'Kenapa aku beruntung banget punya istri yang pengertian kayak kamu, Yang? Kamu tau aja kalau aku lagi lapar,''Kamu udah di mana? Sepuluh menit lagi aku selesai. Tunggu aja di ruanganku,'Sambil mengetik chat di ponselnya, Dimas tersenyum sendirian. Tapi itu aneh di mata para karyawan dan manajer di hadapannya.Nyatanya, saat ini Dimas sedang melakukan pertemuan penting untuk membahas struktur bangunan modern terbaru yang akan di launching oleh Sagala Corporation, dan saat ini Shafira sedang mendemonstrasikan ide brilian miliknya di hadapan semua yang hadir.Tapi presentasinya terhenti karena ia terpaku pada sikap bos besarnya itu yang tersenyum-senyum sendirian sambil menatap layar ponselnya, dan itu membuat para karyawan dan manajer lain ikut memperhatikan ke arah tujuan pandangan Shafira.Merasa ia sedang diperhatikan banyak pasang mata, Dimas mengangkat wajahnya dan mendapati ia sudah menjadi tontonan semua orang."Kenapa berhenti? Teruskan!" aturnya pada semua orang, terlebih Sh
Di luar ruangan Dimas, tidak tampak ada Akmal yang menunggu di mejanya. Jadi Shafira yang datang ingin mengajukan banding dengan keputusan Dimas tadi, merasa bisa masuk ke dalam kantor Dimas.“Permisi, Bos…” ucap Shafira saat membuka pintu ruangan Dimas. Tapi sedetik kemudian ia terkesiap dengan apa yang dilihatnya di sana, “Ah, maaf. Saya nggak tau ada tamu,” sambungnya meminta maaf canggung. Itu karena ia melihat Dimas tengah beradu bibir dengan istrinya dengan posisi yang panas.Nissa langsung kaget dan membenarkan duduknya dengan ekspresi canggung. Sementara Dimas yang sedang menikmati kasih sayangnya bersama sang istri merasa sangat geram. Terhitung sudah dua kali Shafira membuyarkan kesenangannya dengan Nissa.“Waktu pelajaran sopan santun kamu absen, ya? Apa nggak bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk?” Dimas bertanya geram. Ia bahkan meraup wajahnya dengan kasar, “Ke mana Akmal? Kenapa kamu bisa masuk tanpa izin saya?”“Dimas? Ngomongnya kok kasar gitu?” Nissa memprotes nada bi
Pagi hari, tepat pukul delapan Nissa baru bisa bangkit dari ranjangnya. Bahkan ia tidak mampu mengantarkan Dimas berangkat di subuh hari karena tubuhnya sudah sangat lelah, sekalipun hanya untuk berjalan. Dimas yang akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari begitu konyol dengan memompa kenikmatan sepanjang malam dengan istrinya. Seakan tidak ada hari esok lagi untuk bertukar rindu.Setelah Nissa dengan kesusahan bangkit dari drama bangun tidurnya yang menyedihkan, akhirnya ia dapat tiba di sebuah kafe yang sudah dijanjikannya dengan Rama.Jarak yang harus ia tempuh menuju ke sana membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Nissa berusaha mengimbangi motto orang-orang kaya seperti Rama ‘Time is Money’. Bayangkan bagaimana kerepotannya pagi ini? Belum lagi waktu untuk mandi dan berberes diri.Saat ini Nissa ingin sekali menangis, mengeluhkan cinta Dimas yang membanjirinya hingga membuatnya kalang kabut seperti ini.“Ya ampun, syukurlah akhirnya sampai juga. Gimana, nih? Aku telat setenga
Dua hari kemudian, di hotel ternama di ibukota—Rich Garendra Hotel, terlihat kesibukan yang berarti. Pasalnya pemilik produsen rokok ternama di Indonesia, Lesmana Sampurna Group, akan mengadakan acara ulang tahunnya di sana. Tentu saja tamu undangan orang penting seperti Badar Lesmana tidaklah sedikit. Itu bisa terlihat dari penuhnya para tamu yang memenuhi aula besar yang sudah dihias semewah mungkin.Di sana juga terlihat Akbar yang sibuk menyapa para tamu ayahnya yang sudah pasti ia kenal. Di sisi lainnya juga ada dua istri Badar Lesmana dengan kelompok sosialita masing-masing. Ada pun Bulan dan Awan juga terlihat tertawa senang dengan para teman kaya mereka.Tapi selain kerumunan anggota keluarga Lesmana, di sana juga ada sekelompok orang yang mengerumuni Ramadan Kusuma yang menjadi tamu spesial hari ini. Rama menjadi tamu spesial jelas karena kedekatannya dengan Akbar, tapi tidak banyak yang tahu kalau undangan khusus untuknya diberikan langsung dari Badar Lesmana lewat asisten p
