Share

Eps 2

Penulis: Yuwen aqsa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kedua mata Ifan melebar mendengar kata cerai yang keluar dari bibir Wuri. Ya, Wuri dan Wina memang kakak beradik, tetapi Wina memiliki body yang lebih bagus dan menantang dari pada Wuri. Wina juga sangat pintar merawat diri dari pada Wuri yang hampir tak pernah ada waktu untuk sekedar bersolek di depan cermin.

Ifan mencekal lengan Wuri. “Jangan pernah katakan cerai, Wur. Aku nggak akan menceraikanmu.”

Wuri tertawa disela tangis, sampai air mata terasa semakin deras mendengar penolakan Ifan. “Jangan egois, mas. Aku paling benci dengan pengkhianatan. Dan sekarang aku telah merasakan itu.”

Wajah Ifan melemah, terlihat paling bersalah. “Maafkan aku, Wur. Sungguh, aku khilaf. Aku tak mencintai Wina, aku mencintaimu.” Ngakunya lirih.

Wuri menutup wajah dengan kedua telapak tangan, mengusap air mata yang membuat wajah menjadi basah. Bayangan setiap kali dia pulang kerja dalam keadaan lelah. Lalu selalu menemukan suaminya yang baru saja selesai mandi. Begitu juga dengan adiknya yang rambutnya masih digulung dengan handuk. Selama tiga bulan ini, hampir selalu seperti itu. Semua normal, tak pernah ada yang mencurigakan sedikit pun. bahkan Ifan selalu menjaga jarak dengan Wina jika berada di depannya. Ifan tak mau menyimpan nomor Wina demi menjaga perasaan Wuri, katanya begitu. Tapi ternyata … astagfirullahal’adzim.

Ifan merengkuk Wuri, memeluk istrinya dari samping. “Kumohon maafkan aku, sayang. Aku janji aku nggak akan melakukan kesalahan seperti ini lagi.”

Suara lembut dan lirih itu masuk dalam pendengaran Wuri. Usapan lembut tangan Ifan di lengan Wuri membuat Wuri ingat akan kata-kata Wina jika Ifan sudah mencoel-coelnya, hampir setiap hari. Ya Allah ….

Dengan cepat Wuri membuka wajah, beranjak dari duduk menghindari sentuhan Ifan.

Ceklek!

Pintu kamar yang ada di depan mereka terbuka, memperlihatkan sosok wanita yang memang cantik, berkulit putih dan berbody menarik. Pakaian Wina selalu sama, dress pendek yang tepat ada di atas lutut dengan bahan adem dan sudah pasti berharga mahal. Rambut panjang yang lurus berwarna cokelat karna cat itu digulung dengan handuk. Dan memang setiap Wuri pulang kerja sudah pasti mendapati Wina seperti ini.

“Kak,” panggil gadis berusia 21 itu. Dia melangkah mendekat, jongkok di depan Wuri yang berdiri dengan kedua tangan memegang kaki Wuri yang tertutup celana jeans warna hitam. “Maafkan aku … aku salah. Maafkan aku ….”

Wuri membuang muka dengan derai air mata yang tak mau berhenti. Semua ini terlalu tiba-tiba, terkejutnya sangat luar biasa. Andai saja Wuri memiliki riwayat sakit jantung, sudah pasti dia akan mati malam ini. Wuri menunduk saat merasa kakinya dipeluk, dan di bawahnya sana, Wina bersimpuh.

Rasa sayang, rasa kagum dengan semua yang ada di Wina, hambar sekejap. Bersisa jijik dan sakit yang sekarang telah meremas hatinya. Wuri membungkuk, menarik Wina sampai gadis cantik itu berdiri. Keduanya saling bertatapan untuk beberapa saat.

Wina menggigit bibir menatap derai air mata yang begitu lancar keluar dari kedua mata kakak semata wayangnya ini. Dia tau, pasti kakaknya sangat kecewa, sangat terluka dengan semua yang sudah ia lakukan.

“Kak,” seru Wina dengan bibir yang bergetar. Kedua matanya mulai memanas, ada embun yang terpupuk di sana.

