Kevin berkata."Aku mewakili Rika memberikanmu dua tamparan, jangan menghinanya lagi kelak!"Kevin berjalan lagi menghampiri Tuan muda Erik, Tuan muda Erik gemetar di dalam hatinya, menundukkan kepala, hanya berharap Kevin akan berjalan melewatinya dengan cepat.Dia sedang berfantasi, ada bayangan gelap melintas di depannya, dan hati Tuan muda Erik tiba-tiba menyusut, tiba-tiba hidungnya terasa masam, dia telah menerima pukulan dari Kevin, dan kemudian jatuh tersungkur ke lantai.Tuan muda Erik dalam keadaan linglung selama beberapa detik, ketika tersadar, ada darah merah segar mengalir dari hidungnya. Kevin telah kembali berdiri di samping Mia.Mia bertepuk tangan dan tertawa."Kedua orang ini sudah selayaknya mendapatkan iyu! pecundang kecil, kerja yang bagus!"Kevin tersenyum dan berkata."Tidak menarik lagi di sini, ayo pergi."Kevin mengambil tas Rika dan berjalan keluar bersama Mia dan Rika, Orang-orang yang berlutut di aula segera memberi jalan kepada Kevin dan membiarkan mere
Melalui pertemuan yang sering mereka lakukan selama sepuluh hari terakhir, Dinara tidak lagi terlalu berhati-hati seperti sebelumnya."Lelah, tapi ada kamu yang menyeka keringatku, selelah apapun itu tidak akan terasa!" Arhan memandang Dinara dan tersenyum.Dinara tersipu, mengulurkan tangannya untuk menyeka keringat Arhan, hatinya terasa manis, lalu merasa sangat tersentuh. Sibuk menahan diri untuk tidak berpikir sembarangan, berpikir bahwa Tuan muda Arhan adalah tunanganadiknya, bagaimana bisa dia membantunya menyeka keringat?Arhan memarkir sepeda dan berkata kepada Dinara."Ayo pergi, kita naik taksi dan pergi bermain ke Danau."Arhan dan Dinara memanggil taksi dan sampai di pusat wisata Danau, karena Asian Games, membuat pengunjung di sini jauh lebih banyak dari biasanya. Arhan menemani Dinara, berjalan di pinggir Danau, keindahan Danau sungguh tiada tara, sampai-sampai tidak menyadari, sudah hampir pukul 12.Arhan meminta Dinara duduk di atas batu di tepi Danau, dan dia pergi m
"Tuan Muda, bagaimana keadaan Anda?" Seseorang yang datang untuk menyelamatkan bergegas menghampiri Arhan dan bertanya."Dinara, baguslah kalau kamu... baik-baik saja" Kata Arhan, lehernya miring dan pingsan."Tuan muda Arhan! Tuan muda Arhan!" Dinara memeluk kepala Arhan dan berteriak dengan keras, air mata lagi-lagi mengalir deras dari matanya.Helikopter langsung membawa Tuan muda Arhan dan Dinara ke Rumah Sakit. Tuan muda Arhan langsung diantarkan ke ruang gawat darurat.Dinara menunggu di luar ruang gawat darurat, merasa sangat khawatir dan cemas, terharu dan juga takut, dia sangat berharap yang berada di ruang gawat darurat sekarang adalah dirinya dan bukanlah Tuan muda Arhan.Pukul 5 sore Tuan muda Arhan baru dipindahkan ke kamar pasien, tetapi dia dalam keadaan tidak sadarkan diri, Dinara selalu duduk di samping Tuan muda Arhan, memegang tangannya dan menatapnya dengan penuh rasa cemas.Pukul 8 malam, Dinara melihat kelopak mata Arhan sedikit bergerak dan perlahan membuka ma
