"Sebenarnya Mas Wahyu dan Sahara gak ada hubungan apa-apa, Ma. Mama salah dengar kali," sanggah Kamila. "Oh ya, Kamila harus pulang karena Mas Wahyu udah nelfon, gak enak kalau aku nginep sini. Maaf ya, Ma, Pa," ucap Kamila lalu meninggalkan rumah orang tuanya.
Kamila terpaksa berbohong, sebenarnya Wahyu tidak menelfonnya. Dia hanya ingin segera pulang karena malas bertemu dengan Sahara."Papa tuh kesepian, punya dua menantu jarang ke sini. Apalagi si Wahyu, padahal satu kota tapi gak pernah ke sini lagi. Aku merasa dia berubah sejak pulang dari rumah kamu," kata Salman pada Sahara. "Kalian tidak ada masalah, kan?" tanya Salman."Tidak, Pa," jawab Sahara. "Nanti kalau ada waktu aku akan ajak Mas Miko ke sini," ucap Sahara."Iya nggak apa-apa," ucap Salman.Setelah cukup waktu mengobrol dengan Salman, Sahara masuk ke kamar. Dia melihat ponselnya, ada banyak pesan dan panggilan dari Miko."Kamu ke rumah orang tuamu kenapa gak ajak aku? Bagaimana kalau sampai orang tuamu berpikiran yang tidak-tidak?" tanya Miko dalam pesannya.Sahara kembali meletakkan ponselnya, dia enggan membalas pesan Miko. Dia merasa malu pada Miko. Dia terlalu jauh karena melibatkan Miko dalam urusannya.**Paginya Sahara pergi sarapan ke taman terdekat dengan Naura dan kedua orang tuanya. Mereka makan bubur ayam, meskipun Sahara tak bisa lama-lama bersama ke dua orang tuanya. Dia berusaha untuk membahagiakan orang tuanya."Miko gak bisa jemput kamu?" tanya Salman. "Suruhlah dia jemput kalian," kata Salman."Nanti sore kita kan udah pulang, Pa. Gak perlu di jemputlah, lagian Miko banyak sekali kerjaan," jawab Sahara.Mereka lalu pulang setelah makan, ternyata di rumah sudah ada Kamila. Dia membawa makanan."Ma, Pa Kamila bawa makanan buat sarapan," ucap Kamila."Loh kami sudah makan, Mil. Tadi beli bubur ayam di taman," ucap Lusi.Kamila tampak kecewa, dia menoleh ke arah Sahara dengan sinis. Karena sore nanti Sahara akan pulang, Orang tua Sahara bermain dengan Naura sepuasnya."Kamu sengaja ya mau ambil hati mereka," kata Kamila."Loh mana aku tahu kalau kakak mau datang bawa makanan," sanggah Sahara."Alah bilang aja kamu gak suka aku datang ke sini," bantah Kamila."Kenapa sih, Kak? Kamu sekarang berubah. Seakan-akan aku ini musuh kamu," ucap Sahara meyasa tak tahan dengan sikap Kamila."Karena kamu, rumah tanggaku hampir berantakan," jawab Kamila. "Kalau boleh pilih, aku memilih gak ada kamu di sini. Jangan datang ke kota ini lagi," kata Kamila."Kakak tuh aneh, waktu itu nelfon suruh sering jenguk mama papa, sekarang malah memintaku untuk tidak datang ke sini lagi," bantah Sahara. "Apa kakak seperti ini karena takut Wahyu berpaling dari kakak dan kembali padaku?" tanya Sahara.Terdengar dengusan kasar dari Kamila, dugaan Sahara benar. Kamila tak mau Sahara kembali dalam kehidupan Wahyu."Tenang saja, aku janji tidak akan merebut Wahyu sari kakak. Bagaimanapun keadaannya aku tak akan mau," ucap Sahara. "Jadi aku mohon jangan memusuhi aku seperti ini," sambung Sahara."Gak ada yang bisa dipercaya. Kalian bisa aja ketemuan di belakang aku,'' bantah Kamila."Untuk apa aku melakukannya? Sementara aku sudah punya Miko. Dia lebih segalanya dari Wahyu. Bagiku Wahyu hanya lelaki pecundang," kata Sahara.PlakKamila menampar Sahara, ini pertama