Wuri melepaskan cekalan tangannya di lengan Wina. Dia menghapus kasar kedua mata yang benar-benar tak bisa berhenti menangis. “Kamu menyukai suami kakak, Win?” tanyanya, menatap wajah adiknya dengan kedua mata yang kembali berkaca.

Wina tak menjawab, dia menangis menyesali apa yang sudah ia lakukan.

Wuri beralih, menatap Ifan yang berdiri memerhatikan dia dan Wina. “Ambil dia.”

“Wur,” pekik Ifan, terkejut dengan apa yang Wuri katakan.

“Aku memang selalu berbagi apa pun denganmu, Win. Tetapi bukan berarti aku juga harus berbagi suami denganmu. Kemarin, hari yang lalu, minggu yang lalu dan bulan-bulan yang lalu mungkin aku masih mau berbagi denganmu. Tetapi setelah aku mengetahui apa yang telah kalian lakukan, aku memilih mengalah.”

“Enggak, Wur!” tolak Ifan, mencekal lengan Wuri.

Wuri melepaskan cekalan itu. “Mulai detik ini aku nggak peduli dengan apa pun yang akan kalian berdua lakukan. Anggaplah, aku kalah!”

“Wur,” panggil Ifan saat Wuri berbalik dan melangkah menuju ke kamarnya.

“Kakak!” teriak Wina, mengejar langkah kaki Wuri. “Kak, enggak. Aku … aku khilaf. Aku mohon maafkan aku. Aku akan pergi dari rumah ini, Kak.”

Wuri tersenyum getir. “Kamu mau pergi kemana?” wuri menepuk keningnya. “Ah, lupa. Kamu kan punya tabungan banyak. Beda sama aku yang bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan rumah dan menafkahi suami dan menjatah uang jajan untukmu.” Wuri menghela nafas panjang. “Aku malam ini sengaja nggak ambil lemburan karna terlalu lelah. Dan sekarang aku benar-benar merasa sangat lelah. Jadi, biarkan aku istirahat.”

“Kakak,” panggil Wina lagi, mencekal pergelangan tangan Wuri.

Kasar Wuri mengibaskan tangannya, sampai cekalan itu terlepas. “Jangan ganggu aku. Aku ingin sendiri.” Cepat Wuri masuk ke dalam kamarnya, lalu mengunci pintu dari dalam.

Sesampainya di dalam, tubuhnya merosot dengan punggung yang menyandar di pintu. Kedua tangan memegangi kepala dengan isakan yang tak lagi bisa ia tahan. Wuri memeluk kedua lutut, menyembunyikan wajah dan menumpahkan tangisnya di sana.

Kedua orang tuanya sudah meninggal dalam kecelakaan beruntun. Dia hidup berdua dengan Wina sejak Wina berumur 14 tahun. Lulus SMP Wuri sudah dipaksa harus mandiri dan dewasa karna bertanggung jawab menamatkan Wina dari sekolah. Semua ia tanggung sendiri, bahkan dia memilih untuk sekolah di sekolahan swasta yang sangat murah dan tak tentu ada guru yang mengajarnya. Di sekolahan itu, Wuri bisa mendapatkan ijazah yang sekarang ia pakai untuk mendapatkan pekerjaan.

Berpacaran dengan Ifan saat lelaki itu masih bekerja menjadi staf biasa. Sampai mereka menikah dan hidup serba apa adanya. Semua bergantung pada gaji Wuri karna gaji honor yang Ifan peroleh tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka berdua. Sementara Wina, dia pergi merantau usai lulus SMA. Mencari uang untuk diri sendiri dan kesenangannya.

Dua tahun menikah, Wuri benar-benar telah menjadi tulang punggung untuk keluarga kecil mereka. Namun, Ifan adalah suami yang pengertian. Dia rajin mengantar jemput Wuri karna memang motor milik Wuri dia pakai untuk kerja ke kantor. Sampai akhirnya Ifan diangkat menjadi seorang ASN di sebuah kantor pertanian. Hidup mereka hampir sempurna dengan kabar kehamilan. Namun sayang, usia kehamilan yang masih sangat muda itu tidak bisa bertahan karna Wuri terlalu lelah.

