"Apakah kamu sudah bosan hidup? Nenek tua!" Nenek yang mendengarnya langsung marah. Dia menggerakkan telapak tangannya dan bertambah satu buah silet lagi. Detik selanjutnya dia akan mencabut nyawa Ibu Bela. Kevin yang melihatnya langsung menarik tangan nenek dengan takut."Nenek, jangan, mereka tidak mengerti, lepaskan mereka saja." Kata Kevin dengan suara kecil."Lepaskan!" Nenek berteriak kesal. Kevin tahu jika dia melepaskan tangannya, pasti akan mati satu orang. Walaupun takut, dia tetap memegang erat tangan nenek.Tidak tahu kenapa, Ibu Bela menggigil melihat tatapan anak perempuan ini, tanpa sadar diamundur selangkah."Tante Anda jangan takut, aku akan melindungimu! Aku lihat bagaimana perempuan ini akan memukul anda, aku akan menghalanginya!" Saat ini adalah waktu terbaik untuk membuat Ibu Bela terharu, Rifki dengan sok berani berdiri di depan Ibu Bela."Masih tidak mau lepas?" Bahu nenek sedikit bergerak, dia mengeluarkan tenaga yang tidak sampai 10%, tetapi langsung membuat
"Ah..." Irgi sangat kesulitan, ini adalah vilanya Tuan Kevin, bagaimana dia akan mengusirnya."Ibu, Anda tenang dulu. Kita bicarakan baik-baik...""Bicara apa, tidak ada yang perlu dibicarakan dengan penipu ini." Saat ini Ibu Bela sangat marah, dia sudah tidak punya akal sehat lagi."Ohh, aku mengerti, kalian sedang mempermainkan aku. Baik, dia tidak pergi, tapi aku yang akan pergi!" Ibu Bela berjalan ke arah pintu keluar dengan kesal, Irgi juga tidak bisa menariknya."Kamu tetap tinggal, aku saja yang pergi." Saat ini, Kevin akhirnya berbicara. Sepertinya dirinya tidak bisa tidak keluar sekarang, dia berjalan ke samping Irgi dan menepuk bahunya dengan pelan."Selesaikan dalam 2 jam, aku pergi dulu.""Pergi sana, apanya selesaikan dalam 2 jam, kamu punya hak apa untuk menyuruh kami, memang ini rumah kamu! Pergi sana jangan kemari lagi, kami tidak ingin melihatmu lagi..." Mendengar Kevin ingin pergi, hatinya sangat senang. Kevin menarik nafas dalam-dalam dan berjalan ke arah pintu."In
"... dan juga kejadian keluargaku waktu itu, apakah juga... juga kamu yang menyuruh ketua Anas membantuku?" Kata Lisa terpatah-patah, dia merasa ada tumor panas di tenggorokannya, membuat dia susah berbicara. Kevin tetap menatap Lisa dengantenang."Ah.." Lisa tiba-tiba menangis dengan hebat, wajahnya penuh dengan air mata. Pria ini terus membantunya dari awal dan sebagai imbalannya, dia malah merendahkannya di depan teman-teman dan menyindirnya di depan keluarganya. Di hotel, di restoran, di asrama, di cafe, dia terus mempermalukan pria ini tanpa henti.Dan pria yang terus dia permalukan ini adalah pria yang membantunya berkali-kali. Lisa sangat tidak tahu malu, sangat menganggap dirinya hebat. Seberapa jijik dirinya sampai dia bisa melakukan hal seperti ini. Lisa menangis sampai sesak nafas."Lisa, kamu kenapa?""Bagaimana ini?""Kenapa, jangan menangis lagi, coba tarik dan buang nafas dulu...""Beri tahu nenek jangan menangis lagi, ini bisa merusak tubuhmu, cucuku."Semua orang men