kalinya Kamila melakukan hal kasar pada sang adik."Kamila, apa yang kamu lakukan?" tanya Salman. "Kenapa kamu menampar adikmu?" tanya Salman yang baru saja muncul. Dia langsung terkey saat melihat Kamila menampar Sahara.Kamila diam, dia tak mungkin menceritakan semua pada orang tuanya. Dia tak mau Wahyu dipandang jelek di mata orang tuanya."Cepat minta maaf pada adikmu!" pinta Salman."Gak mau, dia yang salah," bantah Kamila. Kamila lalu pergi meninggal rumah orang tuanya.Salman merasa bahwa Kamila banyak berubah. Dia gak lagi menghargai orang tuanya."Sebenarnya ada apa? Kenapa dia sampai menampar kamu?" tanya Salman pada Sahara."Hanya salah faham, Pa. Sudahlah jangan dipikirkan," jawab Sahara.Mereka kembali menyusul Naura dan bermain bersama. Siangnya Sahara berkemas, dia tak lupa membawa oleh-oleh untuk Miko dan keluarganya."Kenapa gak izin sama Miko di sini satu minguan sih?" tanya Lusi menyusul Sahar di kamar."Gaklah, Ma. Aku gak enak kalau harus izin. Meskipun Miko bos sekaligus suami aku tapi tak enak dengan yang lain," jawab Sahara."Miko tuh aneh, udah jadi istrinya masih aja suruh kerja," ucap Lusi."Bukan maunya Miko, Ma. Tapi itu maunya Sahara," bantah Sahara. Sahara tak mau Miko di salahkan atas apa yang tidak salahnya.Sore itu Sahara pulang, dia sengaja menelfon Kamila sebelumnya. Namun, panggilan Sahara tak di respon. Sepertinya Kamila masih marah dengan Sahara."Hati-hati di jalan!" ucap Lusi.Sementara itu Kamila di rumahnya tampak murung. Bahkan saat Wahyu pulang saja Kamila tak sadar."Sayang, kamu mikirin apa?" tanya Wahyu."Loh kamu sudah pulang, Mas," ucap Kamila. "Maaf ya kalau aku gak dengar kamu pulang," sambung Kamila."Bagaimana mau dengar, kamu aja tampak serius dan gak fokus," ucap Wahyu. "Sebenarnya ada apa?" tanya Wahyu."Aku lagi marahan sama dia," jawab Kamila.Wahyu langsung faham apa yang dimaksud Kamila. Kamila tak pernah menyebut nama Sahara sejak itu, dia hanya memanggilnya dengan kata dia."Sudahlah, biarkan saja," ucap Wahyu tampak cuek. "Nanti malam kita makan malam di luar ya," kata Wahyu."Mas, Papa sama mama kangen sama kamu," ucap Kamila."Maaf Mas belum bisa," ucap Wahyu.Jika sudah begitu, Kamila hanya bisa diam. Dia tak bisa memaksa Wahyu untuk mengingat soal Sahara lagi.**Sampai di rumah susah malam, Sahara segera istirahat karena besok dia akan kembali bekerja.Paginya dia bangun lalu salat subuh. Setelah itu sarapan di meja makan. Dia sengaja tak membangunkan Naura karena tahu Naura masih capek."Bu, kemarin Pak Miko datang. Beliau marah saat tahu ibu ke rumah orang tua ibu tanpa beliau," ucap Pengasuh Naura."Biarkan saja, Mbak. Nanti biar aku jelasin," kata Sahara.Belum habis Sahara makan, terdengar suara mobil. Ternyata Miko datang ke rumah Sahara."Hai Sahara!" Sapa Miko."Kebiasaan deh kalau ke sini makin nyelonong," ucap Sahara. "Gak tahu sopan banget," sungut Sahara mengomeli Miko."Sahara ada yang mau ketemu kamu," kata Miko."Siapa? Aku kayaknya gak ada janji sama siapapun," ucap Sahara."Apa kamu gak mau ketemu Tante Sahara?" tanya seorang wanita muncul di belakang Miko.Sahara terkejut melihat Mama Miko datang. Dia hanya sekali bertemu dengan beliau."Tante..," panggil Sahara lalu berdiri dan segera mengajak Nurmala duduk. "Miko sih gak bilang