Wuri sempat berhenti bekerja atas permintaan Ifan. Mengingat gaji Ifan yang sudah bisa menopang kehidupan mereka berdua. Tetapi itu tak berlangsung lama karna Ifan menginginkan sebuah mobil, jadi gajinya habis untuk membayar cicilan mobil yang dia ambil dari uang De-Pe yang meminjam di bank. Wuri pikir dia akan selamanya hidup bersama Ifan, jadi dia menyetujui saat Ifan menyuruhnya untuk menggadaikan sertifikat rumah yang sekarang mereka tempati ini.

Ah, bodoh. Sungguh ini terlalu bodoh.

Berkali Wuri memukuli dada dan kepala. Menyalahkan diri sendiri yang terlalu percaya, terlalu menyayangi dan terlalu cinta. Dadanya sangat sesak, rasa ingin berteriak, ingin memaki, ingin memukul apa saja.

Klunting!

Suara notifikasi dari ponsel yang ada di atas meja membuat tangisnya sedikit teralihkan. Dia mengusap kasar kedua mata lebih dulu, lalu berdiri. Tangannya mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja.

[Waah, memang mantap sih, brow. Sampe tumpah, tembem banget. Keliatannya juga jepitannya lebih ngena. Gue tebak, lo pasti on terus kalo liat dia. Yang tua mah kagak ada apa-apanya]

Notifikasi yang muncul dari layar utama ponsel milik suami membuat Wuri kembali meremas baju di bagian dada. Wuri meremas ponsel warna hitam berharga mahal ini. Ada uangnya di ponsel ini, karna ketika membeli ini, uang Ifan kurang banyak dan Wuri yang menutupi kekurangannya.

Wuri menjatuhkan bokong di tepi tempat tidur. Sekarang dia nggak tau harus bagaimana. Yang pasti, rasa sakit hati itu membuatnya sangat terpuruk.

Menit berlalu Wuri membuka tas, mengambil ponselnya dan mulai mengusap layar tipis itu.

[Dara, ada kamar kosong nggak di kost-kost’an kamu?] send Dara.

Chat yang dia kirim ke teman satu kerjaannya itu langsung centang dua biru.

[masih ada dua, Wur. Siapa yang mau kost?]

cepat Wuri mengetik chat balasan. [pilihin deh, Dar, buat aku.] send Dara.

Udah sakit hati begini, enggak mungkin Wuri akan tetap tinggal di sini. Dia tidak mau jiwanya ikut sakit jika terus-terusan melihat wajah adik dan suaminya.

Tok! Tok! Tok!

“Wur, biarkan aku masuk. kita bicara berdua.”

Wuri menatap ke arah pintu sana, di mana suara Ifan terdengar.

**

Bisa follow akun i*-ku yah. @aqsayuwen

Komen (19)
goodnovel comment avatar
RATU KIDUL
ikut merasakan sakit hati
goodnovel comment avatar
Ayang Ello 😉
kalo aku nih yaa.. ku jual hp nya xixixixixi
goodnovel comment avatar
AlynGrafielloPaxon
jangan terlalu cinta makanya jadi cewek tuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 3

    Bagus Ifan Riyadi, lelaki berumur 30 tahun yang sudah memiliki pekerjaan tetap. Dia adalah seorang pegawai di kantor pertanian dengan status ASN. Ifan memang bukan lelaki yang pintar, tetapi dia sangat rajin bekerja dan cukup teliti dalam pekerjaan. Keberuntungan yang begitu bagus bisa mencapai di titik sekarang ini. Untuk kehidupannya yang di kampung, gaji yang ia peroleh sudah tergolong cukup besar dan sangat mampu menghidupi istrinya. Apa lagi mereka ini belum memiliki momongan. Hanya saja gaji Ifan sudah terpotong cicilan di bank dan cicilan mobilnya setiap bulan. Jadilah dia hanya menerima sedikit saja. Namun, karna dia masih ingat dengan tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki, Ifan selalu memberikan sisa gaji itu ke Wuri, seluruhnya. Tapi dia tetap minta ke Wuri soal mengisi bensin dan beli kuota hape. Urusan bayar listrik, makan sehari-hari, tentu Wuri yang menanggungnya. Awalnya memang semua baik-baik saja. Ifan sangat menyayangi Wuri, mencintai istrinya yang memang sangat