"Kevin (Tuan Kevin), Anda...." Bela dan Nisa menatap ke arah Kevin dengan khawatir."Sudahlah, berdiri." Kevin menghela nafas dengan berat. Dia sebenarnya ingin Ibu Bela berlutut lebih lama lagi, tapi ketika teringat dia yang sudah tua, lebih baik sudahlah."Terima kasih Tuan Kevin, terima kasih Tuan Kevin..." Ibu Bela terus berterima kasih kepadanya, kemudian dia berdiri dibantu oleh kedua anak perempuannya."Bela, kamu tidak perlu membantuku. Tubuh ibumu masih kuat, ayo kita duduk. Irgi cepat masak ke dapur sana, biar tuan Kevin bisa makan lebih awal. Bela, kamu tidak perlu mempedulikan aku, kamu duduk sama tuan Kevin sana." Sikap Ibu Bela berubah dengan cepat, dia langsung mengusir Bela untuk duduk di samping Kevin.Vila bernilai milyaran ini milik Kevin, melihat kekayaannya yang sangat besar, tidak disangka Bela mendapatkan menantu emas untuknya, sekarang dia harus membantu Bela mempertahankan hubungan ini."Ei..."Saat ini, Bela menjadi melamun, dulu dia mengira Kevin adalah mahas
"Maksudku, anakku bisa bersama dengan anda, itu adalah impiannya dari dulu. Bela, mulai sekarang kamu harus memperlakukan Tuan Kevin dengan baik, mengerti?""Iya, Bela, kamu harus memperlakukan Tuan Kevin dengan baik....""Aku lihat, Tuan Kevin dan Bela pasti bisa sampai tua…"Irgi dan Nisa juga ikut bicara.Kevin semakin bingung, sekarang bagaimana dia akan mengakhirinya. Ketika Kevin merasa bingung, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang tenang."Kalian salah paham, aku dan tuan Kevin bukan pasangan."Mendengar ibunya dan yang lain begitu bersemangat dan mengira bahwa dia dan Kevin adalah pasangan, Bela semakin merasa tidak tenang. Dia merasa jika tidak jujur sekarang, pasti akan lebih berantakan lagi dan sampai akhirnya tidak terkontrol. Jadi dia langsung mengatakannya."Apa?" Ucapan Bela membuat ibu dan yang lain terkejut, Ibu Bela tersenyum canggung."Bela, mulai sekarang kamu jangan bercanda seperti itu...""Bela mungkin ingin sedikit membuat kita tertawa ya.""Tuan Kevin sangat
"Cepat makan, kenapa terus melihatku?"Nenek menatap Kevin dengan dengan sedikit marah."Oh." Kevin mengangguk, hatinya merasa terharu. Dia memang sudah lapar. Setelah meletakkan tali merahnya di meja, dia mulai makan ayam gorengnya."Kenapa kamu mengambil tali merah ini?" Nenek melihat tali merah di atas meja itu dan sedikit tertarik. Dia berjalan ke depan meja tehnya dan mengambil tali merahnya."Oh, jadi begini." Kevin memakan ayam gorengnya dengan semangat, dia sudah lapar."Pernah sekali aku jalan-jalan ke pasar malam. Orang yang menju gantungan itu memberikan 2 tali merah padaku, dia mengatakan jika dua orang yang berpacaran mengikatnya di tangan masing-masing, tidak peduli sejauh apa, mereka bisa saling merasakan, itudinamakan "Jodoh disatukan oleh satu benang." Jika dipikir-pikir sekarang, aku sangat bodoh, mana mungkin ada hal seperti ini di dunia, hehe." Kevin tersenyum sambil makan ayam gorengnya."Oh...." Mendengar ucapan Kevin, nenek tersenyum pelan."Dia orang awam, man
Ketika Kevin ingin melihatnya lebih detil, nenek sudah meletakkan tangannya."Sudah kenyang.""Iya, lumayan.""Jika sudah kenyang, kemari ikuti aku!" Ketika selesai bicara, nenek langsung berjalan ke arah dapur. Kevin mengikutinya dari belakang, tatapan nenek sudah mengarah ke arah ayam yang masih hidup tapi terikat itu, Kevin mengira dia akan mulai "menghisap darah" lagi, dia lalu berpamitan dan bersiap keluar."Berhenti!" Teriak nenek."Ada apa nenek?" Tanya Kevin dengan bingung."Mulai sekarang aku juga butuh kamu melakukan sesuatu untukku, Jadi lebih baik kamu tidak mati dengan kemampuan lemahmu itu. Jangan bilang kamu generasi kedua yang kaya, punya bawahan untuk melindungimu. Tidak ada yang bisa memprediksi masa depan, semuanya harus mengandalkan diri sendiri, mengerti?" Nenek menatap Kevin dan berbicara."Baik nek aku mengerti." Kevin juga tidak tahu bisa berkata apa, tapi ucapan nenek juga masuk akal."Bagaimanapun kamu bocah sudah ikut aku beberapa hari, dulu kamu beruntung b