kalau mau ajak Tante," ucap Sahara. "Mau sarapan sekalian, Tan?" tanya Sahara."Gak usah, Tante udah makan tadi," jawab Nurmala."Sahara, hari ini kamu gak usah masuk kerja. Kamu temani saja mama," kata Miko lalu pamit.Sahara kesal dengan Miko seenaknya sendiri mengambil keputusan. Mana Sahara belum siap jika harus ngobrol lama dengan Nurmala."Mama... Dia siapa?" tanya Naura yang baru saja ke luar dari kamar."Ini Oma Nurmala, Mamanya Om Miko, sayang," jawab Sahara. Sahara mengajarkan agar Naura salim pada Nurmala.Selesai sarapan, Sahara dan Nurmala mengobrol di ruang keluarga. Sementara Naura sedang mandi bersama pengasuhnya."Miko sudah banyak cerita soal kamu dan juga Naura," ucap Nurmala. "Sepertinya Miko sudah tergila-gila dengan dirimu," sambung Nurmala.Sahara merasa malu mendengar ucapan Nurmala."Kenapa sampai detik ini kamu belum menerima cintanya Miko?" tanya Nurmala.Sahara bi
"Kenapa kalian menatap aku seperti itu? Bukannya kalian sudah kenal lama?" tanya Hilman."Aku kira papa akan menentang hubungan kami," ucap Miko."Ah...kamu terlalu berburuk sangka," ucap Hilman. "Jangan-jangan kamu juga berpikir seperti itu, Sahara," sambung Hilman.Miko senang Hilman setuju jika dia menikah dengan Sahara. Hanya saja dia masih belum mendapatkan jawaban dari Sahara.Hari sudah siang, Miko dan Hilman juga harus kembali ke kantor. Miko ke kantor sekaligus mengantar Sahara pulang."Aku jadi bingung," kata Sahara."Bingung kenapa?" tanya Miko."Kalau orang tua kamu bertemu orang tuaku, otomatis semuanya terbongkar. Orang tuaku tahunya kita sudah menikah sejak tiga tahun lalu. Sementara orang tua kamu tahunya kita belum menikah," jawab Sahara."Benar juga, apa sebaiknya kita jujur pada orang tua kamu?" tanya Miko."Pasti mereka akan marah kalau tahu masalahku. Bagaimana tanggapan orang tua kamu? Kalau tahu semuanya," jawab Sahara."Memang rumit," ucap Miko.Mereka telah sa
"Kalian benar-benar gila," ucap Hilman. "Terlebih kamu, Miko. Kenapa kamu malah menjadi pecundang," bentak Hilman. "Mau di taruh mana mukaku ini jika nanti bertemu orang tua Sahara," sambungnya."Sudahlah, Pa. Semua sudah terjadi," sahut Nurmala."Memalukan sekali," ucap Hilman. "Cepat ajak papa temui orang tua Sahara, Papa gak mau kalau sampai mereka menganggap keluarga kita tak bertanggung jawab," kata Hilman. "Iya, Pa. Nanti Miko atur waktunya," ucap Miko."Jangan nanti-nanti, Papa mau besok kita ke rumah orang tua Sahara," kata Hilman."Tapi Pa...," Ucapan Miko disela Hilman."Gak ada tapi-tapian," bantah Hilman.Miko pasrah, mereka akan ke rumah Sahara besok. Terpaksa mereka datang berempat, ini masalah orang dewasa sehingga Naura tak diajak.**"Miko, soal di rumahku, aku mau kamu atasi lagi. Kamu yang punya ide konyol ini," kata Sahara saat Miko mengantarkannya pulang."Tenang saja," ucap Miko santai.Sahara takut jika orang tuanya akan menentang pernikahan mereka nanti. Apala