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 4

    Anggrek Wuriastuti, wanita berusia 23 tahun lebih beberapa bulan. Dia menikah diusia 21 tahun kurang beberapa bulan. Memilih lelaki bernama Ifan sebagai pendamping hidup, sandaran dan tumpuan hidupnya. Harapan seseorang saat menikah adalah bisa bersama selamanya, sampai menua, sampai hembusan nafas yang terakhir. Menapaki langkah menuju mimpi bersama dan bahagia bersama. Tidak pernah ada dalam bayangan Wuri tentang kesedihan, apa lagi pengkhianatan. Kedua orang tuanya adalah gambaran pasangan romantis dan bahagia. Jadi di dalam bayangan Wuri, sakit hati di dalam pernikahan itu sama sekali nggak ada. Melihat suami memegang tangan wanita lain, atau melihat nota belanjaan suami yang membelikan hadiah mantan pacarnya. Cckk, itu sakitnya belum seberapa. Wuri bahkan mendengar obrolan mesum suami dengan adik kandungnya. Adik kandung yang menjadi satu-satunya keluarga di dunia ini. Bukan hanya obrolan saja, tetapi menyimak pergulatan mereka berdua di rumahnya. Wuri bukan wanita polos, dia ju

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 5

    “Kost’annya ternyata udah penuh, Wur. Dua kamar itu udah di De-Pe sama orang. Mereka mulai nempati tiga hri lagi.” Dara menjelaskan hal yang sama seperti chat yang tadi pagi ia kirim ke nomor Wuri, Cuma emang belum dibaca sama yang punya nomor. Bibir Wuri melengkung ke bawah, patah harapan pastinya. Padahal udah sangat berharap kalau malam nanti dia bisa tidur di kost biar nggak liat muka suami dan adiknya. “Kenapa mau kost? Rumahmu jaraknya nggak begitu jauh.” Hani, teman yang ada dalam satu line ikut menimbrung. Siti yang juga nggak tau masalahnya, memilih diam. Dari teriakan suami Wuri pas dia menghampiri tadi, sudah cukup menunjukkan jika rumah tangga Wuri enggak baik-baik saja. “Uumm, nggak apa-apa sih. Lagi capek motoran aja. Pen yang praktis gitu, jalan kaki aja ke pabriknya.” Wuri nyengir, menunjukkan ke teman-temannya jika dia baik-baik saja. Semua mulai sibuk membersihkan mesin jahit dengan obrolan-obrolan ringan. Wuri sedikit mendekatkan tubuh ke Dara yang duduk tepat d

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 6

    Wuri menghela nafas begitu motornya berhenti di halaman rumah. Tatapannya langsung tertuju ke arah garasi yang sudah pasti ada mobil dan motor milik dua orang keluarga yang menghuni rumah ini. Belum melihat wajah kedua orang di dalam sana, tapi keadaan dalam dada sana sudah seperti teremas. Sungguh, sakitnya seperti tak bisa hilang. “Wur, dari siang aku chat kamu, tapi nggak kamu baca.” Di ambang pintu sana Ifan muncul dan menyambut Wuri dengan sebuah curhatan. Wuri tak mengatakan apa pun. Dia melangkah masuk setelah Ifan memberinya jalan. Sempat saling beradu pandang dengan Wina, tapi hanya sebentar karna Wuri segera mengalihkan tatapan. Bayangan kejadian kemarin itu benar-benar nggak bisa hilang dari kepala Wuri. Bisa saja kan, mereka berdua tadi juga melakukan itu saat Wuri belum pulang. Aah, sudah lah, memang pilihan terbaik adalah mengalah saja. Toh, lelaki nggak Cuma Ifan saja. Ifan mengulurkan amplop cokelat ke Wuri. “Uang bulanannya.” “Enam ratus ribu, kan, mas?” tebak Wuri