"Aku harus menikahimu, jika kamu tidak setuju kali ini, aku akan tetap mengejarmu sampai kamu bersedia untuk bersamaku, tapi mungkin aku akan terluka seperti hari ini lagi, Dinara apa kamu ingin melihatku selalu terluka? "kata Arhan."Kamu sudah tahu aku tidak ingin, masih saja bertanya padaku." Kata Dinara.Arhan tersenyum dan berkata."Karena kamu sangat peduli padaku, maka kamu temani aku untuk menjelaskan kepada Diana dan ayahmu.""Aku tidak akan pergi, kamu pergi sendiri." Kata Dinara dengan malu.Arhan meraih tangan Dinara dan memintanya untuk duduk di sebelahnya, lalu tersenyum."Aku tidak akan pergi jika sendiri, jika kamu tidak menemaniku, aku akan berpura-pura menjadi pecundang dan pergi ke kampus lagi. Orang lain mungkin akan mengejekku lagi, selama kamu tidak keberatan calon suamimu ini dimaki orang, aku juga tidak masalah."Dinara tersipu dan tersenyum malu, berkata."Seorang pria muda yang baik dan kaya, kesurupan setan apa hingga bisa berpura-pura menjadi seorang pecund
"Dinara, Ayah menuruti perkataanmu, apa kamu menyetujui Tuan muda Arhan?"Saat ini, sorot mata dari tiga orang di dalam ruang pribadi tertuju pada diri Dinara, membuat Dinara merasa sangat tidak nyaman, dia meremas sudut bajunya dengan kesal, dan raut wajahnya terlihat gusar."Aku... Aku… "Tanpa sadar melirik Diana sekilas.Hati Diana tergerak, berpikir bahwakakaknya tidak berani membuat keputusan, karena menghargai dirinya Diana meraih tangan Dinara dan berkata dengan lembut."Kakak, katakan saja apa yang kamu pikirkan, aku tidak akan marah."Dinara melihat senyum di wajah Diana, dia sama sekali tidak marah karena pembatalan pernikahan Arhan. Sudah sangat jelas, dia tidak menganggap serius kontrak pernikahan ini, rasa cemas itu perlahan hilang, berkata perlahan."Tuan muda Arhan begitu baik, aku tentu saja bersedia."Dendi tersenyum dan berkata."Karena Dinara telah berkata demikian, apa lagi yang bisa saya katakan, Tuan muda Arhan, saya setuju, menurutku Tuan muda Arhan dan Dinara
"Apa, apa maksud Tuan Muda Arhan?" Wira terkejut dan bertanya.Sambil memegang gelas, Arhan menyeret Wira menjauh dari orang lain ke samping jendela dan berkata."Kamu tahu, sebelum aku bertemu dengan Dinara, aku selalu menyukai Diana, tetapi aku belum pernah mencicipi wanita ini, tidakkah kamu merasa sedikit disayangkan?""Benar, memang cukup disayangkan." Ucap Wira.Rasa cinta Arhan terhadap Diana dulu sama sekali tidak kalah dengan rasa cintanyasaat ini kepada Dinara, karena bagaimanapun juga Keluarga Dendi termasuk lima keluarga teratas, jadi Arhan tidak bisa menggunakan cara yang jahat untuk mendapatkannya, hanya bisa menikah dengannya, kemudian mencicipi rasanya.Dan saat ini, kontrak pernikahannya dengan Diana telah berakhir, dia tidak bisa lagi mencicipi 'rasa' tubuh Diana. Pada dasarnya memang tidak ada apa-apanya, karena bagaimanapun juga baginya Dinara jauh lebih cantik dibandingkan dengan Diana. Namun, pada saat makan siang tadi, senyum Diana benar-benar telah mengusik p
"Andin, banyak sekali temanmu?" Diana terkejut, dia berpikir Andin hanya datang sendiri."Iya, semakin banyak orang semakin seru." Ujar Andin sambil tersenyum, lalu dia melirik Kevin sekilas, dan bertanya."Diana, ini…""Dia temanku, namanya Kevin." Diana menatap Kevin, dan kembali memperkenalkan."Ini Andin, dia juga temanku..."Kevin pun menyapa Andin dan juga teman-temannya yang lain, begitu juga dengan Andin, dia juga memperkenalkan teman-temannya kepada Diana.Pandangan Andin selalu tertuju pada Kevin, melihat pakaiannya yang lusuh, dalam hatinya dia sudah bisa mengetahui sebagian besar identitas Kevin, hingga akhirnya dia bertanya."Kevin, apa bisnis keluargamu?""Ah… Keluargaku orang biasa, tidak ada bisnis apa-apa." Kata Kevin sambil tersenyum."Oh… Kalau begitu, berarti keluargamu sama sekali tidak bekerja?" Andin berpikir, ternyata tebakannya tidak meleset sedikit pun.Kemarin, Tuan Muda Wira tiba-tiba mencarinya, dia mengatakan jika hari ini dirinya bisa menjodoh-jodohkanny