Terlanjur malu, Salman memilih segera ke kamar. Dia gak mau kalau sampai Lusi meledeknya.Sementara itu, Wahyu dan Kamila tengah menemui Dokter kandungan. Mereka melakukan berbagai tes."Dari hasil tes semua bagus, kandungan Bu Kamila juga subur," ucap Dokter. "kalian baru menikah beberapa bulan, jadi wajar kalau belum hamil. Bersabar dan terus berusaha ya," ucap Dokter.Kamila senang hasilnya baik, namun raut wajah Wahyu justru berbeda. Wahyu seperti memikirkan sesuatu."Mas, kamu kenapa?" tanya Kamila. "Kamu tampak sedih sekali," sambung Kamila."Tidak apa-apa," ucap Wahyu.Sampai di rumah, ternyata Mama Wahyu datang. Kamila segera mengajak sang mertua masuk ke dalam rumah."Kalian dari mana?" tanya Yulia--Mama Wahyu."Dari dokter kandungan, Ma," jawab Kamila."Kamu hamil?'' tanya Yulia."Belum, Ma. Hanya periksa saja kesehatan kami," jawab Wahyu."Wahyu, mama kan sudah bilang. Kamu harus segera punya momongan. Ingat kamu anak mama satu-satunya jadi kamu harus kasih mama momongan. A
Setelah dua hari kedatangan Miko dan keluarganya, kini Miko datang lagi bersama Sahara dan Naura. Tak lupa Miko membelikan makanan kesukaan Salman."Kamu kira aku bisa disogok," sinis Salman saat Miko menyodorkan makanan kesukaan Salman. "Bawa pulang aja kembali aku gak butuh," sambung Salman.Miko meletakkan makanan itu di meja."Maafkan saya, Pa. Saya tahu saya salah. Tapi izinkan saya memperbaiki semua," kata Miko."Tak semudah itu," ucap Salman. "kamu datang ke sini untuk membujukku, kan? Kamu salah, tak semudah itu aku bisa terima kamu," kata Salman."Udah dong, Pa. Kasihan Miko loh," ucap Lusi. "Ini Kamila juga udah aku suruh ke sini, kok belum juga datang sih," kata Lusi mengalihkan pembicaraan."Anak itu jangan diharapkan lagi, sejak menikah dia malah lupa pulang," ucap Salman. "Punya dua anak perempuan gak ada yang bener," kata Salman.Sahara yang mendengar hanya diam saja. Dia merasa kasihan pada orang tuanya. Namun, dia tidak bisa jika harus menemani mereka.Meskipun Salman
"Papa...ada apa teriak-teriak," teriak Lusi sambil berusaha membuka pintu.Tidak berapa lama pintu terbuka, mereka bertiga keluar dalam keadaan baik-baik saja. Hal itu membuat Lusi merasa lega."Ma, Kami pamit ya," kata Sahara.Naura yang sudah berada di dekat Lusi segera pamit pada Salman dan Salman.Dalam perjalanan pulang, Sahara terus memikirkan permintaan Salman. Dia masih belum bisa jika harus kembali ke rumah itu. Apalagi jika nanti dia harus bertemu dengan Kamila dan Wahyu."Berat ya," kata Miko. "Bisa tidak kamu jelaskan padaku, kenapa kamu enggan tinggal bersama mereka?" tanya Miko. "Ada banyak alasannya, tapi aku belum bisa menjelaskannya sama kamu," jawab Sahara. "Nanti kalau aku sudah siap akan aku jelaskan," sambung Sahara.Miko tak dapat memaksa Sahara, dia akan menunggu Sahara sampai Sahara siap untuk menceritakan semua padanya. Apalagi mereka sudah memutuskan akan menikah, Miko harus tahu semua tentang Sahara dan Naura. Terlebih lagi tentang siapa ayah biologisnya Na
Tak tinggal bersama mertua saja sudah membuat Kamila naik darah. Bagaimana jika dia tinggal serumah dengan Yulia? Dia pasti tak akan betah.Tak ingin memikirkan soal Yulia, Kamila memilih menutup pintu kamar dan segera istirahat. Dia tak ingin stres hanya karena memikirkan sikap Yulia.Sementara itu, Miko dan Sahara tengah menyusun rencana untuk datang kembali ke rumah Salman.Sahara sengaja belanja bersama Naura siang itu. Namun, dia dikejutkan oleh suara laki-laki yang tak asing baginya."Belanja ya," sapa Wahyu."Iya, Mas. Mas Wahyu dengan siapa ke sini?" tanya Sahara melihat kanan kiri tak ada Kamila ikut serta."Sendiri," jawab Wahyu.Wahyu ternyata diam-diam selalu mengawasi Sahara. Bahkan dia tahu kalau Sahara dan Miko akan menikah."Aku dengar kamu akan menikah dengan Miko, kenapa kamu bohong?" tanya Wahyu."Aku dan Miko sebenarnya sudah menikah secara agama. Namun, baru kali ini kami akan meresmikan pernikahan kami," jawab Sahara. "Mama dan papa juga sudah tahu semuanya," kat