"Terima kasih untuk para tamu undangan yang hadir ke acara sederhana ini untuk bersama-sama merasakan hari bahagia saya di sini! Semoga pelayanan dan hidangan kami tidak membuat kalian merasa bosan ataupun membawa kekecewaan saat kalian pulang nanti!" Badar Lesmana kembali berucap pada para tamu dengan sangat ramah."Ya, saya beruntung sekali masih bernapas sampai hari ini untuk melihat anak-anak dan keluarga saya sehat dan hidup berjalan dengan baik.”"Baiklah, orang tua ini tidak akan berlama-lama lagi mengatakan lelucon basi untuk kalian dengar. Putri saya, Nissa, juga sudah berada di sini melengkapi kebahagian ini. Harapan saya di usia ini adalah semoga anak Nissa mendapatkan laki-laki baik yang hebat yang bisa membahagiakannya seumur hidup, menggantikan dukanya di masa lalu.”Sambil berucap, tatapan mata Badar tertuju pada Rama. Seolah menggiring opini semua orang kalau Rama-lah yang diharapkannya menjadi calon menantunya.“Ah, maafkan saya yang baru saja melamun. Melihat Tuan Ra
“Selamat malam saya ucapkan pada semua orang yang ada di sini, terutama untuk Tuan Badar Lesmana yang hari ini sedang merayakan hari ulang tahunnya. Semoga akan banyak hal baik yang akan datang kepada anda di usia anda yang panjang.”“Mungkin banyak orang yang tidak tahu siapa saya ataupun bingung dengan kehadiran saya di sini. Jadi, saya ingin memperkenalkan diri saya pada semua yang ada di sini.”“Nama saya Adimas Sagala, wakil Presiden Direktur Sagala Corporations Indonesia.”Setelah namanya ia perdengarkan di acara besar tersebut, semua orang terdengar riuh bergumam tentangnya. Seperti mustahil bisa menjumpai sosok anak muda berjaya yang tidak menyukai acara formal dan seramai saat ini, sekalipun itu adalah pertemuan bisnis. Adimas Sagala dikenal sebagai pebisnis introvert yang tidak suka keramaian.“Dan alasan saya berdiri di sini lalu menggenggam tangan Presiden Direktur Rumah Sakit Grand Healthy, wanita spesial malam ini karena sayalah pemilik sebenarnya. Saya adalah suami dari
Sesaat setelah masuk ke dalam mobil, Dimas langsung memeluk Nissa dengan erat hingga Nissa kesulitan untuk bernapas.“Dimas, aku nggak bisa napas kalau kamu kayak gini, uhuk uhuk!” ucap Nissa sambil terbatuk.Dimas melepaskan pelukannya, memandang Nissa dalam diam dan kembali memeluknya dengan lembut.“Kenapa kamu selalu bikin aku cemas gini? Aku takut, Nis. Aku takut kamu diambil orang.” ucap lirih Dimas di sebelah telinga Nissa, tapi Nissa ingin sekali terkekeh.“Hei, Sayangnya aku. Aku baik-baik aja. Lihat, masih utuh di depan kamu. Aku masih sama kayak kamu pergi kerja kemarin, kan?” jawab Nissa sambil menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak kurang sedikitpun.“Ya, syukurlah kamu baik-baik aja. Tapi aku nggak suka kamu dipegang-pegang orang gitu. Apalagi si brengsek itu. Kalau aja kamu sampai lecet dikit aja, langsung aku bakar hidup-hidup tuh anak.” balas Dimas serius.“Siapa yang mau kamu bakar, Kang Tukang Marah? Aku nggak dipegang siapa-siapa loh. Kan kamu kasih aku
Hari-hari terasa indah bagi pasangan Nissa dan Dimas. Mereka begitu bahagia menjalani kehidupan bersama sebagai pasangan suami istri. Tapi tentu saja bagi sebagian orang yang tidak menyukai itu, akan terbakar hati, kesal, dan menyimpan dendam.Pengangkatan Nissa sebagai direktur utama rumah sakit Grand Healthy yang mengejutkan semua orang, masih belum terobati di hati pihak musuh. Kini ditambah lagi dengan pernyataan mengejutkan dari Dimas tentang status pernikahan mereka.Berbagai spekulasi dan rencana baru mulai disusun untuk tetap mendapatkan keuntungan dari berita yang sedang booming.Salah satu contohnya adalah Badar Lesmana yang mengubah taktiknya dari Ramadan Kusuma ke Adimas Sagala. Tua Bangka itu tidak mungkin melewatkan kesempatan menambang emas dari menantu super kayanya.Sementara itu, Rama—lelaki yang benar-benar mencintai Nissa dengan tulus dengan keangkuhannya jelas merasa kecewa. Tapi ia tetap tidak akan kalah. Kesombongan yang keras dan tidak menerima kekalahan untuk
