Della terus menangis, dia ingin bersama Wahyu. Tapi Aditia tak mengizinkannya terlebih lagi dia sudah bersekongkol dengan Dewi. Kini keluarga Aditia kembali bersatu. Hanya saja Della semakin tak karuan.
"Pa, kita bawa Della untuk berobat," kata Dinda."Ya, biar bagaimanapun dia harus sembuh, dan dia harus melahirkan dengan lancar," ucap Aditia.Della terus menangis, dia merasa kesepian. Apalagi sejak Wahyu di penjara lagi tak ada orang yang menghubungi dia."Mas Wahyu...aku sayang kamu," ucap Della.Setiap mengingat Wahyu Della selalu menangis dan akhirnya marah-marah tak jelas.**Sahara senang dia lahiran dengan lancar waktu itu. Kini dia sudah punya anak perempuan dan laki-laki. Miko semakin sayang dengan Sahara, dengan kelahiran putranya itu, Miko memberi Sahara hadiah sebuah villa di puncak."Sayang, ini hadiah untukmu," kata Miko."Hah, sertifikat villa di puncak," kata Sahara."Iya, ituWahyu sedang antri makanan, dia sudah mendapatkan makanan namun tak dapat tempat duduk. Saat dia akan makan, seseorang dengan sengaja menendang nasi milik Wahyu sehingga sebagian jatuh ke lantai."Makan tuh nasi kotor," kata napi lain. "Kamu pantas makan nasi itu, kamu sama kotornya dengan nasi itu," katanya.Wahyu marah, dia melemparkan sisa nasinya ke arah napi tersebut. Terjadilah pertengkaran di antara mereka. Bahkan beberapa orang malah menonton mereka.Polisi datang melerai mereka, hari itu jatah makan untuk Wahyu sudah tak ada karena dibuang tadi. Tentu Wahyu menjadi sangat lapar. Apalagi mereka di suruh membersihkan lapas."Kalau bersih-bersih pakai tenaga, dari tadi gak bersih-bersih," kata polisi."Pak saya lapar, saya tadi pagi tidak makan," kata Wahyu. "Makanya jangan berantem terus, makan itu yang tertib," bantah polisi.Saat makan siang, Wahyu segera menghabiskan makanannya. Dia seperti orang yang sudah ke
Tiga hari di rawat di rumah sakit, Wahyu mulai pulih. Dia sudah bisa keluar dari rumah sakit dan kembali ke lapas. Wahyu tak bisa berbuat banyak saat itu, dia memilih untuk menerima nasibnya."Mungkin aku harus Ikhlas menerima nasibku yang harus tidur di dalam sel," kata Wahyu. "Walaupun semua berat, tapi aku harus mempertanggung jawabkan semua," sambung Wahyu.Akhirnya Wahyu kembali ke lapas, dia mencoba untuk baik pada teman-temannya agar dia tak dijadikan bulan-bulanan. Awalnya memang berat, tetapi pada akhirnya Wahyu mampu melalui semua.Hingga tiba hari lebaran, semua orang dibesuk oleh keluarga mereka. Namun, Wahyu tak ada yang membesuk, dia hanya bisa melihat teman-temannya saja.**Dinda tengah mengandung, kehamilan Dinda membawa kebahagiaan untuk Reo dan Ronal. Mereka memanjakan Dinda, terlebih lagi Aditia, dia tak mau jauh dari cucunya."Dinda harus melahirkan di rumahku," kata Aditia pada Hilman. "selama ini dia sudah
Dokter keluar, dia tampak tersenyum. Ronal yakin bayinya telah lahir dengan selamat. Karena dia sempat mendengar tangisan bayi. Ronal tak ikut ke dalam ruang bersalin karena dia takut. Sehingga Nurmala yang menemani Dinda di dalam."Bagaimana proses lahirannya, Dok?" tanya Ronal."Semua berjalan lancar, Bu Dinda melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik," jawab Dokter. "Bayinya sedang di bersihkan, sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang perawatan," kata Dokter.Ronal sangat senang, dia punya anak lengkap laki-laki dan perempuan. Aditia terlihat kecewa karena Dinda melahirkan anak perempuan."Kok anaknya Dinda perempuan sih," kata Aditia."Pa, laki-laki atau perempuan itu sama saja. Justru kalau punya anak perempuan nanti kalau aku dan Dinda sudah tua bisa merawat kami," ucap Ronal."Belum tentu, lihat saja aku punya anak perempuan tapi nyatanya gak ada yang tinggal denganku," bantah Aditia."Kenapa papa gak