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 7

    Mendengar kalimat yang keluar dari mulut suami, Wuri mengepalkan tangan. Dia sampai membuka sedikit mulut untuk meredamkan rasa sesak di dada yang seperti akan membunuhnya.Andai saja Ifan berselingkuh bukan dengan keluarganya, bukan dengan satu-satunya orang yang dia pedulikan sejak dulu, Wuri akan membuat perhitungan. Mungkin dia sudah memukul, menjambak, memaki dan menyebarkan aib ini agar semua orang tau jika dia sedang terluka, dia dikhianati. Namun, dia memikirkan Wina, keluarganya, adik kandungnya. Aib Wina, sama saja juga aibnya.Wuri meneguk ludah lebih dulu, lalu menatap Ifan dan Wina yang menunggu kata darinya. “Memiliki dua istri itu enggak mudah. Jika menurutmu kamu sudah adil, tetapi tidak bagi kedua istrimu. Tetap saja akan melukai hati keduanya. Lalu kamu semakin berdosa karna tidak adil dalam hal apa pun.”“Aku yakin, Wur, pasti aku bisa adil untuk kamu dan Wina. Aku janji.” Ifan berucap dengan lantang, sangat meyakinkan.Wuri sampai beringsut untuk bisa melihat wajah

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 8

    Wuri menghentikan motor di garasi tempat kostnya. Turun menjinjing tas besar tanpa melepaskan helm. Sempat mengulas senyum saat melewati kamar seorang wanita yang sedang duduk di ambang pintu, lagi ngobrol sama kamar sebelahnya yang jemur baju.“Pake kamar pojok, mbak?” tanya si embak yang berambut sebahu.Wuri mengangguk. “Iya, mbak. Nomor 15.”“Wahh, penuh juga akhirnya kost sini. Semoga betah, mbak. Bu Mah baik kok.” Embak yang lagi jemur baju menyahuti.“Aamiin, semoga.” Wuri mengulurkan tangan. “Aku Wuri, mbak.”“Rika.” Yang lagi jemur baju menjabat tangan Wuri.“Aku Erna. Kamu … uumm, kuliah atau kerja?” tanya wanita berambut sebahu ini yang ternyata bernama Erna.“Aku kerja di pabrik garmen.”“Pabrik garmen yang di sesudah lampu merah itu?” tanya Rika, memastikan.Wuri mengangguk saja, masih dengan bibir yang setia tersenyum.“Ambil kostnya kok jauh?” kembali Rika yang terlihat antusias.“Yang dekat udah penuh sih, mbak. Ada yang kosong, tapi nggak cocok lah sama harganya. Lebi

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 9. Ifan

    isinya cuma ada Ifan sama Wina yah.**“Gimana, Mas, diangkat nggak sama mbak Kak Wuri?” tanya Wina yang punggungnya menyadar di sandaran ranjang.Ifan menghela nafas, lalu menggelengkan kepala sembari menarik ponsel dari kuping. Jarinya menekan lagi tanda telpon di pojok bagian atas, lalu kembali pula dia menempelkannya ke kuping.“Assh!” Ifan mendesah kesal ketika nomor Wuri tak lagi bisa dihubungi.“Sudah lah, Mas. Aku yakin kak Wuri baik-baik saja.” suara Wina terdengar begitu tenang, lebih tepatnya sih nggak peduli. “Mas, perutku nggak enak banget lho rasanya,” rengek Wina untuk yang kesekian kali.“Mas, iihh, malah diem aja!” Wina memukul punggung Ifan.Ifan jadi mendesah, menoleh menatap wanita berstatus adik iparnya. “Kenapa sih, Win. Aku lagi pusing mikirin Wuri. Dia pergi dari rumah lho, sekarang dia ada di mana coba? Kamu nggak ada simpati-simpatinya sama kakak sendiri? Padahal dia sudah menghidupi kamu sejak ornag tua kalian nggak ada lho. Aneh kamu ini.”Kedua mata Wina j

