lemah."Sebenarnya…. aku tahu kamu menipuku. Penyakit aku…. aku sendiri tahu. Aku sangatbahagia, kamu bisa membawa aku datang untuk…untuk melihat pemandangan, tapi… tapi aku mungkin tidak bisa menemanimu lagi...""Tidak!" Mata Kevin penuh dengan air mata. Dia berbicara."Elmira, kamu dengarkan aku. Aku pasti akan menyembuhkanmu. Rani mengatakan di Istana ada Teratai Salju. Setelah makan Teratai Salju, penyakitmu pasti akan sembuh, percaya padaku...""Kevin…" Elmira tiba-tiba pingsan kembali."Elmira! Elmira!" Kevin terus berteriak. Setelah memastikan Elmira masih bernafas, dia langsung menyuruh Rani, Bunga untuk memegangnya. Kevin juga duduk ke atas ranjang."Elmira, kamu tidak akan mati. Kita masih belum pernah menikmati hari bahagia bersama, bagaimana kamu bi
Kevin menggendong Elmira masuk ke dalam mobil. Rani, Bunga dan Meri yang menjaga Elmira. Dara duduk di samping Kevin dan mengarahkannya.Kevin mengendarai mobilnya keluar dari Kota, dan langsung melaju ke Istana.Istana terletak di Pegunungan Puncak Emu, sekitar 2000 meter diatas permukaan laut, umumnya hanya sedikit orang yang pergi ke sana, kecuali beberapa pendaki gunung dan penjelajah. Tapi infrastrukturnya sangat hebat. Jadi bukan hanya ada jalan umum, tapi juga ada petunjuk jalan.Istana hidup di zaman modern. Tentunya semua rumah dan listrik di dalamnya itu, Istana yang membayar orang untuk memasangnya. Dengan arahan Dara, Kevin sampai di pegunungan. Pemandangan di sini berbeda dengan yang lain. Jalan dua arah yang panjang ini dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi."Tuan muda Kevin, kematian ketua belum aku sampaikan ke istana. Kebetulan kali ini kamu juga bisa mengadakan ritual penerimaan posisi ketua di istana." Kata Meri."Sekarang semuanya tidak penting, aku hanya berhara
Melihat kondisi Elmira yang begitu lemah, keempat wanita itu merasa khawatir dan sedih!Penerbangan Kevin disiarkan di lobi bandara."Ayo kita pergi!" Kevin memapah Elmira, dan berjalan ke arah pintu masuk bersama keempat wanita. Melihat pesawat mereka terbang, seseorang keluar dari tiang lobi bandara. Dia adalah suruhan Damar yang datang memonitor Kevin. Orang ini langsung menelepon Damar"Tuan muda Damar, Kevin naik pesawat tujuan Kota! Melihat kondisi wanita itu, sepertinya sudah tidak bisa bertahan lagi!""Bagaimana dengan kondisi Kevin?" Tanya Damar."Sejak dia menyadari kondisi wanita itu, suasana hatinya terus sangat sedih! Semalam, aku melihat dia diam-diam menangis! Tapi dia juga pergi ke kediaman keluarga Zano sekali! Aku tidak tahu apa yang dibicarakannya!""Baik, bagus sekali!" Kata Damar, kemudian dia memutuskan teleponnya. Damar sedang berada di hotel. Sementara ini dia menyembunyikan Natasha di sini. Sekarang Natasha sedang berada di sampingnya, semua pembicaraan tel
"Aku merasa sangat pusing, seluruh badan lemas tidak bertenaga, kenapa bisa begini? Dokter bilang aku kena penyakit apa...." Tanya Elmira dengan suara lemas.Dia masih belum tahu kondisi dirinya. Melihat Elmira yang lemah ini, hati Kevin seperti ditusuk-tusuk."Tidak apa-apa." Kevin langsung memegang tangan Elmira. Sambil tersenyum dia berbicara“Dokter bilang kamu masuk angin yang sangat parah, jadi perlu istirahat di rumah sakit 2 hari. Kamu pasti akan sembuh!""Ooiya, baguslah kalau begitu." Elmira tersenyum datar, seperti krisan berwarna putih. Dia melanjutkan."Aku pikir Natasha sebentar lagi akan membawakan sup untukku. Mungkin setelah makan supnya, aku akan sembuh lebih cepat."Mendengar Elmira masih menganggap Natasha teman baik, Kevin sangat sakit hati. Tapi sekarang dia juga tidak boleh memberitahu Elmira faktanya.Rani dan ketiga perempuan itu juga terlihat sangat marah. Tapi mereka juga tidak berani mengatakan apapun karena takut membuat Elmira lebih parah."Aku lelah,