"Eh…" Wira membeku di tempat, dia melirik dengan kesal pada Kevin."Tuan Muda Wira, itu hanyalah orang sampah, Anda tidak perlu mengambil hati! Tunggu nanti setelah masuk ke dalam, kami akan membantumu berbicara, agar Anda dan Diana bisa memiliki hubungan yang baik!" Andin melontarkan kata-kata manis, diikuti dengan anggukan kepala yang lain.Sekelompok orang ini masuk ke dalam ruangan terbaik yang ada di lapangan, mereka mendapatkan posisi yang paling bagus dalam menonton pertandingan, mereka bisa melihat luar dalam lapangan ini. Di sana, selain Diana dan Wira yang merupakan orang kaya generasi kedua, mereka semua berasal dari keluarga sederhana, dan mereka sangat takjub dengan ruangan ini."Ini adalah ruangan terbaik yang dipesan oleh Tuan Muda Wira! Orang biasa tidak akan mampu!" Ujar Andin, lalu teman-teman yang dibawa olehnya segera menambah pembicaraan."Benar sekali, kita benar-benar beruntung bisa dekat dengan Tuan Muda Wira.""Terima kasih, Tuan Muda Wira.""Jika bukan karen
Tidak lama kemudian, ratusan wanita dari Istana sudah berhadapan dengan ribuan orang dari Organisasi lainnya. Kevin menengok ke belakang, Elmira sedang dijaga oleh Meri yang terluka. Walaupun Meri dipukul oleh Raja Biru, tubuhnya sekarang lemah, tapi untuk mengatasi orang-orang lemah seperti ini bukanlah hal yang sulit baginya. Tapi Kevin tetap khawatir dengan keselamatan Elmira.Setelah memukul seorang pemimpin kecil sampai mati, Kevin berlari ke arah Elmira. Raja Biru langsung tahu wanita yang sedang pingsan di samping Meri itu sangat penting bagi Kevin! Sepertinya dia bisa memanfaatkan wanita ini.Kevin melompat ke samping Meri. Beberapa anggota organisasi menyerang Kevin dan Meri dengan pisau dan kapak. Kevin mengambil gelang di tangan Meri, menggenggamnya dengan keras, benang gelang tersebut putus seketika, menjadi beberapa butir mutiara."Awas!" Kevin melempar belasan butir mutiara tersebut ke arah mereka, seketika mereka terjatuh di tanah dan kesakitan."Semuanya, kita bunuh w
Teriak Raja Biru, dia merasa Kevin hanyalah seekor ayam lemah yang tidak tahu berasal dari mana."Aku adalah muridnya Nenek!”Ucap Kevin."Segera bawa orang kalian pergi dari Istana, kami masih bisa mengampuni kalian!""Haha, mengampuni kami? Sekarang pasukan kami yang sedang menyerangmu, kamu bilangkamu bisa memaafkan kami? Lucu!" Kata Raja Biru sambil tertawa sinis."Kamu adalah muridnya Nenek? Kalau begitu aku akan membunuhmu dulu, lalu baru menghancurkan Istana!""Bocah, mati kamu!" Raja Biru sudah menganggap Kevin adalah seekor ayam lemah, dia mau menggunakan Kevin untuk mengancam mereka semua, juga sebagai balasan atas kematian bawahannya tadi."Cari mati!"Keempat wanita ingin bergerak untuk mengatasi Raja Biru. Seketika mereka berempat berlari ke arah Raja Biru! Kedua pihak mulai bertarung. Kemampuan Raja Biru juga tidak lemah, walaupun dia dikepung oleh empat orang, tapi dia tetap tidak panik, bahkan bisa mengimbangi mereka berempat."Aku juga ikut!"Ada beberapa pemimpin