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 10. Ifan mencari Wuri

    Wuri keluar dari kamar kost sudah rapi dengan seragam baju pabrik yang trlapisi jaket. Sengaja banget berangkat agak awal karna mau nyari sarapan di pinggir jalan.“Lailahailallah!” seru Wuri saat hampir menabrak Taka yang baru keluar dari kamar sebelahnya. Dia melirik Taka yang terlihat santai banget dengan tangan mengusap dada.Taka mengedipkan satu mata dengan tangan yang mengcak rambut. Cipratan air dari rambutnya yang sedikit panjang membuat kesan berbeda. Kulit putih, wajahnya pun nggak jelek, malah bisa dibilang cukup tampan untuk menjadi gandengan. Cckk, kalau di Wuri yang selingkuhan. Kan si Wuri statusnya istri orang.Wuri mencibir, tak mempedulikan itu, dia menuju ke arah tangga dengan satu tangan yang menenteng helm.“Mbak, ntar nggak usah lembur ya,” pinta taka, tangannya menyampirkan handuk basah ke jemuran yang ada di batas balkon.Wuri tak membalas, hanya berdecak dan memilih melanjutkan menuruni anak tangga.“Ntar malam kencan sama gue, mbak.” Bisik Taka, mengejar lan

Bab terbaru

  • Mantanku Seorang ASN   Eps55. Ending!

    Pengantin baru dan tidur nyenyak sampai pagi? Itu sama sekali tak ada! Yang ada, akan lelah sampai seminggu ke depan.Sama halnya seperti Angrgek yang sejak semalam tak bisa tidur nyenyak. Taka tak membiarkannya istirahat. Setelah pemanasan di kamar mandi, Taka meminta haknya di atas ranjang. Anggrek memang janda, tapi dia jarang disentuh. Bisa dikatakan miliknya tak beda jauh dari perawan. Dua dadanya pun terawat dan masih sangat kencang.Satu minggu berada di Jogja, Anggrek dan Taka kembali ke Jakarta setelah urusan pindah KTP terselesaikan. Wina menangis ditinggalkan, tapi merasa bahagia juga karna kakaknya telah bahagia.Dan sekarang Anggrek telah menempati rumah tinggal mama Rita, berada satu atap dengan mama mertua dan tentunya suami. Sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah sejak dulu, jadi di rumah mertua ini Anggrek sama sekali tidak merasa tertekan. Terlebih mertuanya yang pebisnis, jadi urusan rumah diserahkan ke Anggrek sepenuhnya. Terkadang Anggrek juga ikut ke butik untu

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 54. Malamnya

    Sama seperti acara pernikahan pada umumnya. Usai akad, Anggrek dan Taka tidak bisa beristirahat. Apa lagi Anggrek yang tampilannya sangat berbeda dan mendapatan suami orang kaya dari kota. Ditambah suaminya sangat tampan dan wajahnya mirip artis-artis. Hampir orang satu kecamatan berbondong hanya untuk melihat secara langsung. Demi nama Anggrek dan tentunya nama perusahaan Taka, akun milik Wina yang dulu itu ditutup rapat. Tetapi tetap saja, seseorang yang mungkin sudah menyimpan vidio atau gambar telanjangnya, tetap akan memiliki itu selamanya. dan itu sudah ada di luar kemampuan Taka. “Serius, Wur, kamu kaya’ bidadari.” Dara, teman dekat Anggrek di pabrik dulu memuji. Dia sampai meremas tangan sendiri karna gemas melihat wajah cantik Anggrek yang begitu mulus dan glowing. “Aku masih ingat lho. Mbak Wuri dulu juga banyak jerawatnya. Sama kaya’ mukaku.” Ini Siti, tetangga Rt yang juga kerja di pabrik. Anggrek jadi tersenyum. Sudah tak heran dan sudah terbiasa dengan pujian orang te

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 53. Pamit

    Anggrek menepuk kaki Taka dengan bibir yang mengerucut. dia mengingsut duduk, menatap ke lain arah. Tangannya bergerak mengacak rambut panjangnya yang terurai. Terakhir bersetubuh dengan Ifan pun sudah tak ingat. Yang jelas semenjak Ifan sering main sama Wina, Anggrek terabaikan. Dia juga tidak pernah meminta haknya karna tubuhnya yang sudah lelah bekerja lebih memilih tidur dari pada melakukan aktifitas yang semakin membuatnya capek.Lalu sekarang, melihat milik Taka yang memang menonjol dibalik celana pendek warna cream itu, pori-porinya langsung meremang. Bayangan seperti apa bentuk milik lelaki langsung terlintas nyata di kepala. Lalu kegiatan suami istri yang dulu pernah dia lakukan sama Ifan muncul, berganti dengan wajah dia dan Taka.Dengan tangan yang masih mengusap barangnya dari luar celana, Taka melirik Anggrek. Dia tertawa kecil melihat kekasihnya memukul kepala sendiri. Udah paham apa yang sedang Anggrek pikirkan. Sengaja banget, Taka menggeser pantat, memepet Anggrek.“T

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 52. ...?