Gedoran demi gedoran terdengar, tapi Kamila dan Wahyu malah asyik di kamarnya. Sementara itu, tetangga Kamila merasa terganggu dengan suara Yulia."Tante, kalau mertamu jangan terlalu pagi. Orangnya pasti masih tidur," kata tetangga Kamila. "Jangan berisik juga, ganggu yang lain," sambungnya."Biarin saja, ini rumah anakku," bantah Yulia.Setelah hampir 15 menit menunggu, tiba-tiba Wahyu membuka pintu. Yulia langsung nyelonong masuk ke dalam."Kalian ngapain aja sih? Mama sampai malu karena ditegur tetangga," kata Yulia."Makanya jangan kepagian, Ma. Mama juga berisik banget sampai tidur kami terganggu," ucap Wahyu. "Ngapain lagi mama pagi-pagi ke sini? Mau bikinin Wahyu sarapan?" tanya Wahyu setengah mengejek."Istrimu mana? Masa dia masih tidur," ucap Yulia."Lagi mandi," jawab Wahyu.Tidak berapa lama, Kamila datang. Dia segera ke dapur untuk membuatkan sarapan. Dia sedikit acuh dengan kedatangan Yulia.
10 tahun kemudianUsia tak lagi muda, Sahara sudah mempunyai banyak cabang rumah makan di setiap daerah hal itu membuat dia sering keluar kota, terutama ke Bali.Usia Albi sudah 17 tahun dan Aldo sudah 10 tahun. Mereka ke Bali ikut Sahara memantau cabang Bali. Mereka tengah liburan semester."Bagaimana apa semua lancar?" tanya Sahara pada karyawan yang sudah dia percaya."Alhamdulillah lancar, Bu. Sejak ada pemasok sayuran dan bahan makanan yang baru semua jadi lancar. Oh ya hari ini ada pengiriman sayur dan bahan makanan lainnya. Biasanya orangnya sendiri yang mengantar," katanya."Bagus, kalau gitu aku ke dalam ya," kata Sahara.Satu jam kemudian, Sahara keluar dari ruangannya. Tak sengaja dia menabrak seorang pria yang sedang membawa sayur mayur."Maaf, Mbak," ucapnya.Pria itu menoleh ke arah Sahara, "Sahara...," panggilnya."Wahyu...kamu tinggal di Bali?" tanya Sahara."Iya, oh ya aku ke dalam antar ini. Setelah ini ada yang mau aku obrolan kan sama kamu mumpung ketemu," kata Wah
Wahyu mendekati sang Dokter. Dia memandang Dokter tersebut."Saya mau bicara dengan Dokter, jadi ajak Abbi pergi," kata Wahyu.Della mengajak Abbi untuk pulang, sebelum pulang dia pamit pada Wahyu dan Dokter."Apa kamu sangat mencintai Della?" tanya Wahyu."Ya, aku mencintai dia," jawab Dokter."Tolong jaga Abbi, aku titip Abbi padamu. Anggap saja Abbi anak kandungmu," kata Wahyu."Itu sudah pasti, tapi tampaknya Abbi sangat mengharapkan kamu bersama dengan dia," kata Dokter."Itu tidak mungkin, aku dan Della sudah lama bercerai," kata Wahyu. "Aku hanya ingin kamu bahagiakan Della dan Abbi. Sejak dulu aku gak bisa melakukannya," kata Wahyu.Setelah mengatakan hal itu, Wahyu kembali ke kamarnya. Dia sadar bahwa dia tak pantas lagi untuk Della. Dia ikhlas jika Della bersama pria lain. Apalagi pria itu bisa menyayangi Abbi dengan baik.**Dua bulan kemudian, hari di mana Wahyu sudah keluar dari rumah sakit jiwa. Dia sudah sembuh total."Dokter, aku titip surat ini. Berikan pada Della dan