"Tidak tahu malu…""Murid boleh dibunuh, tapi tidak boleh dihina, kami semua akan menghabisi kalian.""Nona Ranti, ayo kita bergerak, orang-orang yang tidak tahu malu ini sangat keterlaluan."Para pengikut dari Istana meminta Ranti memberi perintah untuk bertarung dengan mereka, tapi Ranti sebagai penanggung jawab Istana sementara, jika keputusannya membuat Istana hancur seketika, bagaimana dia bisa bertemu dengan pemimpin?Rantig terdiam."Nona Ranti tidak bicara, berarti ku anggap kamu menyetujuinya."Raja Biru tertawa, dia memanggil seorang bawahannya yang jelek, menunjuk para pengikut dari Istana dengan dagunya"Ku Beri kamu satu kesempatan, kamu boleh mengelus satu wanita yang kamu suka! Tenang saja, mereka tidak berani menyerang, jika mereka berani menyerangmu, maka kita semua akan meratakan Istana ini!"Raja Biru mendorong bawahannya itu ke arah para pengikut Istana. Para pengikut Istana menatap seorang bawahan yang sedang tertawa jahat itu, dia tidak bisa membiarkan para peng
"Ayo pergi! Kita harus sampai di Istana lebih cepat." Kata Kevin yang tidak mempedulikan sarang Rani."Baik!"Di antara Rani, Bunga, Meri dan Dara, Rani dan Bunga memimpin di depan, Meri dan Dara berjalan di belakang. Dengan pantulan cahaya bulan, pemandangan di sekitarnya masih sangat jernih. Karena Kevin jalan kaki, jadi tubuh mereka bisa mengeluarkan panas, sehingga mereka tidak dingin. Setelah 1 jam lebih, mereka akhirnya bisa melihat cahaya di puncak."Tuan muda Kevin, itu adalah istana kita!" Kata Rani kepada Kevin, sambil menunjuk ke arah cahaya itu."Baik, ayo kita pergi!"Ketika Kevin semakin dekat ke Istana, mereka melihat mayat yang berserakan di tanah, ada dari organisasi lain, ada juga dari istana.Emosi keempat wanita itu juga sangat bergejolak! Mereka ingin sekali bergegas ke Istana dan menghabisi semua orang yang masuk ke istana. Ketika mereka berada sekitar 500 meter dari istana, mereka melihat banyak sekali orang di depan gerbang istana!Itu adalah orang dari organ
"Mana obatnya, cepat beri dia makan!"Teriak Kevin."Tuan muda Kevin, sudah kami berikan kepada nona Elmira." Kata Rani. Sekarang bagi Elmira, obatnya sudah tidak terlalu berguna lagi." Kevin…”Panggil Elmira dengan suara lemah."Sebenarnya…. aku tahu kamu menipuku. Penyakit aku…. aku sendiri tahu. Aku sangatbahagia, kamu bisa membawa aku datang untuk…untuk melihat pemandangan, tapi… tapi aku mungkin tidak bisa menemanimu lagi...""Tidak!" Mata Kevin penuh dengan air mata. Dia berbicara."Elmira, kamu dengarkan aku. Aku pasti akan menyembuhkanmu. Rani mengatakan di Istana ada Teratai Salju. Setelah makan Teratai Salju, penyakitmu pasti akan sembuh, percaya padaku...""Kevin…" Elmira tiba-tiba pingsan kembali."Elmira! Elmira!" Kevin terus berteriak. Setelah memastikan Elmira masih bernafas, dia langsung menyuruh Rani, Bunga untuk memegangnya. Kevin juga duduk ke atas ranjang."Elmira, kamu tidak akan mati. Kita masih belum pernah menikmati hari bahagia bersama, bagaimana kamu bi
Kevin menggendong Elmira masuk ke dalam mobil. Rani, Bunga dan Meri yang menjaga Elmira. Dara duduk di samping Kevin dan mengarahkannya.Kevin mengendarai mobilnya keluar dari Kota, dan langsung melaju ke Istana.Istana terletak di Pegunungan Puncak Emu, sekitar 2000 meter diatas permukaan laut, umumnya hanya sedikit orang yang pergi ke sana, kecuali beberapa pendaki gunung dan penjelajah. Tapi infrastrukturnya sangat hebat. Jadi bukan hanya ada jalan umum, tapi juga ada petunjuk jalan.Istana hidup di zaman modern. Tentunya semua rumah dan listrik di dalamnya itu, Istana yang membayar orang untuk memasangnya. Dengan arahan Dara, Kevin sampai di pegunungan. Pemandangan di sini berbeda dengan yang lain. Jalan dua arah yang panjang ini dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi."Tuan muda Kevin, kematian ketua belum aku sampaikan ke istana. Kebetulan kali ini kamu juga bisa mengadakan ritual penerimaan posisi ketua di istana." Kata Meri."Sekarang semuanya tidak penting, aku hanya berhara