Silet lain terbang dan menusuk leher ayam itu dan ayam itu langsung mati. Ketika Kevin berbalik, nenek sudah keluar dari dapur, lalu terdengar suaranya."Aku kembali ke kamar, bawakan aku ayam yang baru."Kevin menghela nafas, setelah membereskan dapurnya, dia pergi membeli ayam baru untuk nenek, setelah itu akhirnya semuanya selesai.2 hari setelahnya, Kevin lebih sering membaca dokumen tentang Gedung Luxury yang dibawa oleh Indra. Lalu dia tidak lupa menggunakan status mahasiswa untuk mencari tahu kondisi pengelola di gedung B Gedung Luxury. Dia juga menyelidiki kondisi bagian lain dan kesimpulannya adalah kondisi Gedung itu tidak terlalu bagus. Tapi juga tidak separah sampai dia kecewa, setelah membereskan nanti, Gedung Luxury akan menjadi aset yang sangat berharga.Kevin membuat kesimpulan dari semua pengalamannya, kemudian mengeluarkan beberapa poin yang harus diubah dan diamencari manajemen paling tinggi di Gedung Luxury, Erik. Setelah berdiskusi dengannya, dia menyuruhnya mengu
"Tidak tahu malu…""Murid boleh dibunuh, tapi tidak boleh dihina, kami semua akan menghabisi kalian.""Nona Ranti, ayo kita bergerak, orang-orang yang tidak tahu malu ini sangat keterlaluan."Para pengikut dari Istana meminta Ranti memberi perintah untuk bertarung dengan mereka, tapi Ranti sebagai penanggung jawab Istana sementara, jika keputusannya membuat Istana hancur seketika, bagaimana dia bisa bertemu dengan pemimpin?Rantig terdiam."Nona Ranti tidak bicara, berarti ku anggap kamu menyetujuinya."Raja Biru tertawa, dia memanggil seorang bawahannya yang jelek, menunjuk para pengikut dari Istana dengan dagunya"Ku Beri kamu satu kesempatan, kamu boleh mengelus satu wanita yang kamu suka! Tenang saja, mereka tidak berani menyerang, jika mereka berani menyerangmu, maka kita semua akan meratakan Istana ini!"Raja Biru mendorong bawahannya itu ke arah para pengikut Istana. Para pengikut Istana menatap seorang bawahan yang sedang tertawa jahat itu, dia tidak bisa membiarkan para peng
"Ayo pergi! Kita harus sampai di Istana lebih cepat." Kata Kevin yang tidak mempedulikan sarang Rani."Baik!"Di antara Rani, Bunga, Meri dan Dara, Rani dan Bunga memimpin di depan, Meri dan Dara berjalan di belakang. Dengan pantulan cahaya bulan, pemandangan di sekitarnya masih sangat jernih. Karena Kevin jalan kaki, jadi tubuh mereka bisa mengeluarkan panas, sehingga mereka tidak dingin. Setelah 1 jam lebih, mereka akhirnya bisa melihat cahaya di puncak."Tuan muda Kevin, itu adalah istana kita!" Kata Rani kepada Kevin, sambil menunjuk ke arah cahaya itu."Baik, ayo kita pergi!"Ketika Kevin semakin dekat ke Istana, mereka melihat mayat yang berserakan di tanah, ada dari organisasi lain, ada juga dari istana.Emosi keempat wanita itu juga sangat bergejolak! Mereka ingin sekali bergegas ke Istana dan menghabisi semua orang yang masuk ke istana. Ketika mereka berada sekitar 500 meter dari istana, mereka melihat banyak sekali orang di depan gerbang istana!Itu adalah orang dari organ