Pagi itu Sahara sudah datang ke rumah Aditia. Dia malah membawa anak-ankanya, sehingga rumah Aditia tampak ramai sekali."Mas, nitip Albi ya. Aku mau ngobrol sama Dinda berdua," kata Sahara. Dinda dan Sahara duduk di halaman belakang rumah. Entah apa yang mereka bicarakan dan itu sangat lama. "Albi, lihat itu adik kecil," kata Miko. Miko menaruh Albi di samping bayinya Ronal."Heh jangan taruh di situ, nanti kalau Albi pukul anakku gimana," kata Ronal.Belum sempat menggeser Albi, tangan Albi sudah memukul pipi bayi. Sehingga Ronal tampak ketar-ketir. "Albi jangan gitu, nanti kalau dia nangis gimana. Kan susunya di bawa emaknya," kata Ronal."Tuh susuin sama punya kamu, kali aja mau," goda Miko."Ngaco kamu, mana mungkin mau kan gak ada air susunya," kata Ronal.Tidak berapa lama, Bayinya Ronal menangis. Dia berusaha menenangkan bayinya tapi tak berhasil. Ternyata bayinya mengompol, Ronal diompolin h
Sahara tengah melihat Naura sedang bermain. Dia tampak memikirkan sesuatu."Kamu mikirin apa?" tanya Miko."Besok jadwal kita mengunjungi Wahyu, apa kita pertemukan mereka?" tanya Sahara."Itu semua tergantung kamu, kan kamu ibunya. Kamu yang tahu mana yang terbaik untuk mereka," jawab Miko."Sepertinya besok aku akan datang setelah Naura pulang sekolah, Mas," ucap Sahara."Tapi aku gak bisa nemenin, kamu gak apa-apa kan berdua saja dengan Naura? Albi buat sama Mbak Indri saja, takutnya kamu kerepotan," kata Miko."Iya, Mas," kata Sahara.Tak ada salahnya mempertemukan mereka. Apalagi Naura memang anak Wahyu. Walaupun bukan anak yang dibesarkannya.**Pagi itu, Sahara mengantar Naura lalu pulang. Mereka akan ke lapas setelah Naura pulang sekolah."Ma, kita kemana? Kok ganti baju dulu?" tanya Naura siang itu saat Sahara mengajaknya ganti baju di toilet sekolah Naura."Kita mau besuk Pak
Jika Carry semakin dekat dengan Della dan Abbi. Berbeda dengan Wahyu, dia semakin dekat dengan Bang Omar. Bahkan mereka telah mengikrar janji persahabatan."Wahyu, aku udah anggap kamu itu sahabat aku," kata Bang Omar."Aku juga, Bang. Abang sih sebentar lagi bebas. Kalau aku masih dua tahun lagi, Bang," kata Wahyu."Sabar saja, aku akan jenguk kamu," kata Bang Omar.Sejak berteman dengan Bang Omar semua narapidana hormat pada Wahyu. Mereka menghargai Wahyu sebagai teman dekat Bang Omar."Wahyu, kamu dan Bang Omar sudah bersahabat. Bagaimana nanti kalau Bang Omar bebas kamu yang gantiin dia," kata yang lain."Gak perlu lah, aku gak seperti Bang Omar," tolak Wahyu."Lalu siapa lagi? Kalau bukan kamu," kata yang lain."Ya kita jadi napi biasa saja gak usah ada ketuanya uang penting saat menjalankan tugas kita damai dan gak rusuh," kata Wahyu.Bang Omar menyetujui apa yang dikatakan Wahyu. Lagi pula tak ad