Melihat kondisi Elmira yang begitu lemah, keempat wanita itu merasa khawatir dan sedih!Penerbangan Kevin disiarkan di lobi bandara."Ayo kita pergi!" Kevin memapah Elmira, dan berjalan ke arah pintu masuk bersama keempat wanita. Melihat pesawat mereka terbang, seseorang keluar dari tiang lobi bandara. Dia adalah suruhan Damar yang datang memonitor Kevin. Orang ini langsung menelepon Damar"Tuan muda Damar, Kevin naik pesawat tujuan Kota! Melihat kondisi wanita itu, sepertinya sudah tidak bisa bertahan lagi!""Bagaimana dengan kondisi Kevin?" Tanya Damar."Sejak dia menyadari kondisi wanita itu, suasana hatinya terus sangat sedih! Semalam, aku melihat dia diam-diam menangis! Tapi dia juga pergi ke kediaman keluarga Zano sekali! Aku tidak tahu apa yang dibicarakannya!""Baik, bagus sekali!" Kata Damar, kemudian dia memutuskan teleponnya. Damar sedang berada di hotel. Sementara ini dia menyembunyikan Natasha di sini. Sekarang Natasha sedang berada di sampingnya, semua pembicaraan tel
"Aku merasa sangat pusing, seluruh badan lemas tidak bertenaga, kenapa bisa begini? Dokter bilang aku kena penyakit apa...." Tanya Elmira dengan suara lemas.Dia masih belum tahu kondisi dirinya. Melihat Elmira yang lemah ini, hati Kevin seperti ditusuk-tusuk."Tidak apa-apa." Kevin langsung memegang tangan Elmira. Sambil tersenyum dia berbicara“Dokter bilang kamu masuk angin yang sangat parah, jadi perlu istirahat di rumah sakit 2 hari. Kamu pasti akan sembuh!""Ooiya, baguslah kalau begitu." Elmira tersenyum datar, seperti krisan berwarna putih. Dia melanjutkan."Aku pikir Natasha sebentar lagi akan membawakan sup untukku. Mungkin setelah makan supnya, aku akan sembuh lebih cepat."Mendengar Elmira masih menganggap Natasha teman baik, Kevin sangat sakit hati. Tapi sekarang dia juga tidak boleh memberitahu Elmira faktanya.Rani dan ketiga perempuan itu juga terlihat sangat marah. Tapi mereka juga tidak berani mengatakan apapun karena takut membuat Elmira lebih parah."Aku lelah,
" Kevin, cepat berdiri!" Zano langsung menyuruh Kevin berdiri. Dia mengerutkan keningnya dan berbicara."Kamu adalah penyelamat keluargaku, jangan berlutut kepadaku. Muncul masalah seperti ini, aku tahu hatimu lebih sakit dari siapapun!" "Bagaimana dengan kondisis Elmira sekarang?" Tanya Zano. Ini adalah pertanyaan yang paling ingin dia tahu."Di tubuhnya terdapat banyak unsur racun, semua rumah sakit bilang jika Elmira sudah… sudah tidak mungkin hidup lagi. Sekarang Elmira dirawat di Rumah Sakit. Rumah Sakit sementara bisa mempertahankan nyawa Elmira. Tapi mereka juga tidak yakin 100%!""Ahh…"Setelah mendengar penjelasan Kevin, dada Zano langsung terasa sakit, dia tidak bisa berdiri tegak dan hampir saja terjatuh. Untung langsung ditangkap oleh Anjas."Ayah, bagaimana denganmu?" Tanya Anjas sambil menatap ayahnya dengan khawatir. Melihat ekspresi ayahnya membaik, dia mengeluarkan ponsel dan membuka satu foto."Ini adalah hasil pengecekan Elmira."Zano langsung mengambil dan memb