"Mana obatnya, cepat beri dia makan!"Teriak Kevin."Tuan muda Kevin, sudah kami berikan kepada nona Elmira." Kata Rani. Sekarang bagi Elmira, obatnya sudah tidak terlalu berguna lagi." Kevin…”Panggil Elmira dengan suara lemah."Sebenarnya…. aku tahu kamu menipuku. Penyakit aku…. aku sendiri tahu. Aku sangatbahagia, kamu bisa membawa aku datang untuk…untuk melihat pemandangan, tapi… tapi aku mungkin tidak bisa menemanimu lagi...""Tidak!" Mata Kevin penuh dengan air mata. Dia berbicara."Elmira, kamu dengarkan aku. Aku pasti akan menyembuhkanmu. Rani mengatakan di Istana ada Teratai Salju. Setelah makan Teratai Salju, penyakitmu pasti akan sembuh, percaya padaku...""Kevin…" Elmira tiba-tiba pingsan kembali."Elmira! Elmira!" Kevin terus berteriak. Setelah memastikan Elmira masih bernafas, dia langsung menyuruh Rani, Bunga untuk memegangnya. Kevin juga duduk ke atas ranjang."Elmira, kamu tidak akan mati. Kita masih belum pernah menikmati hari bahagia bersama, bagaimana kamu bi
Kevin menggendong Elmira masuk ke dalam mobil. Rani, Bunga dan Meri yang menjaga Elmira. Dara duduk di samping Kevin dan mengarahkannya.Kevin mengendarai mobilnya keluar dari Kota, dan langsung melaju ke Istana.Istana terletak di Pegunungan Puncak Emu, sekitar 2000 meter diatas permukaan laut, umumnya hanya sedikit orang yang pergi ke sana, kecuali beberapa pendaki gunung dan penjelajah. Tapi infrastrukturnya sangat hebat. Jadi bukan hanya ada jalan umum, tapi juga ada petunjuk jalan.Istana hidup di zaman modern. Tentunya semua rumah dan listrik di dalamnya itu, Istana yang membayar orang untuk memasangnya. Dengan arahan Dara, Kevin sampai di pegunungan. Pemandangan di sini berbeda dengan yang lain. Jalan dua arah yang panjang ini dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi."Tuan muda Kevin, kematian ketua belum aku sampaikan ke istana. Kebetulan kali ini kamu juga bisa mengadakan ritual penerimaan posisi ketua di istana." Kata Meri."Sekarang semuanya tidak penting, aku hanya berhara
Melihat kondisi Elmira yang begitu lemah, keempat wanita itu merasa khawatir dan sedih!Penerbangan Kevin disiarkan di lobi bandara."Ayo kita pergi!" Kevin memapah Elmira, dan berjalan ke arah pintu masuk bersama keempat wanita. Melihat pesawat mereka terbang, seseorang keluar dari tiang lobi bandara. Dia adalah suruhan Damar yang datang memonitor Kevin. Orang ini langsung menelepon Damar"Tuan muda Damar, Kevin naik pesawat tujuan Kota! Melihat kondisi wanita itu, sepertinya sudah tidak bisa bertahan lagi!""Bagaimana dengan kondisi Kevin?" Tanya Damar."Sejak dia menyadari kondisi wanita itu, suasana hatinya terus sangat sedih! Semalam, aku melihat dia diam-diam menangis! Tapi dia juga pergi ke kediaman keluarga Zano sekali! Aku tidak tahu apa yang dibicarakannya!""Baik, bagus sekali!" Kata Damar, kemudian dia memutuskan teleponnya. Damar sedang berada di hotel. Sementara ini dia menyembunyikan Natasha di sini. Sekarang Natasha sedang berada di sampingnya, semua pembicaraan tel
"Aku merasa sangat pusing, seluruh badan lemas tidak bertenaga, kenapa bisa begini? Dokter bilang aku kena penyakit apa...." Tanya Elmira dengan suara lemas.Dia masih belum tahu kondisi dirinya. Melihat Elmira yang lemah ini, hati Kevin seperti ditusuk-tusuk."Tidak apa-apa." Kevin langsung memegang tangan Elmira. Sambil tersenyum dia berbicara“Dokter bilang kamu masuk angin yang sangat parah, jadi perlu istirahat di rumah sakit 2 hari. Kamu pasti akan sembuh!""Ooiya, baguslah kalau begitu." Elmira tersenyum datar, seperti krisan berwarna putih. Dia melanjutkan."Aku pikir Natasha sebentar lagi akan membawakan sup untukku. Mungkin setelah makan supnya, aku akan sembuh lebih cepat."Mendengar Elmira masih menganggap Natasha teman baik, Kevin sangat sakit hati. Tapi sekarang dia juga tidak boleh memberitahu Elmira faktanya.Rani dan ketiga perempuan itu juga terlihat sangat marah. Tapi mereka juga tidak berani mengatakan apapun karena takut membuat Elmira lebih parah."Aku lelah,