Wahyu bersyukur punya teman seperti Bang Omar yang selalu memberinya banyak petuah dan pelajaran hidup.Sementara itu, Della berencana ingin pulang. Hanya saja rencana itu gagal karena Abbi mendadak sakit."Aduh, Abbi malah sakit," kata Della.Carry yang datang ke rumah Della langsung membawa Abbi ke rumah sakit. Carry sudah pernah menyatakan cinta pada Della. Hanya saja Della belum siap untuk menjalani hubungan lagi."Kamu gak jadi pulang?" tanya Carry."Gaklah, kan Abbi sakit," jawab Della. "Mungkin memang belum saatnya aku pulang," kata Della."Aku senang kamu gak jadi pulang. Mungkin Allah udah jodohkan kita makanya kamu gak diizinkan pulang," kata Carry.Della hanya menanggapinya dengan tersenyum. Abbi sudah membaik namun masih perlu perawatan. Setiap hari Carry datang ke rumah sakit membantu menjaga Abbi.Della merasa tak enak hati karena Carry terus saja datang menemui Abbi."Car, kalau bisa jang
Wanita itu ternyata adalah Dewi, dia yang komplain soal bajunya yang dia bilang tidak rapi."Bagaimana apa yang terjadi Bu Dewi?" tanya Della."Baju saya tidak rapi," jawab Dewi."Baik, lalu anda maunya bagiamana?" tanya Della. "Dicuci ulang lagi, atau bagaimana?" tanya Della santai.Dewi kira Della sudah gila tapi ternyata sekarang dia sehat walafiyat. Bahkan lebih baik dari sebelumnya."Saya mau nanti kalau saya laundry lagi di sini dikasih gratis," jawab Dewi."Oh begitu, baik. Nanti saya akan bicara sama karyawan saya. Maaf lain kali kalau ada masalah tolong dibicarakan dulu dengan baik-baik ya, Bu. Jangan membuat postingan yang membuat kami rugi," kata Della."Maksudnya apa?" tanya Dewi."Karena postingan ibu di media sosial, pelanggan kami ada yang kabur dan tak mau menyuci lagi di sini. Jadi hal itu sangat merugikan kami. Saya minta Bu Dewi kembali membersihkan nama baik kami, jika Bu Dewi ingin kami bert
10 tahun kemudianUsia tak lagi muda, Sahara sudah mempunyai banyak cabang rumah makan di setiap daerah hal itu membuat dia sering keluar kota, terutama ke Bali.Usia Albi sudah 17 tahun dan Aldo sudah 10 tahun. Mereka ke Bali ikut Sahara memantau cabang Bali. Mereka tengah liburan semester."Bagaimana apa semua lancar?" tanya Sahara pada karyawan yang sudah dia percaya."Alhamdulillah lancar, Bu. Sejak ada pemasok sayuran dan bahan makanan yang baru semua jadi lancar. Oh ya hari ini ada pengiriman sayur dan bahan makanan lainnya. Biasanya orangnya sendiri yang mengantar," katanya."Bagus, kalau gitu aku ke dalam ya," kata Sahara.Satu jam kemudian, Sahara keluar dari ruangannya. Tak sengaja dia menabrak seorang pria yang sedang membawa sayur mayur."Maaf, Mbak," ucapnya.Pria itu menoleh ke arah Sahara, "Sahara...," panggilnya."Wahyu...kamu tinggal di Bali?" tanya Sahara."Iya, oh ya aku ke dalam antar ini. Setelah ini ada yang mau aku obrolan kan sama kamu mumpung ketemu," kata Wah
Wahyu mendekati sang Dokter. Dia memandang Dokter tersebut."Saya mau bicara dengan Dokter, jadi ajak Abbi pergi," kata Wahyu.Della mengajak Abbi untuk pulang, sebelum pulang dia pamit pada Wahyu dan Dokter."Apa kamu sangat mencintai Della?" tanya Wahyu."Ya, aku mencintai dia," jawab Dokter."Tolong jaga Abbi, aku titip Abbi padamu. Anggap saja Abbi anak kandungmu," kata Wahyu."Itu sudah pasti, tapi tampaknya Abbi sangat mengharapkan kamu bersama dengan dia," kata Dokter."Itu tidak mungkin, aku dan Della sudah lama bercerai," kata Wahyu. "Aku hanya ingin kamu bahagiakan Della dan Abbi. Sejak dulu aku gak bisa melakukannya," kata Wahyu.Setelah mengatakan hal itu, Wahyu kembali ke kamarnya. Dia sadar bahwa dia tak pantas lagi untuk Della. Dia ikhlas jika Della bersama pria lain. Apalagi pria itu bisa menyayangi Abbi dengan baik.**Dua bulan kemudian, hari di mana Wahyu sudah keluar dari rumah sakit jiwa. Dia sudah sembuh total."Dokter, aku titip surat ini. Berikan pada Della dan