Ternyata Della sedang dekat dengan seorang dokter di rumah sakit jiwa. Dokter itu merupakan teman Dinda saat SMA. Mereka memang belum memutuskan untuk menikah tapi mereka sudah saling mengenal keluarga masing-masing.Abbi tengah duduk di bangku rumah sakit jiwa bersama baby Sisternya."Mbak, kata mama papa udah gak ada. Tapi kok aku gak lihat makam papa," kata Abbi."Mbak juga gak tahu, Sayang," ucap Baby Sisternya.Abbi memilih untuk menanyakan hal itu pada orang lain. Dia menanyakan pada salah satu pembantu di rumah Aditia. Pembantu itu menceritakan pada Abbi siapa nama papa Abbi. Tapi Abbi merasa tak asing dengan nama tersebut."Mama, apa benar nama Papa aku itu Wahyu?" tanya Abbi."Kata siapa, Nak?" tanya Della."Kata Bibi," jawab Abbi. "Kata Bi Mina itu nama papa ku, aku kayak pernah lihat dia," jawab Abbi.Della langsung menegur pembantunya, namun saat itu Abbi mendengarkannya."Bi, aku gak mau ya kalau sampai Abbi tahu kalau papanya itu Mas Wahyu. Apalagi kalau sampai dia tahu
Kain penutup itu terbuka, dan wajah yang tak asing bagi Miko tengah tertidur di sana."Tidak mungkin," teriak Miko.Tangis Miko pecah seketika melihat anak yang dia besarkan dengan kasih sayang telah tiada. Dia melihat Sahara tengah menangis, dia memeluk Sahara."Naura ninggalin kita, Mas. Dia pergi," kata Sahara.Miko dan Sahara terlihat lemah, Nurmala menghubungi semua keluarga lalu mengurus jenazah Naura."Mas, Naura....ini mimpi kan, Mas?" tanya Sahara berderai air mata.Miko hanya mampu memeluk Sahara erat dan menguatkannya. Walaupun sebenarnya dia sendiri sangat rapuh.Dari kejauhan, Wahyu melihat jenazah Naura di masukkan ke kamar Jenazah. Dia diam-diam masuk ke kamar Jenazah setalah petugas pergi. Dia ingin melihat Naura yang terakhir kalinya.Setelah melihat wajah Naura, Wahyu tak bisa menahan tangis. Dia menyesal telah menyebabkan semua terjadi. Namun, penyesalan itu sudah terlambat."Naura, m
Sahara mendapatkan panggilan dari seseorang tak di kenal. Dia mengabarkan jika Naura berada di rumah sakit. Seketika Sahara menuju rumah sakit."Naura...apa ada pasien anak SD yang katanya kecelakaan, Sus?" tanya Sahara.Perawat membawa Sahara ke ruangan di mana Naura di rawat. Seseorang menunggu di sana."Maaf, Mbak. Saya benar-benar tak sangaja menabrak anak, Mbak. Saya melihat dia berlari dan saya tak bisa mengerem mendadak," kata pria itu."Keadaan anak saya bagaimana sekarang?" tanya Sahara."Kata Dokter, dia Koma, Mbak," jawabnya.Tidak berapa lama Miko datang, dia lalu meminta penjelasan pada orang yang menabrak Naura. "Saat saya turun dari mobil untuk memanggil ambulan, saya dengar ada yang bilang kalau anak Mbak di kejar seorang pria. Makanya dia buru-buru menyebrang, sepertinya tujuannya ingin ke kantor polisi," kata pria itu."Apa bapak melihat pria itu?" tanya Miko."Maaf, Pak. Saya tidak m