Hari membosankan di rumah sakit berakhir, hingga tibalah semuanya di hari ini. Tepatnya di hotel bertaraf Internasional milik keluarga Sunny. Saat ini sedang diadakan acara yang meriah tapi itu hanya dihadiri orang-orang tertentu saja, bahkan tidak ada peliput media di sana. Pasalnya, hari ini merupakan hari bahagia Adimas dan Nissa yang sejak awal memang belum mengadakan resepsi pernikahan mereka.Para tamu yang datang tidak hanya dari kalangan pebisnis terdekat saja. Ada juga beberapa petinggi keamanan negara seperti kakek dan keluarga Rama lainnya. Dan juga, beberapa orang dengan penampilan serba hitam yang merupakan kerabat Sunny dan itu jelas bukan orang sembarangan.Tempat resepsi pernikahan dan juga para tamu undangan yang terbuat khusus ini juga atas saran dari Sunny. Itu karena setelah Nissa mengungkapkan apa yang ia dengar dari Akbar tentang identitasnya memiliki ayah yang tidak biasa. Setelah berdiskusi dengan keluarganya, Sunny menyarankan pada Adimas agar istrinya itu ber
Setelah tiba di rumah sakit, Dimas harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Jay dan Nyonya Risti, hanya Rama yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Dimas melihat wajah Rama ketika menjenguknya dan itu membuat Dimas tersenyum.Rama yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Dimas. "Lo nggak apa-apa, Ram?" tanya Dimas dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Nggak terbalik nih pertanyaannya? Yang lagi rebahan siapa, bro?” Rama menjawab dengan candaan, “Gimana keadaan Lo, Mas? Gue senang lihat Lo bangun. Gue takut karena udah semingguan ini Lo koma dan lemah terus.” Sambungnya mulai berucap sedih.“Gue masih kuat bercanda sama Lo, kok. Tapi
Rama dan Dimas tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Akbar yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Akbar menendang tubuh Dimas dan Rama berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Nissa punya aku. Nissa milik aku. Kalian harus mati!” kalimat ini terus Akbar gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Nissa, Akbar tidak sedikitpun menaruh ampun pada Rama dan Dimas yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas banget pelurunya tinggal dua. Cukup buat bunuh Lo berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya nggak pakai peluru Lo juga, sebentar lagi Lo pada mati.”“Tapi kayaknya gue nggak mau ambil resiko kalau nanti Lo berdua jad
Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Akbar dan Nissa.Dengan petunjuk yang Jay berikan, Dimas dan Rama tiba di tempat tersebut.“Apa nggak berlebih banget ngepung Akbar sampai beginian?” Rama bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini gue pribadi nggak punya masalah sama Akbar.” Sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau Lo cuma mau tanya doing, ngapain Lo yang heboh pakai acara minta bantuan militer juga?” Dimas mengomentari, “Lagian ngapain dia kabur waktu anggota Jay mau periksa mereka sesuai protokol keamanan? Kalau nggak punya salah, si brengsek itu ngapain lari sampai ke sini?” Dimas memberikan penilaian tepat.“Gue mau turun sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Rama, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan sana.“Jay, gimana?” Dimas langsung bertanya pada Jay saat
Akbar baru saja membantu Nissa untuk berpindah langkah dengan hati-hati. Tidak lupa juga ia membenahi jaket tebal dan penutup kepala Nissa agar tidak terkena angin pelabuhan yang berhembus kencang.“Terima kasih.” Nissa berucap singkat dan mulai berjalan. Tapi langkahnya terhenti dan ia menoleh pada Akbar yang diam di belakangnya, “kamu kenapa?” tanyanya.“Ngapain kamu balik lihat aku? Aku cuma pengen lihat punggung kamu waktu jalan. Sama kayak yang kamu lakuin ke aku tiap kali kamu tinggalin aku. Aku mau mastiin perasaan aku kali ini. Kenapa rasanya beda banget kayak gini.” Akbar menjawab dengan senyumnya yang putus asa. Entah mengapa ia merasa kacau dan bimbang, padahal ia sudah membawa Nissa sampai ke daratan ini.Nissa hanya tertegun tidak mengerti. Hatinya juga kacau saat ini. Melangkahkan kakinya lagi di daratan Pulau Jawa itu membuatnya bimbang. Ia ingin sekali kabur dan meminta tolong untuk dijauhkan dari Akbar dan kembali ke Dimas, tapi mengingat kondisinya yang tidak memungk