Ternyata Della sedang dekat dengan seorang dokter di rumah sakit jiwa. Dokter itu merupakan teman Dinda saat SMA. Mereka memang belum memutuskan untuk menikah tapi mereka sudah saling mengenal keluarga masing-masing.Abbi tengah duduk di bangku rumah sakit jiwa bersama baby Sisternya."Mbak, kata mama papa udah gak ada. Tapi kok aku gak lihat makam papa," kata Abbi."Mbak juga gak tahu, Sayang," ucap Baby Sisternya.Abbi memilih untuk menanyakan hal itu pada orang lain. Dia menanyakan pada salah satu pembantu di rumah Aditia. Pembantu itu menceritakan pada Abbi siapa nama papa Abbi. Tapi Abbi merasa tak asing dengan nama tersebut."Mama, apa benar nama Papa aku itu Wahyu?" tanya Abbi."Kata siapa, Nak?" tanya Della."Kata Bibi," jawab Abbi. "Kata Bi Mina itu nama papa ku, aku kayak pernah lihat dia," jawab Abbi.Della langsung menegur pembantunya, namun saat itu Abbi mendengarkannya."Bi, aku gak mau ya kalau sampai Abbi tahu kalau papanya itu Mas Wahyu. Apalagi kalau sampai dia tahu
Kain penutup itu terbuka, dan wajah yang tak asing bagi Miko tengah tertidur di sana."Tidak mungkin," teriak Miko.Tangis Miko pecah seketika melihat anak yang dia besarkan dengan kasih sayang telah tiada. Dia melihat Sahara tengah menangis, dia memeluk Sahara."Naura ninggalin kita, Mas. Dia pergi," kata Sahara.Miko dan Sahara terlihat lemah, Nurmala menghubungi semua keluarga lalu mengurus jenazah Naura."Mas, Naura....ini mimpi kan, Mas?" tanya Sahara berderai air mata.Miko hanya mampu memeluk Sahara erat dan menguatkannya. Walaupun sebenarnya dia sendiri sangat rapuh.Dari kejauhan, Wahyu melihat jenazah Naura di masukkan ke kamar Jenazah. Dia diam-diam masuk ke kamar Jenazah setalah petugas pergi. Dia ingin melihat Naura yang terakhir kalinya.Setelah melihat wajah Naura, Wahyu tak bisa menahan tangis. Dia menyesal telah menyebabkan semua terjadi. Namun, penyesalan itu sudah terlambat."Naura, m
Sahara mendapatkan panggilan dari seseorang tak di kenal. Dia mengabarkan jika Naura berada di rumah sakit. Seketika Sahara menuju rumah sakit."Naura...apa ada pasien anak SD yang katanya kecelakaan, Sus?" tanya Sahara.Perawat membawa Sahara ke ruangan di mana Naura di rawat. Seseorang menunggu di sana."Maaf, Mbak. Saya benar-benar tak sangaja menabrak anak, Mbak. Saya melihat dia berlari dan saya tak bisa mengerem mendadak," kata pria itu."Keadaan anak saya bagaimana sekarang?" tanya Sahara."Kata Dokter, dia Koma, Mbak," jawabnya.Tidak berapa lama Miko datang, dia lalu meminta penjelasan pada orang yang menabrak Naura. "Saat saya turun dari mobil untuk memanggil ambulan, saya dengar ada yang bilang kalau anak Mbak di kejar seorang pria. Makanya dia buru-buru menyebrang, sepertinya tujuannya ingin ke kantor polisi," kata pria itu."Apa bapak melihat pria itu?" tanya Miko."Maaf, Pak. Saya tidak m