Kecewa itu yang di rasakan oleh Bang Omar. Teman yang dia anggap baik ternyata menusuknya dari belakang. Saat Bang Omar tengah mencari kontrakan baru, di jalan dia bertemu dengan Sahara dan Miko."Bang Omar...," panggil Miko."Eh Pak Miko," ucap Bang Omar."Abang mau kemana? Kok bawa si kecil?" tanya Sahara melihat si kecil ikut berpanas-panasan."Panjang ceritanya, Bu. Tapi ini saya mau cari kontrakan baru," jawab Bang Omar.Sahara dan Miko saling pandang, mereka merasa kasihan pada Bang Omar."Bang, mendingan Abang ikut ke rumah kamu saja. Di rumah kami masih ada kamar kosong," kata Miko. "Kasihan kalau Bang Omar kerja di kecil mau di titipkan siapa? Kalau di rumah saya kan banyak orang, ada yang jaga," kata Miko."Tidak usah, Pak Miko. Saya tidak mau merepotkan Pak Miko," tolak Bang Omar.Miko tetap memaksa hingga Bang Omar ikut ke rumah Sahara. Sampai di sana Bang Omar menceritakan soal apa yang terjadi saat
Siang itu, Miko memanggil Wahyu untuk datang ke ruangannya. Di sana sudah ada Sahara yang menunggu kedatangan Wahyu."Maaf, Pak Miko memanggil saya?" tanya Wahyu."Wahyu, apa benar kamu habis menemui Naura kemarin di sekolahannya?" tanya Miko.Wahyu tampak terkejut, dia yakin Naura yang bercerita hal itu pada Miko dan Sahara."Maksud kamu apa memberi tahu Naura kalau kamu papanya?" tanya Sahara. "Kamu harusnya bicara sama aku dulu sebelum menemui Naura, apalagi membahas soal papa Naura," kata Sahara."Maaf, Sahara. Aku hanya ingin di akui oleh anakku," kata Wahyu."Kamu ingin di akui? Emangnya kamu pernah ada buat dia? Gak kan. Pantas saja Della melarang kamu ketemu Abbi," bantah Sahara. "Aku kecewa sama kamu," ucap Sahara."Aku hanya ingin di akui dan di panggil ayah saja oleh Naura. Karena aku tak bisa melakukannya ke Abbi," kata Wahyu."Aku tahu tapi cara kamu salah. Menemui Naura tanpa izin aku, apalagi memb
Dua tahun berlaluWahyu sudah dinyatakan bebas, dia keluar dari lapas hari itu. Tak ada yang menjemputnya. Dia hanya berbekal alamat Bang Omar. Dia tak akan pulang ke rumah orang tuanya."Wahyu, maaf aku tak bisa menjemputmu. Istriku masih kerepotan karena anak kamu demam," kata Bang Omar."Tidak apa, Bang," ucap Wahyu."Oh ya, aku udah Carikan kamu kontrakan di sebelahku ini, udah aku bayar untuk satu bulan ke depan ya. Setelah itu bayar sendiri," kata Bang Omar."Sekali lagi terimakasih, Bang," kata Wahyu.Wahyu lalu istirahat di kontrakannya, setelah tenaganya terisi penuh. Dia mulai dari ke makam Kamila dan Dini. Dia ingin mengunjungi mantan istrinya dulu."Kamila, maafkan aku. Baru kali ini aku sempat menemui makammu," kata Wahyu. Setelah mengirim doa untuk Kamila, Wahyu ganti ke makam Dini yang memang berada di satu area.Setelah itu dia kembali ke kontrakan. Dia melihat istri Bang Omar tampak di luar deng
Sahara menghadiri pemakaman Dini, biar bagaimanapun dia pernah mengenal Dini sebagai sahabat Kamila."Aku gak nyangka, setelah Carry tiada, kini Dini juga meninggal," kata Sahara."Ya mau bagaimana lagi, setiap yang hidup pasti akan kembali ke yang maha kuasa hanya menunggu giliran saja," kata Miko.Sepulang dari makam, Sahara menyempatkan diri mampir ke lapas. Dia mengabari Wahyu kalau Dini telah tiada."Baru saja dia datang menemui aku, tapi kini sudah pergi," kata Wahyu. "Dia malah berpesan sama aku, kalau dia mati, dia minta aku untuk menjaga malamnya," sambung Wahyu."Aku kira dia belum ke sini sebelumnya," kata Miko."Sudah, tapi aku juga tak menyangka akan secepat itu dia pergi," kata Wahyu."Setiap yang hidup di dunia ini kan pasti akan kembali pada yang kuasa. Bukan hanya Dini kita juga nanti akan kembali. Tinggal nunggu saatnya saja," kata Miko."Benar, tapi rasanya bekal untuk kesana masih kurang," ka