    Dua lelaki, Nuri dan Tri di masukkan ke dalam penjara atas kasus pemerkosaaan dan penganiayaan. Di off-kan-nya jadwal Anggrek ini seperti sesuatu yang sudah direncanakan oleh Tuhan. Seharian, hampir malam dia sibuk mengurusi masalah yang dibuat oleh Ifan dan Wina.Masih harus menunggu pemeriksaan dari rumah sakit untuk meneruskan kasus Wina yang dianiaya dan diperkosaa ini. Lalu kedua wanita ini ada di sini, di kamar rawat Zaskia.“Kamu belum makan kan, Win? Ayok, makan dulu.” Anggrek membukakan sebungkus nasi yang dia beli secara delivery.Di samping ranjang Zaskia sini Wina tak berhenti menangis melihat kondisi anaknya yang ternyata mengalami gizi buruk dan perkembangan yang lambat. Ada penyesalan yang amat-amat sangat menyesal dan tak bisa dia jelaskan seperti apa rasa sakitnya di dalam hati sana.Anggrek mengusap lembut punggung adiknya yang sekarang sudah pakai baju bersih. Baju yang baru dibelikan oleh Anggrek. Karna ukuran baju mereka berbeda. Tubuh Wina berukuran lebih besar d

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 51. Bertemu

    Wina berlari dengan terseok-seok. Dia menyembunyikan tubuh semoknya di balik gardu yang tak jauh dari gapura masuk kampung. Menyandarkan punggungnya di tembok gardu itu, lalu merosot. Terduduk di tanah dengan isakan yang tertahan. Wina memeluk tubuhnya erat, mencengkeram kedua lengan bahunya sendiri dengan tangis yang tak lagi bisa dia bendung.Hal sensitifnya di bagian bawah sana sudah tak terkira sakitnya. Untuk pertama kali ada yang menyentuh barangnya itu selain Ifan. Dua orang memakainya bersamaan, bergantian. Tak ada seorang pun yang mempedulikan tangisnya. Mulutnya disumpal dengan kain, lalu ditutup dengan lakban. Dan kedua lelaki itu dengan puas menggerayahi sekujur tubuhnya, semaunya tanpa peduli dengan sakit yang Wina teriakkan.Lalu bayangan wajah Ifan yang membuangnya, meninggalkannya begitu saja. Bahkan menyerahkannya secara Cuma-Cuma pada dua lelaki bajingaan itu membayangi kepala. Tangan Wina makin erat mencengkeram lengan bahu sendiri.‘Kamu memang lelaki nggak tau dir

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 50. Pernyataan

    Awalnya memang masih ingin merahasiakan status Anggrek dan masa lalunya. Tetapi di saat yang sudah terjebak seperti ini, Taka memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran tanpa mengarang cerita atau memanipulasinya. Bukankah perjalanan di depan akan terasa lebih ringan jika tidak ada kebohongan yang mengikuti?Di sini, di depan gedung apartemen tempat tinggal Anggrek, beberapa wartawan dan orang biasa yang kepo, ikut berkumpul. Termasuk Ifan yang dengan begitu percaya diri berdiri di sisi Ifan. Beberapa kali Anggrek melirik Ifan yang justru cengar-cengir nggak merasa khawatir sedikit pun dengan keadaan anaknya. Padahal Zaskia kritis di rumah sakit. Seperti ini kah keseharian yang Zaskia alami?Astaga ….“Oke, karna saya tidak ingin semua orang sibuk mengunjing atau berbicara sesuai dengan pemikirannya tanpa tau kebenaran, jadi hari ini saya memutuskan untuk memberi penjelasan ke semuanya.” Taka yang berbicara.“Tanyakan satu-satu apa yang ingin kalian tanyakan,” lanjut Taka setelah detik b