" Kevin, cepat berdiri!" Zano langsung menyuruh Kevin berdiri. Dia mengerutkan keningnya dan berbicara."Kamu adalah penyelamat keluargaku, jangan berlutut kepadaku. Muncul masalah seperti ini, aku tahu hatimu lebih sakit dari siapapun!" "Bagaimana dengan kondisis Elmira sekarang?" Tanya Zano. Ini adalah pertanyaan yang paling ingin dia tahu."Di tubuhnya terdapat banyak unsur racun, semua rumah sakit bilang jika Elmira sudah… sudah tidak mungkin hidup lagi. Sekarang Elmira dirawat di Rumah Sakit. Rumah Sakit sementara bisa mempertahankan nyawa Elmira. Tapi mereka juga tidak yakin 100%!""Ahh…"Setelah mendengar penjelasan Kevin, dada Zano langsung terasa sakit, dia tidak bisa berdiri tegak dan hampir saja terjatuh. Untung langsung ditangkap oleh Anjas."Ayah, bagaimana denganmu?" Tanya Anjas sambil menatap ayahnya dengan khawatir. Melihat ekspresi ayahnya membaik, dia mengeluarkan ponsel dan membuka satu foto."Ini adalah hasil pengecekan Elmira."Zano langsung mengambil dan memb
"Ooh, aku baru ingat. Elmira terluka, dia sekarang seharusnya minum sup untuk menguatkan diri!" Kata Natasha yang berusaha menutupinya. Sambil berbicara, dia membawakan supnya ke depan Elmira, dan berbicara.“Elmira, ini adalah sup tahu jamur yang aku masak, masih segar sekali. Kamu coba dulu!""Aku sudah minum, memang enak sekali!" Kevin mendekat, mangkoknya sudah kosong."Baik..." Elmira berbicara sambil menerima mangkoknya."Elmira jangan minum, tidak baik menerima sesuatu dari orang lain. Kita juga tidak tahu dia punya maksud apa!" Rani menarik tangan Elmira."Rani, jika kamu berbicara seperti itu lagi, aku akan benar-benar marah. Natasha adalah teman baikku, dia tidak akan mencelakakanku!"Elmira berbicara kepada Rani.Selesai berbicara, Elmira menerima mangkok dari tangan Natasha, dan langsung meminumnya."Natasha, sup yang kamu masak sangat enak! jika kamu buka restoran, restoran lain pasti akan bangkrut!" Canda Elmira."Iya." Natasha tersenyum kepada Elmira. Dia juga mel
"Tuan muda Damar, aku melakukan banyak hal jahat untukmu. Kamu harus memberikan kompensasi sebanyak mungkin kepadaku, jangan sampai membiarkan aku menderita sedikitpun."Kata Natasha dengan serius sambil menatap Damar."Baik, aku berjanji denganmu. Aku Damar selalu menepati janji, kamu pasti akan menjadi nyonya dari Keluarga besarku!" Damar lalu berdiri dan berjalan ke belakangnya. Dia mendekatkan wajah ke bahunya, sambil berbicara."Sayangku, sudah selesai makan? Kalau sudah, ayo kita ke atas dan nikmati kehidupan surgawi kita!"Natasha tersenyum, dia lalu berdiri dan bersandar di bahu Damar. Mereka berdua berjalan ke lantai dua.Keesokan harinya, Kevin libur hari ini, dia jalan-jalan di lingkungan kampusnya. Dia sampai di lapangan, lapangannya penuh dengan orang-orang. Ada yang bermain basket, ada yang main bulu tangkis. Di landasan lari lapangan, ada beberapa kelas yang sedang berolahraga. Kevin melihatnya, salah satu kelasnya itu adalah kelas Elmira.Saat ini, Elmira sedang berdi