Kecewa itu yang di rasakan oleh Bang Omar. Teman yang dia anggap baik ternyata menusuknya dari belakang. Saat Bang Omar tengah mencari kontrakan baru, di jalan dia bertemu dengan Sahara dan Miko."Bang Omar...," panggil Miko."Eh Pak Miko," ucap Bang Omar."Abang mau kemana? Kok bawa si kecil?" tanya Sahara melihat si kecil ikut berpanas-panasan."Panjang ceritanya, Bu. Tapi ini saya mau cari kontrakan baru," jawab Bang Omar.Sahara dan Miko saling pandang, mereka merasa kasihan pada Bang Omar."Bang, mendingan Abang ikut ke rumah kamu saja. Di rumah kami masih ada kamar kosong," kata Miko. "Kasihan kalau Bang Omar kerja di kecil mau di titipkan siapa? Kalau di rumah saya kan banyak orang, ada yang jaga," kata Miko."Tidak usah, Pak Miko. Saya tidak mau merepotkan Pak Miko," tolak Bang Omar.Miko tetap memaksa hingga Bang Omar ikut ke rumah Sahara. Sampai di sana Bang Omar menceritakan soal apa yang terjadi saat
Siang itu, Miko memanggil Wahyu untuk datang ke ruangannya. Di sana sudah ada Sahara yang menunggu kedatangan Wahyu."Maaf, Pak Miko memanggil saya?" tanya Wahyu."Wahyu, apa benar kamu habis menemui Naura kemarin di sekolahannya?" tanya Miko.Wahyu tampak terkejut, dia yakin Naura yang bercerita hal itu pada Miko dan Sahara."Maksud kamu apa memberi tahu Naura kalau kamu papanya?" tanya Sahara. "Kamu harusnya bicara sama aku dulu sebelum menemui Naura, apalagi membahas soal papa Naura," kata Sahara."Maaf, Sahara. Aku hanya ingin di akui oleh anakku," kata Wahyu."Kamu ingin di akui? Emangnya kamu pernah ada buat dia? Gak kan. Pantas saja Della melarang kamu ketemu Abbi," bantah Sahara. "Aku kecewa sama kamu," ucap Sahara."Aku hanya ingin di akui dan di panggil ayah saja oleh Naura. Karena aku tak bisa melakukannya ke Abbi," kata Wahyu."Aku tahu tapi cara kamu salah. Menemui Naura tanpa izin aku, apalagi memb
Dua tahun berlaluWahyu sudah dinyatakan bebas, dia keluar dari lapas hari itu. Tak ada yang menjemputnya. Dia hanya berbekal alamat Bang Omar. Dia tak akan pulang ke rumah orang tuanya."Wahyu, maaf aku tak bisa menjemputmu. Istriku masih kerepotan karena anak kamu demam," kata Bang Omar."Tidak apa, Bang," ucap Wahyu."Oh ya, aku udah Carikan kamu kontrakan di sebelahku ini, udah aku bayar untuk satu bulan ke depan ya. Setelah itu bayar sendiri," kata Bang Omar."Sekali lagi terimakasih, Bang," kata Wahyu.Wahyu lalu istirahat di kontrakannya, setelah tenaganya terisi penuh. Dia mulai dari ke makam Kamila dan Dini. Dia ingin mengunjungi mantan istrinya dulu."Kamila, maafkan aku. Baru kali ini aku sempat menemui makammu," kata Wahyu. Setelah mengirim doa untuk Kamila, Wahyu ganti ke makam Dini yang memang berada di satu area.Setelah itu dia kembali ke kontrakan. Dia melihat istri Bang Omar tampak di luar deng
Sahara menghadiri pemakaman Dini, biar bagaimanapun dia pernah mengenal Dini sebagai sahabat Kamila."Aku gak nyangka, setelah Carry tiada, kini Dini juga meninggal," kata Sahara."Ya mau bagaimana lagi, setiap yang hidup pasti akan kembali ke yang maha kuasa hanya menunggu giliran saja," kata Miko.Sepulang dari makam, Sahara menyempatkan diri mampir ke lapas. Dia mengabari Wahyu kalau Dini telah tiada."Baru saja dia datang menemui aku, tapi kini sudah pergi," kata Wahyu. "Dia malah berpesan sama aku, kalau dia mati, dia minta aku untuk menjaga malamnya," sambung Wahyu."Aku kira dia belum ke sini sebelumnya," kata Miko."Sudah, tapi aku juga tak menyangka akan secepat itu dia pergi," kata Wahyu."Setiap yang hidup di dunia ini kan pasti akan kembali pada yang kuasa. Bukan hanya Dini kita juga nanti akan kembali. Tinggal nunggu saatnya saja," kata Miko."Benar, tapi rasanya bekal untuk kesana masih kurang," ka