‘Adimas, aku baru saja mendapatkan informasi tentang kapal asing yang terdaftar dengan nama Akbar Lesmana memasuki perairan Teluk Jakarta. Diduga kapal tersebut akan menuju Tanjung Priok.’‘Anak buahku mengkonfirmasi kapal tersebut berisi kurang dari sepuluh awak di antaranya terdapat seorang wanita mengandung. Anak buahku tidak mengenal wanita itu karena wajahnya ditutupi topi berpenutup. Tapi itu sangat mencurigakan.’‘Laporan anak buahku kali ini mereka anggap penting karena sebelumnya Akbar Lesmana tidak pernah membawa wanita keluar pulau, tapi ini malah membawa wanita dengan perut yang besar. Kusarankan kau segera ke sana bagaimana pun caranya. Aku juga akan memerintahkan pasukanku yang berada di sana untuk mengintai pria berbahaya itu.’Itu adalah beberapa pesan dari Sunny, sahabat Adimas yang memiliki koneksi tidak terbatas. Selama ini para anak buah yang ditugaskannya mengintai Akbar Lesmana yang dicurigai berkaitan dengan hilangnya Nissa, tidak mendapatkan informasi apapun ka
8 bulan terlalu begitu cepat. Keadaan sudah tentu sangat banyak mengalami perubahan, baik itu di kota yang ditinggalkan Nissa, atau pulau yang ditempatinya saat ini. Yang tidak berubah hanyalah prinsip Akbar yang tetap memenjarakannya di sana.Seiring berjalannya hari dan perkembangan kehamilan Nissa, Akbar mengisi rumah mereka dengan berbagai alat kesehatan yang canggih. Seperti yang diharapkan, Nissa tidak perlu keluar pulau untuk memeriksakan kandungannya. Karena ia sudah bisa melakukan pemeriksaan ultrasonografi atau USG dengan bantuan Dokter Riza.Sementara itu yang terjadi di kota sana sungguh tidak mungkin dibayangkan oleh Nissa. Meskipun Akbar bolak-balik keluar masuk pulau, tapi ia tidak pernah menyampaikan apapun yang terjadi selama delapan bulan terakhir.Banyak hal yang sudah terjadi di sana seperti, kabar meninggalnya Nyonya Gina karena tidak sanggup menahan beban kerinduan dan kekhawatiran yang besar pada putrinya. Nyonya Gina meninggal tepat setelah empat bulan pencari
Setelah mencoba berdamai dengan keadaan yang tidak bisa ditawar pada Akbar, Nissa menyerah melawan, sekalipun rindu pada rumah dan orang-orang tersayang begitu besar, dan kemarahannya pada Akbar tidak terelakkan.Namun, yang membuatnya tidak ingin berdebat lagi adalah alasan keselamatan orang-orang yang ia sayang, ketika nanti identitas Nissa ditemukan pihak yang memburunya, bukan tidak mungkin keselamatan Dimas dan yang lain akan terancam.Nissa mulai membiasakan hidup sehat untuk bayinya. Ia berhenti mencoba lari dari penjara alam yang dibuatkan Akbar padanya. Ia tidak lagi mencoba berenang dan mengalahkan ombak tengah pantai. Jika pagi, Nissa berjalan sendirian mengelilingi pantai dan setelah lelah, ia duduk di pinggir pantai, menatap kosong ke arah laut yang batasnya tidak terlihat. Jika sudah lelah, ia masuk dan berdiam di meja belajarnya, menulis buku harian yang mungkin suatu saat akan dibaca anaknya.Sedangkan Akbar membiarkan hal itu. Semua yang dilakukan Nissa atau pun yang
Di dalam kamar Nissa, tampak Dokter Riza tengah menambahkan cairan berwarna kuning ke dalam botol infus Nissa. Di sampingnya, ada Akbar hanya diam tidak berkata-kata.Nissa yang masih lemah untuk berdebat juga hanya diam, tidak ingin bertanya pada Akbar tentang orang tuanya dulu. Tapi sekarang hati dan pikirannya merasa ingin terpuaskan dengan berbagai informasi tentang keadaannya sendiri.Saat Dokter Riza terlihat akan pergi, tangannya tertahan oleh Nissa yang memandangnya dengan sedih lalu berkata, “Tolong jelaskan tentang kandungan saya, Dokter.”Akbar yang mengerti terlihat menghela napas berat. Ia pun berpindah duduk, sedikit menggeser agar Dokter Riza duduk di sebelah Nissa.“Maafkan saya karena tidak memberitahukan semua ini pada anda sejak awal. Seperti yang saya sampaikan ke Tuan Akbar sebelumnya, hasil pemeriksaan darah menunjukkan kalau anda positif mengandung, Mbak Nissa.” Dokter Riza menerangkan keadaan yang sebenarnya, “Kira-kira kalau boleh tau, hari pertama haid terakh