" Kevin, cepat berdiri!" Zano langsung menyuruh Kevin berdiri. Dia mengerutkan keningnya dan berbicara."Kamu adalah penyelamat keluargaku, jangan berlutut kepadaku. Muncul masalah seperti ini, aku tahu hatimu lebih sakit dari siapapun!" "Bagaimana dengan kondisis Elmira sekarang?" Tanya Zano. Ini adalah pertanyaan yang paling ingin dia tahu."Di tubuhnya terdapat banyak unsur racun, semua rumah sakit bilang jika Elmira sudah… sudah tidak mungkin hidup lagi. Sekarang Elmira dirawat di Rumah Sakit. Rumah Sakit sementara bisa mempertahankan nyawa Elmira. Tapi mereka juga tidak yakin 100%!""Ahh…"Setelah mendengar penjelasan Kevin, dada Zano langsung terasa sakit, dia tidak bisa berdiri tegak dan hampir saja terjatuh. Untung langsung ditangkap oleh Anjas."Ayah, bagaimana denganmu?" Tanya Anjas sambil menatap ayahnya dengan khawatir. Melihat ekspresi ayahnya membaik, dia mengeluarkan ponsel dan membuka satu foto."Ini adalah hasil pengecekan Elmira."Zano langsung mengambil dan memb
"Ooh, aku baru ingat. Elmira terluka, dia sekarang seharusnya minum sup untuk menguatkan diri!" Kata Natasha yang berusaha menutupinya. Sambil berbicara, dia membawakan supnya ke depan Elmira, dan berbicara.“Elmira, ini adalah sup tahu jamur yang aku masak, masih segar sekali. Kamu coba dulu!""Aku sudah minum, memang enak sekali!" Kevin mendekat, mangkoknya sudah kosong."Baik..." Elmira berbicara sambil menerima mangkoknya."Elmira jangan minum, tidak baik menerima sesuatu dari orang lain. Kita juga tidak tahu dia punya maksud apa!" Rani menarik tangan Elmira."Rani, jika kamu berbicara seperti itu lagi, aku akan benar-benar marah. Natasha adalah teman baikku, dia tidak akan mencelakakanku!"Elmira berbicara kepada Rani.Selesai berbicara, Elmira menerima mangkok dari tangan Natasha, dan langsung meminumnya."Natasha, sup yang kamu masak sangat enak! jika kamu buka restoran, restoran lain pasti akan bangkrut!" Canda Elmira."Iya." Natasha tersenyum kepada Elmira. Dia juga mel
"Tuan muda Damar, aku melakukan banyak hal jahat untukmu. Kamu harus memberikan kompensasi sebanyak mungkin kepadaku, jangan sampai membiarkan aku menderita sedikitpun."Kata Natasha dengan serius sambil menatap Damar."Baik, aku berjanji denganmu. Aku Damar selalu menepati janji, kamu pasti akan menjadi nyonya dari Keluarga besarku!" Damar lalu berdiri dan berjalan ke belakangnya. Dia mendekatkan wajah ke bahunya, sambil berbicara."Sayangku, sudah selesai makan? Kalau sudah, ayo kita ke atas dan nikmati kehidupan surgawi kita!"Natasha tersenyum, dia lalu berdiri dan bersandar di bahu Damar. Mereka berdua berjalan ke lantai dua.Keesokan harinya, Kevin libur hari ini, dia jalan-jalan di lingkungan kampusnya. Dia sampai di lapangan, lapangannya penuh dengan orang-orang. Ada yang bermain basket, ada yang main bulu tangkis. Di landasan lari lapangan, ada beberapa kelas yang sedang berolahraga. Kevin melihatnya, salah satu kelasnya itu adalah kelas Elmira.Saat ini, Elmira sedang berdi
Natasha menelepon Damar dan menanyakan tentang apa yang terjadi dengan Tora. Dia baru tahu ternyata Damar menyuruh orang menghajarnya sampai masuk rumah sakit. Alasannya karena Tora bersikap tidak sopan kepada Damar di depan Kediaman keluarga. Natasha memanggil mobil dan bergegas ke rumah sakit.Kevin membeli beberapa hadiah di depan rumah sakit terlebih dahulu. Setelah sampai di depan kamar Tora, dia mendorong pintunya dan berbicara."Kakak Tora, aku datang menjengukmu!"Kevin terkejut melihat pemandangan di kamar rawat inap. Natasha sedang berada di kamarnya dan duduk di samping ranjang Tora."Kenapa kamu bisa ke sini?" Kata Kevin yang penasaran.."Oh, aku mendengar satpam lain bilang bahwa kamu punya seorang teman sesama satpam yang masuk rumah sakit, jadi aku datang menjenguknya. Ternyata hari ini kamu juga datang." Kata Natasha sambil tersenyum." Kevin, hari ini terima kasih nona Natasha.Adikku pergi ke sekolah, jadi tidak ada yang menjagaku. Nona Natasha mengambilkan makanan