  • Mantanku Seorang ASN   Eps 49. Zaskia

    “Bagaimana keadaannya, dok?” tanya Anggrek begitu dokter keluar dari pintu ugd.“Mari masuk dan bicara di dalam,” ajak dokter, dia balik badan dan melangkah masuk ke dalam ruang ugd.Tanpa ragu Anggrek mengikuti, melangkah masuk dan mendudukkan diri di depan dokter perempuan yang sudah duduk di mejanya.“Uumm, mbak Anggrek yang dari perusahaan ZLD?” tanya dokter wanita dengan name teks Zaeya.Anggrek mengangguk dengan ragu. “Uumm,” gumamnya dengan tangan yang meremas kain jaket yang dia pakai. Karna panik dan khawatir sama Zaskia, dia sampai lupa dengan statusnya. “Di—dia … dia tadi sama bapaknya, Dok. Kata bapaknya, dari semalam sudah nggak minum susu. Dan … dan dikasih susu kotak sama bapaknya.”“Astaga,” pekik dokter Zae dengan wajah terkejut juga. “Pantas saja keadaannya sangat menghkawatirkan. Beruntung dia bertemu dengan mbak Anggrek, jadi langsung dibawa ke sini. Jika sampai terlambat, akan berpengaruh sangat buruk pada tumbuh kembangnya nanti. Dan mungkin juga pada saraf-saraf

  • Mantanku Seorang ASN   Bab48. Bertemu

    Karna beberapa hari ini jadwalnya di off-kan, setiap pagi Anggrek selalu sibuk dengan kegiatan membersihkan tempat tinggalnya ini. mulai dari guras kamar mandi, ngepel lantai dan memembersihkan seluruh ruangan sampai debu-debunya benar-benar menyingkir jauh. Pukul 9.00am Anggrek baru keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan semua pekerjaan dan tentunya sarapan pagi. Dia duduk di tepi ranjang, mengambil hp yang berkedip dan menampilkan sebuah panggilan telpon dari nomor Taka. “Hallo,” sapanya sembari menempelkan hp itu ke telinga. “Huufft ….” Terdengar sentaan nafas dari seberang sana. “Kamu kemana aja sih, sayang? Aku chat dari semalam nggak dibales, ditelpon juga nggak diangkat. Sibuk ngapain, hn?” Anggrek tersenyum mendengar protesnya Taka. “Bebersih rumah. Baru selesai, jadi baru pegang hp. Ada apa?” tanyanya, melangkah ke arah kaca tinggi yang menghadap ke jalan raya sana. “Nanti jam sebelas aku jemput. kita makan siang bareng. Aku ada kabar bahagia buat kamu. Uumm, buat

  • Mantanku Seorang ASN   Bab47 - Diserahkan

    Dengan tak hormat Wina serta Ifan diturunkan dari mobil Gilang. “Lho, Mas! kamu tidak bisa begini dong!” teriak Wina yang tentu saja tak terima. Apa lagi ada beberapa lelaki mesum di area sini. “Mas! Mas! mas!” teriak Wina ketika mobil warna putih itu melaju pergi meninggalkan dia dan suaminya. Dan tentu saja dengan Zaskia yang tetap berada di gendongannya. “Mas Ifan, ini kita sekarang bagaimana?” rengek Wina, tak tenang. “Oh, kita kira tadi itu pelanggan mbak Mawar juga. Jadi kan kita bisa sekalian join. Ternyata bukan ya?” Nuri dengan wajah yang sedikit merasa bersalah berucap. Dada Wina naik turun, dia tidak berani mendekat ke dua lelaki yang memang baru pertama kali dia temui ini. Bersembunyi di belakang tubuh Ifan untuk melindungi diri. “Mas, tasku tadi kamu bawa, kan?” tanyanya ke Ifan. Lalu mulai celingukan melihat kedua tangan Ifan yang kosong. “Tadi kan tasmu di belakang. Mana aku tau lah!” jawab Ifan yang sudah pasti tak mau disalahkan. Kedua mata Wina seperti akan meng

DMCA.com Protection Status